Anda di halaman 1dari 5

Yunisa Rizki LN

110110160023 / KELAS A
Hukum Hak Asasi Manusia

1. Mahkamah Konstitusi (MK).


Mahkamah Konstitusi bertugas dan berwenang menguji Undang-Undang terhadap
konstitusi atau dikenal dengan constitutional review. Pelaksanaannya di Indonesia dan di
berbagai negara, uji konstitusionalitas disandarkan kepada suatu alas hak (legal standing),
bahwa Undang-Undang yang akan diuji telah merugikan hak dan atau wewenang
konstitusional pemonohon constitutional review. Setiap hukum Konstitusi sebagai
dokumen yang berisikan perlindungan (HAM) hak asasi manusia, merupakan dokumen
yang harus dihormati dan dilaksanakan. Konstitusi menjamin hak-hak tertentu milik rakyat
yang tidak dapat diganggu gugat.
Hak-hak yang ada dalam UUD 1945 meliputi hak sipil politik, hak ekonomi, sosial
dan budaya, hak pembangunan, dan lainnya yang muatannya bisa dikatakan telah
mewakili substansi materi HAM yang ada dalam generasi pertama hingga keempat. Hak-
hak tersebut bisa dijadikan pijakan pemohon untuk menguji keabsahan dari suatu Undang-
Undang. Landasan hukum kelembagaan Mahkamah Konstitusi ialah Pasal 24C UUD 1945
dan UU No. 18 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah konstitusi menegakkan ham dalam hal apabila legislatif maupun eksekutif
secara inkonstitusional telah mencederai konstitusi maka Mahkamah Konstitusi dapat ikut
campur memecahkan masalah tersebut.
2. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Komnas HAM merupakan badan yang ditugaskan untuk melindungi dan memajukan
HAM. Di level internasional badan ini menjadi partner kerja Komisi HAM PBB di tingkat
nasional. Awalnya Komnas HAM dibentuk berdasarkan Keppres No. 50 tahun 1993 dan
kemudian diperkuat dengan UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM. Mandat terhadap
Komnas HAM sebagaimana Pasal 73 UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM bertujuan,
pertama, mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM baik yang ada
dalam perangkat hukum nasional maupun Deklarasi DUHAM. Kedua, meningkatkan
perlindungan dan penegakan HAM guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia
seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Peranan Komnas HAM diantaranya yaitu, melakukan pengkajian dan penelitian dari
instrumen hukum di Indonesia, menangani kasus pelanggaran HAM, mengkaji peraturan
negara seperti undang-undang, peraturan pemerintahan, peraturan daerah dan produk
hukum lainnya yang terkait dengan HAM, melakukan pemantauan dan penyelidikan yang
mengandung unsur pelanggaran HAM, memediasi jika terjadi pelanggaran HAM dan
melakukan penyuluhan atau pendidikan kepada penyelenggaraan negara dan masyarakat.
3. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Komisi ini dibentuk sebagai respon terhadap berbagai laporan tentang adanya
kekerasan, penelantaran dan belum terpenuhinya hak-hak dasar anak-anak yang ada di
Indonesia. Landasan KPAI Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 dan diperbaharui
dengan Keputusan Presiden No. 77 tahun 2003 setelah pengesahan UU No. 23 tahun 2003
tentang Perlindungan Anak.
Tugas
1. Melaksanakan mandate/kebijakan yang ditetapkan oleh Forum Nasional Perlindungan
Anak;
2. Menjabarkan Agenda Perlindungan Anak dalam Program Tahunan.
3. Membentuk dan memperkuat jaringan kerjasama dalam upaya perlindungan anak,
baik dengan LSM, masyarakat madani, instansi pemerintah, maupun lembaga
internasional, pemerintah dan non-pemerintah;
4. Menggali sumber daya dan dana yang dapat membantu peningkatan upaya
perlindungan anak; serta
5. Melaksanakan administrasi perkantoran dan kepegawaian untuk menunjang kinerja
Lembaga Perlindungan Anak.

Peran

1. Melakukan pemantauan dan pengembangan perlindungan anak.


2. Melakukan advokasi dan pendampingan pelaksanaan hak-hak anak.
3. Menerima pengaduan pelanggaran hak-hak anak.
4. Melakukan kajian strategis terhadap berbagai kebijakan yang menyangkut
kepentingan terbaik bagi anak.
5. Melakukan koordinasi antar lembaga, baik tingkat regional, nasional maupun
international.
6. Memberikan pelayanan bantuan hukum untuk beracara di pengadilan mewakili
kepentingan anak
7. Melakukan rujukan untuk pemulihan dan penyatuan kembali anak.
8. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, pengenalan dan penyebarluasan
informasi tentang hak anak.

Fungsi
1. Melakukan pengumpulan data, informasi dan investigasi terhadap pelanggaran hak
anak.
2. Melakukan kajian hukum dan kebijakan regional dan nasional yang tidak memihak
pada kepentingan terbaik anak.
3. Memberikan penilaian dan pendapat kepada pemerintah dalam rangka
mengintegrasikan hak-hak anak dalam setiap kebjijakan.
4. Memberikan pendapat dan laporan independen tentang hukum dan kebijakan
berkaitan dengan anak.
5. Menyebasluaskan, publikasi dan sosialisasi tentang hak-hak anak dan situasi anak di
Indonesia.
6. Menyampaikan pendapat dan usulan tentang pemantauan pemajuan dan kemajuan,
dan perlindungan hak anak kepada parlemen, pemerintah dan lembaga terkait.
7. Mempunyai mandat untuk membuat laporan alternatif kemajuan perlindungan anak di
tingkat nasional.
8. Melakukan perlindungan khusus.
4. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.
Pembentukan Komisi ini juga sama yaitu untuk merespon atas terjadinya berbagai
pelanggaran dan kekerasan yang menimpa kaum perempuan. Tujuan pembentukan Komisi
ini, pertama, mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan penegakan HAM perempuan di Indonesia. Kedua,
meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan di Indonesia.26 Landasan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan ini ialah Keputusan Presiden No. 181 tahun 1998 dan diperbaharui dengan
Peraturan Presiden No. 65 tahun 2005.
Tugas dan Wewenang Komnas Perempuan adalah :
1. Menjadi pusat sumber (informasi) tentang hak asasi perempuan sebagai HAM dan
kekerasan terhadap perempuan sebagai pelanggaran HAM,
2. Menjadi negoisator dan mediator antara pemerintah dan komunitas korban dan
komunitas pejuang hak asasi perempuan, dengan menitikberatkan kepentingan korban.
3. Menjadi inisiator perubahan serta perumusan kebijakan, termasuk perangkat dan sistem
hukum serta sistem dan kapasitas penanganan / pelayanan bagi korban yang memberi
perlindungan, pemenuhan dan pemajuan hak-hak perempuan.
4. Menjadi pemantau dan pelapor tentang pelanggaran HAM, berbasis jender secara
berkala dengan bekerja sama dengan institusi-institusi HAM lainnya,
5. Menjadi fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat lokal, nasional dan
internasional untuk kepentingan pencegahan, peningkatan kapasitas penanganan dan
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Fungsi :

1. Meningkatkan pencegahan kekerasan terhadap perempuan


2. meningkatkan kesadaran publik untuk pemenuhan tanggung jawab negara dalam
bentuk penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
5. Pengadilan HAM
Pada tahun 2000 dibentuklah Pengadilan HAM melalui UU No. 26 Tahun 2000.
Pengadilan ini dibentuk secara khusus untuk mengadili jenis-jenis pelanggaran HAM.
Pengadilan HAM berkedudukan di kota atau kabupaten yang mana daerah hukumnya
meliputi daerah hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Adapun lingkup
kewenangan Pengadilan HAM dalam peraturan tersebut adalah:
1. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berat (Pasal 4),
2. Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan memutus perkara peanggaran
hak asasi manusia yang berat yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah
negara Republik Indonesia oleh warga negara Indonesia (Pasal 5),
3. Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran
hak asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di
bawah 18 (delapan belas) tahun pada saat kejahatan dilakukan (Pasal 6).

Pelanggaran hak asasi manusia yang berat seperti yang dimaksud dalam ketentuan ini
meliputi kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Kejahatan Genosida, Kejahatan yang dimaksud disini adalah setiap perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok agama dengan berbagai cara-cara
seperti yang tertuang dalam Pasal 8.
Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, Dalam hal ini kejahatan yang dimaksud adalah
satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik
yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk
sipil, adapun penjabaran tindakannya juga tertuang dalam pasal yang sama yaitu Pasal 8.

Anda mungkin juga menyukai