Anda di halaman 1dari 16

Gangguan Pada Sistem Respirasi

Nelly Baharlianti
102017008

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia

Email: nellynelly752@gmail.com

Abstrak
Sistem napas bagian bawah dimulai dari trakea, bronkus, bronkiolus hingga ke alveolus. Proses
pertukaran udara baru mulai terjadi di bronkiolus respiratori sebagai awal mula bagian respiratori
dari saluran napas. Selain pertukaran udara, saat kita bernapas juga terjadi mekanisme
pernapasan yang melibatkan paru, rongga dada dan otot-otot pernapasan. Mekanisme pernapasan
normal dapat terganggu apabila terdapat obstruksi di sistem napas bagian bawah.

Kata kunci: Sistem napas bagian bawah, saluran napas, mekanisme pernapasan, paru

Abstract
The lower respiratory system starts from the trachea, bronchus, bronchioles to the alveoli. The
process of air exchange begins to occur in the respiratory bronchioles as the initial respiratory
part of the respiratory tract. Besides air exchange, when we breathe also occurs respiratory
mechanism involving the lungs, chest cavity and respiratory muscles. Normal respiratory
mechanisms can be impaired due to obstruction in the lower respiratory system.

Keywords: Lower respiratory system, respiratory tract, respiratory mechanism, lungs

Pendahuluan

Manusia bernapas menghirup gas oksigen dan mengeluarkan gas karbon dioksida, proses
pertukaran gas tersebut dinamakan respirasi. Sistem respirasi berperan dalam homeostasis
dengan menukarkan oksigen dan karbon dioksida antara alveol dan kapiler darah.1 Pertukaran
gas mulai terjadi pada bronkiolus respiratorius yang termasuk sistem napas bagian bawah karena

1
sudah memiliki alveol sebagai tempat berlangsungnya pertukaran udara. Proses pertukaran
tersebut terjadi secara pasif melalui difusi.

Yang termasuk sistem napas bagian bawah adalah dari trakea hingga paru-paru, masing-masing
saluran dan organ pernapasan tersebut memiliki ciri makroskopis dan mikroskopis yang berbeda.
Seseorang yang mengalami sesak napas yang disertai bunyi napas abnormal seperti ronchi basah
dapat disebabkan oleh terganggunya sistem napas bagian bawah. Tujuan ditulisnya makalah ini
adalah agar kita mengetahui bagaimana struktur sistem napas bagian bawah secara mikroskopis
dan makroskopis serta bagaimana mekanisme pernapasan termasuk otot-otot yang terlibat dalam
proses pernapasan.

A. Trakea
Trakea merupakan kelanjutan dari laring yang dimulai dari setinggi vertebra cervical ke-
6 hingga thoracal 4-5. Trakea berada di depan oesophagus dan terus berjalan ke bawah pada
garis tengah untuk memasuki thorax dan kemudian bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.2
Trakea tersusun atas 15-20 cincin tulang rawan yang tiap-tiap cincin tulang rawannya
dihubungkan oleh ligamenti annularia.3,4 Trakea memiliki panjang kurang lebih 10cm, lebar 2cm
dan merupakan saluran yang bersifat fleksibel. Terbukanya trakea dipertahankan oleh cincin
tulang rawan berbentuk huruf C yang menghadap ke posterior. Dinding posterior trakea terutama
terdiri dari otot polos.2,4

Pembuluh arteri yang memperdarahi trakea adalah arteri tiroidea inferior, arteri subclavia, arteri
interkosta suprema, arteri thoracica interna, trunctus brachiocephalica dan arteri bronkial pada
bifurcatio trachea. Drainase vena pada trakea dimulai dari vena trakealis kecil yang kemudian
bergabung dengan vena laryngeal atau langsung bermuara di vena tiroidea inferior kiri. Vena
tiroidea inferior naik ke atas membentuk pleksus venosus di depan isthmus glandula tiroid. Vena
descendens kanan dan kiri masuk ke vena brachiocephalica di masing-masing sisi. Kedua vena
dapat membentuk trunctus communis yang bermuara di vena cava superior atau vena
brachiocephalica kiri. Serat otot pada trakea dipersarafi oleh n.recurrent pars laryngeal yang juga
membawa serabut sensoris dari membran mukosa. Serabut saraf simpatis umumnya berasal dari
ganglion cervical dan berhubungan dengan n.recurrent pars laryngeal.2,3

2
Secara mikroskopis, trakea tersusun oleh cincin tulang rawan berbentuk huruf C yang
menghadap ke posterior dan dihubungkan dengan muskulus trachealis yang apabila berkontraksi
dapat menyempitkan lumen trakea agar partikel asing yang masuk mudah dibatukkan keluar,
bagian trakea yang berhadapan dengan oesophagus disebut pars membranosa dan yang
berhadapan dengan cincin tulang rawan disebut pars cartilaginea (gambar 1).4,5 Trakea memiliki
lapisan mukosa, submukosa dan adventisia. Lapisan mukosa disusun oleh sel epitel bertingkat
silindris bersilia bersel goblet (epitel respiratori) yang terdiri dari sel goblet yang menghasilkan
musigen (30%), sel silindris bersilia untuk mendorong partikel ke nasofaring agar dapat dibuang
(30%), sel basal yang belum berdiferensiasi dan dapat menjadi sel lain di sekitarnya (30%), sel
sikat yang diperkirakan merupakan sel goblet yang telah melepaskan musigennya (3%), sel
serosa yang menghasilkan cairan serosa (3%) dan sel DNES yang mampu memantau kadar
oksigen dan karbondioksida dalam lumen saluran udara. Pada lapisan mukosa juga terdapat
lamina propria yang terdiri dari jaringan ikat subepitel.4

Gambar 1. Trakea

Lapisan submukosa trakea disusun oleh jaringan ikat fibroelastin ireguler yang didalamnya
terdapat kelenjar mukosa dan seromukosa. Lapisan adventisia juga tersusun dari lapisan
fibroelastin dan pada lapisan inilah terdapat tulang rawan hialin berbentuk C, lapisan ini berperan
untuk mengaitkan trakea ke oesophagus dan jaringan ikat pada leher.4,5

3
B.
Bronkus

Pada setinggi vertebra thoracal 4/5 trakea bercabang menjadi bronkus principalis (primer)
kanan dan kiri, tiap bronkus principalis masuk ke pulmo melalui hilus pulmonis. Di dalam
pulmo, bronkus principalis bercabang menjadi bronkus lobares (sekunder) yang masing-masing
menyuplai 1 lobus (3 bronkus lobares pada paru kanan dan 2 pada paru kiri). Selanjutnya bronchi
lobares terbagi menjadi bronchi segmentalis (tersier) yang menyuplai segmen
bronchopulmonalis (gambar 2). Pada paru kanan terdapat 10 bronkus segmentalis dan pada paru
kiri 8 bronkus segmentalis.6 Terbukanya dinding bronchi dipertahankan oleh tulang rawan
berbentuk lempeng-lempeng.2

Gambar 2. Bronkus segmentalis

Secara mikroskopis struktur bronkus primer (ekstrapulmonal) identik dengan trakea, hanya saja
diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis. Setiap bronkus primer akan didampingi oleh
arteri vena pulmonalis dan pembuluh limfa. Bronkus primer paru kanan lebih curam dan lebar
sedangkan paru kiri lebih landai dan sempit.4

Cabang bronkus primer selanjutnya masuk ke paru dan bercabang menjadi bronkus
sekunder dan tersier (intrapulmonal). Pada bronkus intrapulmonal, tulang rawan bentuk C diganti
oleh lempeng ireguler kartilago hialin (tabel 1).4,5 Bronkus juga dilapisi oleh epitel respiratori.
Dinding bronkus intrapulmonal terdiri dari lamina propria, lapisan otot polos, lapisan submukosa
dengan kelenjar bronkialis, lempeng kartilago hialin dan lapisan adventisia. Ketika bronkus
intrapulmonal bercabang menjadi bronkus yang lebih kecil maka epitel dan kartilago
disekitarnya menipis.5
4
C. Bronkiolus

Selanjutnya, bronkus tersier akan bercabang menjadi bronkiolus. Tiap bronkiolus


kemudian bercabang menjadi beberapa bronkiolus terminalis yang merupakan akhir dari bagian
konduksi (bagian dari saluran pernapasan yang tidak terjadi pertukaran udara). Bronkiolus
terminalis kemudian bercabang menjadi bronkiolus respiratorius sebagai awal dari bagian
respirasi.4,5

Secara mikroskopis, lapisan epitel bronkiolus dimulai dari epitel silindris selapis bersilia dan
kadang dengan sel goblet pada bronkiolus yang lebih besar hingga epitel selapis kuboid
terkadang dengan sel clara, namun pada bronkiolus kecil tidak terdapat sel goblet.4,6 Sel clara
merupakan sel silindris dengan puncak seperti kubah, mempunyai sitoplasma pendek tumpul,
sitoplasma mengandung sejumlah granula sekretori berisi glikoprotein yang diproduksi di RE
kasar. Sel clara dapat melindungi epitel, mematikan toksin yang terhirup dengan enzim sitokrom
P-450 yang terdapat di RE halus, mengurangi tegangan permukaan bronkiolus dan membelah
diri untuk regenerasi epitel bronkiolus.4

Epitel bronkiolus terminalis terdiri oleh sel clara dan sel kuboid (sebagian bersilia).4,5
Lamina propria terdiri dari jaringan fibroelastis dan dikelilingi sel otot polos. Serat elastin
tersebar dari lapisan adventisia.4 Selanjutnya bronkiolus terminalis bercabang menjadi
bronkiolus respiratorius.4,6 Struktur bronkiolus respiratorius mirip dengan bronkiolus terminalis
namun dindingnya diselingi alveolus dimana terjadi pertukaran gan oksigen dan karbondioksida.
Semakin kecil diameter cabang bronkus respiratorius, jumlah alveol semakin banyak, tiap
bronkiolus respiratorius berakhir di duktus alveolaris.4

Duktus alveolaris dindingnya dilapisi oleh alveolus yang langsung bermuara ke dalam duktus
alveolaris.5 Kelompok alveoli yang mengelilingi dan bermuara ke duktus alveolaris inilah yang
disebut sakus alveolaris.4,5 Sakus alveolaris akan terbuka kearah ruang bersama yang disebut
atrium. Terdapat jaringan penyambung tipis antar alveol yang disebut septa interalveolaris untuk
memperkuat dan menstabilkan duktus alveolaris. Muara setiap alveolus ke duktus alveolaris
dikendalikan oleh otot polos tunggal. Pada tepi duktus dan sakus terdapat jaringan serat elastin

5
yang berfungsi untuk menjaga terbukanya lumen saat inhalasi, melindungi dari kerusakan saat
mengembang dan berperan dalam ekspirasi normal.4

D. Alveolus
Alveolus merupakan bagian terkecil dari sistem respiratori.6 Dinding alveol sangat tipis
dan terbentuk dari sel pneumosit tipe I yang dilapisi oleh cairan surfaktan yang kaya akan
komponen fosfolipid hidrofilik, cairan ini dihasilkan oleh sel pneumosit tipe II.4,6 Selain
dindingnya yang sangat tipis, pada lamina basal terdapat pembuluh kapiler dari peredaran darah
pulmonal yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara alveol dengan pembuluh darah
kapiler.6 Di dalam septum interalveolar terdapat sel pneumosit tipe I dan II, sel endotel dan sel
makrofag.5
Sebagian besar permukaan alveol terdiri dari sel pneumosit tipe I (sel alveolar gepeng).
Sel pneumosit tipe I ini membentuk taut kedap dengan pneumosit lain untuk mencegah bocornya
cairan ekstrasel kedalam lumen alveol. Permukaan sel pneumosit tipe I ini dilapisi oleh
surfaktan. Sel pneumosit tipe II (sel alveolar besar) berbentuk kuboid, mampu bermitosis,
sumber utama pembentukan sel baru yang melapisi alveol, mempunyai badan lamelar yang
mengandung surfaktan yang disintesis di RE kasar. Sel endotel berinti gepeng dan gelap dengan
sitoplasma yang tipis, sel ini membatasi kapiler di dalap septa alveolaris. Sel makrofag pada
alveolus atau biasa disebut dengan sel debu merupakan monosit yang mencapai jaringan
intersisium paru dan kemudian bermigrasi antar sel pneumosit tipe 1 dan memasuki lumen
alveolus. Sel debu ini memfagosit benda asing di dalam lumen alveolus dan juga membantu sel
pneumosit tipe II untuk mengambil surfaktan.4,5

E. Pleura
Menurut lokasinya, pleura terbagi menjadi 2, yaitu yang menempel dengan dinding
thorax disebut pleura parietalis dan yang menempel dengan jaringan paru disebut pleura
viceralis. Diantara kedua pleura tersebut terdapat cavitas pleuralis yang normalnya terisi lamina
tipis cairan serosa.2,4

Pleura parietalis terbagi menjadi 4 bagian, yaitu pars costalis yang terkait dengan costae dan
spatium intercostale, pars diaphragmatica yang menutupi diafragma, pars mediastinalis yang
menutupi mediastinum dan pleura cervicalis yang merupakan lapis pleura parietalis berbentuk
6
kubah yang melapisi perluasan cervicalis cavitas pleuralis. Pleura mediastinalis berlanjut dengan
pleura viseralis di bagian hilus pulmonis. Di superior, cavitas pleura dapat berproyeksi 3-4cm
diatas kartilago costa 1 namun tidak melebihi collum costae 1. Di anterior, cavitas pleura melekat
di belakang bagian atas sternum, tetapi pleura parietalis kiri tidak terlalu dekat dengan garis
tengah karena mediastinum yang berisi jantung lebih menonjol ke sisi kiri. Di inferior, pleura
parietalis berefleksi hingga ke diafragma diatas arcus costalis. Pada linea midclavcula, pleura
meluas kebawah hingga costa 8. Di linea axilaris media pleura berada hingga costa 10 dan
kemudian berjalan horizontal melewati costa 12. Pleura parietalis dipersarafi oleh serabut aferen
somatik. Pleura costalis dipersarafi oleh cabang nervus intekostal (menyebabkan nyeri dinding
dada), pleura diafragmatica dan mediastinalis dipersarafi oleh nervus phrenicus (menyebabkan
nyeri leher).2

Pleura visceral merupakan sambungan dari pleura parietalis pada hilus pulmonis yang
merupakan tempat saluran masuk dan meninggalkan paru. Pleura visceral melekat erat pada
dinding paru, termasuk fissura pulmonis yang membagi paru menjadi beberapa lobus. 2,4 Pleura
visceral dipersarafi oleh serabut aferen visceral dan biasanya tidak menimbulkan nyeri.

Terdapat 2 recessus pleura, yaitu recessus costomediastinalis dan costodiaphragmaticus.


Recessus costomediastinalis di bagian anterior ada di setiap sisi, tempat pleura costalis
berhadapan dengan pleura mediastinalis, yang terbesar ada di sebelah kiri yang meliputi jantung.
Recessus costodiaphragmaticus merupakan recessus terbesar yang merupakan daerah antara tepi
inferior pulmo dan cavitas pleuralis. Selama respirasi tenang, tepi bawah pulmo melewati costa 6
di linea midclavicula, costa 8 di linea mid axilaris dan selanjutnya melintas horizontal hingga
setinggi thoracal 10 (margo inferior pulmo). Tepi inferior cavitas pleura berada di costae 8, 10
dan thoracal 12. Recessus costodiaphragmaticus berada diantara kedua tepi tersebut.2

F. Pulmo
Pulmo merupakan organ respirasi yang berada di rongga dada sebelah kanan dan kiri,
pulmo juga diliputi oleh pleura. Arteri pulmo kanan dan kiri mengalirkan darah yang rendah
kadar oksigennya dari jantung ke paru-paru dan darah dari paru-paru kembali dialirkan ke
jantung melalui vena pulmo kanan dan kiri.2,4 Ukuran pulmo kanan normalnya lebih besar dari
pulmo kiri.2 Setiap paru memiliki hilus yang merupakan tempat masuknya arteri vena
7
pulmonalis, arteri vena bronkialis, bronkus primer, nervi dan pembuluh limfa (gambar 3).2,4
Nervus vagus melewati bagian posterior radix dan nervus phrenicus lewat bagian anterior.

Gambar 3. Hilus pulmonis

Pulmo kanan memiliki 3 lobus yang masing-masing dibatasi oleh fissura, yaitu fissura obliqua
(memisahkan lobus superior dengan media dan inferior) dan fissura horizontalis (memisahkan
lobus superior dan media). Pulmo kiri memiliki 2 lobus yang dibatasi oleh fissura obliqua.
Bagian inferior permukaan medial pulmo kiri terdapat incisura akibat tonjolan cor yang disebut
lingula.2

Arteri pulmonalis mensuplai darah yang tidak mengandung oksigen ke paru. Cabang
pembuluh darah mengikuti bronkus ke dalam lobulus paru dan ketika sampai di bronkiolus
respiratorius membentuk kapiler tipe kontinu. Vena pulmonalis mengalirkan darah yang telah
teroksigenasi ke jantung, berjalan ke hilus bersama bronkus baru kemudian ke jantung. Arteri
bronkialis membawa darah kaya nutrisi dan oksigen ke pohon bronkus, septum interlobularis dan
pleura, cabang kecilnya ada yang bergabung dengan sistem pulmonal dan ada yang disalurkan ke
vena bronkialis yang mengalirkan darah kembali ke vena azygos. Untuk persarafan paru,
ganglion simpatis thorax menyediakan serat simpatis dan nervus vagus menyediakan serat
parasimpatis ke otot polos di bronkus. Serat simpatis menyebabkan relaksasi otot polos bronkus
dan bronkodilatasi sedangkan serat parasimpatis menyebabkan kontraksi otot polos dan
bronkokonstriksi.2,4

G. Mekanisme pernafasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karna sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.

8
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu
pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi
antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar
maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara
akan keluar.

H. Kapasitas dan Volume Paru


Jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap inspirasi (atau jumlah udara yang keluar
dari paru setiap ekspirasi) dinamakan volume alun napas ( tidal volume / TV). Jumlah udara
yang masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maximal, setelah inspirasi biasa disebut
volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume / IRV). Jumlah udara yang dapat
dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui kontrakasi otot ekspirasi, setelah ekspirasi biasa
disebut volume cadangan ekspirasi (ekspiratory reserve volume / ERV), dan udara yang masih
tertinggal di dalam paru setelah ekspirasi maksimal disebut volme residu (residual volume / RV).
Nilai normal berbagai volume dan istilah yang digunakan untuk kombinasi berbagai volume paru
tersebut. Ruang didalam saluran napas yang tidak ikut serta dalam proses pertukaran gas dengan
darah dalam kapiler paru disebut ruang rugi pernapasan. Pengukuran kapasitas vital, yaitu jumlah
udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah inspirasi maximal, seringkali
digunakan di klinik sebagai indeks fungsi paru. Nilai tersebut bermanfaat dalam memberikan
informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan lain.
Fraksi volume kapasitas vital yang dikeluarkan pada satu detik pertama melalui ekspirasi paksa
dapat memberikan informasi tambahan, mungkin diperoleh nilai kapasitas vital yang normal
pada nilai FEV menurun pada penderita penyakit seperti asma, yang mengalamai peningkatan
tahanan saluran udara akibat konstriksi bronkus. Pada keadaan normal, jumlah udara yang
dinspirasikan selama 1 menit sekitar 6L. Ventilasi volunter maximal atau yang dahulu disebut
kapasitas pernapasan maximum adalah volume gas terbsesar yang dapat dimasukkan dan
dikeluarkan selama 1 menit volunter. Pada keadaan normal, MVV berkisarkan antara 125 – 170
L/menit.7
9
I. Otot-otot Pernafasan
Gerakan diafragma menyebabkan perubahan volume intratorakal sebesar 75% selama
inpirasi tenang. Otot diafragma melekat di sekeliling bagian dasar rongga toraks, membentuk
kubah di atas hepar dan bergerak ke bawah seperti piston pada saat berkontraksi. Jarak
pergerakan diafragma berkisar antara 1.5 sampai 7 cm saat inpirasi dalam.
Diafragma terdiri atas 3 bagian : bagian kostal, dibentuk oleh serat otot yang bermula dari iga-iga
sekeliling bagian dasar rongga toraks, bagian krural, dibentuk oleh serat otot yang bermula dari
ligamentum sepanjang tulang belakang, dan tendon sentral, tempat bergabungnnya serat-serat
kostal dan krural. Serat-serat krural melintasi kedua sisi esophagus. Tendon sentral juga
mencakup bagian inferior pericardium.
Otot inspirasi penting lainya adalah muskulus interkostalis eksternus yang berjalan dari iga ke
iga secara miring kearah bawah dan kedepan. Iga- iga berputar seolah-olah bersendi di bagian
punggung, sehingga ketika otot interkostalis eksternus berkontraksi, iga-iga dibawahnya akan
terangkat. Gerakan ini akan mendorong sternum ke luar dan memperbesar diameter
anteroposterior rongga dada. Diameter transversal boleh dikatakan tidak berubah. Masing-
masing otot interkostalis eksternus maupun diafragma dapat mempertahankan interkasi yang
kuat pada keadaan istirahat. Muskulus skalenus dan sternokleidomastoideus di leher merupakan
otot-otot inspirasi tambahan yang ikut membantu mengangkat yang sukar dan dalam.

Apabila otot ekspirasi berkontrakasi, terjadi penurunan volume intratorakal dan ekspirasi
paksa. Kemampuan ini dimiliki oleh otot-otot interkostalis internus karena otot ini berjalan
miring ke arah bawah dan belakang dari iga ke iga, sehingga pada waktu berkontrkasi akan
menarik rongga dada ke bawah, kontrakasi otot dinding abdomen anterior juga ikut membantu
proses ekspirasi dengan cara menarik iga-iga ke bawah dan ke dalam serta dengan meningkatkan
tekanan intra abdominal yang akan mendorong diafragma ke atas. 7

J. Pengaturan Pusat Pernafasan


Pusat kontrol pernapasan yang terdapat di batang otak menghasilkan pola napas yang
berirama. Pusat control pernapasan primer, pusat respirasi medulla, terdiri dari beberapa agregat
badan saraf ke otot-otot pernapasan. Selain itu, dua pusat pernapasan lain terletak lebih tinggi di
batang otak di pons-pusat pneumostatik dan pusat apneustik. Kedua pusat di pons ini

10
mempengaruhi sinyal keluar dari pusat pernapasan di medulla. Di sini dijelaskan bagaimana
berbagai region ini berinterkasi untuk menghasilkan irama pernapasan. Neuron Inspirasi dan
ekspirasi terdapat di pusat medula.

Kita menghirup dan menghembuskan napas secara ritmis karena kontraksi dan relaksasi
bergantian otot-otot inspirasi yaitu diafragma dan otot interkostal eksternal, yang masing-masing
disarafi oleh saraf frenikus dan saraf interkostal. Badan-badan sel dari serat-serat saraf yang
membentuk saraf ini terletak di medulla spinalis. Impuls yang berasal dari pusat di medulla
berakhir di badan-badan sel neuron motorik ini. Ketika neuron motorik diaktifkan maka neuron
tersebut sebaliknya mengaktifkan otot-otot pernapasan, menyebabkan inspirasi; ketika neuron-
neuron ini tidak menghasilkan impuls maka otot inspirasi melemas dan berlangsunglah
ekspirasi.7

K.
Perubahan Tekanan

Udara keluar masuk paru saat bernapas karena berpindah mengikuti gradien tekanan
alveol dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian yang ditimbulkan oleh aktivitas siklik
otot-otot pernapasan. 3 tekanan yang berperan penting dalam ventilasi:1

1. Tekanan atmosfer: tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di
permukan bumi, umumnya tekanan atmosfer sama dengan 760mmHg
2. Tekanan intrapulmonal: tekanan di dalam alveol. Setiap kali tekanan intrapulmonal beda
dengan tekanan atmosfir maka udara akan terus mengalir hingga keduanya seimbang
3. Tekanan intrapleura: tekanan dalam kantong pleura. Biasanya lebih rendah dari tekanan
atmosfir. Tekanan intrapleura tidak menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer
karena kantong pleura tertutup

Selain tekanan tersebut, ada juga gaya yang berfungsi menahan dinding toraks dan paru
berdekatan dan meregangkan paru untuk mengisi rongga toraks yaitu daya kohesif dan tekanan
transmural. Molekul air dalam cairan intrapleura menahan tarikan yang memisahkan mereka.
Daya rekat yang tebentuk di cairan intrapleura cenderung menahan kedua permukaan pleura
11
menyatu. Perubahan dimensi torak selalu disertai perubahan setara di dimensi paru (ketika toraks
mengembang, paru ikut mengembang).1,8

Tekanan intrapulmonal menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer sehingga lebih besar dari
tekanan intrapleura, oleh karena itu tekanan yang menekan keluar dinding paru lebih besar dari
yang mendorong ke dalam. Tekanan transmural mendorong paru keluar atau mengembangkan
paru, karena tekanan ini, paru dipaksa mengembang untuk mengisi rongga toraks. Tekanan
transmural juga terdapat di dinding thorax, tekanan yang mendorong dinding thorax kedalam
lebih besar dari tekanan intrapleura yang mendorongnya keluar sehingga dinding thorax
mengalami kompresi, namun pengaruh tekanan transmural lebih berpengaruh besar di paru
karena mudah teregang.8

L. Inspirasi dan Ekspirasi


Paru-paru dan dinding dada adalah struktur elastic. Pada keadaan normal, hanya
ditemukan selapis tipis cairan diantara paru-paru dan dinding dada. Paru-paru dengan mudah
dapat bergeser sepnjang dinding dada, tetapi sukar untuk dipisahkan dari dinding dada seperti
halnya 2 lempengan kaca yang direkatkan dengan air dapat digeser tetapi tidak dapat dipisahkan.
Tekanan di dalam “ruang” antara paru-paru dan dinding kaca (tekanan intrapleura) bersifat
subatatmosferik. Pada saat kelahiran jaringan paru dikembangkan sehingga teregang, dan pada
akhir ekspirasi tenang, kecenderungan daya recoil jaringan paru untuk menjauhi dinding dada
diimbangi oleh daya recoil dinding dada kearah yang berlawanan. Apabila dinding dada dibuka,
paru-paru akan kolaps dan apabila paru-paru kehilangan elastisitasnya, dada akan mengembang
menyerupai bentuk gentong. Proses ekspirasi tenang merupakan proses pasif yang akan
menyertai diafragma menjadi relaks dan mengembang, volume paru mengecil, beda tekanan
negative dan udara keluar.8

Inspirasi merupakan proses aktif. Kontrakasi otot-otot inspirasi akan meningkatkan


volume intrakolateral. Tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari nilai normal
sekitar -2.5 mmHg pada awal inspirasi, menjadi -6 mmHg. Jaringan paru semakin teregang.
Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negative, udara mengalir ke dalam paru.
Pada akhir inspirasi, daya recoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan

12
ekspirasi, sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya recoil jaringan paru dan dinding
dada. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih positif dan udara mengalir
meninggalkan paru-paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang
tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intratorakal. Namun pada awal
ekspirasi, masih terdapat kontrakasi ringan otot inspirasi. Kontraksi ini berfungsi sebagai
peredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi.

Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun mencapai -30 mmHg, menimbulkan
pengembangan jaringan paru yang lebih besar. Apabila ventilasi meningkat, derajat pengempisan
jaringan paru juga ditingkatkan melalui kontraksi aktif otot-otot ekspirasi yang menurunkan
volume intrakolateral.8

M. Keseimbangan Asam Basa


Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut
sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain
(disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang
dapat menerima proton yang dilepaskan. Oleh karena itu, reaksi asam basa adalah suatu reaksi
pelepasan dan penerimaan proton.9

Keseimbangan asam basa adalah saat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang diproduksi
setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan
keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan
basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan terus
menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen
dipertahankan pada kadar rendah 40 + 5 nM atau pH 7,4. Pengaturan keseimbangan asam basa
diselenggarakan melalui koordinasi dari 3 sistem9:
1. Sistem buffer
Menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan eliminasi.
Fungsi utama system buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh
asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, system ini memiliki
keterbatasan yaitu: Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang
13
disebabkan karena peningkatan CO2; System ini hanya berfungsi bila system respirasi dan
pusat pengendali system pernafasan bekerja normal. Kemampuan menyelenggarakan system
buffer tergantung pada tersedianya ion bikarbonat.9,10
Ada 4 sistem bufer: Bufer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama
untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat; Bufer protein merupakan sistem
dapar di cairan ekstrasel dan intrasel; Bufer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam
eritrosit untuk perubahan asam karbonat; Bufer fosfat merupakan sistem dapar di sistem
perkemihan dan cairan intrasel.9,10
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan
buferkimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H
dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal
mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.10,11
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja system buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion
hydrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk
jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan
untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan system buffer. Mekanisme
buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35-7,45.9,10

2. Sistem Pernafasan
Peranan sistem respirasi dalam keseimbangan asam basa adalah mempertahankan agar
Pco2 selalu konstan walaupun terdapat perubahan kadar CO2 akibat proses metabolism
tubuh. Keseimbangan asam basa respirasi bergantung pada keseimbanagn produksi dan
ekskresi CO2. Jumlah CO2 yang berada di dalam darah tergantung pada laju metabolism
sedangkan proses ekskresi CO2 tergantung pada fungsi paru. Kelainan ventilasi dan perfusi
pada dasarnya akan mengakibatkan ketidakseimbanagn rasio ventilasi perfusi sehingga akan
terjadi ketidakseimbangan, ini akhirnya menyebabkan hipoksia maupun retensi CO2
sehingga terjadi gangguan keseimbangan asam basa.9,10
3. Sistem Ginjal/Renal
14
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion asam
non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan
sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh
ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia.
Ion hydrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi
yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut,
asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali.
Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.10

Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada
konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hydrogen
mempunyai efek yang besar pada system biologi. Ion hydrogen berinteraksi dengan berbagai
molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan
ekstabilitas membrane. Ion hydrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya
sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan
ATP.10

Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam tubuh.
Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan
status kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses
metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism
karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.10

Kesimpulan
Mekanisme pernapasan tidak hanya melibatkan paru tetapi juga beberapa otot pernapasan
utama dan tambahan yang dipengaruhi rangsangan saraf yang menginervasi otot-otot tersebut.
Berdasarkan struktur makroskopisnya juga diketahui bahwa proses pertukaran udara mulai
terjadi di bronkiolus respiratorius karena sudah terdapat alveol sebagai tempat terjadinya
pertukaran udara. Pernapasan normal dapat terganggu apabila terjadi obstruksi pada saluran
napas bawah. Salah satunya karena adanya cairan dalam alveol yang menimbulkan bunyi
abnormal yang disebut ronchi basah.

15
Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed. 8. Jakarta: EGC; 2014
2. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s basic anatomy. Philadelphia: Elsevier; 2012
3. Tewfik TL. Trachea anatomy. Medscape [online series] 17 Aug 2017 [cited 20 May
2017]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1949391-overview
4. Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier; 2007
5. Eroschenko VP. diFiore’s atlas of histology with functional correlation. 11th ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2008
6. Celis EA. Lung anatomy. Medscape [online series] 29 Jun 2016 [cited 22 May 2017].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1884995-overview

7. Ganong, William F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2008.

8. Woodson G.E. Upper airway anatomy and function. Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins; 2005; 479-86.
9. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC; 2006; 498-9.
10. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2007. H. 266-69.

16

Anda mungkin juga menyukai