Implementasi e-Procurement
sebagai Inovasi Pelayanan Publik
Pengarah: Prof. Ir. Himawan Adinegoro, M.Sc., DFT.
Ir. Ikak Gayuh Patriastomo, MSP.
Penutup...........................................................................................76
KATA SAMBUTAN
Saya menyambut baik hadirnya Buku ini mencerminkan semangat gotong-
buku ini yang mengulas tentang royong yang diusung oleh LKPP bersama
peran pengadaan secara elektronik dengan instansi lain untuk menghadirkan
(e-procurement) dalam menghadirkan pengadaan barang/jasa pemerintah yang
inovasi pelayanan publik di sektor lebih baik. Serangkaian diskusi, seminar,
pengadaan. Terlebih lagi karena buku rapat, pertemuan, yang terkadang
ini menyentuh dunia teknologi informasi berlangsung sampai tengah malam
dan dunia pengadaan namun disajikan mengiringi proses penulisan buku ini
dengan bahasa yang sederhana. untuk dapat menyajikan hasil pengalaman
Dr. Ir. Roestam Sjarief, MNRM. Anda tidak perlu menjadi seorang ahli praktis dan nyata akan implementasi
Kepala LKPP
teknologi informasi atau ahli pengadaan e-procurement di Indonesia.
untuk memahami isi buku ini.
Diharapkan buku ini dapat digunakan
Buku ini bukan bercerita tentang sebagai salah satu sarana komunikasi
arsitektur aplikasi dan rincian rancangan untuk menjelaskan pentingnya
dari teknologi yang digunakan untuk e-procurement dalam peran sertanya
membangun e-procurement. Buku ini untuk menciptakan satu pasar nasional
bukan berisi rincian bagaimana proses yaitu pasar Indonesia.
pengadaan dilakukan. Di dalam buku ini,
pembaca akan menemukan bagaimana Jakarta, November 2009
kelembagaan kebijakan pengadaan
publik di Indonesia, peran strategis Kepala LKPP
e-procurement terhadap bangsa
dan negara, dukungan dari banyak
pihak, dan langkah pengembangan Dr. Ir. Roestam Sjarief, MNRM
e-procurement di Indonesia.
Pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP), yang dinamakan Pelayanan Terpadu dan sering kita temui di bank. Perubahan pengadaan barang/jasa pemerintah .
Kartu Keluarga (KK), Akte Kelahiran, semua urusan dapat diselesaikan disana. yang terjadi juga dilakukan terhadap Survei tersebut dilakukan terhadap
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat Bahkan saluran pelayanan lain seperti berbagai artefak seperti misalnya 371 unit layanan pada 98 instansi baik
Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), dan misalnya SMS, portal web, dan layanan seragam pelayan masyarakat yang lebih instansi pusat maupun daerah dengan
berbagai pelayanan administratif lainnya mobil keliling juga mulai diperkenalkan. ramah serta berbagai poster melibatkan jumlah responden pengguna
merupakan contoh pelayanan publik dari (lihat Gambar 4). layanan sebanyak 11.413 orang yang
pemerintah yang langsung bersentuhan Faktor transparansi dihadirkan dengan merupakan pengguna langsung dari
dengan individu masyarakat atau pemberian informasi yang jelas mengenai Masyarakat berharap bahwa inovasi layanan publik yang disurvei. Hasil
dunia usaha. Beberapa daerah telah jenis perijinan, waktu penyelesaian, serta yang sama juga dihadirkan dalam hal tersebut menggambarkan bahwa
berinovasi dengan membentuk unit biayanya (lihat Gambar 1). Kenyamanan pengadaan barang/jasa pemerintah. masyarakat berharap adanya perubahan
pelayanan terpadu yang mempermudah berurusan dengan pemerintah juga Hasil survei Integritas Sektor Publik dalam pengadaan barang/jasa
dan mempercepat pelayanan kepada dihadirkan dengan penataan fasilitas 2009 oleh Komisi Pemberantasan pemerintah. Kondisi pengadaan barang/
masyarakat. Masyarakat tidak perlu lagi pelayanan yang tampil ramah dan Korupsi menunjukkan bahwa dari 15 jasa pemerintah yang kurang efisien dan
berkunjung dari satu tempat ke tempat profesional dalam melayani masyarakat unit layanan dengan skor integritas kurang transparan seperti terlihat pada
lain, dari satu instansi pemerintah ke (lihat Gambar 2 dan Gambar 3). terendah, empat diantaranya adalah Gambar 5 diharapkan dapat berubah.
instansi pemerintah lainnya, untuk Masyarakat tidak perlu lagi antri sambil
mendapatkan layanan yang dibutuhkan. berdiri namun cukup mengambil nomor
Mereka cukup mendatangi satu tempat antrian dari mesin pencetak otomatis yang 1. Komisi Pemberantasan Korupsi (2009) Integritas Sektor Publik 2009. http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1107
5 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 6
Regulasi dalam Pelayanan Publik
Hadirnya UU No. 25 Tahun 2009 Teknologi, khususnya TIK, tentunya
tentang Pelayanan Publik semakin dapat berperan untuk meningkatkan
menegaskan pentingnya menghadirkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan
pelayanan publik yang berkualitas. akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan
Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa publik. Maklumat pelayanan, standar
pelayanan publik haruslah berasaskan pelayanan, serta berbagai ketentuan
kepentingan umum, kepastian hukum, dan peraturan dapat diwujudkan dengan
kesamaan hak, keseimbangan hak dan memanfaatkan TIK sehingga proses
kewajiban, profesional, partisipatif, tidak pelayanan dapat menjadi lebih cepat
diskriminatif, terbuka, akuntabel, tepat dan lebih mudah. Penyelenggara juga
waktu, cepat, mudah, dan terjangkau. akan merasa lebih aman karena aturan
kepatuhan telah terwujudkan dalam
UU tersebut juga menyebutkan bahwa teknologi yang digunakan.
masyarakat berhak mengetahui
kebenaran isi, mengawasi pelaksanaan, Kehadiran UU No.11 Tahun 2008 tentang
mendapatkan tanggapan atas Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
pengaduan, mendapatkan pemenuhan ITE) juga semakin menguatkan peran TIK
pelayanan, mendapatkan pelayanan dalam pelayanan publik. Pasal 4 dalam
Gambar 5. Gambaran Kondisi Pengadaan Barang/Jasa Saat Ini yang berkualitas dan bahkan dapat UU ITE menyebutkan bahwa TIK juga
mengadukan penyimpangan pelayanan
kepada Ombudsman (lihat Gambar 6).
Pemenuhan hak tersebut tentunya juga
harus diimbangi dengan kewajiban
masyarakat untuk mematuhi dan Regulasi Pelayanan
memenuhi ketentuan dan peraturan
sebagaimana dipersyaratkan; memelihara Publik menjadi tanggung
sarana, prasarana, dan/atau fasilitas jawab pemerintah dalam
pelayanan publik; dan berpartisipasi aktif. melayani pemangku
kepentingan
2. Kormonev, Kemeneg PAN (2006) Prinsip-prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
7 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 8
UU ITE dan UU KIP
ditujukan untuk meningkatkan efektivitas kepada masyarakat kecuali informasi
dan efisiensi pelayanan publik. UU ITE yang dikecualikan seperti misalnya semakin menegaskan
juga menegaskan bahwa Informasi informasi strategi dan rahasia bisnis pentingnya menyelenggara-
Elektronik maupun Dokumen Elektronik yang menjadi hak perusahaan, informasi kan pelayanan publik
serta hasil cetaknya merupakan alat bukti rahasia negara, informasi intelijen, dan
hukum yang sah seperti tertulis di Pasal 5. informasi yang bersifat pribadi. yang profesional
Kemudian di Pasal 11 disebutkan bahwa
tanda tangan elektronik juga memiliki Keterbukaan informasi publik menjadi
kekuatan hukum dan akibat hukum yang sarana untuk mengoptimalkan terbuka untuk umum untuk memperoleh
sah. Kesemua hal di atas memberikan pengawasan publik terhadap informasi publik, mendapatkan salinan
rasa aman dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan negara dan badan informasi publik melalui permohonan
pemanfaatan TIK untuk menunjang publik lainnya serta segala sesuatu sesuai dengan UU KIP, dan/atau
penyelenggaraan pelayanan publik. yang berakibat pada kepentingan menyebarluaskan informasi publik sesuai
publik. Di dalam UU KIP disebutkan dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam menyelenggarakan pelayanan bahwa setiap informasi publik bersifat Masih dalam pasal yang sama, di ayat
publik, badan publik juga terikat dengan terbuka dan dapat diakses oleh setiap 4 disebutkan bahwa setiap pemohon
UU No. 14 tentang Keterbukaan pengguna informasi publik (Pasal 2 ayat informasi publik berhak mengajukan
Informasi Publik (UU KIP) untuk dapat 1) dan setiap orang berhak memperoleh gugatan ke pengadilan apabila dalam
menyampaikan informasi secara terbuka. informasi publik sesuai dengan ketentuan memperoleh informasi publik mendapat
Hal ini berarti bahwa siapa saja yang UU KIP (Pasal 4 ayat 1). hambatan atau kegagalan sesuai dengan
menjalankan tugas dan fungsi dengan ketentuan UU KIP.
dana yang bersumber dari APBN/APBD Lebih rinci lagi, dalam Pasal 4 ayat 2
dan sumbangan dana publik, harus disebutkan bahwa setiap orang berhak Hadirnya UU KIP semakin menegaskan
menyampaikan informasi secara terbuka melihat dan mengetahui informasi publik, pentingnya menyelenggarakan
Gambar 6. Iklan Ombudsman di Surat Kabar menghadiri pertemuan publik yang pelayanan publik yang profesional, tidak
diskriminatif, terbuka, dan akuntabel.
9 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 10
Regulasi dalam Pengadaan Pemerintah
Pengadaan barang/jasa pemerintah Sama seperti penyelenggaraan
merupakan salah satu kegiatan pelayanan publik lainnya, pengadaan
yang dilakukan pemerintah dalam pemerintah dapat diselenggarakan Ir. Agus Rahardjo, MSM.
penyelenggaraan pelayanan publik, secara konvensional atau dengan Sekretaris Utama LKPP
11 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 12
terbatas, dan pada akhirnya lembaga akan Kekurangan dari sisi efisiensi dan
meminta penawaran, membeli barang, transparansi seperti tergambar di atas
Regulasi Pengadaan Pemerintah di Filipina dan mengontrak jasa dari sekumpulan membuat pengadaan pemerintah kurang
pemasok yang mereka kenal. Jumlah berfungsi sebagai perangkat untuk
Sebagai gerakan anti-korupsi dan bagian dari agenda menuju tata kelola yang baik, pemerintah Filipina penawar untuk peluang tersebut pun juga memajukan pembangunan (kelemahan
telah mengeluarkan regulasi di bidang pengadaan yang dinamakan Government Procurement Reform
Act (Republic Act 9184) pada bulan Januari 2003.
terbatas meski mereka telah mengetahui ketiga) mengingat operasi pengadaan
kebutuhan lembaga. Situasi ini yang ada mengurangi efektivitas program
Tadinya, Filipina memiliki lebih dari 100 produk hukum terkait dengan pengadaan pemerintah. Produk-
produk hukum yang sangat terfragmentasi tersebut kemudian dikonsolidasikan dalam Government
menimbulkan pertanyaan dari sisi keadilan dan proyek pemerintah serta kurang
Procurement Reform Act yang menjadi dasar bagi modernisasi, standarisasi, dan regulasi aktivitas proses pengadaan dan memunculkan berkontribusi terhadap produktivitas dan
pengadaan pemerintah. Act tersebut dirancang untuk memadukan sistem pengadaan Filipina,
mengurangi peluang untuk terjadinya suap dan korupsi, menyelaraskan sistem pengadaan dengan
kebutuhan akan mekanisme pengukuran pertumbuhan yang seimbang. Selain
standar dan praktik internasional, serta mendorong transparansi, kompetisi, efisiensi, akuntabilitas, dan dan pengawasan yang lebih ketat. itu, prosedur pengadaan yang ada lebih
pengawasan publik.
Kurangnya transparansi mengurangi berpusat pada pemasok dan kawasan
Government Procurement Reform Act mengharuskan penggunaan Philippine Government Electronic kredibilitas proses pengadaan, yang memiliki kekuatan negosiasi yang
Procurement System (PhilGEPS) bagi seluruh lembaga pemerintah pusat, perusahaan yang dimiliki
atau dikendalikan oleh pemerintah, lembaga keuangan pemerintah, perguruan tinggi negeri, dan unit
mengurangi kepercayaan masyarakat lebih, ketimbang berpihak pada sektor
pemerintah daerah. Penyedia barang/jasa yang ingin terlibat dalam pengadaan pemerintah harus umum, dan membuatnya rentan korupsi. usaha kecil menengah (UKM) atau
mendaftarkan diri terlebih dahulu ke sistem.
Hal ini bertentangan dengan keinginan pembangunan daerah.
Penggunaan PhilGEPS akan meningkatkan transparansi pengadaan pemerintah karena peluang untuk Indonesia untuk memberantas korupsi
berbisnis dengan pemerintah dan aktivitas sesudahnya dilakukan secara online. Informasi tentang siapa
yang menjadi pemenang, alasan pemenangan, dan nilai kontrak dapat diakses melalui sistem. Dengan
seperti yang tertuang dalam Inpres Inovasi layanan pengadaan dengan
PhilGEPS, penyedia barang/jasa tidak perlu lagi mengunjungi kantor lembaga pemerintah untuk melihat Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan memanfaatkan TIK diharapkan dapat
pengumuman pengadaan.
Pemberantasan Korupsi. mengatasi permasalahan di atas seperti
Sumber: halnya TIK membantu mempercepat
1. National Economic and Development Authority (2004) Medium-Term Philippine Development Plan 2004-2010.
Manila. http://www.gov.ph/documents/ MTPDP%202004-2010%20NEDA%20v11-12.pdf Ruang lingkup kompetisi yang terbatas dan mengefisienkan penyelenggaraan
2. Estanislao C. Granados (2006) Philippine Government Electronic Procurement System (PhilGEPS).
http://www.oecd.org/dataoecd/18/61/36227647.ppt dan prosedur pengawasan yang lebih pelayanan publik lainnya. Pengadaan secara
ketat membuat proses pengadaan elektronik (e-procurement) bagi pemerintah
menjadi kurang efisien (kelemahan diharapkan tidak hanya meningkatkan
kedua), yang akhirnya membuat waktu transparansi, tetapi juga memberikan
Box 1 - Regulasi Pengadaan Pemerintah di Filipina
pengiriman (delivery time) menjadi lebih efisiensi yaitu dalam hal harga yang lebih
lama dan biaya menjadi lebih mahal, rendah, biaya transaksi yang lebih murah,
baik bagi pemerintah maupun pemasok. layanan publik yang lebih baik, dan siklus
Harga barang/jasa yang diperlukan pengadaan yang lebih pendek .
menjadi lebih tinggi. Di beberapa
negara, biaya administratif terkait dengan Selain sebagai alat bantu efektif untuk
pengadaan bahkan lebih mahal dari mengurangi korupsi, e-procurement juga
biaya produk atau jasa yang dibeli. meningkatkan produktivitas tidak hanya
6. Pamela Diaz Manalo (2005) e-Procurement in the Philippines, Status and Future Challenges. Occasional Paper No.3. Quezon City, Philippines.
13 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 14
pada pemerintah tetapi juga kepada Selanjutnya dalam Inpres No. 5 Tahun
usaha kecil dan menengah (UKM) . 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
e-Procurement juga meningkatkan kinerja Korupsi diinstruksikan kepada Kementerian
organisasi terhadap beberapa hal yaitu Koordinator Bidang Perkonomian,
untuk mendapatkan produk berkualitas Kementerian Keuangan, dan Kementerian
dengan harga yang tepat, yang kemudian PPN/Bappenas untuk melakukan kajian dan
dikirimkan pada saat yang tepat, dengan uji coba pelaksanaan sistem e-procurement
jumlah dan dari sumber yang tepat . yang dapat digunakan bersama oleh
Instansi Pemerintah.
Kemauan politik pemerintah akan pentingnya
e-procurement secara eksplisit dinyatakan Di akhir tahun 2006, dikeluarkan Perpres
oleh pemerintah semenjak dikeluarkannya No. 20 Tahun 2006 tentang Pembentukan
Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Dewan TIK Nasional (DeTIKNas) yang
dan Strategi Nasional Pengembangan mengemban empat tugas, yaitu:
e-Government dimana dalam Lampiran I • Merumuskan kebijakan umum dan
disebutkan bahwa e-procurement dapat arahan strategis pembangunan
dimanfaatkan oleh setiap situs pemerintah. nasional, terkait pendayagunaan TIK;
Selanjutnya dalam Inpres No. 5 Tahun 2003
• Melakukan pengkajian dalam
tentang Kebijakan Ekonomi Selama dan
menetapkan langkah penyelesaian
Setelah Program Kerjasama dengan IMF
permasalahan strategis yang timbul
(International Monetary Fund) disebutkan
dalam rangka pengembangan TIK;
bahwa sebagai bagian dari Program Stabilitas
Ekonomi Makro – Rencana Tindak Kebijakan • Melakukan koordinasi nasional dengan
Peningkatan Efisiensi Belanja Negara, empat Instansi Pemerintah Pusat/Daerah,
instansi yaitu Kementerian Sekretariat Negara, Badan Usaha Milik Negara/Badan
Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Usaha Milik Daerah, Dunia Usaha,
Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Lembaga Profesional, dan komunitas
Koordinator Bidang Perekonomian diwajibkan TIK, serta masyarakat pada umumnya
mengembangkan dan mengimplementasikan dalam rangka pengembangan TIK; dan
e-procurement. • Memberikan persetujuan atas
pelaksanaan program TIK yang
Keppres No 80 Tahun 2003 juga bersifat lintas kementerian agar
menyebutkan e-procurement dalam Lampiran efektif dan efisien.
I Bab IV Huruf D. Dinyatakan disana bahwa
dalam menyikapi era globalisasi, pelaksanaan
pengadaan barang/jasa dapat menggunakan
sarana elektronik. Pelaksanaan e-procurement
disesuaikan dengan kepentingan pengguna 7. Asian Development Bank (ADB) (2009) Republic of the Philippines: Strengthening the Philippine Government Electronic Procurement System.
barang/jasa dan ketentuan peraturan Technical Assistance Report. Project Number: 42537. http://www.adb.org/Documents/TARS/PHI/42537-PHI-TAR.pdf
8. Peter Baily, David Farmer, David Jessop, dan David Jones (1998) Purchasing Principles and Management. Edisi 8. Prentice Hall.
perundang-undangan yang berlaku.
15 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 16
Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
DeTIKNas menetapkan tujuh
program prioritas (flagship) yaitu:
Pengadaan barang/jasa pemerintah perlu LKPP dibentuk berdasarkan
pembangunan infrastruktur Palapa
dilaksanakan dengan lebih efektif dan pertimbangan bahwa cakupan
Ring, e-Procurement, e-Pendidikan,
efisien serta mengutamakan penerapan pengadaan barang/jasa pemerintah
Nomor Identitas Nasional, National
beberapa prinsip pokok yaitu persaingan bersifat lintas institusi dan lintas sektor
Single Window, Software Legal, dan
usaha yang sehat, transparan, terbuka serta berdampak langsung terhadap
e-Anggaran. Untuk e-procurement,
dan perlakuan yang adil bagi semua pengembangan usaha kecil, produksi
lembaga yang ditunjuk sebagai
pihak. Untuk itu diperlukan perencanaan, dalam negeri, dan pengembangan iklim
penanggung jawabnya adalah
pengembangan, dan penyusunan dan dunia usaha pada umumnya.
Kementerian PPN/Bappenas. Program
strategi; penentuan kebijakan; serta
flagship DeTIKNas telah menjadi bagian
aturan perundangan pengadaan barang/ Kehadiran LKPP diharapkan dapat
dari fokus program ekonomi tahun
jasa pemerintah, yang sesuai dengan membantu pemerintah dalam menyusun
2008-2009 seperti tertuang dalam
tuntutan dan perkembangan lingkungan, dan merumuskan strategi serta penentuan
Inpres No. 5 Tahun 2008.
baik internal maupun eksternal, yang kebijakan dan standar prosedur
berkelanjutan, berkala, terpadu, terarah pengadaan barang/jasa pemerintah
dan terkoordinasi. termasuk pembinaan sumber daya
manusia. LKPP juga diberi tugas untuk
Atas dasar itulah, Pemerintah Republik mengembangkan sistem informasi serta
Indonesia mengeluarkan Perpres No. melakukan pengawasan penyelenggaraan
106 Tahun 2007 untuk membentuk pengadaan barang/jasa pemerintah
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ secara elektronik. Selain itu, LKPP juga
Jasa Pemerintah (LKPP) yang sudah diberi tugas untuk melakukan bimbingan
diamanatkan sebelumnya dalam Keppres teknis, advokasi dan bantuan hukum.
No. 80 Tahun 2003. Sementara LKPP
belum terbentuk, pengembangan
kebijakan pengadaan barang/jasa
pemerintah tadinya ditangani oleh Pusat
Pengembangan Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Publik – Bappenas. LKPP
adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden namun
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
dikoordinasikan oleh Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional.
17 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 18
Dalam hal penyelenggaraan pengadaan
barang/jasa pemerintah secara
elektronik, LKPP telah mengembangkan
sistem aplikasi e-procurement dengan
berlandaskan kepada Keppres No. 80
Tahun 2003 (lihat Gambar 7). Selanjutnya,
penggunaan aplikasi tersebut diperluas
dengan peran serta dan kerjasama
dengan berbagai pihak dengan
membentuk Layanan Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE) di berbagai instansi.
LPSE adalah unit yang melayani proses
pengadaan barang/jasa pemerintah yang
dilaksanakan secara elektronik.
19 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 20
PROGRES E-PROCUREMENT
31 Desember 2009
Gambar 8. Status Implementasi e-Procurement Nasional Tabel 1. Daftar LPSE, Instansi beserta Capaian di Tahun 2007- 2009
Pada bulan Desember 2009, telah tercatat lain, seperti misalnya LPSE Jawa Barat
sebanyak 34 LPSE yang tersebar di yang selain melayani Provinsi Jawa Barat
19 provinsi dan melayani 47 instansi di juga melayani Kabupaten Kuningan, Kota
Indonesia (lihat Tabel 1). Purwakarta, dan Kota Sukabumi.
21 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 22
Progres Tahapan Implementasi e-Procurement Pemerintah Pusat Progres Tahapan Implementasi e-Procurement BUMN, PTN, Rumah Sakit
28 Januari 2010 28 Januari 2010
STATUS
No KELOMPOK INSTANSI STATUS
1 2 3 4 5 �No� KELOMPOK� INSTANSI�
�1 �2 �3 �4 5
1 KEMENTERIAN KOORDINATOR Kesejahteraan Rakyat
1 BUMN PT. Kawasan Berikat Nusantara
Keuangan Universitas Diponegoro (UNDIP)
Pendidikan Nasional Universitas Negeri Makassar (UNM)
Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga - Yogyakarta *
Komunikasi dan Informatika Universitas Negeri Medan
2 KEMENTERIAN Luar Negeri Institut teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Perhubungan Politeknik Negeri Lampung
Perindustrian 2 PERGURUAN TINGGI������ Universitas Indonesia (UI)
Kelautan dan Perikanan Universitas Lampung (UNILA)
Agama Institut Teknologi Bandung (ITB)
Badan Usaha Milik Negara Universitas Gadjah Mada (UGM)
3 KEMENTERIAN�NEGARA
Pembangunan Daerah Tertinggal Universitas Mulawarman (UNMUL)
Sekretaris Kabinet Universitas Hasanudin (UNHAS)
4 SETINGKAT MENTERI
POLRI Universitas Negeri Padang (UNP)
BKKBN 3 RUMAH SAKIT RS Persahabatan
BKPM
BNN Keterangan:
BATAN
5 LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN BPOM 1 Status 1 (Leads): Instansi Pemerintah yang telah melakukan koordinasi/inisiasi awal dengan LKPP;
LAN 2 Status 2 (Inisiasi): Instansi Pemerintah yang sudah mengirimkan surat minat implementasi e-Procurement dan telah melaksanakan sosialisasi;
3 Status 3 (Pra Operasional): Instansi Pemerintah yang masih dalam tahap persiapan operasional (telah melaksanakan manajemen training bagi
BPN pengelola LPSE, terbitnya regulasi tentang LPSE, telah tersedianya infrastruktur dan aplikasi SPSE yang dapat diakses oleh publik)
PPATK 4 Status 4 (Pra Tender): Instansi Pemerintah yang segera melakukan lelang e-Procurement dengan LPSE (persiapan lelang e-Procurement );
LKPP 5 Status 5 ( Operasional & Tender ): Telah melaksanakan lelang.
KPK
6 KOMISI
Komisi Yudisial
Keterangan:
Tabel 3. Progres Tahapan Implementasi e-Procurement BUMN, PTN, dan Rumah Sakit
1 Status 1 (Leads): Instansi Pemerintah yang telah melakukan koordinasi/inisiasi awal dengan LKPP;
2 Status 2 (Inisiasi): Instansi Pemerintah yang sudah mengirimkan surat minat implementasi e-Procurement dan telah melaksanakan sosialisasi;
3 Status 3 (Pra Operasional): Instansi Pemerintah yang masih dalam tahap persiapan operasional (telah melaksanakan manajemen training bagi
pengelola LPSE, terbitnya regulasi tentang LPSE, telah tersedianya infrastruktur dan aplikasi SPSE yang dapat diakses oleh publik)
4 Status 4 (Pra Tender): Instansi Pemerintah yang segera melakukan lelang e-Procurement dengan LPSE (persiapan lelang e-Procurement );
5 Status 5 (Operasional & Tender): Telah melaksanakan lelang.
23 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 24
Kabupaten Pacitan
Kota Probolinggo
Kota Batu
Kota Kediri
Kota Madiun
Kota Malang
Provinsi Kalimantan Barat
Progres Tahapan Implementasi e-Procurement
e-Procurement Pemerintah
Pemerintah Daerah
Daerah Kabupaten Kubu Raya
28 January
28 Januari 2010
2010 11 KALIMANTAN BARAT
Kabupaten Ketapang
Kota Pontianak
STATUS Kabupaten Tabalong
No WILAYAH PEMERINTAH DAERAH
1 2 3 4 5 Kabupaten Tanah Bumbu
Provinsi Bali Kabupaten Tanah Laut
1 BALI Kabupaten Balangan
Kota Denpasar
Kabupaten Bangka Tengah 12 KALIMANTAN SELATAN Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Kabupaten Belitung Kabupaten Hulu Sungai Utara
2 BANGKA BELITUNG Kabupaten Kotabaru
Kabupaten Bangka
Kota Pangkal Pinang Kota Banjarbaru
Kabupaten Lebak Kota Banjarmasin
3 BANTEN Kabupaten Tangerang Provinsi Kalimantan Tengah
Kota Cilegon Kabupaten Kapuas
Provinsi D. I. Yogyakarta 13 KALIMANTAN TENGAH Kabupaten Kotawaringin Timur
Kabupaten Sleman Kabupaten Lamandau
4 D. I. YOGYAKARTA Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Seruyan
Kabupaten Kulon Progo Provinsi Kalimantan Timur
Kota Yogyakarta Kabupaten Bulungan
5 DKI JAKARTA Provinsi DKI Jakarta Kabupaten Kutai Kartanegara
14 KALIMANTAN TIMUR
Provinsi Gorontalo Kabupaten Paser
6 GORONTALO Kabupaten Berau
Kabupaten Pohuwato
Provinsi Jambi Kota Samarinda
Kabupaten Batanghari Provinsi Kepulauan Riau
7 JAMBI Kabupaten Karimun
Kabupaten Sarolangun
Kabupaten Tanjung Jabung Barat 15 KEPULAUAN RIAU Kabupaten Natuna
Provinsi Jawa Barat Kabupaten Bintan
Kabupaten Bandung Barat Kota Batam
Kabupaten Bogor Provinsi Lampung
16 LAMPUNG
Kabupaten Garut Kota Metro
Kabupaten Indramayu 17 MALUKU Kabupaten Pulau Buru
Kabupaten Tasikmalaya 18 MALUKU UTARA Kabupaten Halmahera Selatan
8 JAWA BARAT Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Purwakarta 19 NANGROE ACEH DARUSSALAM Kota Langsa
Kota Banjar Kota Banda Aceh
Kota Tasikmalaya 20 NUSA TENGGARA BARAT Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kota Depok Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kota Sukabumi 21 NUSA TENGGARA TIMUR Kabupaten Ende
Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Sumba Barat
Kabupaten Banjarnegara 22 PAPUA Provinsi Papua
Kabupaten Klaten Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Sragen Kabupaten Siak
23 RIAU
Kabupaten Temanggung Kota Dumai
Kabupaten Banyumas Kota Pekanbaru
9 JAWA TENGAH
Kabupaten Brebes Provinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Kebumen Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Pemalang Kabupaten Sinjai
Kota Tegal Kabupaten Takalar
24 SULAWESI SELATAN
Kota Salatiga Kabupaten Luwu Utara
Kota Semarang Kota Pare-Pare
Provinsi Jawa Timur Kota Palopo
Kabupaten Kediri Kota Makassar
Kabupaten Jember 25 SULAWESI TENGGARA Provinsi Sulawesi Tenggara
Kabupaten Lamongan 26 SULAWESI BARAT Provinsi Sulawesi Barat
Kabupaten Magetan 27 SULAWESI UTARA Provinsi Sulawesi Utara
Kabupaten Malang Provinsi Sumatera Barat
Kabupaten Probolinggo Kabupaten Tanah Datar
Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Agam
10 JAWA TIMUR
Kabupaten Banyuwangi 28 SUMATERA BARAT Kabupaten Sijunjung
Kabupaten Madiun Kota Payakumbuh
Kabupaten Pacitan Kota Padang
Kota Probolinggo Kota Sawahlunto
Kota Batu Provinsi Sumatera Selatan
� 29� SUMATERA SELATAN
Kota Kediri Kota Prabumulih
Kota Madiun Provinsi Sumatera Utara
Kota Malang Kabupaten Labuhan Batu
Provinsi Kalimantan Barat � 30� SUMATERA UTARA Kabupaten Mandailing Natal
Kabupaten Kubu Raya Kota Binjai
11 KALIMANTAN BARAT
Kabupaten Ketapang Kota Medan
Kota Pontianak
Keterangan:
Kabupaten Tabalong
Kabupaten Tanah Bumbu 1 Status 1 (Leads): Instansi Pemerintah yang telah melakukan koordinasi/inisiasi awal dengan LKPP;
2 Status 2 (Inisiasi): Instansi Pemerintah yang sudah mengirimkan surat minat implementasi e-Procurement dan telah melaksanakan sosialisasi;
Kabupaten Tanah Laut 3 Status 3 (Pra Operasional): Instansi Pemerintah yang masih dalam tahap persiapan operasional (telah melaksanakan manajemen training bagi
Kabupaten Balangan pengelola LPSE, terbitnya regulasi tentang LPSE, telah tersedianya infrastruktur dan aplikasi SPSE yang dapat diakses oleh publik)
12 KALIMANTAN SELATAN Kabupaten Hulu Sungai Selatan 4 Status 4 (Pra Tender): Instansi Pemerintah yang segera melakukan lelang e-Procurement dengan LPSE (persiapan lelang e-Procurement );
5 Status 5 (Operasional & Tender): Telah melaksanakan lelang.
Kabupaten Hulu Sungai Utara
Tabel 4. Progres Tahapan Implementasi e-Procurement Pemerintah
Kabupaten Kotabaru
Daerah.
Kota Banjarbaru
Kota Banjarmasin
Provinsi Kalimantan Tengah
25 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik
Kabupaten Kapuas Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 26
13 KALIMANTAN TENGAH Kabupaten Kotawaringin Timur
BAB 2
Peran Strategis Pemerintah Indonesia saat ini berusaha
untuk mewujudkan pemerintahan
Reformasi birokrasi mencakup beberapa
aspek sebagai berikut:
e-Procurement yang bersih (clean government) dan
menerapkan tata kelola yang baik
• Kelembagaan: yaitu dengan
menyusun organisasi yang ramping
(good governance). Kedua hal tersebut struktur namun kaya fungsi;
baru bisa dicapai jika penyelenggaraan • Sumber Daya Manusia (SDM): yaitu
pemerintahan didasarkan pada prinsip dengan menciptakan SDM yang
kepastian hukum, profesional, visioner, profesional dan kompeten;
efisien, efektif, akuntabel, transparan, • Tata Laksana: yaitu dengan
dan partisipatif. menciptakan proses bisnis yang
efisien dan efektif;
Maraknya praktik korupsi, rendahnya • Pengawasan dan Akuntabilitas: yaitu
kualitas layanan publik yang tidak dengan menciptakan proses bisnis
memenuhi harapan publik, birokrasi yang transparan dan akuntabel; dan
pemerintahan yang tidak efisien dan • Pelayanan Publik: yaitu dengan
efektif, transparansi dan akuntabilitas menyelenggarakan pelayanan publik
yang rendah, serta rendahnya disiplin yang cepat, tepat, murah, mudah,
dan etos kerja aparatur negara menjadi tidak diskriminatif, dan memuaskan.
dasar perlunya reformasi untuk mencapai
pemerintahan yang bersih. Khusus untuk Pelayanan Publik, telah
disusun berbagai rencana aksi agar
Pencapaian tata kelola pemerintahan penyelenggaraan pelayanan publik yang
memerlukan reformasi di berbagai bidang dicita-citakan dapat tercapai. Rencana
dimana termasuk didalamnya adalah aksi tersebut mencakup penciptaan
reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi iklim usaha dan investasi yang kondusif,
di Indonesia saat ini tengah berlangsung pembentukan pelayanan satu atap,
untuk menciptakan pemerintahan yang penciptaan inovasi penyelenggaraan
baik di tahun 2025 . pelayanan publik, dan akses data yang
lebih cepat melalui jaringan sistem online.
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi.
http://www.menpan.go.id/images/stories/PER15_2008.pdf
kita melihat permasalahan dalam 14. KPK Periksa Sekjen Dephut (2009) http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/12/16/42239
15. APBN Potensi Dikorupsi: Kerugian Negara Pengadaan Barang Senilai Rp. 689,19 Miliar. Surat Kabar Kompas 3 Desember 2009.
pengadaan barang/jasa pemerintah http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/03/03451546/APBN.Potensi.Dikorupsi
16. Ikak Gayuh Patriastomo (2007) e-Procurement, Forum Pengadaan, http://www.lkpp.go.id/v2/files/download/9/Forum-2007-12-03-E-Procurement.pdf
17. www.fiskal.depkeu.go.id
Jika dikaitkan dengan aspek reformasi e-Procurement merupakan inisiatif yang Teknologi e-procurement memberikan tidak hanya proses bisnisnya sudah
birokrasi, inisiatif e-government menyentuh seluruh aspek reformasi mekanisme pengawasan dan pengaduan ditata ulang oleh Keppres tersebut,
yang terkait dengan perijinan lebih birokrasi. Ditinjau dari sisi Pengawasan atas dugaan penyimpangan pada suatu tetapi juga sekaligus diotomasikan
menitikberatkan pada aspek Tata dan Akuntabilitas, pengawasan oleh proses pengadaan. Transparansi dan dengan bantuan TIK. Salah satu contoh
Laksana dan Pelayanan Publik. Mereka masyarakat terhadap proses pengadaan keterbukaan proses pengadaan tentunya otomasi dalam e-procurement adalah
lebih mengutamakan penyelenggaraan di masa lalu dirasakan kurang antara lain akan semakin memudahkan proses proses penjadwalan pengadaan yang
pelayanan publik yang cepat, tepat, disebabkan oleh minimnya pengetahuan, pengawasan. Seluruh elemen masyarakat membuat proses pengadaan menjadi
murah, mudah, dan memuaskan pemahaman, dan perhatian masyarakat terutama lembaga non-pemerintah lebih disiplin dan transparan. Pada kasus
dengan menciptakan proses bisnis tentang pengadaan barang/jasa diharapkan dapat berperan secara aktif tertentu, penggunaan e-procurement
yang efisien dan efektif. Mekanisme pemerintah. Disamping itu, tidak dalam mengawasi proses pengadaan. telah mempercepat proses pengadaan
pengawasan belum tentu tersedia dan tersedianya mekanisme pengawasan dan yang tadinya memerlukan waktu 36 hari
kompetensi SDM yang dibutuhkan lebih penyampaian pengaduan atas dugaan Ditinjau dari sisi Tata Laksana, tidak dengan cara konvensional menjadi hanya
mengutamakan kepada pengetahuan penyimpangan pengadaan semakin hanya proses pengadaan menjadi lebih 18 hari dengan penggunaan teknologi .
umum tentang TIK. memperkecil keinginan, peran dan jelas ketentuannya dengan diterbitkannya Penerapan e-procurement di Andhra
partisipasi masyarakat untuk melakukan Keppres No. 80 Tahun 2003, Pradesh, negara bagian India, telah
proses pengawasan . Ketika mekanisme teknologi telah memungkinkan untuk mempercepat proses pengadaan dari
pengawasan tidak ada, maka peluang mengotomatisasikan ketentuan tersebut. 120-180 hari dengan cara konvensional
terjadinya penyimpangan akan semakin Oleh karenanya, efisiensi dan efektivitas menjadi hanya 36 hari .
besar. Korupsi dan kolusi diantara pihak yang diraih menjadi berlipat karena
yang terlibat menjadi mungkin.
22. Ikak Gayuh Patriastomo (2007) Trust dalam Pelelangan. Forum Pengadaan. http://www.lkpp.go.id/v2/files/download/9/Forum-2007-10-01-Trust-dalam-Pelelangan.pdf
Isi Pakta Integritas adalah sebagai berikut:
• Tidak akan melakukan praktek KKN;
• Akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/berwenang apabila mengetahui ada indikasi KKN di dalam proses lelang ini;
• Dalam proses pengadaan ini, berjanji akan melaksanakan tugas secara bersih, transparan, dan profesional dalam arti akan mengerahkan segala kemampuan dan
sumber daya secara optimal untuk memberikan hasil kerja terbaik mulai dari penyiapan penawaran, pelaksanaan, dan penyelesaian pekerjaan/kegiatan ini;
• Apabila saya melanggar hal-hal yang telah saya nyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini, saya bersedia dikenakan sanksi moral, sanksi administrasi serta dituntut
ganti rugi dan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• e-Leadership:
Implementasi e-procurement
membutuhkan komitmen dan
dukungan penuh dari pimpinan.
25. Prof. Himawan Adinegoro (2009) Strategi Pengembangan dan Implementasi e-Procurement di Indonesia, Materi Presentasi
26. Prof. Himawan Adinegoro (2009) Strategi Pengembangan dan Implementasi e-Procurement di Indonesia, Materi Presentasi.
• Publikasi: Tingkatan ini ditandai • Interaksi: Di tingkat interaksi, terjadi • Transaksi: Pada tingkatan ini, selain • Transformasi: Di tingkatan paling
ketika semua pihak dapat melihat pertukaran informasi yang cerdas dan penyediaan informasi seperti yang akhir ini, terjadi perubahan besar di
semua proses. Informasi dapat mengikuti urutan. Pengumpulan informasi terjadi di tingkatan interaksi, barang masyarakat terhadap banyak aspek.
diakses dengan mudah karena data dilakukan ketika terjadi operasi, tidak dan jasa diperjualbelikan secara bersaing Sektor publik dan swasta mengalami
telah disederhanakan, diintegrasikan hanya berupa laporan sesudah dengan ditunjang sistem pasokan reorganisasi. Proses sosial dan
dan distandarisasikan. Partisipan kejadian. Ini meningkatkan keabsahan (supply), permintaan (demand), dan ekonomi mengalami perubahan
pengadaan dapat terus terinformasikan dan mengurangi biaya. Pencarian pembayaran. Batasan waktu dan dan akibatnya struktur jabatan-pun
dan melakukan pengawasan. Dengan informasi juga menjadi lebih mudah geografis terhapuskan karena peserta ikut berubah. Layanan menjadi lebih
publikasi, maka transparansi dan dengan digunakannya basisdata pengadaan dapat melakukan aktivitasnya terintegrasi, rantai nilai berubah, dan
akuntabilitas juga lebih terlihat. yang memudahkan pengaturan data, kapanpun dimanapun, dan nilai tambah muncul layanan-layanan baru.
pengecekan-silang, dan pertukaran dari transaksi yang ada menjadi Hubungan sosial ikut berubah sehingga
informasi, sekaligus menghindari meningkat. Partisipan pengadaan dapat juga terjadi perubahan interaksi orang-
duplikasi data. Partisipan pengadaan melakukan aktivitas mereka secara online ke-orang, orang-ke-organisasi maupun
dapat bertukar informasi dasar untuk dan mereka dapat memperdagangkan organisasi-ke-organisasi. Akuntabilitas
pengambilan keputusan. Di tingkatan banyak jenis barang dan jasa. menjadi total dan permanen. Informasi
ini juga terjadi peningkatan efisiensi Transparansi dan akuntabilitas melebur menjadi sangat penting dalam
dan transparansi. dalam perangkat bantu yang digunakan kehidupan sehari-hari.
untuk menunjang proses pengadaan.
Tingkat efisiensi dan dampak dari
persaingan terhadap ekonomi dan
pembangunan semakin meningkat.
29. Asian Development Bank (ADB) (2004) Electronic Government Procurement Roadmap.
http://www.unpcdc.org/media/2610/electronic%20government%20procurement%20-%20roadmap.pdf
30. Asian Development Bank (ADB) (2004) Electronic Government Procurement Roadmap.
http://www.unpcdc.org/media/2610/electronic%20government%20procurement%20-%20roadmap.pdf
31. Wawancara pribadi dengan Ibu Hilma, LPSE Provinsi Sumatera Barat.
32. Wawancara pribadi dengan Bapak Karso Saminurahmat, LPSE Provinsi Jawa Barat.
pihak yang terlibat saja. Dengan keberhasilan Lemsaneg dalam pembuatan APENDO, maka LKPP telah mempercayakan kepada
Jika dilihat dari kacamata yang lebih Lemsaneg untuk mengembangkan proses pengadaan barang/jasa secara elektronik ini dengan sistem
Certificate Authority atau sertifikat elektronik dimana Lemsaneg sebagai penyelenggaranya. Sehingga
Terdapat berbagai lapis solusi luas, apa yang diberikan oleh Lemsaneg diharapkan semua server LPSE di berbagai lokasi memiliki sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Lemsaneg.
pengamanan yang diterapkan sudah merupakan salah satu jenis Hal ini akan memungkinkan pihak penyedia barang/jasa dari seluruh Indonesia dapat mengikuti proses lelang
di LPSE manapun.
dalam aplikasi e-procurement yang layanan dalam sistem certificate authority
dikembangkan oleh LKPP. Selain (CA). Inisiatif ini merupakan penghematan Dengan sistem sertifikat elektronik ini diharapkan layanan pengadaan barang/jasa secara elektronik dapat lebih
terbuka dan aman serta tidak membedakan asal dari pihak penyedia barang/jasa. Sistem ini juga mengajak
pengamanan dari sisi perangkat keras besar dibandingkan jika setiap server publik maupun pihak penyedia barang/jasa serta panitia pengadaan di setiap LPSE untuk melek teknologi
(firewall , proxy server 34). Penggunaan LPSE harus terhubung ke lembaga sehingga diharapkan masyarakat mulai sadar akan perlunya kemananan informasi dalam rangka transaksi
elektronik yang sudah diamanatkan dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
password adalah merupakan salah satu CA komersial seperti VeriSign untuk
mekanisme pengamanan yang umum masalah keamanan informasi, atau
diterapkan. Namun kemajuan teknologi dibandingkan jika setiap pihak yang
juga telah memperlihatkan kemajuan berinteraksi dengan e-procurement harus Box 3 – Lebih Aman Berkat Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)
pesat untuk dapat menjebol password menggunakan token seperti yang kita Kontributor: Inu Baskara (Lemsaneg)
masalah sertifikat elektronik. 35. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah serangan brute force, yaitu dengan mencoba seluruh kemungkinan kombinasi dari sebuah password.
36. www.verisign.com
aktivitas. Teknologi informasi membantu dalam sistem e-procurement dan juga Aplikasi integrasi
merekam seluruh informasi dari setiap memastikan bahwa proses pengadaan Lintas Satker Delta Warehouse
aktivitas yang dilakukan dari awal telah sesuai dengan kebijakan dan
sampai akhir. Oleh karenanya, proses prosedur yang berlaku. CRM SCM e-Audit Web Mumi Riset dan Aplikasi lanjutan
(SIM-HP) (PKTP) (bpkp.go.id) lainnya
auditing-pun menjadi lebih mudah
jika dibandingkan dengan sistem Dari sisi BPKP sendiri, Sistem Audit Aplikasi Transaksi
intranet Keuangan Audit/Evaluasi Kepegawaian, Administrasi
konvensional karena seluruh informasi dalam aplikasi e-procurement merupakan JFA, Diklat Umum
37. Salah satu contoh pemisahan tugas dan fungsi adalah pengaturan dimana pihak yang menyetujui permintaan harus berbeda dengan pihak yang membuat permintaan.
38. www.bpkp.go.id
39. APBN Potensi Dikorupsi: Kerugian Negara Pengadaan Barang Senilai Rp. 689,19 Miliar, Surat Kabar Kompas 3 Desember 2009.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/03/03451546/APBN.Potensi.Dikorupsi
40. Departemen Pendidikan Nasional telah memiliki LPSE sejak 17 Oktober 2008.
41. MCC dan USAID (2009) Final Report MCC ICCP, http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PDAC0731.pdf
42. eGP Global Conference (2009) http://adbprocurementforum.net/?p=430
43. LKPP Hadiri Korea Public Procurement EXPO 2009 dan e-Procurement Workshop di Korea (2009) http://www.lkpp.go.id/v2/highlight-detail.php?id=8026973440
pengadaan. Pendekatan yang bersifat Gambar 12). Secara bertahap, seluruh Terbangunnya LPSE
di Seluruh Instansi
memberi dukungan dan memberdayakan wilayah yang terjangkau oleh infrastruktur
(empowering) terbukti lebih efektif secara Internet akan dapat mengakses sistem
operasional dibandingkan dengan pengadaan barang/jasa secara elektronik
pendekatan yang bersifat instruksional yang menjadi satu kesatuan sistem
dan/atau pengaturan. Dari hasil tersebut, walaupun pengelolaannya otonom oleh
LKPP optimis pada tahun 2012 semua masing-masing daerah. Tahap 2
Tahap 3
Terbentuknya Satu
Pasar Nasional
50. Prof. Himawan Adinegoro (2009) Strategi Pengembangan dan Implementasi e-Procurement di Indonesia, Materi Presentasi
51. LKPP, Menjaga Governance dalam Pengadaan Pemerintah, Materi presentasi pada Dialog Konstruksi “Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Sektor Konstruksi”,
http://www.aki.or.id/files/Download/Menjaga_Governance-Dialog_Konstruksi_LPJKN-11_Mar_2009.pdf
52. Ikak Gayuh Patriastomo, Strategi Implementasi e-Procurement, Forum Pengadaan, http://www.pengadaannasional-bappenas.go.id/eproc/app?service=blob&sp=l271075&sp=1
53. Ikak Gayuh Patriastomo, Tantangan Membangun e-Procurement, Forum Pengadaan, http://www.pengadaannasional-bappenas.go.id/eproc/app?service=blob&sp=l270816&sp=1
54. Layanan e-Procurement akan menjadi BLU. Koran Kontan. Jumat 19 Juni 2009. http://www.lkpp.go.id/v2/berita-detail.php?id=2512033631
Berdirinya LPSE saat ini merupakan hasil Yang menjadi pertanyaan adalah Di beberapa tempat, keterlibatan yang diberikan SDM maupun kinerja
pemberian dukungan dan pemberdayaan mengapa mereka mau mendirikan dengan LPSE akhirnya memberikan perangkat pendukungnya terhadap
(empowering) dari LKPP yang kemudian LPSE? Jawabannya adalah karena manfaat baik berupa promosi jabatan seluruh stakeholder perlu terus dipelihara.
bertemu dengan semangat suka rela, LKPP berhasil menemukan para agen maupun remunerasi yang lebih baik. Dalam rangka itu, pemeliharaan seluruh
gotong-royong, dan kemandirian dari perubahan yang sangat proaktif. LPSE Di Kementerian Keuangan, LPSE komponen pendukung merupakan
instansi yang mendirikan LPSE serta berisi para pejuang perubahan yang merupakan unit tersendiri setingkat aspek yang perlu diperhatikan demi
dukungan dari berbagai pihak. Tidak ingin Indonesia lebih baik dengan Eselon II, sementara di Provinsi Jawa keberlanjutan LPSE. Apalagi mengingat
ada paksaan untuk memiliki LPSE mengurangi korupsi. Mereka memilih Barat, pimpinan memberikan remunerasi potensi kontribusi penghematan
atau bergabung dengan LPSE yang untuk ‘aman di depan dan nyaman yang lebih baik atas prestasi yang telah anggaran yang dapat mencapai lebih
ada. LKPP menyediakan aplikasi yang di belakang’ dengan memanfaatkan diraih oleh LPSE mereka. Hanya saja, dari 20 persen.
bersifat gratis, komitmen pelatihan serta e-procurement, ketimbang ‘nyaman di belum semua LPSE seberuntung LPSE
pendampingan, sementara instansi depan namun tidak aman di belakang’. Kementerian Keuangan atau Provinsi Salah satu hal yang diusulkan oleh LKPP
yang mendirikan LPSE masih harus Di beberapa tempat, keterlibatan Jawa Barat mengingat pengaturan adalah membentuk Badan Layanan Umum
berinvestasi dalam hal perangkat keras, sebagai panitia pengadaan terkadang eselonisasi dan remunerasi merupakan (BLU) yang melayani pengadaan barang
infrastruktur jaringan, SDM, serta sarana memberikan beberapa risiko dan tekanan otonomi masing-masing daerah. dan jasa secara elektronik. Badan ini
pendukung lainnya. dari pihak lain, dan kedua hal tersebut merupakan pengembangan dari LPSE 55.
akan berkurang dengan diterapkannya Keberlanjutan LPSE tidak bisa ditinjau Dalam skema BLU, pemerintah akan
e-procurement yang membuat hanya dari sisi SDM saja, LPSE dapat memberikan modal untuk kemudian badan
pengadaan menjadi transparan. beroperasi juga karena didukung oleh tersebut dapat memungut biaya atas
infrastruktur jaringan, perangkat keras, layanan yang diberikan mengingat adanya
Para pejuang perubahan tersebut piranti lunak pendukung serta sarana kewajiban bagi BLU untuk mengembalikan
akhirnya mendorong tumbuhnya lainnya yang juga perlu dipelihara. modal yang disertakan pemerintah.
komitmen di sekelilingnya yang kemudian Pelayanan prima baik dari sisi layanan
diwujudkan dengan berdirinya LPSE.
Dari sekian banyak LPSE yang telah
berdiri, tumbuhnya komitmen sifatnya
bervariasi, ada yang merupakan inisiatif
dari bawah, ada yang merupakan inisiatif
dari atas (pimpinan), dan ada juga yang
merupakan hasil kombinasi keduanya.
Yang perlu dipikirkan selanjutnya
adalah keberlanjutannya.
55. Layanan e-Procurement akan menjadi BLU. Koran Kontan. Jumat 19 Juni 2009. http://www.lkpp.go.id/v2/berita-detail.php?id=2512033631
Penutup 76