Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kukuh Adi Wicaksana

NIM : 12/336261/PN/13039
Prodi : Budidaya Perikanan

POTENSI RUMPUT LAUT INDONESIA

A. Deskripsi singkat rumput laut


Indonesia merupakan yang negara yang memiki kekayaan sumber daya alam berlimpah. Baik itu
di daratan maupun di lautannya. Namun, negara kita tercinta ini memiliki luas perairan hampIr 70% dari
luas keseluruhan wilayah Indonesia, sehingga tak dapat dipungkiri lagi, kekayaan sumberdaya perairan
di Indonesia lebih banyak daripada di daratan. Salah potensi yang akan saya angkat adalah potensi lautan
Indonesia yang belum dimanfaatkan secar optimal dengan salah satu sumber dayanya yaitu rumput laut.
Manfaat rumput laut berdasarkan penelitian berdasarkan penelitian tercatat 22 jenis telah dimanfaatkan
sebagai makanan. Di wilayah perairaran Indonesia hanya beberapa daerah yang sudah cukup
mengoptimalkan rumput laut, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Pulau Seram, Bali, Lombok,
Kepulauan Riau.
Sebagai bahan pangan, rumput laut telah dimanfaatkan bangsa Jepang dan Cina sejak ribuan
tahun yang lalu. Rumput laut merupakan tumbuhan jenis alga, masyarakat Eropa mengenalnya dengan
sebutan seaweed. Tanaman ini adalah ganggang multiseluler golongan divisi thallophyta. Berbeda
dengan tanaman sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun. Dilihat
dari bentuknya rumput laut sangat beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung, atau seperti
ranting dahan bercabang-cabang. Rumput laut biasanya hidup di kedalaman tertentu yang masih dapat
tertembus sinar matahari. Seperti tanaman darat pada umumnya rumput laut jugamemiliki klorofil atau
pigmen warna yang lain. Warna inilah yang menggolongkan jenis rumput laut. Secara umum rumput laut
yang dapat dimakan adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae),ganggang hijau (chlorophyceae),
ganggang merah (rodohyceae), atau ganggang coklat (phaeophyceae).
Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena ternyata rumput laut mempunyai kandungan nutrisi
cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%),
lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput
laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K) dan makro mineral
seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan
natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10 -20 kali lipat
dibandingkan dengan tanaman darat. Tak heran jika manfaat rumput laut sangatlah beragam,
diantaranya :

a. Antikanker Penelitian Harvard School of Public Health di Amerika mengungkap, wanita


premenopause di Jepang berpeluang tiga kali lebih kecil terkena kanker payudara dibandingkan
wanita Amerika. Hal ini disebabkan pola makan wanita Jepang yang selalu menambahkan rumput
laut di dalam menu mereka.
b. Antioksidan Klorofil pada gangang laut hijau dapat berfungsi sebagai antioksidan. Zat ini
membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh.
c. Mencegah Kardiovaskular Para Ilmuwan Jepang mengungkap, ekstrak rumput laut dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Bagi pengidap stroke, mengkonsumsi rumput
laut juga sangat dianjurkan karena dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh.
d. Makanan Diet Kandungan serat (dietary fiber) pada rumput laut sangat tinggi. Serat ini bersifat
mengenyangkan dan memperlancar proses metabolisme tubuh sehingga sangat baik dikonsumsi
penderita obesitas. Karbohidratnya juga sukar dicerna sehingga Anda akan merasa kenyang lebih
lama tanpa takut kegemukan.
e. Secara tradisional, rumput laut dipercaya dapat mengobati batuk, asma, bronkhitis, TBC,
cacingan, sakit perut, demam, influenza, dan artritis.

B. Pemanfaatan rumput laut di Indonesia


Deskripsi di atas dapat memberi sedikit informasi bahwa manfaat dari rumput laut sangatlah besar,
namun belum banyak warga masyarakat Indonesia yang mengetahui dan berinisiatif untuk
mengembangkan potensi ini. Namun begitu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan
produksi rumput laut olahan mencapai 5 juta ton pada 2014. Tahun ini produksi rumput laut nasional
ditargetkan 5,1 juta ton, naik dari 2011 sebanyak 4,3 juta ton. Kemudian pada 2013 ditargetkan mencapai
7,5 juta dan pada 2014 sebesar 10 juta ton. Produksi rumput laut terutama berasal dari Sulawesi Selatan.
Saat ini sebagian besar rumput laut diekspor dalam kondisi kering dan baru sekitar 20% yang dapat
diserap dan diolah oleh industri dalam negeri. Ekspor rumput laut pada 2011 mencapai US$ 200 juta dan
ditargetkan meningkat menjadi US$ 230 juta tahun ini. Belum meratanya daerah yang memproduksi
rumput laut, membuat target pemerintah sedikit terkendala, namun sangatlah mungkin mencapai target
tersebut, dengan kerja sama antar elemen yang dapat menciptakan gairah tersendiri dalam pemanfaatan
potensi ini.
Safari Azis, Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia, mengatakan sampai saat ini kendala utama dari
pengembangan industri rumput laut nasional ada sinergi antara hulu dan hilir. Dia memberi contoh
sebagai produsen rumput laut cotonii terbesar dengan lebih dari 50% produksi dunia, Indonesia belum
mendapat nilai tambah dari sana. Nilai tambah harus melalui industrialisasi. Untuk itu pemerintah dan
pelaku usaha hulu sampai hilir harus berkonsolidasi dan membuat strategi yang tepat. Pemerintah perlu
menciptakan fondasi kuat untuk menuju industrialisasi. Antara lain pengembangan budi daya, perizinan,
jalur distribusi, perdagangan luar negeri, hingga perbaikan kualitas lingkungan perairan.
Safari menambahkan asosiasi siap mendukung pemerintah mengimplementasikan road map yang sedang
disusun dengan memperluas organisasi hingga kabupaten/kota terutama di sentra produksi. Asosiasi juga
berupaya menyelesaikan kendala dalam pengurusan prosedur ekspor di KKP yang berwenang
mengeluarkan certificate of legal of origin. Pasar produk rumput laut olahan dalam negeri relatif jenuh
sehingga kurang menarik investor untuk membuat pabrik pengolahan rumput laut. Dia memberi contoh,
pabrik pengolahan rumput laut jenis cotonii hanya ada dua dan sekitar 8 pabrik pengolahan rumput laut
jenis glacillaria. Apalagi saat ini persyaratan ekspor makin ketat, salah satunya ekspor ke China mulai
Juni harus memenuhi persyaratan sertifikat kesehatan. Karena itu asosiasi meminta pemerintah
mendorong pengembangan pasar dalam negeri.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan rumput laut Indonesia belumlah optimal
dan masih banyak terkendala oleh beberapa hal, dan sejauh ini hanya beberapa daerah yang dapat
memproduksi rumput laut dengan optimal, padahal hampir semua daerah pesisir pantai di Indonesia
dapat diupayakan untuk budidaya rumput laut ataupun produksi rumput laut. Selain itu pengolahan
rumput laut dalam negeri masih sangatlah minim, sehingga kita langsung ekspor rumput laut mentah
keluar negeri, dengan demikian harga rumput laut belumlah dapat di optimalkan karena masih mentah
dan membutuhkan proses pengolahan yang cukup panjang untuk dapat dikonsumsi.

C. Upaya untuk meningkatkan serta mengembangkan industrialisasi rumput laut Indonesia

Target yang cukup ambisius dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menargetkan
produksi rumput laut olahan mencapai 5 juta ton pada 2014, dapat menjadi kenyatan dengan kerja sama
beberapa elemen. Upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan industrialisasi rumput laut di
Indonesia sangatlah menarik untuk diketahui serta tentunya dilaksanakan sebaik mungkin, beberapa
diantaranya yaitu :

1. Sosialisasi tentang potensi rumput laut yang sangat luar biasa khususnya kepada masyarakat
pesisir pantai, disertai dengan pembinaan intensif secara berkelanjutan baik teknis maupun
non teknis. Upaya tersebut dalam bentuk monitoring, evaluasi, kegiatan temu lapang, serta
kegiatan lain yang secara langsung mendukung aktivitas usaha budidaya rumput laut.
2. Penerapan teknologi budidaya berkelanjutan melalui penerapan prinsip-prinsip Cara
Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) pasa setiap proses produksi. Direktorat Produksi Tahun
2010 telah membuat acuan penerapan pelaksanaan CBIB serta petunjuk teknis penilaian
sertifikasi CBIB budidaya rumput laut, sehingga diharapkan ke depan telah mulai
berkembang unit usaha budidaya rumput laut yang tersertifikasi.
3. Penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas, melalui pengembangan kebun bibit rumput
laut di kawasan sentral budidaya rumput laut serta kebijakan alokasi subsidi bibit rumput
laut.
4. Dukungan dana penguatan modal, upaya tersebut melalui alokasi DPM, Paket Wirausaha,
subsidi benih ,PUMP, peluncuran skame kredit semisal KUR dan KPPE. Dimana upaya
tersebut dalam rangka memberikan stimulan yang secara langsung mendukung peningkatan
kapasitas usahaPokdakan rumput laut.
5. Pemerintah harus melakukan sosialisasi tentang pentingnya membangun usaha pengolahan
rumput laut, serta memberikan permodalan, dan mentoring kepada warga masyarakat yang
dipercaya, maupun yang bersedia untuk mewujudkan usaha pengolahan rumput laut. Dan
pemerintahdapat melakukan riset ataupun meninjau negara yang telah mengoptimalkan
pengolahan rumput laut.
Dan masih banyak lagi upaya – upaya yang harus dilakukan oleh semua elemen masyarakat
untuk mewujudkan industrialisasi rumput laut Indonesia yang modern dan memberikan banyak devisa
bagi Indonesia. Untuk itu kami sebagai mahasiswa perikanan mendapat tugas mulia untuk dapat segera
melakukan sesuatu yang berguna demi memanfaatkan sumber daya perikanan Indonesia yang sangat luar
biasa ini. Demi kemakmuran warga negara Indonesia ini. Apabila terwujud Indonesia, dapat disebut sebai
negara maritim, negara yang memanfaatkan sumberdaya perikanan dengan baik dan optimal bukan
hanya negara yang memeilik wilayah perairan luas disbanding daratan.

Sumber :

http://agro.kemenperin.go.id/839-Pemerintah-Targetkan-Produksi-Rumput-Laut-Olahan-5-Juta-Ton

http://rumputlautindonesia.blogspot.com/

http://bukansekedarkabar.blogspot.com/2012/02/manfaat-rumput-laut.html

STATUS RUMPUT LAUT INDONESIA PELUANG DAN TANTANGAN(Cocon, S.Pi).pdf

Anda mungkin juga menyukai