Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK RESERVOIR

1. Karakteristik Batuan Reservoir

a. Porositas adalah kapasitas suatu batuan untuk dapat diisi fluida.


Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
- Porositas Absolute adalah perbandingan volume pori terhadap volume batuan total
yang dinyatakan dalam persen atau fraksi.
𝑣𝑝
𝜙𝑎𝑏𝑠 = 𝑥 100%
𝑣𝑏
- Porositas Efektif adalah perbandingan volume pori-pori yang saling berhubungan
terhadap volume batuan total yang dinyatakan dalam persen atau fraksi.
𝑣𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝜙𝑒𝑓𝑓 = 𝑥 100%
𝑣𝑏
Menurut waktu pembentukannya, porositas dibagi menjadi dua, yaitu:
- Porositas Primer adalah porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan
proses pengendapan.
- Porositas Sekunder adalah porositas yang terbentuk setelah proses pengendapan.
Ukuran porositas yang sering digunakan sebagai standar lapangan:
Porositas (%) Kualitas
0-5 Buruk sekali
5 - 10 Buruk
10 - 15 Sedang
15 - 20 Bagus
> 20 Sangat Bagus

b. Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk dapat dialiri fluida.


3
𝑄 . 𝜇 . 𝐿 𝑐𝑚 ⁄𝑠 . 𝑐𝑝 . 𝑐𝑚
𝑘 (𝑑𝑎𝑟𝑐𝑦) = =
𝐴 . ∆𝑃 𝑐𝑚2 . 𝑎𝑡𝑚
Asumsi-asumsi yang digunakan oleh Darcy adalah:
1. Alirannya stabil (steady state),
2. Fluida yang mengalir satu fasa,
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan,
4. Kondisi alirannya isothermal,
5. Formasinya homogeny dan arah alirannya horizontal,
6. Fluidanya incompressible.
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu:
 Permeabilitas absolute (1 fasa)
 Permeabilitas efektif (2 fasa)
 Permeabilitas relative merupakan perbandingan permeabilitas efektif terhadap
permeabilitas absolute.

c. Saturasi merupakan volume batuan yang terisi fluida, biasanya juga dapat didefinisikan
sebagai perbandingan volume pori yang diisi fluida terhadap volume total batuan.
Jika 2 fasa, maka persamaan saturas: So + Sw = 1
Sedangkan jika 3 fasa, maka persamaannya menjadi: Sg + So + Sw = 1

Kurva Permeabilitas Relative untuk Sistem Minyak Air


- Saturasi berbanding lurus dengan permeabilitas. Semakin tinggi saturasi suatu fluida,
maka semakin tinggi pula nilai permeabilitasnya, begitu sebaliknya.
- Titik persimpangan kurva akan lebih besar dari 50 % untuk sistem water-wet dan lebih
kecil dari 50 % untuk sistem oil-wet.
- Titik C merupakan nilai Sor (saturasi oil residual) dan titik D merupakan nilai Swc
(Saturasi water connate).

d. Wettability adalah kemampuan batuan untuk dibasahi oleh fluida. Di dalam dunia
perminyakan dikenal oil-wet (minyak sebagai fluida pembasahnya) dan water-wet (air
sebagai fluida pembasahnya.

e. Tekanan Kapiler adalah perbedaan tekanan antara wetting dan non-wetting phase.
Pada saat drainage, saturasi air turun dan tekanan kapiler meningkat karena ada tekanan
yang besar dari fasa non-wetting. Sedangkan pada proses imbibisi, tekanan mulai turun
karena fasa wetting kembali mendesak fasa non-wetting seiring dengan menurunnya
saturasi dari air.

Grafik Pengaruh Tekanan Kapiler terhadap Saturasi

- Proses Drainage adalah proses dimana fluida yang wetting didesak fluida non-wetting.
Contohnya adalah pada proses migrasi.
- Proses Imbibisi adalah proses dimana fluida non-wetting didesak oleh fluida wetting.
Contohnya adalah pada proses produksi pada water drive dan waterflooding.
2. Karakteristik Fluida Reservoir
Minyak
a. Pressure Bubble (Pb) adalah tekanan dimana gelembung udara pertama kali terbentuk.
b. Kelarutan Gas dalam Minyak (Rso) adalah jumlah gas terlaurt dalam minyak, dinyatakan
dalam satuan scf/stb.

1. Dari tekanan inisial sampai tekanan bubble, Rs terlihat konstan karena tidak ada gas
yang keluar maupun terlarut kembali ke fasa minyak.
2. Setelah melewati tekanan bubble, maka gas terlarut sedikit demi sedikit mulai terlepas
dari fasa minyak, sehingga nilai gas terlarut di dalam minyak semakin kecil.

c. Faktor Volume Formasi Minyak (Bo) merupakan perbandingan dari volume minyak pada
kondisi reservoir terhadap volume minyak pada kondisi standar (60oF, 14.7 psi),
dinyatakan dalam satuan bbl/stb.
1. Dari tekanan inisial sampai tekanan bubble, nilai Bo semakin besar. Hal ini
dikarenakan solution gas yang ada dalam minyak berekspansi, sehingga volume
minyak semakin besar.
2. Setelah melewati tekanan bubble, nilai Bo semakin kecil. Hal ini dikarenakan solution
gas yang ada dalam minyak sedikit demi sedikit mulai release (keluar) dari minyak,
sehingga volume minyak semakin kecil.

d. Viskositas Minyak (𝜇o) adalah keengganan atau ketahanan minyak untuk mengalir,
dinyatakan dalam satuan cp (centipoise).

1. Dari tekanan inisial sampai tekanan bubble, nilai 𝜇o semakin kecil. Hal ini dikarenakan
solution gas yang ada dalam minyak berekspansi membuat minyak menjadi lebih
ringan, sehingga viskositas minyak semakin kecil dan mudah untuk mengalir.
2. Setelah melewati tekanan bubble, nilai 𝜇o semakin besar. Hal ini dikarenakan solution
gas yang ada dalam minyak sedikit demi sedikit mulai release (keluar) dari minyak,
sehingga minyak semakin kental dan sukar untuk mengalir.

e. Kompresibilitas Minyak (co) merupakan perubahan volume minyak terhadap perubahan


tekanan, dinyatakan dalam satuan 1/psi.
Gas
a. Pressure Dew (Pd) tekanan dimana embun pertama kali terbentuk dari fasa gas.
b. Faktor Volume Formasi Gas (Bg) merupakan perbandingan dari volume gas pada kondisi
reservoir terhadap volume gas pada kondisi standar (60oF, 14.7 psi), dinyatakan dalam
satuan cuft/scf.
c. Viskositas Gas (𝜇g) keengganan atau ketahanan gas untuk mengalir, dinyatakan dalam
satuan cp (centipoise).
d. Kompresibilitas Gas (cg) merupakan perubahan volume gas terhadap perubahan tekanan,
dinyatakan dalam satuan 1/psi.
e. Faktor Deviasi Gas (Z-factor) merupakan factor koreksi untuk gas nyata terhadap sifat gas
ideal. Dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan mol gas nyata terhadap gas ideal pada
suhu dan temperature yang sama.
3. Fluida Reservoir

Parameter-parameter penting dalam Diagram Fasa di atas:


 Sumbu X sebagai temperature dalam satuan Fahrenheit dan sumbu Y sebagai tekanan
dalam satuan Psia.
 Bubble point line dan Dew point line.
 Critical Point merupakan titik kesetimbangan, kondisi ketika fasa gas atau liquid tidak
dapat dipisahkan.
 Quality Line merupakan persentase liquid dari campuran liquid-gas.
 Cricondenterm merupakan temperature atau suhu maksimal dimana liquid tidak dapat
terbentuk.
 Cricondenbar (garis merah) merupakan tekanan maksimal dimana gas tidak dapat
terbentuk.

a. Black Oil (Garis C), disebut juga sebagai minyak berat. Pada diagram fasa, garis black oil
terletak jauh dari critical point. Kandungan gas pada black oil relatif sedikit, sehingga untuk
membebaskan fasa gas tersebut dibutuhkan penurunan tekanan yang besar.
b. Volatile Oil (Garis Biru) disebut juga sebagai minyak ringan. Pada diagram fasa, garis
volatile oil terletak lebih dekat dengan critical point dibandingkan black oil. Kandungan
gas pada volatile oil relatif banyak, sehingga untuk membebaskan fasa gas tersebut
dibutuhkan tidak dibutuhkan penurunan tekanan yang besar.

c. Retrograde Gas (Garis B), garis fluida ini terletak di antara critical point dan
cricondentherm. Fasa gas ini masih memiliki kandungan fraksi berat (liquid) yang cukup
banyak, sehingga kondensat pun akan terbentuk seiring berjalannya proses produksi.

d. Wet Gas (Garis A - A2), garis fluida ini terletak di luar cricondentherm. Namun jenis fluida
ini masih mengandung sedikit fraksi berat, sehingga kondensat terbentuk pada saat di
separator.

e. Dry Gas (Garis A - A3), disebut juga sebagai gas kering. Pada fluida ini tidak akan
terbentuk kondensat baik dalam kondisi di reservoir maupun di permukaan.

4. Mekanisme Pendorong
a. Solution Gas Drive, energi pendorong pada reservoir ini berasal dari solution gas atau gas
terlarut yang ada di dalam minyak. Gas yang ada di dalam minyak berekspansi seiring
dengan penurunan tekanan, sehingga minyak menjadi lebih ringan dan lebih mudah naik
ke permukaan. RF = ?
b. Gas Cap Drive, energi pendorong pada reservoir ini berasal dari gas yang terbentuk di atas
reservoir minyak (gas cap). RF = 20% - 40%
c. Water Drive, energi pendorong pada reservoir ini berasal dari water yang terbentuk di
bawah reservoir minyak (aquifer). RF = 35% - 75%

Bottom-water drive dapat dikatakan sebagai strong water drive, karena tenaga pendorong
dalam struktur bottom lebih kuat dibandngkan dengan edge. Namun kelemahan dari
bottom-water drive adalah water coning akan lebih cepat terjadi. Waktu yang dibutuhkan
untuk terjadinya fingering pada edge-water drive diasumsikan lebih lama daripada
terjadinya coning pada bottom-water drive.

d. Segregation / Gravity Drainage Drive, energi pendorong pada reservoir ini berdasarkan
pada massa jenisnya yang menggunakan gaya gravitasi. Minyak dan gas cenderung ringan
dan naik ke permukaan, tenaga itulah yang dijadikan sebagai energi pendorong pada saat
produksi. RF = 20% - 60%

e. Combination Drive
Contoh combination drive adalah kombinasi mekanisme pendorong antara gas cap drive
dan water drive. RF = ?
5. Cadangan
 OOIP merupakan total atau jumlah minyak secara keseluruhan yang ada di dalam
reservoir.
 Reserve merupakan jumlah atau total minyak di reservoir yang dapat diproduksikan ke
permukaan secara natural / alami.

 Proven (1P atau P1) adalah cadangan yang sudah dibuktikan dengan uji produksi atau
bahkan reservoir sedang diproduksikan dan dapat diperkirakan dengan cukup teliti untuk
dapat diambil atas dasar ekonomi saat itu (current economic conditions). Proven memiliki
tingkat probabilitas (kemungkinan) sebesar 90%.

 Probable (P2), dan untuk 2P = P1 (proven) + P2 (probable). Probable memiliki tingkat


probabilitas (kemungkinan) sebesar 50%.
Yang termasuk reserves dalam kategori probable adalah:
1. Reserves yang diperkirakan menjadi proved jika dilakukan pemboran dimana data
subsurface belum cukup untuk menyatakan sebagai proven.
2. Reserves dalam formasi yang produktif berdasarkan data log tetapi tidak memiliki data
core atau tes lain.
3. Reserves akibat metode improved recovery yang telah dibuktikan dengan serangkaian
tes yang berhasil selama perencanaan dan persiapan pilot project atau program
tersebut, tetapi belum beroperasi sementara sifat batuan, fluida dan karakteristik
reservoir mendukung keberhasilan aplikasi metode improved recovery secara
komersial.
4. Reserves dalam daerah suatu formasi yang telah terbukti produktifdi daerah lain pada
lapangan yang sama tetapi daerah tersebut dipisahkan oleh patahan dan interpretasi
geologi menunjukkan bahwa itu lebih tinggi dari daerah yang terbukti produkstif.
5. Reserves karena adanya workover, treatment, retreatment, perubahan peralatan, atau
prosedur mekanik lainnya dimana prosedur tersebut belum terbukti berhasil pada
sumur-sumur yang memiliki sifat dan kelakuan yang sama di reservoir yang sama.
 Possible (P3), dan untuk 3P = P1 (proven) + P2 (probable) + P3 (possible). Possible
memiliki tingkat probabilitas (kemungkinan) sebesar 10%.
Yang termasuk reserves dalam kategori probable adalah:
1. Reserves yang dibuat dengan ekstrapolasi struktur atau startigrafi di luar dari daerah
yang telah digolongkan sebagai probable, berdasarkan interpretasi geologi dan
geofisik.
2. Penambahan reserves (incremental reserves) karena adnaya infill drilling berdasarkan
data yang secara teknik memiliki ketidakpastian tinggi.

a. Metode Analogi
Perhitungan cadangan dengan metode ini dilakukan apabila data yang tersedia sangat
minim melalui data yang diperoleh sebelum eksplorasi. Persamaan untuk menentukan
cadangan metode ini menggunakan BAF (Barrels per Acre Foot).
7758 𝑥 𝜙 𝑥 𝑅𝐹 𝑥 (1 − 𝑆𝑤𝑖)
𝐵𝐴𝐹 =
𝐵𝑜𝑖

b. Metode Volumetrik
Perhitungan cadangan dengan metode ini dilakukan dengan menghitung volume yang
dianggap sebagai reservoir. Persamaan untuk menentukan cadangan metode ini adalah:
7758 𝑥 𝜙 𝑥 𝐴 𝑥 ℎ 𝑥 (1 − 𝑆𝑤𝑖)
𝑂𝑂𝐼𝑃 (𝑠𝑡𝑏) =
𝐵𝑜𝑖
43560 𝑥 𝜙 𝑥 𝐴 𝑥 ℎ 𝑥 (1 − 𝑆𝑤𝑖)
𝑂𝐺𝐼𝑃 (𝑠𝑐𝑓) =
𝐵𝑔𝑖

c. Metode Decline Curve Analysis


Perhitungan cadangan dengan metode ini dilakukan dengan melihat kurva penurunan
produksi. Jika ingin menghitung OOIP, maka dilakukan peramalan produksi sampai laju
alir nya = 0, jika ingin menghitung reserve, maka batasan peramalan produksinya
tergantung pada economic limit pada saat itu.
 Eksponensial, dimana harga eksponen decline sama dengan nol (b = 0)
 Hyperbolic, dimana harga eksponen decline sama dengan 0.1 sampai 0.9 (b = 0.1 - 0.9)
 Harmonic, dimana harga eksponen decline sama dengan satu (b = 1).
d. Metode Material Balance
Material balance dari reservoir didasarkan pada prinsip kekekalan massa yang
menyatakan bahwa, ”Jumlah massa suatu sistem akan tetap selama berlangsung perubahan
yang bersifat kimia atau fisika”. Secara sederhana, material balance dapat dijelaskan
dengan:
Volume yang diproduksi = Volume awal - volume yang tertinggal

Gas Cap B

Oil C
ΔP
+ A
Solution
gas

Keterangan:
A merupakan kondisi dimana minyak dan solution gas berekspansi seiring dengan
penurunan tekanan.
B merupakan kondisi dimana gas cap berekspansi seiring dengan penurunan tekanan.
C merupakan kondisi dimana pengurangan nilai HCPV karena adanya penurunan tekanan
dan water influx.
Persamaan yang digunakan pada perhitungan material balance adalah:
Underground withdrawal = ekspansi minyak + ekspansi solution gas
+ ekspansi gas cap
+ pengurangan Hydrocarbon Pore Volume (HCPV)
+ water influx
Dimana:
Underground withdrawal = 𝑁𝑝 (𝐵𝑜 + (𝑅𝑝 − 𝑅𝑠 ) 𝐵𝑔 )
Ekspansi minyak = 𝑁 (𝐵𝑜 − 𝐵𝑜𝑖 )
Ekspansi solution gas = 𝑁 (𝑅𝑠𝑖 − 𝑅𝑠 )
𝐵𝑔
Ekspansi gas cap = 𝑚 𝑁 𝐵𝑜𝑖 (𝐵 − 1)
𝑔𝑖
𝑐𝑤 𝑆𝑤𝑐 + 𝑐𝑓
Pengurangan HCPV = (1 + 𝑚) 𝑁 𝐵𝑜𝑖 ( ) ∆𝑃
1−𝑆𝑤𝑐

Water influx = (𝑊𝑒 − 𝑊𝑝 ) 𝐵𝑤

e. Metode Simulasi Reservoir


Metode ini terdiri dari membuat atau memilih model, mengumpulkan dan
memasukkan data ke model, history matching dan peramalan. Simulasi reservoir
merupakan aplikasi konsep dan teknik pembuatan model matematis dari suatu sistem
reservoir dengan tujuan agar mendapatkan hidrokarbon (minyak) secara optimal dan
ekonomis, model matematis ini terdiri dari persamaan-persamaan yang mengatur aliran
dengan metode solusi algoritma, sedangkan simulator adalah suatu kumpulan program
computer yang mengaplikasikan model matematik ke dalam komputer.
Simulasi Reservoir merupakan salah satu cara yang digunakan untuk:
 Memperkirakan isi minyak atau gas awal dalam reservoir.
 Indentifikasi besar dan pengaruh aquifer (cadangan air).
 Identifikasi pengaruh patahan dalam reservoir.
 Memperkirakan distribusi fluida.
 Identifikasi adaya hubungan antar layer secara vertikal.
 Peramalan produksi untuk masa yang akan datang.
 Peramalan produksi dengan memasukkan alternatif pengembangan :
a. Jumlah penambahan sumur produksi
b. Jenis/cara menambah produksi
c. Jumlah penambahan sumur injeksi
d. Sistem/bentuk/luas pattern
e. Membuat beberapa kasus untuk optimalisasi produksi minyak

Simulasi reservoir dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:


 Black Oil : untuk reservoir minyak
 Thermal : untuk steam flood
 Composisional : untuk reservoir gas
 Gabungan antara Thermal & Composisional

Anda mungkin juga menyukai