Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kebudayaan Zaman Batu di Indonesia terbagi dalam 4 masa. Zaman ini disebut kebudayaan batu
karena alat-alat keseharian kebanyakan terbuat dari batu, yang terdiri dari zaman Paleolitikum,
Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum . Dan makalah ini akan membahas tentang zaman
paleolitikum .

Paleolitikum adalah zaman batu tua dimana zaman ini di perkirakan berlangsung pada masa
pleistosen awal yaitu pada 600.000 tahun yang lalu . Di zaman paleolitikum juga terdapat manusia
pendukung diantaranya yaitu Pithecantropus erectus , Homo Wajakensis , Meganthropus
Paleojavanicus, dan Homo soloensis. Pada zaman paleolitikum ini menunjukkan kemampuan
manusia yang terbatas dalam memanfaatkan bahan-bahan yang disediakan oleh alam sekitarnya.
Berburu adalah mata pencarian di zaman ini dimana pada zaman ini manusia juga hidupnya masih
berpindah-pindah tempat (nomaden) . Di zaman ini alat-alat yang di hasilkan masih sangat
sederhana dan dibuat dari batu yang masih kasar karena hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan hidup saja.

2. Tujuan

Dengan mempelajari makalah ini, di harapkan :

1. Mengerti apa itu zaman paleolitikum .


2. Mengetahui keadaan manusia pada waktu zaman paleolitikum .
3. Mengetahui alat-alat yang di hasilkan di zaman paleolitikum.
4. Mengetahui ciri-ciri kebudayaan zaman paleolitikum .

(1)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zaman Paleolitikum

Paleolitikum memiliki arti Zaman Batu Tua. Paleolitikum adalah Zaman Purba yang berlangsung
antara 750.000 – 15.000 tahun yang lalu. Ditandai oleh pemakaian alat – alat dari batu dan alat-
alat serpih. Disebut Zaman Batu Tua karena kebanyakan alat-alat batu yang dipakai dan dibuat
oleh manusia masih dikerjakan secara kasar dan tidak diasah / dipolis terlebih dahulu..

Apabila dilihat dari mata pencahariannya, priode ini disebut masa berburu dan meramu makanan
tingkat sederhana. Masa paling awal dari peradaban manusia ini ditandai dengan fosil-fosil
manusia purba yang dalam perhitungan ilmiah berusia 1juta tahun yang lalu. Contoh manusia
purba pada Zaman itu, adalah Pitecanteropus Erectus yang dari bentuk-bentuk ukurannya dapat
dikatagorikan sebagai, Homo Erectus / manusia yang berjalan tegak.

Peninggalan pada Zaman Paleolitikum adalah Kapak Genggam (untuk berburu), yang
menunjukan corak produksi manusia masa itu masih dalam masa pemburuan. Dalam masa ini
manusia masih hidup berpindah-pindah (nomaden) dari satu tempat ketempat yang lain dalam
usaha mendapatkan makanan ataupun juga binatang buruan. Pada zaman itu belum ditemukan
logam jadi semua alat pemenuh kebutuhan terbuat dari batu, tulang, kayu, dan kulit hewan. Di
zaman ini pula para manusia seringkali tinggal di gua-gua.

Zaman paleolitikum ada 3 antara lain :

1. Zaman Paleolitikum Tua


Kira-kira 600.000 tahun yang lalu umat manusia sudah mulai berkembang kearah
makhluk yang berbudaya. Bukti-bukti yang ditemukan di beberapa tempat, misalnya di
dekat danau Turkana, di Kenya, dan di Etiopia Selatan dan Jurang Olduvai, yang berupa
peralatan-peralatan dari batu meskipun itu masih amat kasar, menandai permulaan zaman
Paleolitikum Tua.

Pada masa ini mulai munculnya peralatan dari batu seperti ini sering kali lebih dikenal
dengan tradisi peralatan Oldowan. Karakteristik pembuatan alat-alat ini adalah cara
pembuatannya dengan menggunakan system benturan, yaitu memukuli bahan baku dengan
batu lain atau memukulkan bahan baku tersebut pada batu besar untuk melepaskan
kepingan-kepingannya. Meskipun dalam segi hasil alat penetak ini masih amat kasar, tapi
tradisi alat oldowan ini merupakan kemajuan teknologi yang penting bagi Hominida
Purba. Mereka bias lebih mudah mencari bahan-bahan makanan di alam. Tradisi oldowan
ini juga menandai salah satu waktu bahwa sesuatu jenis makhluk beradaptasi secara
cultural dan tidak secara fisik kepada kondisi lingkungan. Alat–alat oldowan ini banyak
ditemukan di tepi danau, sungai, dan di tengah-tengah padang rumput, dan juga bahwa
mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang masih berpindah-berpindah tempat.
Adapun alat-alat zaman Peleolitikum Tua, termasuk tradisi peralatan oldowan banyak
terdapat di jurang olduvai. Dalam perkembangan penetekoldowan berubah menjadi lebih
canggih dan berkembang menjadi kapak genggam acheulean. Dalam periode ini mulailah
terjadi diversivikasi kebudayaan peralatan, Homo Erectus, dimana tidak hanya membuat
kapak genggam tapi juga menciptakan alat penyerut dan alat-alat kepingan, dan semua alat
ini terbuat dari batu.
(2)
Keuntungan utama dari kemunculan alat ini adalah semakin banyak sumber daya alam
yang dapat didayagunakan dalam waktu yang lebih singkat, dengan tenaga yang lebih
sedikit, dan dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Dalam zaman Acheulean yang lebih
mudah, di dunia barat dikembangkan dua tehnik pembuatan peralatan ,yang menghasilkan
kapak yang lebih tipis dan lebih canggih dengan bagian mata yang lebih lurus dan lebih
tajam. Metode tongkat memanfaatkan pemukul dari tulang atau tanduk rusa untuk
memukul tepi gumpala batu api, sedangkan bidang pukulan berfungsi untuk membuat
kapak yang lebih tajam dan lebih tipis. Peradaban Homo Erectus semakin berkembang
dengan ditemukannya penggunaan api, karena bias dipastikan dengan kemampuan
mereka menggunakan api memungkinkan merekau ntuk berpindah kedaerah-daerah yang
lebih dingin. Transisi kebudayaan Hominida antara Homo Erectus dan Homo Sapiens
tidak banyak berubah dari pendahulu mereka. Homo Sapiens Primitif tetap menggunakan
tradisi peralatan acheulean sampai beberapa ribu tahun. Akan tetapi menjelang dua ratus
ribu tahun yang lalu orang mulai menggunakan teknik Levalloision untuk membuat
peralatan.

2. Zaman Paleolitikum Madya


Zaman Paleolitikum Madya ditandai oleh munculnya manusia Neanderthal. Di zaman ini
muncul tradisi baru, teradisi Mousterian, yaitu teradisi pembuatan peralatan dari manusia
Neanderthal di Eropa, Asia Barat Daya, dan Afika Utara, yang menghasilkan alat-alat
kepingan yang lebih tipis daripada alat kepingan Levalloisian. Banyak situs Neandhertal
yang menunjukan bahwa pada masa ini telah adanya kepercayaan dan upacara keagamaan,
misalnya di goa Shanidar di Irak terdapat bukti bahwa adanya penguburan disertai dengan
upacara kematian. Yang paling umum terdapat di situs-situs Mousterian adalah bukti
mengenai pemujaan binatang, khususnya pemujaan beruang gua. Situs-situs Mousterian
yang menghasilkan sejumlah artifak.

3. Zaman Paleolitikum Muda


Bukti –bukti arkeologis menunjukkan bahwa teknik pembuatan peralatan kebudayaan
zaman Paleolitikum Muda di Eropa dan Asia barat merupakan perkembangan dari tradisi
Mousterian yang sebelumnya. Peralatan mereka semakin berkembang dengan
pesat,dizaman Paleolitikum Muda mereka telah menemukan panah, pelempar tombak dan
pisau batu. Dua alat yang pertama memungkinkan mereka dalam hal penyempurnaan
teknik perburuan dan mengurangi resiko bagi sipemburu saat berburu binatang buas.
Pada Paleolitikum Muda dikenal dua teknik untuk membuat peralatan, teknik pisau adalah
teknik pembuatan alat batu dengan memukul lepas kepimgan–kepingan panjang secara
parallel dari sisi sebuah gumpalan batu yang sudah dipersiapkan secara khusus, sedangkan
teknik tekanan adalah teknik pembuatan alat batu dengan menggunakan alat tulang,
tanduk rusa, atau kayu yang ditekan dan tidak dipukulkan untuk melepaskan kepingan–
kepingan kecil–kecil dari sebuah batu api. Ada juga sebuah alat yang bernama pahat, yaitu
alat alat batu yang bagian matanya menyerupai pahat, berfungsi untuk menggarap tulang,
tanduk rusa dan sejenisnya. Kegunaan penemuan busur tidak hanya menyempurnakan
teknik berburu saja, tapi busur juga bisa digunakan untuk membuat alat musik. Pada masa
ini kita tidak hanya membahas tentang satu kebudayaan tunggal saja, karena telah adanya
penyebaran manusia purba keberbagai pelosok bumi, yang mana disetiap sisinya memiliki
alam yang berbeda yang menimbulkan tradisi yang berbeda pula.

(3)
B. Cara Kehidupan Manusia pada Zaman Palelithikum

a. Kehidupan Bekelompok

Manusia zaman paleolithikum mengalami kehidupan yang sangat menggantungkan diri pada
kondisi alam. Mereka menempati tempat-tempat yang cukup mengandung bahan-bahan makanan
dan air. Mereka hidup berpindah-pindah. Dalam sistem perburuan mereka menciptakan alat-alat
secara sederhana.

Cara lain ialah dengan membuat lubang jebakan atau menggiring hewan ke arah jurang yang terjal
(Soejono, 1984 : 119). Perburuan itu dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil dan hasilnya
dibagi bersama-sama. Kelompok berburu tersusun dari keluarga kecil dimana yang laki-laki
berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan (Kartodirdjo, 1975 : 109).

- Budaya

Untuk membantu kegiatan berburu maka diperlukan alat-alat yang terbuat dari batu, kayu, tulang,
dan tanduk. Mungkin manusia zaman paleolithikum lebih banyak memanfaatkan batu sebagai
bahan pembuat alat-alat dan kapak-kapak perimbas serta serpih dan mengalami perkembangan
lebih lanjut dalam bentuk dan teknik pembuatan meskipun itu masih sangat sederhana. Bahasa
sebagai alat komunikasi sudah dimulai pada zaman berburu, mereka menciptakan sejenis alat
komunikasi melalui kata-kata dan tanda-tanda dengan menggunakan gerakan badan (Soejono,
1984 : 123).

Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-
alat tersebut adalah:

1. Kapak Genggam

Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut”chopper” (alat
penetak/pemotong). Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak,
tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatan
kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi
lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali
umbi, memotong, dan menguliti binatang.

2. Kapak Perimbas

Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Alat ini
sangat identik dengan kebudayan Pacitan terutama jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan
di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa
Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah
sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan Pacitan.

3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa

Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari
tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat
penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dari
dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan

(4)
4. Flakes

Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk
mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari
tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan buah-buahan.

C. Ciri-ciri manusia pada Zaman Paleolithikum

a. Jenis Manusia

Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman Paleolitikum
adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, dan Homo Soloensis. Fosil ini ditemukan di
aliran sungai Bengawan Solo, Ngandong, Pacitan, Trinil, dan Wajak. Selain itu diluar negeri juga
diketemukan fosil-fosil manusia purba seperti di Cina, Afrika, Eropa

b. Kebudayaan

Di Indonesia sendiri Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum


tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

1. Kebudayaan Pacitan

Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan.
Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan
sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak
penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah),
Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)

2. Kebudayaan Ngandong

Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan
ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan
alat sangat kecil dari batuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak
ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon.
Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan
tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)

Zaman Paleolithikum ditandai dengan kebudayan manusia yang masih sangat sederhana. Ciri-ciri
kehidupan manusia pada zaman Paleolithikum, yakni:

1. Hidup berpindah-pindah (Nomaden)


2. Berburu dan mengumpulkan makanan (Food Gathering)
3. Menangkap ikan
4. Pembuatan alat-alat yang masih sangat kasar dan sederhana

(5)
D. Teknologi yang terdapat pada Zaman Paleolithikum

1. Perkembangan teknologi pada masa paleolitik

Di zaman paleolitikum atau zaman batu tua, kebudayaan dan teknologi menjadi sangat penting
sebagai sarana untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia dan ini dimungkinkan oleh
perkembangan evolusi otak manusia yang semakin baik. Hal ini berpengaruh terhadap alat-alat
dan teknologi yang dipakai, waktu itu kebudayaan manusia menjadi beraneka ragam dan
perkembangan teknologi yang terjadi meningkat. Manusia tidak hanya membuat peralatan dari
berbagai macam batu, tetapi juga objek-objek lain seperti kayu, dan tulang. Peralatan ini mereka
gunakan untuk keperluan hidup sehari-hari atau juga kegiatan upacara.

Pada masa berlangsungnya hidup berburu tingkat lanjut di kala pasca-plestosen, corak hidup yang
berasal dari masa sebelumnya masih sangat berpengaruh. Keadaan lingkungan hidup pada masa
pasca-plestosen tidak banyak berbeda dengan masa sekarang ini. Hidup berburu dan
mengumpulkan bahan-bahan makanan yang terdapat di lingkungan alam sekitar, dilanjutkan
dengan adanya berbagai macam teknolongi yang dapat membantu terlangsunganya kehidupan
hingga sampailah pada diketemukannya api..

a). Tradisi Peralatan Oldowan

Alat-alat zaman paleolithikum tua yang usianya paling tua terletak di Jurang Olduvai dan
termasuk tradisi peralatan Oldowan (Oldowan Tool tradition). Karakteristik tradisi alat ini
merupakan alat penetak untuk segala keperluan. Cara pembuatannya adalah dengan memukul
beberapa lempengan dari sebuah batu, umumnya adalah batu kali yang terbawa oleh air, dengan
menggunakan batu lain sebagai alat pemukul (hammerstone), atau dengan memukulkan batu kali
itu kepada sebuah batu besar untuk melepaskan kepingan-kepingan. Sistem ini disebut dengan
sistem benturan (percussion method). Produk akhirnya adalah sebuah alat penetak bertepi tajam,
yang digunakan secara efektif untuk memotong dan menetak. Dari bentuknya yang khas diduga
bahwa alat penetak itu digunakan untuk berbagai keperluan, seperti memotong daging, membelah
tulang untuk menggambil sum-sumnya.

Meskipun kasar, penetak dan alat Oldowan itu merupakan kemajuan teknologi yang penting bagi
hominida purba. Sebelum itu mereka tergantung pada adanya benda-benda temuan, yang tidak
banyak memerlukan modifikasi seperti tulang, tongkat, atau batu yang bentuknya sesuai dengan
keperluan. Alat-alat Oldowan membuka kemungkinan untuk menambahkan bahan-bahan
makanan baru, karena tanpa alat-alat seperti itu, pada hominida hanya dapat menyantap binatang
yang dapat dikuliti dengan gigi atau kuku. Oleh karena itu, makanan mereka yang berupa protein
binatang, sangat terbatas. Penemuan alat penetak dan peralatan Oldowan itu bukan hanya
menghasilkan penghematan tenaga dan waktu, tetapi juga membuka kesempatan untuk
mendapatkan daging secara teratur. Daging juga dapat diperoleh dengan mengumpulkannya
seperti yang dilakukan oleh Australopithecus atau bahkan dengan mencurinya dari binatang-
binatang pemburu. Susunan gigi yang dimiliki oleh Australopithecus dan homo tidak sesuai jika
digunakan untuk memakan daging dalam jumlah yang besar, untuk dapat memakan daging dalam
jumlah yang besar dibutuhkan gigi-gigi yang tajam seperti yang dimiliki oleh binatang pemakan
daging atau karnivor..

Tradisi Oldowan itu boleh jadi menandai salah satu waktu pertama kali dan diketahui, bahwa
sesuatu jenis makhluk beradaptasi secara kultural, dan tidak secara fisik pada kondisi lingkungan.

(6)
b). Tradisi Peralatan Acheulean (Acheulean tool Tradition)

Di Asia timur alat penetak yang merupakan bagian-bagian dari alat-alat Oldowan dan Acheulean
tetap bertahan selama zaman paleolitikum. Kapak genggam adalah sebuah alat yang khas dalam
tradisi Acheulean, kapak genggam yang tertua dibuat dari gumpalan batu api. Dengan memukuli
semua sisi dari gumpalan itu dengan menggunakan batu pemukul (hammerstone). Tradisi
Acheulean tubuh dari tradisi Oldowan.

Alat-alat Acheulean memiliki kemajuan dibandingkan dengan alat-alat penetak dan penyerut
umum dari tradisi Oldowan. Dalam periode ini mulailah terjadi diservikasi kebudayaan peralatan
tersebut. Selain kapak genggam Homo Erectus alat-alat tersebut untuk membelah. Jumlah
peralatan yang berkembang pesat dalam tradisi Acheulean menunjukkan bahwa Homo Erectus
dapat mendayagunakan lingkungannya secara efektif. Semakin banyak jenis yang digunakan,
semakin banyak sumber alam yang dapat didayagunakan dalam waktu yang lebih singkat, dengan
tenaga yang lebih sedikit, dan dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi.

c). Penggunaan Api

Tanda lain pekembangan Homo Erectus adalah penggunaan dan kegiatan memasak yang
dipastikan dengan penemuan batu-batu yang terbakar dan tungku di Goa Choukoutien di dekat
Peking di Cina dan di Goascale di Perancis selatan. Memasak adalah suatua adaptasi kultural yang
amat penting. Penggunaan api juga penting bagi manusia karena berbagai alasan. Panas yang
dihasilkan dapat membantu mereka mengawasi hawa dingin, karena mereka tinggal di dalam Gua
di dekat Danau. Api juga dapat digunakan sebagai penghalau apabila ada binatang buas yang
mendekat.

2. Kemajuan teknologi masa paleolitik

Kemajuan dalam teknologi pada dasarnya merupakan bentuk peningkatan intelegensi dan
kesanggupan berkomunikasi. Salah satu hal menentukannya adalah meningkatnya adaptasi
terhadap suatu ekosistem yang beraneka ragam sehinggamenuntut mereka untuk beradaptasi
dengan lebih baik. Dari contoh bahwa suku aborigin Australia dengan teknologi sederhana dan
sedikit benda-benda materinya yang secara arkeologis bertahan bahkan telah mengembangkan
sistem filsafat dan sosial yang sangat kompleks dan canggih. Dapat disimpulkan bahwa piranti
sederhana mencerminkan kehidupan sosial yang dangkal atau kehidupan intelektual yang miskin
dalam teknologi piranti, ini menunjukkan bahwa tata cara kehidupan para pembuatnya tidak
berubah ke arah kompleksitas dan kecanggihan serta pengetahuan yang lebih tinggi dalam
peralihan generasi.

Tetapi kemajuan-kemajuan yang sangat lamban selama awal masa pembuatan piranti merupakan
masalah yang dipersoalkan. Nampaknya bukan suatu keharusan bagi manusia untuk
memperdulikan teknologi selama itu masih berfungsi. Bertindak dengan cara lama yang
sederhana sering memberi kebebasan lebih daripada bertindak dengan cara baru yang rumit. Jika
telah mencapai pada tekanan jumlah penduduk atau perubahan-perubahan lingkungan yang
menggangu keseimbangan maka akan memunculkan dorongan terhadap manusia untuk
meningkatkan teknologi sehingga dapat meningkatatkan kebudayaan manusia yang lebih baik.
Sehingga dalam perkembangannya di masa paleolitikum terciptalah teknik-teknik pembuatan alat-
alat dari batu dengan teknik yang semakin lebih baik mulai dari batu yang hanya dipakai begitu
saja sampai akhirnya mulai ada pemolesan-pemolesan dengan cara dibentur-benturkan.

(7)
3. Teknologi yang dihasilkan pada masa paleolitikum

Alat-alat batu tertua yang diketahui pernah dibuat oleh homonida ditemukan di dekat Danau
Turkana di Kenya, dan di Etiopia selatan tepatnya di Jurang Olduvia, Tanzania. Munculnya alat-
alat tersebut menandakan permulaan zaman Paleozoikum Tua, yaitu bagian pertama dari zaman
batu tua (paleolitikum).

Alat-alat purba itu memperlihatkan persamaan yang mencolok yang menunjukan bahwa alat-alat
itu dimungkinkan merupakan hasil produk suatu kebudayaan yang mempunyai tradisi membuat
alat yang sesuai dengan pola atau model yang ideal. Semula alat-alat yang hanya dibuat sederhana
dan praktis yakni hanya sesuai tujuannya saja seperti mengumpulkan dan mencari makanan
kemudian terus berkembang sampai pada seni lukis yang biasanya mereka lakukan pada gua-gua
tempat mereka tinggal. Alat –alat ini mereka buat dari batu, kayu, tulang, dan juga alat-alat serpih.
Sedangkan di indonesia dibagi menjadi 3 yakni tradisi kapak perimbas, tradisi alat serpih dan
tradisi alat tulang.

1. Tradisi kapak perimbas

Kapak perimbas yakni adalah semacam kapak yang digenggam danberbentuk masif. Teknik
pembuatannya masih sangat kasar dan dan tidak mengalami perubahan dalam waktu
perkembangan yang panjang. Alat ini di duga diciptakan oleh manusia pithecantropus dan bukti
nyatanya adalah diketemukannya alat ini di China, Pakistan, Malaysia, Birma, dan Indonesia yang
dimana tempat-tempat ini selain diketemukan alat-alat tersebut juga di ketemukan pula fosil dari
manusia pithecantropus. Alat ini dibuat dengan pemangkasan pada salah satu sisi maupun
ujungnya, atau permukaannya. Dalam tradisi kapak perimbas ini digunakan pula alat-alat lain
seperti, kapak penetak, kapak genggam, dan kapak perimbas itu sendiri.

2. Tradisi alat serpih

Alat-alat serpih biasanya digunakan sebagai serut, gurdi, penusuk dan pisau.Teknik pengerjaan
alat-alat serpih sedikit agak maju yakni dengan menyiapkan bentuk-bentuk alat secara teliti
sebelum dilepaskan dari batu intinya, sehingga pada sejumlah alat tampak faset-faset di dataran
pukulnya (teknik pseudo levallois). Alat ini banyak di temukan di wilayah asia tenggara terutama
di sangiran

3. Tradisi alat tulang

Untuk sementara tradisi pembuatan alat-alat dari tulang banyak ditemukan di Ngandong sebagai
unsur dalam konteks Pithecantropus soloensis. Misalnya seperti tanduk dan duri ikan yang
digunakan sebagai mata tombak. Selain itu perkakas tanduk digunakan sebagai pencukil dan
belati. Sedangkan di wilayah lain alat-alat dari tulang ini jarang ditemukan.

(8)
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Zaman Paleolitikum dibagi menjadi tiga, yaitu zaman Paleolitikum Tua, zaman Paleolitikum
Madya, dan zaman Paleolitikum Muda. Di zaman paleolitikum ini manusia hidup masih
bertempat tinggal dengan berpindah-pindah tempat dan mata pencahariannya adalah berburu dan
mengumpulkan makanan dari alam. Alat-alat yang di hasilkan pada zaman paleolitikum ini masih
kasar karena hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup saja dan hanya memanfaatkan bahan-
bahan yang di sediakan oleh alam sekitarnya. Selama zaman paleolitikum seiring terjadi
perkembangan otak di iringi pula dengan kebudayaan mereka. Hingga akhirnya mereka sampai
menemukan api.

(9)
DAFTAR PUSTAKA

http://acupofmie.blogspot.com

http://pendidikan4sejarah.blogspot.com

http://ekarhamad.blogspot.com

http://sejarahbudayanusantara.weebly.com

http://www.cpuik.com

Poesponegoro Marwati Djoned dkk. 1993. Sejarah Nasional Indonesia 1 edisi ke-4. Jakarta:
Balai pustaka.

Kartodirdjo Sartono dkk. 1977. Sejarah Nasional Indonesia 1 edisi ke-2. Jakarta: Balai pustaka.

Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka cipta

(10)

Anda mungkin juga menyukai