Anda di halaman 1dari 9

BAHASA INDONESIA

RESENSI BUKU
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :

Nama : Yulinda

Nim : 31218325

UNIVERSITAS SERANG RAYA


Jl. Raya Cilegon Km 5, Drangong, Taktakan

Kota Serang, Banten 42116


A. Pengertian Resensi
Resensi buku adalah sebuah tulisan yang berisi tentang ulasan suatu buku.
Kata resensi sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu recensere yang artinya
“melihat kembali”, “menimbang”, atau “menilai”.

B. Unsur-unsur Resensi
1. Judul resensi buku
Judul semestinya harus mempunyai kesinambungan dengan isi resensi.
Selain itu, judul yang menarik juga akan memberikan nilai lebih tersendiri.
2. Data buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
a. Judul buku
b. Pengarang
c. Penerbit
d. Tahun terbit beserta cetakannya
e. Dimensi buku
f. Harga buku
3. Pembukaan resensi (lead)
4. Isi resensi buku
Bagian ini berisi tentang sinopsis, yaitu ulasan singkat buku dengan
kutipan singkat dan keunggulan serta kelemahan buku, rumusan kerangka
buku dan bahasa yang digunakan.
5. Penutup resensi buku.

C. Struktur teks resensi


1. Identitas, dalam resensi buku mencakup judul, pengarang, penerbit, tahun
terbit, tebal halaman, dan ukuran buku. Bagian ini mungkin saja tidak
dinyatakan secara langsung, seperti yang tampak pada teks ulasan film dan
lagu.
2. Orientasi. Bagian ini biasanya terletak di paragraf pertama, yakni
penjelasan tentang kelebihan buku seperti penghargaan yang pernah
didapatkan oleh buku yang diresensi.
3. Sinopsis, berupa ringkasan yang menggambarkan pemahaman penulis
terhadap isi novel.
4. Analisis, berupa paparan tentang keberadaan unsur-unsur cerita, seperti
tema, penokohan, dan alur.
5. Evaluasi, berupa paparan tentang kelebihan dan kekurangan suatu karya.

D. Jenis-Jenis Resensi
Risensi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Resensi informatif
Resensi informatif adalah resensi yang disampaikan dengan singkat dan
umum dari keseluruhan isi buku.
2. Resensi deskriptif
Resensi deskriptif adalah resensi yang membahas secara detail pada setiap
bagian atau babnya.
3. Resensi kritis
Resensi kritis merupakan sebuah resensi yang mengulas detail buku
menggunakan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi kritis
biasanya objektif dan kritis dalam menilai isi buku.

E. Langkah – langkah meresensi buku


1. Menentukan Buku yang Akan Diresensi
Cara yang pertama adalah, Anda pertimbangkan buku apa yang akan Anda
resensi. Termasuk ke jenis atau genre apakah buku yang akan Anda
resensi. Apakah termasuk karya fiksi seperti novel, antologi cerpen,
antologi puisi, roman.
Ataukah buku yang kita resensi termasuk ke jenis karya nonfiksi seperti
sejarah, ilmu pengetahuan atau biografi tokoh. Seseorang yang meresensi
buku harus mengetahui masuk ke dalam jenis apa buku yang ia resensi.
2. Membaca Buku yang Akan Diresensi
Nah, pada tahap ini kalian bisa membaca semua atau dengan teknik
membaca cepat, sehingga kamu tidak perlu menghabiskan waktu untuk
membacanya. Pokoknya kamu bisa mengambil intisari dari buku tersebut.
3. Mencatat Data atau Informasi Buku yang Akan Diresensi
4. Catatlah data dan informasi dari buku yang akan Anda resensi. Data
informasi yang harus Anda tulis dalam sebuah resensi buku adalah :
Judul Buku :
Pengarang :
Penerbit :
Cetakan :
Tebal buku :
Harga buku :
5. Menuliskan Poin-poin Penting dalam Buku
Langkah yang dirasa cukup sulit adalah ketika sampai pada menulis isi
resensi buku. Tulislah poin-poin yang penting menurut Anda. Catat pula
kutipan yang dirasa mengesankan, jangan lupa tandai halaman. Tulis
kembali gagasan yang dianggap penting ke dalam karangan singkat yang
memiliki satu kesatuan yang integral.
6. Menuliskan Isi Resensi
Selanjutnya adalah menulis isi resensi, pada cara ini adalah bagaimana
Anda memberikan komentar dan pandangan terhadap buku yang Anda
resensi. Langkah-langkah dalam menuliskan isi resensi adalah :
a. Membuat informasi umum tentang buku yang Anda resensi.
b. Membuat judul resensi buku.
c. Membuat ringkasan buku secara garis besar.
d. Memberikan penilaian terhadap buku yang Anda resensi.
e. Menonjolkan sisi lain dari buku yang Anda resensi.
f. Mengulas manfaat membaca buku tersebut bagi pembaca.
g. Menuliskan kekurangan dan kelebihan yang ada pada buku tersebut.
h. Penilaian dari segi kelengkapan karya, EYD dan sistematika resensi.
7. Menulis Kesimpulan
Cara yang terakhir adalah ungkapkan apa yang Anda peroleh dari buku
yang Anda resensi. Beri saran kepada pembaca mengapa mereka harus
membaca buku yang Anda resensi dan apa ruginya jika mereka tidak
membaca.
Resensi karya Fiksi

Judul Buku : SI ANAK PEMBERANI


Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika Penerbit
Tahun Terbit : Cetakan 1, Desember 2018
Jumlah Halaman : 420 halaman

Sinopsis :

“Aku, Eliana si anak pemberani, anak sulung Bapak dan Mamak yang akan
menjadi pembela kebenaran dan keadilan. Berdiri paling gagah, paling depan.”
Buku ini tentang Eliana, si anak pemberani yang membela tanah, sungai, hutan,
dan lembah kampungnya. Saat kerakusan dunia datang, Eliana bersama teman
karibnya bahu-membahu melakukan perlawanan. Dari puluhan buku Tere Liye,
serial buku ini adalah mahkotanya.

Buku ini merupakan buku keempat dari serial anak nusantara, recover dari buku
berjudul Eliana – serial anak-anak Mamak. Secara cover, yang sekarang
lebih fresh walaupun secara cerita tetap sama, saya sangat suka cover yang ini.
Tapi uniknya, meskipun saya membaca cerita yang sama, namun dengan judul
berbeda, tidak sedikit pun menyisakan kebosanan saat membaca buku ini. Tetap
seru dan membuat terharu. Saya rasa, buku ini bisa dinikmati oleh semua umur:
anak-anak, remaja, dewasa juga orang tua. Buku ini juga sangat penting dibaca
anak-anak zaman sekarang, kita diajak bernostalgia di jaman tahun 1970-1980.
Dimana kehidupan masih sangat sederhana namun membahagiakan, meskipun
teknologi belum semaju sekarang. Buat anak-anak zaman sekarang, lewat serial
Anak Nusantara akan tahu tentang bagaimana indahnya anak-anak kala itu.

Yang membedakan buku ini dengan buku Eliana: di buku Eliana diceritakan
tentang kisah pertemuan Mamak dengan Bapak, sementara dalam buku Si Anak
Pemberani tidak ada. Buku sebelumnya berjumlah 500 halaman lebih, sementara
setalah recover buku ini hanya 400 halaman lebih, banyak yang di edit, tapi
sebenarnya tidak mengurangi keindahan ceritanya. Sosok Eli tetap mendominasi
dengan segala kisahnya yang sangat menyentuh. Si sulung, kakak
dari Amelia dan Burlian, dan Pukat. Kak Eli, begitulah ia disapa oleh ketiga
adiknya, seakan mengajak saya berpetualang dengan segala keunikan, keberanian
hingga kisahnya menjadi seorang kakak, yang hidup di sebuah lembah indah
dimaana saat itu belum masuk listrik, saat malam masih mengandalkan
penerangan dari petromak dan lampu canting.

Lewat buku ini, dari kacamata Eliana sebagai anak pertama, membuat saya tahu
ternyata jadi anak sulung itu tidak enak, dan Eli benci jadi anak pertama!
Temukan keseruannya dalam buku ini. Karakter-karakter dalam buku ini tentu
saja adik-adik Eli: Pukat, Burlian, dan Amelia. Mamak, Bapak, Wak Yati, Pak
Bin, Nek Kiba, Paman Unus, Mang Dullah, dan geng-nya Eli si Pemberani.
Karakter antagonisnya bernama Johan. Awalnya geng “Empat Buntal”
beranggotakan Eli, Hima, Damdas dan Marhotap. Sayangnya salah satu
angotanya, Marhotap meninggal. Pada akhirnya geng “Empat Buntal” salah satu
penggantinya adalah Anton, sahabatnya Marhotap.

Di setiap Bab buku milik anak-anak Mamak, selalu ada cerita tentang
kesalahpahaman anak-anak terhadap Mamak yang mengira Mamak tidak sayang,
padahal Mamak sangat mencintai mereka Di bab tersebut pasti saya menangis
antara sedih, terharu, dan makin cinta dengan sosok Mamak. Selain karakter
Mamak, cerita yang selalu membuat saya terharu juga tentang Pak Bin, yang
begitu tulus mendidik murid-muridnya. Temukan pula keseruan Eli saat diajak
Bapak naik kereta api ke Ibukota Provinsi menemui Bapak Presiden, kemudian
menghadiri pameran Herbarium bersama Pak Bin, juga Hima, Damdas,
Anton. Kemudian petualangn lainnya saat diajak Paman Unus bersama Amel
naik motor trail masuk ke hutan gubuk larangan dan menemukan spesies
tumbuhan langka yaitu bunga bangkai.

Yang paling kocak saat Eli diajali Amel, Burlian, Pukat dan Wak Yati Eli ini
termasuk Kakak yang jail, hingga akhirnya dia kena jail juga, ini terjadi saat Eli
mencari bando kuning spesial pemberian Wak Yati Ada lagi yang lebih seru,
bagian Eli dan Anton yang bersitegang, dimana Eli ingin membuktikan bahwa
perempuan bisa melakukan apa saja. Hingga akhirnya akibat ulah Eli,
menyebabkan warga kampungnya ingin menghukum Eli (ayo baca, Eli ngapain! )
Kemudian aksi Eli bersama geng buntal-nya melakukan penyerbuan yang justru
menghantarkan mereka pada perangkapnya Johan. Saat pertolongan seolah tidak
mungkin lagi, maka kata-kata bijak yang disampaikan Paman Unus terbukti, “
Ada suatu masa di antara masa-masa. Ada satu musim diantara musim-musim.
Saat ketika alam memberikan perlawanan sendiri. Saat ketika hutan, sungai,
lembah, dan membalas sendiri para perusaknya. (Halaman 380). Salut sama
kegigihan Eli dalam membela hutan juga tanah leluhurnya.

Pesan moral yang saya dapatkan dari buku ini bahwa kejujuran selalu menjadi
prioritas utama, sesulit apa pun kehidupan yang dialami Eli dan keluarganya,
maka ia pantang untuk mencuri. Menjadi Kakak pertama tidak selalu enak dan
mudah, saat diberikan tanggung jawab lebih oleh Mamak untuk mengurusi adik-
adiknya yang rusuh, tidak menurut bahkan nakal, maka terkadang sebagai Kakak
harus siap kena getahnya juga, misalnya bukan Eli yang melakukan kesalahan tapi
tetap saja kena omel Mamak ketika adik-adiknya tidak menuruti perintah Mamak.
Contoh : Burlian dan Pukat susah dibangunkan tidur pagi, maka kalau Eli belum
berhasil membangunkan mereka justru Eli-lah yang diomeli Mamak. Atau saat
rambut Amel terpaksa digunting karena tersangkut sisir, lagi-lagi Eli dimarahi.
Atau saat bertugas menemani Burlian dan Pukat Nonton layar tancep dan yang
terjadi kemudian kaki Burlian terkena pecahan beling. “Kau seharusnya
memperhatikan adikmu, Eli. Apa yang dia mainkan, apa yang dia lakukan, kau
harus perhatikan. Itu tugas anak sulung. Bertanggung jawab atas adik-adiknya.
(Halaman 277)

Meskipun Mamak digambarkan sebagai sosok yang galak, tapi hatinya justru
sangat lembut dan penuh kasih sayang. Saat Eli mengira Mamak membenci dan
tidak membutuhkannya, maka Wak Yati terpaksa memberitahu Eli tentang apa
yang dilakukan Mamak untuknya selama menginap beberapa hari di rumah
Wawaknya. Wawak menyadarkan Eli bahwa selama ini seharusnya dia
‘memperhatikan’ siapa yang duluan bangun dan siapa yang terakhir tidur, serta
siapa yang bergabung terakhir saat makan, memastikan anak-anak lebih dulu
mendapatkan makanan, baru beliau yang terakhir. Setelah Eli tahu apa yang
dilakukan Mamaknya. Eli sungguh meminta maaf atas sikapnya pada Mamak.
Melalui sosok Eli, saya belajar bagaimana menjadi Kakak yang baik, walaupun
galak sama adik-adiknya, tapi sungguh Eli sangat menyayangi adik-adiknya.
Kalau di buku Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si Anak Pintar, kita akan
menemukan cerita adik-adiknya saat Kak Eli sekolah SMP di Kota Kabupaten,
dan ketika sabtu pulang, Kak Eli membelikan Amel buku atau Majalah bekas,
membelikan mainan otok-otok untuk Pukat dan Burlian. Nah, walaupun Kak Eli
ini galak, tapi sangat perhatian

Pada akhirnya, si anak pemberani Eli ini memperoleh lisensi praktek pengacara
dalam usia yang Amat muda. Bahkan ketika Burlian dan Pukat masih sibuk
Kuliah di Tokyo dan Amsterdam, Eli sudah membuka kantor praktek sendiri.
Hima menjadi guru di SD lama mereka, Damdas sukses menjadi petani karet.
Sedangkan Anton, ia menjadi pedagang besar pedagang besar di Kota.

Kelebihan :

Novel ini tidak sedikit pun menyisakan kebosanan saat membacanya. Tetap seru
dan membuat terharu. Saya rasa, buku ini bisa dinikmati oleh semua umur: anak-
anak, remaja, dewasa juga orang tua. Buku ini juga sangat penting dibaca anak-
anak zaman sekarang, kita diajak bernostalgia di jaman tahun 1970-1980. Dimana
kehidupan masih sangat sederhana namun membahagiakan, meskipun teknologi
belum semaju sekarang. Buat anak-anak zaman sekarang, lewat serial Anak
Nusantara akan tahu tentang bagaimana indahnya anak-anak kala itu.

Kekurangan :

Isi dalam novel Si Anak Pemberani sejauh ini sudah cukup bagus dan baik, namun
pastinya tidak ada suatu karya yang sempurna, dalam novel ini ada beberapa
bahasa yang tidak dimengerti oleh pembaca dan ada beberapa konteks bahasa
yang tidak mengalir.
Resensi karya non fiksi

Judul Buku : PANDUAN PSIKOTES


Penulis : Arief Budiman
Penerbit : CV Pustaka Gravika
Tahun Terbit : Cetakan 4, Desember 2014
Jumlah Halaman : 284 halaman

Sinopsis :

Test psikologi (psikotes) sering dianggap sebagai hal yang sulit, terutama oleh
orang yang baru pertama kali mengikutinnya. Padahal tersebut dapat diatasi,
diantaranya dengan cara mengenali bentuk-bentuk soal dan sering berlatih
mengerjakan psikotes tersebut.

Buku berjudul “Panduan Psikotes” ini merupakan karya Arief Budiman. Dalam
penulisan buku ini, ia dibantu oleh rekan-rekannya dari Forum Edukasi. Buku ini
berisi kumpulan soal beserta pembahasannya yang terdiri dari tes kemampuan
kuantitatif, tes kemampuan verbal, tes kempuan penalaran logis, tes Koran/tes
pauli/tes kreaplin dan tambahan pembahasan tes warteg, gambar rumah, orang dan
pohon. Buku ini juga dilengkap dengan contoh-contoh surat lamaran pekerjaan,
baik berbahasa Indonesia maupun berbahasa inggris.

Dalam buku ini juga disertai dengan petunjuk cara menggunakan buku ini,
sehingga kita dapat melakukan simulasi pribadi sesuai kondisi saat tes akan
berlangsung. Setiap paket soal dilengkapi dengan alokasi waktu untuk
mengerjakan, sehingga selain berlatih mengerjakan soal yang ada, kita juga dapat
berlatih kecepatan mengerjakan soal tersebut. Selain itu, buku ini juga membahas
tips dan trik mengerjakan soal-soal psikotes.

Buku ini bisa menjadi salah satu “teman” kita dalam mempersiapkan diri untuk
memasuki lembaga pendidikan tinggi, memasuki dunia kerja, kenaikan pangkat
atau promosi jabatan, maupun psikotes lainnya. Setiap soal yang ada disertai
dengan pembahasan yang cukup jelas, sehingga kita dapat mengetahui jawaban
yang benar dan melakukan perbaikan dan koreksi terhadap jawaban kita.
Meskipun pada bagian tes penalaran gambar, ada beberapa pembahasan yang agak
membingungkan. Namun, secara keseluruhan buku ini cukup recommended untuk
berlatih menghadapi psikotes. Kualitas cetakan dan ukuran huruf juga sangat
nyaman di mata, sehingga dapat membuat kita cukup nyaman ketika
menggunakan buku ini.
Kelebihan :

Buku ini mempunyai bentuk soal psikotes yang sangat beragam sehingga buku ini
bisa dijadikan referensi dalam mempersiapkan diri untuk memasuki lembaga
pendidikan tinggi, memasuki dunia kerja, kenaikan pangkat atau promosi jabatan,
maupun psikotes lainnya.

Kekurangan :

Pada bagian tes penalaran gambar, ada beberapa gambar yang tidak jelas sehingga
pembahasannya pun agak membingungkan.

Anda mungkin juga menyukai