Anda di halaman 1dari 5

TUGAS Ke – 5

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Geologi Struktur Indonesia


Dosen Ir. Kumala Harjawidjaksana, M.Sc.

Disusun oleh :

ASEP HAERUDIN
(1016002)

TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINERAL INDONESIA (STTMI)
BANDUNG
2018
Tipe Subduksi Samudra dengan Samudra

Ketika dua lempeng samudra bertabrakan satu lempeng samudera menunjam di


bawah lempeng samudra yang lain. Di mana satu lempeng berada di bawah yang lain disebut
sebagai 'zona subduksi'. Ketika subduksi lempeng turun ke mantel di mana secara bertahap
dipanaskan terbentuk zona benioff. Zona benioff ini adalah zona pusat gempa bumi dangkal,
menengah dan dalam. Beberapa pusat gempa bumi yang terjadi di perbatasan tumbukkan
samudra dapat sedalam 670 kilometer. Ketika subduksi lempeng turun ke mantel itu secara
bertahap dipanaskan memungkinkan pembentukan magma. Magma yang terbentuk bersifat
andesitik dalam komposisi dan mulai terbentuk ketika lempeng yang di subduksi mencapai
kedalaman 100 kilometer. Magma andesitik ini terbentuk dari pelelehan sebagian astenosfer
tepat di atas zona subduksi. Peleburan parsial dari subduksi lempng ini disebabkan oleh
hilangnya air saat turun ke mantel.
Magma andesitik yang berkurang kepadatannya dari materi sekitarnya sehingga naik
melalui kerak dan meletus untuk membentuk busur gunung berapi yang disebut busur
kepulauan. Jarak antara parit dan busur pulau sangat tergantung di mana lempeng subduksi
mencapai kedalaman 100 kilometer. Jika sudut subduksi curam maka jarak antara busur dan
parit akan pendek. Jika sudut subduksi dangkal jaraknya lebih panjang. Fitur utama
ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.

Gambar 1. Tumbukkan antara lempeng samudra dengan lempeng samudra


Gelombang ini terlihat oleh tonjolan di dalam lempeng yang jatuh di mana ia
disubduksikan ke dalam mantel. Di mana lempeng yang masuk ke dalam mantel dikenal
sebagai parit. Punggung bawahnya mengandung batuan sedimen dan metemorfik yang sangat
terdeformasi. Wilayah backarc terletak di belakang busur dan dapat dimampatkan atau
diperpanjang.
Apa yang terjadi ketika dua lempeng samudera padat bertabrakan? Sekali lagi,
kepadatan adalah kuncinya!.
Ingat bahwa lempeng samudera lahir di pegunungan gunung di mana batuan cair naik
dari mantel, mendingin dan mengeras. Sedikit demi sedikit, ketika batu cair baru meletus di
punggungan tengah laut, lempeng samudera yang baru dibuat bergerak menjauh dari
punggungan tempat ia diciptakan. Semakin jauh lempengan itu berasal dari punggungan yang
membuatnya, semakin dingin dan lebih padat ('lebih berat').
Ketika dua lempeng samudera bertabrakan, lempeng yang lebih tua, karena itu lebih dingin
dan lebih padat, adalah yang akan tenggelam.

Island Arc
Island arc atau busur kepulauan adalah jalur gunungapi/volkanik yang terbentuk
ketika lempeng samudera bertemu dengan lempeng samudera yang lain, kemudian yang satu
menunjam (subducted plate) miring di bawah yang lain, lalu pada lempeng samudera yang
tidak menunjam (overriding plate) terbentuk jalur gunungapi hasil peleburan sebagian
lempeng samudera yang menunjam dan mantel di sekitarnya pada kedalaman 100-150 km.
Jalur gunungapi di Lombok, Sumbawa, Flores, Alor, Wetar sampai gunungapi di
tengah Laut Banda yang membentuk Busur Banda itu, lalu gunung – gunung api di Sulawesi
Utara, dan gunung – gunung api di Halmahera, itulah yang sesungguhnya merupakan pulau –
pulau busur kepulauan, island arc, sebab lempeng samudera bertemu dengan lempeng
samudera di wilayah – wilayah ini.
Sifat magma busur kepulauan akan cenderung bersifat mafic-intermediate atau basa-
menengah; tetapi sifat magma busur benua akan cenderung bersifat intermediate-silicic atau
menengah- asam. Dan perbedaan jenis magma ini akan berpengaruh kepada aktivitas
gunungapi dan mineralisasi, artinya akan punya implikasi ke masalah kebencanaan dan
mineral ekonomik. Maka membedakannya dengan jelas, dan memahaminya secara mendasar
menjadi penting.

Gambar 2. Penampang Island Arc


Pulau Sumba
Sumba adalah sebuah pulau unik secara geologi sebab karakternya lain dibandingkan
pulau-pulau di dekatnya. Sumba tidak asli terjadi di tempatnya sekarang, tetapi berasal dari
tempat lain yang kemudian berjalan selama periode sejarah geologi tertentu, dan akhirnya
menempati posisinya sekarang. Data paleomagnetik, umur batuan, karakter batuan, anomali
isotop batuan volkaniknya, dan kandungan fosil-fosilnya menunjukkan bahwa Sumba posisi
pertamanya ada di 18.3 LU yaitu pada sekitar 60 juta tahun yang lalu, dan telah menempati
posisinya yang sekarang (9.9 LS) sejak 20 juta tahun yang lalu. Berarti selama 40 juta tahun
Sumba berjalan melintasi sekitar 28 derajat garis lintang dari utara ke selatan. Rekonstruksi
geologi kemudian menunjukkan bahwa Sumba dulu bersatu dengan sisi timur Sulawesi, di
sebelah utara Teluk Bone sekarang (Sulawesi pada masa itu juga posisinya tidak seperti
posisinya sekarang). Data paleomagnetik ini juga didukung data fosil, anomali isotop,
karakter dan umur batuan. Sumba memiliki fosil2 berumur 40 juta tahun (Eosen) yang khas
Sundaland (yaitu fosil2 Assilina, Pellatispira, dan Biplanispira – dan tak memiliki fosil
seumur asal Australia/ Lacazinella). Pendek kata, Sumba pernah menjadi bagian timur
Sundaland.

Gambar 2. Stratigrafi Pulau Sumba


DAFTAR PUSTAKA

http://www.geosci.usyd.edu.au/users/prey/ACSGT/EReports/eR.2003/GroupD/Report1/web
%20pages/assignment_1.html
https://geomaps.wr.usgs.gov/parks/pltec/converge.html
http://awangsatyana.blogspot.com/2013/01/back-to-basic-1-indonesia-secara-umum.html
http://awangsatyana.blogspot.com/2013/05/geologi-dan-etnogenesis-sumba.html

Anda mungkin juga menyukai