Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TUBERCULOSIS (TBC) PARU DI RUANG 26P RSUD


Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Di susun oleh :
SISKA SUMIHARTI
RIZKY DWI ANDINI
HERIYANTO

PKRS (PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TUBERCULOSIS (TBC) PARU
DI RUANG 28 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Untuk Memenuhi Tugas


Pendidikan Profesi Ners Stikes Banyuwangi

Oleh:
Siska Sumiharti
Rizky Dwi Andhini
Heriyanto

Mengetahui

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBIN KLINIK

NIP: NIP:

Kepala Ruangan

NIP
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT LEUKEMIA

Pokok Bahasan : TB Paru


Sub Pokok Bahasan : Pengenalan Penyakit TB Paru, Cara perawatan serta penatalaksanaannya
Sasaran : Keluarga pasien
Waktu : 35 menit
Hari/tanggal : Jum’at 10 Mei 2019
Tempat : Ruang 26P RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Penyuluh : Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Banyuwangi

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobac terium tuberculosa,
mycobacterium bovis serta Mycobacyerium avium, tetapi lebih sering disebakan oleh
Mycobacterium tuberculosa (FKUI, 2008). Pada tahun 1993, WHO telah mencanangkan
kedaruratan global penyakit tuberkulosis di dunia, karena pada sebagian besar negara di
dunia, penyakit tuberkulosis menjadi tidak terkendali. Di Indonesia sendiri, penyakit
tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang utama. Pada tahun 1995, hasil Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan
penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernafasan pada semua kelompok umur.
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh nesar
terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2008). Lingkungan rumah
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman
tuberkulosis dapat hidup selama 1 – 2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga berminggu-
minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban,
suhu rumah dan kepadatan penghuni rumah.
A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan peyuluhan kesehatan, diharapkan pasien, keluarga pasien dan
pengunjung pasien di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang mengerti dan memahami
tentang perawatan pada pasien dengan Tuberculosis Paru
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan keluarga
dan pengunjung pasien di ruang rawat inap 26 P mampu :
1) Memahami tentang pengertian Tuberculosis paru
2) Memahami penyebab Tuberculosis paru
3) Menyebutkan tanda dan gejala Tuberculosis paru
4) Menyebutkan cara penularan Tuberculosis paru
5) Menyebutkan penatalaksanaan pada pasien dengan Tuberculosis paru
6) Menyebutkan cara pencegahan Tuberculosis paru
7) Menyebutkan cara perawatan pada pasien dengan Tuberculosis paru

B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Tuberculosis Paru
2. Penyebab Tuberculosis Paru
3. Tanda dan gejala Tuberculosis Paru
4. Cara penularan Tuberculosis Paru
5. Penatalaksanaan Tuberculosis Paru
6. Pencegahan Tuberculosis Paru
7. Perawatan pasien dengan Tuberculosis Paru

C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi yang terdiri dari:
 Cuci tangan
 Etika Batuk
 Menggunakan masker

D. Media
1. Leaflet
2. LCD
3. Leptop
E. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan dan Kegiatan Peserta
No Kegiatan Pendidikan
Waktu
1 5 menit sebelum Petugas menyiapkan daftar Peserta penyuluhan mengisi daftar
acara dimulai hadir, ruangan dan tempat hadir dan duduk di tempat yang telah
untuk peserta penyuluhan disediakan

2 Pendahuluan 5 Pembukaan:
menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
dan memperkenalkan 2. Mendengarkan tujuan dan
diri maksud dari penyuluhan
2. Menyampaikan tujuan 3. Mendengarkan kontrak waktu
dan maksud penyuluhan 4. Mendengarkan materi
3. Menjelaskan kontrak penyuluhan yang diberikan
waktu dan mekanisme
4. Menyebutkan materi
penyuluhan
3 Pelaksanaan Pelaksanaan:
kegiatan 15 1. Menggali pengetahuan 1. Menjelaskan apabila mengetahui
menit dan pengalaman sasaran tentang Tuberculosis
tentang Tuberculosis 2. Mendengarkan materi penyuluhan
2. Menjelaskan materi yang disampaikan
meliputi :
1) Pengertian
Tuberculosis
2) Penyebab
Tuberculosis
3) Tanda dan gejala
Tuberculosis
4) Cara penularan
Tuberculosis
5) Penatalaksanaan
Tuberculosis
6) Pencegahan
Tuberculosis
7) Perawatan pasien
dengan
Tuberculosis 3. Peserta penyuluhan melakukan
demonstrasi tentang materi yang
3. Mendemontrasikan cara diberikan
cuci tangan, etika batuk,
dan menggunakan 4. Peserta penyuluhan mengajukan
masker pertanyaan mengenai materi yang
belum dipahami
4. Memberikan
kesempatan peserta
untuk mengajukan
pertanyaan mengenai
materi yang 5. Mendengarkan dan
memperhatikan jawaban penyaji
disampaikan mengenai pertanyaan peserta
penyuluhan
5. Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
peserta penyuluhan
4 Penutup 5 menit Evaluasi:
1. Menanyakan kembali 1. Peserta penyuluhan menjawab
materi yang telah pertanyaan yang diajukan oleh
disampaikan penyaji
2. Peserta penyuluh mendengarkan
2. Penyaji menyimpulkan kesimpulan materi yang
materi yang telah disampaikan
disampaikan 3. Peserta penyuluhan menerima
leaflet
3. Tim penyuluh
membagikan leaflet
kepada semua peserta
penyuluhan

F. Pengorganisasian
1. Penyaji : Heriyanto
2. Moderator : Siska Sumiharti
3. Observer dan Notulen : Rizky Dwi Andini
4. Fasilitator : Rizky Dwi Andini

G. Job Description
1. Penyaji
 Menggali pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang Tuberculosis
 Menyampaikan materi untuk peserta penyuluhan agar bisa memahami hal-hal
tentang isi, makna dan maksud dari penyuluhan
2. Moderator
 Bertanggung jawab atas kelancaran acara
 Membuka dan menutup acara
 Mengatur waktu penyaji sesuai dengan rencana kegiatan
3. Fasilitator
 Membantu kelancaran acara penyuluhan
 Mendorong peserta untuk bertanya kepada penyaji
 Membagikan leaflet kepada semua peserta penyuluhan
4. Observer dan Notulen
 Mengamati proses kegiatan penyuluhan
 Mencatat pertanyaan dari peserta
 Mengevaluasi serangkaian acara penyuluhan mulai dari awal hingga akhir
H. Setting tempat

Flipchart

Moderator Penyaji

Fasilitator 1 P P P P

P P P P

P P P P

Observer dan Notulen Pembimbing Fasilitator 2

Keterangan :

P
: Peserta penyuluhan (pasien dan keluarga pasien

I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 2 hari sebelum acara dilakukan
b. Pengumpulan SAP 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
c. Peserta hadir pada tempat yang telah ditentukan
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa yang bekerja sama
dengan TIM PKRS RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
d. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
e. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil
a. Peserta yang datang sejumlah ±8 orang atau lebih
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemateri
c. Peserta mampu menjawab dengan benar
Lampiran

MATERI PENYULUHAN TB PARU

1. Pengertian Tuberculosis Paru


Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (TBC). Meskipun dapat menyerang hampir semua organ
tubuh, namun bakteri TBC lebih sering menyerang organ paru (80-85%) (Depkes, 2008).
Tubekulosis yang menyerang paru disebut tuberculosis paru dan yang menyerang selain
paru disebut tuberculosis ekstra paru. Tuberculosis paru dengan pemeriksaan dahak
menunjukkan BTA (Basil Tahan Asam) positif, dikategorikan sebagai tuberculosis paru
menular (Depkes, 2010).
Penyakit TB paru merupakan penyakit menahun, bahkan dapat seumur hidup.
Setelah seseorang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, hampir 90% penderita
secara klinis tidak sakit, hanya didapatkan test tuberkulin positif dan 10% akan sakit.
Penderita yang sakit bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun, 50% penderita TB paru akan
mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh yang baik dan 25% menjadi kronik dan
infeksius (Jusuf, 2010). Namun ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dengan TB paru aktif
yang tidak diobati lebih mungkin meninggal dalam waktu yang lebih singkat (Green,
2010).
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-
paru.penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000
tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB
baru terjadi dalam 2 abad terakhir (Kemenkes RI, 2015).

2. Penyebab Tuberculosis Paru


Penyebab tuberkulosis paru menurut Danusantoso (2012) adalah sebagai mana telah
diketahui, tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB (mycobacterium tuberculosis
humanis).
1. Mycobacterium tuberculosis termasuk family mycobacteriaceae yang mempunyai
berbagai genus, satu diantaranya adalah mycobacterium, salah satu speciesnya adalah
mycobacterium tuberculosis.
2. Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type
humani (kemungkinan infeksi type bovinus saat dapat diabaikan, setelah hygiene
peternakan makin di tingkatkan.
3. Basil tuberculosis mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam basa. Karena
itu, kuman disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
4. Karena pada umumnya mycobacterium tahan asam, secara teoritis Basil Tahan Asam
(BTA) belum tentu identik dengan basil tuberculosis, mungkin saja Basil Tahan
Asam (BTA) yang ditemukan adalah mycobacterium atipik yang menjadi penyebab
mycobacteriosis.
5. Kalau bakteri – bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit sampai 20 menit
untuk mitosis, basil tuberculosis memerlukan waktu 12 sampai 24 jam.
6. Basil tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa
menit saja akan mati. Basil tuberculosis juga akan terbunuh dalam beberapa menit
bila terkena alcohol 70 % atau lisol 5%

3. Tanda dan gejala Tuberculosis Paru


Menurut Crofton (2002), gejala yang dirasakan oleh penderita TB paru dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Influenzae”. Setiap kali mendapat serangan dengan suhu bisa mencapai 40ºC-41ºC.
b. Anoreksia
c. Berat badan
d. Batuk
e. Batuk Darah
f. Sakit/ Nyeri Dada
g. Keringat Malam
h. Demam
i. Sesak Nafas, dll.

4. Cara penularan Tuberculosis Paru


Sumber penularan penyakit TB paru adalah penderita yang pemeriksaan dahaknya
di bawah mikroskop ditemukan adanya bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang di
sebut dengan BTA (basil tahan asam). Makin tinggi derajat hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahaknya negatif maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Namun tidak semua penderita TB paru akan
ditemukan bakteri Mycobacterium tuberculosis pada pemeriksaan, tergantung dari jumlah
bakteri yang ada (Aditama, 2011). Penderita dapat menyebarkan bakteri ke udara dalam
bentuk percikan dahak, yang dalam istilah kedokteran disebut droplet nuclei. Sekali batuk
dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Melalui udara yang tercemar oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan/ dikeluarkan oleh penderita TB paru saat
batuk. Bakteri akan masuk ke dalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang
menjadi banyak terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Sementara,
bagi yang mempunyai daya tahan tubuh baik, maka penyakit TB paru tidak akan terjadi.
Tetapi bakteri akan tetap ada di dalam paru dalam keadaan ”tidur”, namun jika setelah
bertahun-tahun daya tahan tubuh menurun maka bakteri yang ”tidur” akan ”bangun” dan
menimbulkan penyakit. Salah satu contoh ekstrim keadaan ini adalah infeksi HIV yang
akan menurunkan daya tahan tubuh secara drastis sehingga TB paru muncul. Seseorang
dengan HIV positif 30 kali lebih mudah menderita TB paru dibandingkan orang normal
(Aditama, 2011).

5. Penatalaksanaan Tuberculosis Paru


a. Tujuan Pengobatan TB adalah:
1) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup
2) Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya.
3) Mencegah terjadinya kekambuhan TB
4) Menurunkan penularan TB
5) Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat
b. Prinsip Pengobatan TB:
Obat Anti Tuberculosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.
Pengobatan yang adekuat aharus memenuhi prinsip:
 Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
 Diberikan dalam dosis yang tepat
 Ditelan secara teratur dan diaasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Minum
Obat) untuk memastikan agar obat benar-benar tertelan atau tidak sampai selesai
pengobatan
 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal
serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan
c. Tahapan Pengobatan TB:
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan
maksud:
 Tahap awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini
adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada
dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang
mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan.
pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya
penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.
 Tahap lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting untuk
membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman
persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

6. Pencegahan Tuberculosis Paru


Pengendalian TB paru yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi penularan
maupun infeksi. Pencegahan TB paru pada dasarnya adalah mencegah penularan bakteri
dari penderita yang terinfeksi dan menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya penularan (Crofton, 2013).
Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai cara, yang
utama adalah memberikan obat anti tuberculosis yang benar dan cukup, serta dipakai
dengan patuh sesuai ketentuan penggunaan obat. Pencegahan dilakukan dengan cara
mengurangi atau menghilangkan faktor risiko yang pada dasarnya adalah mengupayakan
kesehatan lingkungan dan perilaku, antara lain dengan pengaturan rumah agar
memperoleh cahaya matahari, mengurangi kepadatan anggota keluarga, mengatur
kepadatan penduduk, menghindari meludah sembarangan, batuk sembarangan,
mengkonsumsi makanan yang bergizi yang baik dan seimbang. Dengan demikian salah
satu upaya pencegahan adalah dengan penyuluhan (Jusuf, 2010). Menurut Depkes
(2003), selain penyuluhan, pengobatan juga merupakan suatu hal yang penting dalam
upaya pengendalian penyakit TB paru. Tujuan pengobatan TB paru adalah untuk
menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan
tingkat penularan. Salah satu komponen dalam DOTS adalah panduan pengobatan
panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin
keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) dan
pemberian panduan OAT didasarkan klasifikasi TBC.

7. Perawatan pasien dengan Tuberculosis Paru


a. Perawatan bagi TBC aktif dan TBC pasif walaupun menggunakan obat
antitubercolusis (OAT) yang sama namun periode perawatannya berbeda. Penderita
TBC pasif (infeksi TBC) cukup diberi perawatan dalam waktu 6 bulan yang dikenal
dengan perawatan pencegahan. Sedangkan penderita TBC aktif (penyakit TBC)
memerlukan waktu 6-9 bulan dan tindakan isolasi mungkin diperlukan ketika
dianggap menular. Perawatan dalam kedua keadaan itu disertai dengan
mengkonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup dan mengikuti saran-saran
dokter.
b. Karena pengobatan ini memerlukan waktu yang lama dan obat-obatan yang diminum
juga banyak, maka faktor kepatuhan penderita minum obat sangat diperlukan untuk
mencegah kegagalan terapi atau resistensi. Untuk itu dilakukan strategi penyembuhan
TBC jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse).Dalam DOTS ada seseorang yang akan
mengawasi serta mengingatkan penderita minum OAT yang disebut dengan
Pengawas Minum Obat (PMO). Biasanya PMO ini berasal dari keluarga atau kerabat
dekat penderita.Dengan menggunakan strategi DOTS, proses penyembuhan TBC
dapat secara cepat dan tepat. DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse)
adalah strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan secara
langsung.Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, bisa mencapai
95%.

Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2005)

a) Laporkan segera kepada instansi kesehatan setempat jika ditemukan penderita TB atau
yang diduga menderita TB.
b) Isolasi: Untuk penderita TB paru untuk mencegah penularan dapat dilakukan dengan
pemberian pengobatan spesifik sesegera mungkin. Konversi sputum biasanya terjadi
dalam 4 – 8 minggu. Pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit hanya dilakukan
terhadap penderita berat dan bagi penderita yang secara medis dan secara sosial tidak bisa
dirawat di rumah.
c) Pencegahan infeksi: Cuci tangan dan praktek menjaga kebersihan rumah harus
dipertahankan sebagai kegiatan rutin. Tidak ada tindakan pencegahan khusus untuk
barang-barang (piring, sprei, pakaian dan lainnya). Dekontaminasi udara dengan cara
ventilasi yang baik dan bisa ditambahkan dengan sinar UV.
d) Karantina: Tidak diperlukan.
e) Penanganan kontak. Di AS terapi preventif selama 3 bulan bila skin tes negatif harus
diulang lagi, imunisasi BCG diperlukan bila ada kontak dengan penderita.
f) Investigasi kontak, sumber penularan dan sumber infeksi: Tes PPD direkomendasikan
untuk seluruh anggota keluarga bila ada kontak. Bila hasil negatif harus diulang 2-3
bulan kemudian. Lakukan X-ray bila ada gejala yang positif. Terapi preventif bila ada
reaksi positif dan memiliki risiko tinggi terjadi TBC aktif (terutama untuk anak usia 5
tahun atau lebih) dan mereka yang kontak dengan penderita HIV (+).
g) Terapi spesifik: Pengawasan Minum obat secara langsung terbukti sangat efektif dalam
pengobatan TBC di AS dan telah direkomendasikan untuk diberlakukan di AS.
Peran keluarga dalam merawat penderita TB paru

Keluarga dapat menjadi sumber kesehatan yang efektif dan utama, keluarga harus lebih
terlibat dalam tim perawatan kesehatan dan keseluruhan proses terapetik. Pada penderita TB,
peran keluarga sangat dibutuhkan khususnya dalam memberikan perawatan, tidak hanya
perawatan secara fisik namun juga perawatan secara psikososial (International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease, 2007). Hal ini dikarenakan keluarga merupakan orang terdekat
dari klien dan juga sesuai dengan salah satu fungsi keluarga yaitu memberikan perawatan pada
anggota keluarga yang sakit. Penderita TB sangat membutuhkan dukungan, kasih sayang, dan
perhatian khususnya dari keluarga, hal ini dapat ditunjukkan dari keikutsertaan keluarga dalam
membantu perawatan pada penderita TB, baik memberikan perawatan secara fisik maupun
secara psikis karena banyaknya stigma buruk berkembang di masyarakat terhadap penderita TB,
sehingga dengan adanya dukungan, kasih sayang serta perawatan yang baik tersebut akan
membantu mempercepat kesembuhan pasien TB.

Beberapa hal yang dapat lakukan keluarga dalam merawat penderita TB paru
diantaranya:

1) Mengawasi klien dalam meminum obat secara teratur hingga klien menelan obatnya,
pasien harus meminum obatnya pada pagi hari karena obat tersebut paling baik
bekerja ketika pagi hari.
2) Keluarga juga harus dapat memotivasi pasien agar sabar dalam pengobatannya,
menempatkan obat di tempat yang bersih dan kering, tidak terpapar langsung dengan
sinar matahari dan aman dari jangkauan anak-anak.
3) Keluarga dapat membawa atau mengajak pasien ke fasilitas kesehatan setiap dua
minggu sekali untuk melihat perkembangan penyakitnya atau jika pasien mengalami
keluhan-keluhan yang harus segera di tangani.
4) Keluarga juga harus lebih terbuka dan memahami serta menghargai perasaan klien,
mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan klien, menanyakan apa yang saat
ini klien rasakan, ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari keluarga secara
psikis.
5) Kebutuhan nutrisi pada pasien TB, keluarga harus memberikan makan yang cukup
gizi pada pasien untuk menguatkan dan meningkatkan daya dahan tubuh agar bisa
menangkal kuman TB yang merusak paru-paru.
6) Kebersihan lingkungan rumah juga harus diperhatikan misalnya dengan pengaturan
ventilasi yang cukup.
7) Ajarkan keluarga untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika batuk
atau bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur bekas pasien secara teratur,
membuka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk,
karena kuman TB paru akan mati bila terkena sinar matahari (Kemenkes RI, 2014).
Cara Batuk Efektif yang Baik dan Benar

Hal-hal perlu anda perlukan:


 Lengan baju
 Tissue
 Sabun dan air
 Gel pembersih tangan
 Pot/kaleng kecil

Berikut langkah-langkah batuk efektif yang benar:


1. Mengatur posisi duduk: badan tegak, kepala menghadap ke depan
2. Meminta pasien meletakkan 1 tangan di dada dan 1 tangan di perut
3. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung selama 3
hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
4. Meminta pasien merasakan mengembangnya perut (cegah lengkung pada punggung)
5. Meminta pasien menahan nafas hingga tiga hitungan.
6. Meminta pasien menghembuskan nafas perlahan dalam tiga hitungan (lewat mulut,
bibir seperti meniup)
7. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari perut
8. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali, yang ke-3: melakukan tarik
nafas tahan nafas dan terakhir dibatukkan dengan kuat.
9. Menampung dahak ke tempat tertutup/pot kecil.
10. Menggunakan masker baik dirumah atau saat berpergian.
11. Cuci tangan setelah melakukan tindakan

Cara mempersiapkan tempat untuk membuang dahak:


a. Siapkan tempat pembuangan dahak: kaleng berisi cairan desinfektan yang dicampur
dengan air (air sabun/detergen, air bayclin, atau pasir) tertutup
b. Isi cairan sebanyak 1/3 kaleng
c. Buang dahak ke tempat tersebut
d. Bersihkan kaleng setiap hari
e. Buang isi kaleng bila berisi pasir: kubur dibawah tanah.
f. Bila berisi air desinfektan: buang di toilet, lalu siram.
g. Bersihkan kaleng dengan sabun dan cairan desinfektan.
Langkah cuci tangan:
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F., 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Penerbit UI Press.
Achmadi, U.F., 2011. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan, Jakarta: Rajawali Press

Aditama , T.Y., 2002. Tuberkulosis Diagnosis , Terapi, dan Masalahnya. Edisi ke-4.
Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia: 131

Aditama, T.Y. 2006. Perkembangan Teknologi, Perkembangan Kuman. Jurnal


Tuberkulosis Indonesia. 3(2): ii.
Crofton, A. Horne, M. Miller, F. 2002. Tuberkulosis Klinis. Jakarta : Widya Medika
Depkes RI, Ditjen PP & PL. 2005. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta

Depkes, RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2 Cetakan ke-
2. Jakarta
Green, C. W., 2006. HIV & TB. Yogyakarta:Yayasan Spiritia

Hudoyo, Ahmad, 2008. Tuberkulosis Mudah Diobati. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. 2007. Activity report
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. USA

Jusuf, W. M., dkk., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo.

Kemenkes, RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes RI. 2015. Tuberculosis Temukan, Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai