Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infertilitas

1. Defenisi Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu

tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi ( Strigh B,

2005 : 5 ).

Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama secara teratur

2-3 kali seminggu, tanpa memakai metode pencegahan belum mengalami kehamilan

selama satu tahun (Mansjoer, 2004 : 389).

2. Jenis infertilitas

Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder.

Infertilitas primer adalah kalau istri belum pernah hamil walaupun bersanggama tanpa

usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada kepada kemungkinan kehamilan selama dua

belas bulan.

Infertilitas sekunder adalah kalau isrti pernah hamil, namun kemudian tidak

terjadi kehamilan lagi walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan

kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.

4
B. Penyebab Infertilitas

Penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok : satu pertiga masalah

terkait pada wanita, satu pertiga pada pria dan satu pertiga disebabkan oleh faktor

kombinasi.

1.Infertilitas pada wanita

a. Masalah vagina

Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan

menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba

yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai

organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah

penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat

mengurangi daya hidup sperma ( Stright B, 2005 : 60 ).

b. Masalah serviks

Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama

periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya

hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi ( Stright B,

2005, hal. 60 ).

c. Masalah uterus

Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat

berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip

endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma,bekas kuretase dan abortus

septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan,nutrisi

serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro, 2002 : 509 ).


d. Masalah tuba

Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan.

Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat

menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat

implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu dari

banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi,

pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall

et all. 1974 ). Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling

menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul ( pelvic

inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua

tuba fallopi.

e. Masalah ovarium

Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya

harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi

ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengaruhi

infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis,

atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis,

terdapat juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress

diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi hormone.( Handersen C & Jones K, 2006

: 86 ).

2. Infertilitas pada pria

a. Faktor koitus pria

Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas abnormal,

kelainan anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual. Kelaianan anatomi yang
mungkin menyebabkan infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens kongenital, obstruksi

vasdeferens dan kelainan kongenital system ejakulasi. Spermatogenesis abnormal dapat

terjadi akibat orkitis karena mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi

atau varikokel ( Benson R & Pernoll M, 2009 : 680 ).

b. Masalah ejakulasi

Ejakulasian retrograde yang berhubungan dengan diabetes, kerusakan saraf,

obat-obatan atau trauma bedah.

c. Faktor lain

Adapun yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau semen adalah infeksi

yang ditularkan melalui hubungan seksual, stress, nutrisi yang tidak adekuat, asupan

alkohol berlebihan dan nikotin.

d. Faktor pekerjaan

Produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah temperature tubuh,

Spermagenesis diperkirakan kurang efisien pada pria dengan jenis pekerjaan tertentu,

yaitu pada petugas pemadam kebakaran dan pengemudi truk jarak jauh ( Henderson C &

Jones K, 2006 : 89).

3. Masalah interaktif

Berupa masalah yang berasal dari penyebab spesifik untuk setiap pasangan

meliputi : frekuensi sanggama yang tidak memadai, waktu sanggama yang buruk,

perkembangan antibody terhadap sperma pasangan dan ketidakmampuan sperma untuk

melakukan penetrasi ke sel telur ( Stritgh B, 2005 : 61 ).


C. Penyebab Infertilitas Sekunder

Masalah pada infertilitas sekunder sangat berhubungan dengan masalah pada

pasangan dengan infertilitas primer. Sebagian besar pasangan dengan infertilitas

sekunder menemukan penyebab masalah kemandulan sekunder tersebut, dari kombinasi

berbagai faktor meliputi :

1. Usia

Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama wanita

tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang teratur,

kemungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka

kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan.

Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun setelah usia

25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh National Center for Health Statistics menunjukkan bahwa wanita subur

berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96% dalam setahun, usia 25 –

34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 – 44 tahun.

Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan kesuburan.

Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya, akan tetapi

morfologi sperma mereka mulai menurun. Penelitian mengungkapkan hanya sepertiga

pria yang berusia diatas 40 tahun mampu menghamili isterinya dalam waktu 6 bulan

dibanding pria yang berusia dibawah 25 tahun. Selain itu usia yang semakin tua juga

mempengaruhi kualitas sperma ( Kasdu, 2001:63 ).

2. Masalah reproduksi

Masalah pada system reproduksi dapat berkembang setelah kehamilan awal

bahkan, kehamilan sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah reproduksi yang


benar-benar mengarah pada infertilitas sekunder, misalnya perempuan yang melahirkan

dengan operasi caesar, dapat menyebabkan jaringan parut yang mengarah pada

penyumbatan tuba. Masalah lain yang juga berperan dalam reproduksi yaitu ovulasi

tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan penyumbatan saluran sperma.

3.Faktor gaya hidup

Perubahan pada faktor gaya hidup juga dapat berdampak pada kemampuan setiap

pasangan untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat badan yang

berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat

mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria

yang berolah raga secara berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh mereka,yang

mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam yang ketat juga

mempengaruhi motilitas sperma ( Kasdu, 2001:66 ).

D. Faktor Penyebab Infertilitas dari Segi Psikologis

Kesuburan wanita secara mutlak dipengaruhi oleh proses-proses fisiologis dan

anatomis, di mana proses fisiologis tersebut berasal dari sekresi internal yang

mempengaruhi kesuburan. Dalam hal ini kesuburan wanita itu merupakan satu unit

psikosomatis yang selalu dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor psikis dan factor

organis atau fisis. Kesulitan- kesulitan psikologis ini berkaitan dengan koitus dan

kehamilan, yang biasanya mengakibatkan ketidakmampuan wanita menjadi hamil.

Pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta kecemasan

berkaitan dengan fungsi reproduksi yang menimbulkan dampak yang merintangi

tercapainya orgasme pada koitus. Pada umumnya dinyatakan bahwa sebab yang paling
banyak dari kemandulan adalah ketakutan-ketakutan yang tidak disadari atau yang ada

dibawah sadar, yang infantile atau kekanak-kanakan sifatnya. (Kartono, 2007:74 ).

Penelitian kedokteran juga menemukan bahwa peningkatan kadar prolaktin dan

kadar Lutheinizing Hormon (LH) berhubungan erat dengan masalah psikis. Kecemasan

dan ketegangan cenderung mengacaukan kadar LH, serta kesedihan dan murung

cenderung meningkatkan prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi dapat mengganggu

pengeluaran LH dan menekan hormon gonadotropin yang mempengaruhi terjadinya

ovulasi ( Kasdu, 2001 : 70 ).

Pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sering kali mengalami perasaan

tertekan terutama pihak wanita yang pada akhirnya dapat jatuh pada keadaan depresi,

cemas dan lelah yang berkepanjangan. Perasaan yang dialami para wanita tersebut

timbul sebagai akibat dari hasil pemeriksaan, pengobatan dan penanganan yang terus

menerus tidak membuahkan hasil. Hal inilah yang mengakibatkan wanita merasa

kehilangan kepercayaan diri serta perasaan tidak enak terhadap diri sendiri, suami dan

keluarga ataupun lingkungan dimana wanita itu berada.

Keadaan wanita yang lebih rileks ternyata lebih mudah hamil dibandingkan

dengan wanita yang selalu dalam keadaan stres. Adapun perasaan tertekan atau tegang

yang dialami wanita tersebut berpengaruh terhadap fungsi hipotalamus yang merupakan

kelenjar otak yang mengirimkan sejumlah sinyal untuk mengeluarkan hormon stres

keseluruh tubuh. Hormon stress yang terlalu banyak keluar dan lama akan

mengakibatkan rangsangan yang berlebihan pada jantung dan melemahkan sistem

kekebalan tubuh. Kelebihan hormon stres juga dapat mengganggu keseimbangan

hormon, sistem reproduksi ataupun kesuburan. Pernyataan ini seperti dikemukakan oleh

Mark Saver pada penelitiannya tahun 1995, mengenai Psychomatic Medicine yang
menjelaskan bahwa wanita dengan riwayat tekanan jiwa kecil kemungkinan untuk hamil

dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalaminya. Hal ini terjadi karena wanita

tersebut mengalami ketidakseimbangan hormon (hormon estrogen). Kelebihan hormon

estrogen akan memberikan sinyal kepada hormon progesteron untuk tidak berproduksi

lagi karena kebutuhannya sudah mencukupi. Akibatnya akan terjadi kekurangan hormon

progesteron yang berpengaruh terhadap proses terjadinya ovulasi (Kasdu, 2001 : 72).

E. Pengaruh Kebudayaan terhadap Infertilitas

Berbagai budaya di belahan dunia masih menggunakan simbol dan upacara adat

untuk merayakan fertilitas ataupun keberhasilan pasangan dalam memperoleh keturunan.

Salah satu upacara yang masih bertahan sampai saat ini ialah adat istiadat melempar

beras ke arah pengantin pria dan wanita. Ada juga yang memberikan rokok, permen

ataupun pensil sebagai ucapan selamat kepada pria yang baru menjadi ayah sebagai

antisipasi kelahiran anak.

Banyak budaya yang masih menjamur terutama ditengah-tengah masyarakat kita

yang menyatakan bahwa suatu ketidaksuburan itu merupakan tanggung jawab wanita.

Ketidakmampuan wanita untuk mengandung dihubungkan dengan dosa-dosanya, roh

setan atau fakta yang menyatakan bahwa wanita itu tidak adekuat ataupun sempurna

( Bobak dkk, 2005 : 997 ).

F. Kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus

ansietas (Comer, 1992 dalam Videbeck 2008).


Menurut Daradjat Z (2006), kecemasan adalah suatu manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami

tekanan perasaan dan pertentangan bathin atau konflik.

Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek

membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami dan

seberapa baik seseorang itu menghadapi ansietas tersebut. Setiap tingkat ansietas

menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada setiap individu yang

mengalaminya.

Gangguan kecemasan pada pasangan infertilitas sekunder dapat berupa rasa takut

dan khawatir yang tidak menyenangkan yang sering disertai dengan rasa tidak percaya

bahwa mereka sulit untuk hamil lagi setelah sukses untuk hamil pertama kali. Hal ini

umum untuk mengalami perasaan sedih, melihat orang yang dengan begitu mudah

mengembangkan keluargan mereka. Pasangan yang mengalami infertilitas sekunder

sering juga merasa sendirian, tidak hanya keluarga, teman-teman juga sepertinya tidak

mampu memahami dan kurang mendukung mereka.

G. Tingkat kecemasan

Menurut Peplau (1952 ), ada empat tingkatan kecemasan yaitu :

a. Kecemasan ringan berhubungan dengan perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda

dan membutuhkan perhatian khusus. Dalam hal ini individu dapat memproses

informasi, belajar dan menyelesaikan masalah. Pada dasarnya kecemasan ini dapat

memotivasi belajar, berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi diri sendiri.

b. Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang

benar-benar berbeda, yang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini dapat mempersempit

lapang persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tindak perhatian

yang selektif, namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

c. Kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan

ada ancaman serta memperlihatkan respon takut dan distress. Pada tahap ini

individu mengalami kesulitan untuk berpikir dan melakukan pertimbangan, otot-otot

menjadi tegang, tanda vital meningkat, mondar mandir, gelisah, iritabilitas dan

kemarahan. Semua prilaku yang ditunjukkan menggunakan cara psikomotor

emosional yang sama untuk melepas ketegangan dan individu memerlukan banyak

arahan untuk berfokus pada hal lain.

d. Tahap panik memperlihatkan bahwa semua pemikiran rasional berhenti dan

individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze, yakni kebutuhan untuk

pergi secepatnya, tetap di tempat dan berjuang atau menjadi beku dan tidak dapat

melakukan sesuatu. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan

orang lain dan persepsi yang menyimpang. Gangguan kecemasan pada setiap

individu dapat bersifat ekstrem dan melemahkan, yang mengganggu kehidupan

sehari-hari.
Tabel 2.1 Tingkat-Tingkat kecemasan

Tingkat Respon
Respon fisik Respon kognitif
Kecemasan emosional
Ringan (1 + ) Ketegangan otot ringan, Lapang persepsi luas, Perilaku otomatis,
sadar akan lingkungan, terlihat tenang, sedikit tidak
rileks atau sedikit percaya diri, perasaan sabar, aktivitas
gelisah, penuh gagal sedikit, waspada menyendiri,
perhatian dan rajin. dan memperhatikan terstimulasi dan
banyak hal, tenang.
mempertimbangkan
informasi dan tingkat
pembelajaran optimal.

Sedang ( 2 + ) Ketegangan otot Lapang persepsi Tidak nyaman,


sedang, tanda-tanda menurun, tidak mudah
vital meningkat, pupil perhatian secara tersinggung,
dilatasi, mulai selektif, focus kepercayaan diri
berkeringat, sering terhadap stimulus goyah, tidak sabar
mondar mandir, meningkat, rentang dan gembira.
memukulkan tangan perhatian menurun,
suara berubah, penyelesaian masalah
bergetar,nada suara menurun,
tinggi, kewaspadaan pembelajaran terjadi
dan ketegangan dengan memfokuskan.
meningkat, sering
berkemih, sakit kepala,
pola tidur berubah,
nyeri punggung.

Berat ( 3 + ) Ketegangan otot berat, Lapang persepsi Sangat cemas,


hiperventilasi, kontak terbatas, proses agitasi, takut,
mata buruk, berpikir terpecah- bingung, merasa
pengeluaran keringat pecah, sulit berpikir, tidak adekuat,
meningkat, bicara penyelesaian masalah menarik diri,
cepat, nada suara tinggi, buruk, tidak mampu penyangkalan,
tindakan tanpa tujuan mempertimbangkan ingin bebas.
dan serampangan, informasi, hanya
rahang menegang, memperhatikan
menggertakan gigi, ancaman,preokupasi
kebutuhan ruang gerak dengan pikiran
meningkat,mondar sendiri, egosentris.
mandir,
berteriak,meramas
tangan dan gemetar.
Panik ( 4 + ) Flight, fight atau freeze, Persepsi sangat Merasa terbebani,
ketegangan otot sangat sempit, pikiran tidak merasa tidak
berat, agitasi motorik logis, terganggu mampu, tidak
kasar, pupil dilatasi, kepribadian kacau, berdaya, lepas
tanda-tanda vital tidak dapat kendali,
meningkat kemudian menyelesaikan
turun, tidak dapat tidur, masalah, focus pada
wajah menyeringai dan pikiran diri sendiri,
mulut ternganga. tidak rasional,
halusinasi, waham.

H. Gejala kecemasan

Menurut Hamilton gejala kecemasan sesuai dengan karakteristik dari respon

kecemasan tersebut, yakni :

Perasaan cemas meliputi : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung. Ketegangan meliputi :merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat dengan

tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah. Ketakutan meliputi :

takut pada gelap, takut pada orang asing, takut ditinggal sendiri, takut pada binatang

besar, takut pada keramaian lalu lintas dan takut pada kerumunan orang banyak.

Gangguan tidur meliputi : sukar tertidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak

nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi dan mimpi buruk. Gangguan

kecerdasan meliputi : sukar konsentrasi, daya ingat menurun, daya ingat buruk. Perasaan

depresi meliputi ; hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobbi, sedih bangun

dini hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

Gejala somatik atau fisik ( otot ), meliputi : sakit dan nyeri otot-otot, kaku,

kedutan otot, gigi gemeretuk, suara tidak stabil. Gejala somatik sensorik meliputi :

tinnitus atau telinga berdenging, penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa

lemas, perasaan ditusuk-tusuk. Gejala kardiovaskuler atau jantung dan pembuluh darah
meliputi : takikardia atau denyut jantung yang cepat, berdebar-debar, nyeri dada, rasa

lesu dan lemas seperti mau pingsan. Gejala pada pernafasan meliputi : sulit menelan,

perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan

terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, sukar buang air besar dan

kehilangan berat badan. Gejala urogenital meliputi : sering buang air kecil, tidak datang

haid, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin atau

frigid, ejakulasi dini. ( Hawari, 2006:80 ).

I. Kecemasan infertilitas sekunder

Masalah infertilitas sekunder bisa mengakibatkan stress psikologis bagi suami

ataupun isteri. Walaupun tidak sampai mengganggu kehidupan sehari-hari tetapi rasa

sedih dan cemas akan selalu ada. Hal ini disebabkan kegagalan untuk hamil lagi setelah

sukses hamil anak pertama. Disamping kurangnya dukungan dari keluarga dan teman-

teman yang semakin memperburuk keadaan pasangan ini. Selain adanya tuntutan anak

untuk meminta adik lagi, membuat rasa sedih dan kadang-kadang menimbulkan emosi

yang amat dalam.

Dalam hal ini sebagai pelayan kesehatan, harus mampu membangun hubungan

terapeutis, agar suami dan istri dapat mengungkapkan perasaan terhadap masalah dan

ketidakberdayaan yang mereka alami. Pasangan pada tahap awal evaluasi sering merasa

enggan dan malu, karena untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi, harus

membicarakan mengenai hubungan intim mereka, riwayat kehamilan sebelumnya,

kondisi kesehatan, serta gaya hidup mereka selama ini. ( Siswadi, 2007:59 ).
J. Metode Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan sejenis penelitian yang secara khusus

memberikan teknik untuk memperoleh jawaban atau informasi mendalam tentang

pendapat dan perasaan seseorang, sehingga ditemukan hal-hal yang tersirat mengenai

sikap, kepercayaan, motivasi dan perilaku target populasi. Selain untuk memperoleh

jawaban dan informasi yang lebih dalam, penelitian kualitatif juga dapat digunakan

sebagai alat untuk menciptakan suatu gagasan. Dalam hal ini gagasan tersebut kemudian

distimulasikan dengan cara mengamati dan mendengarkan berbagai issue serta perilaku

yang sedang berkembang dimasyarakat atau target populasi yang penggunaannya

dilakukan dengan bahasa mereka sendiri.( Hadi E, 1998:2 ).

Penelitian kualitatif juga merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk

menyelidiki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan

dari suatu pengaruh yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui

pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, metode penyelidikan yang digunakan

yaitu untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan, menghasilkan suatu temuan yang

tidak bisa ditetapkan sebelumnya. Metode penelitian kualitatif juga sangat cocok

digunakan untuk meneliti suatu masalah yang belum jelas, pada situasi sosial yang tidak

begitu luas, sehingga hasil penelitian lebih mendalam dan bermakna. ( Saryono,

Anggraeni M, 2010).

Denzim dan Lincoln (1987) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena

yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan metode yang ada. Dalam penelitian

kualitatif metode yang dimanfaatkan dapat berupa wawancara dan pengamatan, yang

berguna untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku
individu atau sekelompok orang yang diteliti secara rinci dan dibentuk dengan kata-kata

juga gambaran secara holistik.

Dengan adanya beberapa kajian defenisi tentang penelitian kualitatif, maka dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan yang dibentuk secara holistik dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah,dengan

memanfaatkan metode alamiah juga. ( Moleong L, 2005:6 ).

K. Etika Penelitian

Ciri utama penelitian kualitatif yaitu peneliti sendiri sebagai alat atau instrument

yang mengumpulkan data, dengan cara pengamatan dan wawancara mendalam. Dalam

hal ini peneliti akan berhubungan langsung dengan orang-orang, baik secara

perseorangan, kelompok atau masyarakat dan akan bergaul, hidup, merasakan serta

menghayati tata cara atau hidup dalam suatu latar penelitian. Bagi setiap orang dalam

kehidupan bermasyarakat, ada sejumlah peraturan, norma agama, nilai social, hak dan

nilai pribadi, adat, kebiasaan, tabu juga semacamnya yang hidup dan berada diantara

mereka. Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, mematuhi atau

mengindahkan nilai-nilai yang terkandung dalam pribadi dan masyarakat tersebut. Oleh

karena itu peneliti hendaknya dapat menyesuaikan diri dan dapat membaca situasi, adat,

kebiasaan dan kebudayaan yang ada dalam latar penelitian.

Menghadapi persoalan etika dalam penelitian dimasyarakat dapat menjadi suatu

hal yang sulit apabila peneliti tidak mempersiapkan diri baik secara fisik, psikologis dan

mental. Upaya yang dilakukan supaya hal tersebut tidak terjadi, hendaknya peneliti
terlebih dahulu mempersiapkan diri dan tetap berusaha untuk menahan diri, emosi juga

perasaan terhadap hal-hal yang pertama kali dilihat sebagai sesuatu yang aneh,

menggelikan serta tidak masuk akal.

Ada beberapa segi praktis yang perlu dilakukan peneliti dalam menghadapi etika

penelitian yaitu :

1 Pada waktu tiba dan berhadapan dengan orang-orang pada latar penelitian,

beritahukan secara jujur dan terbuka maksud dan tujuan kedatangan peneliti. Hal ini

diajukan kepada orang yang memberikan izin atau pejabat setempat dan subjek yang

akan diamati atau diwawancarai.

2 Memandang dan menghargai orang-orang yang diteliti bukan sebagai objek,

melainkan orang yang sama derajatnya dengan peneliti. Bila suasana ini terbina

dengan baik, maka akan terbukalah kesempatan bagi peneliti untuk berkomunikasi

dengan lancar dan menjadi akrab dengan objek yang diteliti.

3 Menghargai, menghormati dan mematuhi semua peraturan dan norma, nilai, adat

istiadat, kebiasaan dan kebudayaan dimasyarakat ditempat penelitian dilakukan. Jika

hal ini terjalin dengan baik, maka peneliti akan mudah bekerja sama dalam

pengumpulan informasi yang diperlukan.

4 Memegang teguh kerahasiaan dari segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi

yang diberikan oleh subjek penelitian dan jika informasi yang diberikan tidak

dikehendaki untuk dipublikasikan, maka peneliti harus menghormatinya.

5 Menulis semua kejadian, peristiwa, cerita secara jujur dan benar, jangan ditambah

atau diberi bumbu tetapi nyatakanlah sesuai dengan aslinya. Memoles, membedaki

atau memproses dan mengubah data merupakan kesalahan besar bagi seorang ilmuan

( Bogdan, Biklen, 1882 dalam Moleong, 2005:136 ).


L. Instrumen penelitian

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan satu hal yang cukup

rumit, karena peneliti mencakup sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis,

penafsir data dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrument

dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, hal ini sangat tepat karena penelitilah yang

menjadi segalanya dari seluruh proses penelitian.

Lincoln dan Guba (1981), mengemukakan ciri-ciri umum manusia sebagai

instrumen mencakup segi responsif yaitu manusia sebagai instrument yang responsif

terhadap lingkungan dan pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan. Selain sebagai

responsif, manusia juga harus dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi

pengumpulan data. Sambil mewawancarai peneliti membuat catatan sekaligus

mengamati keadaan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini peneliti harus mampu

menekankan keutuhan dengan memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya dengan

memandang dunia sebagai suatu keutuhan atau sebagai konteks yang berkesinambungan

dalam memandang diri sendiri juga kehidupan sebagai sesuatu yang riel, benar serta

mempunyai arti.

Didalam melakukan fungsi sebagai pengumpul data, peneliti juga harus

mendasari diri atas perluasan pengetahuan dengan menggunakan berbagai metode yang

dibekali dengan pengetahuan dan latihan. Kemampuan lain yang ada pada manusia

sebagai instrumen ialah memproses data secepatnya setelah diperolehnya kemudian

menyusunnya kembali atas dasar penemuannya dan merumuskan hipotesis kerja

sewaktu berada dilapangan, serta melakukan tes hipotesis kerja tersebut pada

respondennya. Selanjutnya peneliti memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan


penelitiannya dengan cara menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau

responden, terutama jika terjadi perubahan informasi yang diberikan oleh subjek.

Kemampuan untuk mencari informasi yang lain dari pada yang lain dapat

dilakukan juga dengan cara memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak

lazim, yang tidak direncanakan dari semula atau tidak diduga terlebih dahulu dengan

kata lain yang tidak lazim terjadi. Kemampuan peneliti yang seperti ini dalam suatu

penelitian manapun sangat bermanfaat bagi penemuan ilmu pengetahuan baru

( Moleong, 2005:172 ).

M. Tingkat Keabsahan Data

Untuk menentukan keabsahan data pada penelitian kualitatif, dibutuhkan

beberapa cara yaitu :

1. Kredibilitas

Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan

informasi yang dikumpulkan. Dalam hal ini hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh

semua orang atau pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan.

Adapun cara untuk memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian yaitu :

a. Prolonged engagement atau memperpanjang masa penelitian, disini peneliti

mengadakan pendekatan kepada responden sehingga saling mengenal dan

mempercayai.

b. Persisten observation atau pengamatan yang terus menerus. Hal ini dilakukan untuk

menemukan ciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau

isu yang sedang diteliti.


c. Triangulation atau triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau

pembanding dari data tersebut.

d. Peer debriefing atau diskusi dengan teman sejawat yaitu mengekspos hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan- rekan

sejawat.

e. Member checking atau mengadakan pengecekan anggota yaitu menguji kemung-

kinan dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian tersebut dengan

mengaplikasikannya pada data serta mengajukan pertanyaan tentang data.

2. Transferabilitas

Transferabilitas merupakan hasil penelitian dapat diterapkan pada situasi yang

lain. Kriteria ini digunakan untuk memenuhi suatu hasil penelitian yang dilakukan dalam

konteks tertentu dan dapat ditransfer ke subjek lain.

3. Dependabilitas

Dependabilitas merupakan hasil penelitian yang mengacu pada kekonsistenan

peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep

dalam membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini digunakan untuk

menilai proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mengaudit

keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Reabilitas penelitian

dipengaruhi oleh suatu konsep yang berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti,

metode pengumpulan data, analisa data, situasi dan kondisi sosial serta status dan

kedudukan peneliti dihadapan responden.


4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas merupakan hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya bila

hasilnya telah sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan

lapangan. Penelitian dikatakan objektif bila bila hasil penelitian telah disepakati. Dalam

penelitian kualitatif, uji konfirmabilitas, mirip dengan uji dependabilitas sehingga dapat

dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian

sesuai dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan suatu proses

penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut sudah memenuhi standar

konfirmabilitas ( Sugiono, 2008 : 277 ).

Anda mungkin juga menyukai