1
4. Benda-benda yang terbawa oleh si penjahat baik yang berasal dari benda
atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan maupun yang berasal dari
tempat kejadian.
5. Benda-benda yang tertinggal pada benda atau tubuh manusia yang
mengalami kekerasan atau ditempat kejadian yang berasal dari alat atau
senjata yang dipakai ataupun berasal dari si penjahat sendiri.
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan penting dari pemeriksaan yang
dilakukan pada kasus forensik. Kadang kala sampel merupakan sampel segar
ataupun dengan tambahan pengawet terutama pada kasus kriminal. Lebih sering
lagi sampel dikirim ke laboratorium berupa darah kering atau bercak kecoklatan
yang terdapat pada senjata, pakaian atau objek lainnya.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membedakan:2,3,4
1. Apakah bercak tersebut darah?
2. Jika darah, apakah darah tersebut merupakan darah hewan atau manusia?
3. Jika darah manusia, apakah golongan darah manusia tersebut?
Darah, seperti halnya cairan, dapat memberitahukan sedikit banyaknya
mengenai kejahatan yang terjadi dan mengenai darah yang tertinggal di TKP.
Seringkali, petugas akan menemukan tidak hanya darah korban, tetapi juga milik
pelaku.6
Bila terdapat genangan atau bercak-bercak darah, dilakukan pemeriksaan dan
dibuat penafsirannya, antara lain:7
1. Perkiraan jarak antara sumber perdarahan dengan lantai, demikian pula
arah gerakan korban.
2. Perkiraan posisi korban sewaktu mendapat luka, dalam posisi berdiri, tidur
atau miring, ini diketahui dari sifat distribusi serta mengalirnya darahnya.
3. Perkiraan cara kematian, darah tergenang di sekitar korban atau darah
berceceran dimana-mana.
4. Sumber perdarahan, dari pembuluh nadi atau pembuluh vena; dari saluran
pernapasan (paru-paru), atau dari saluran pencernaan (lambung).
5. Perkiraan apakah bercak darah tersebut: "sangat baru" (beberapa hari),
"baru", "tua", dan "sangat tua" (beberapa tahun).
2
I. DEFINISI ANALISIS BERCAK DARAH
Bloodstain pattern analysis (BPA) atau analisis pola bercak darah adalah
subspesialisasi rekonstruksi kejahatan pada konteks kejahatan dan adegan
kejahatan, pola noda darah adalah catatan terlihatdari pertumpahan darah di
TKP. Sebagaimana dijelaskan dalam analisis pola noda darah adalah
pemeriksaan bentuk, lokasi, dan pola distribusi noda darah untuk tujuan
menafsirkan peristiwa fisik yang menyebabkan hal tersebut. Pola noda darah
adalah akibat langsung dari sifat benda dan kekuatan yang menciptakan
mereka.3
BPA adalah pemeriksaan bentuk, lokasi dan distribusi pola dari bercak
darah dengan tujuan menginterpretasikan kejadian fisik yang menyebabkan
hal tersebut. Sedangkan pola bercak darah adalah bukti visual adanya bercak
atau tumpahan darah pada TKP.3
3
Darah yang dimuntahkan :Berwarna coklat
Dari paru-paru :Darah berbusa
Bisul :Pada bercak mungkin ditemukan
sel-sel nanah dan bakteri
Darah menstruasi :Berwarna hitam dan mengandung
sel-sel endometrium dan sel epitel
vagina
Hidung :Mengandung mukosa hidung dan
bulu hidung
Darah ante-mortem bisa dibedakan dari darah post-mortem berdasarkan
beberapa hal dibawah ini:6
4
Gambar 1. Bentuk tetasan darah.5
b. Pool (Genangan)
Aliran darah dari luka (tanpa tekanan) yang tergenang di TKP
karena faktor media dan gaya gravitasi.5
Gambar 2.Bentuk genangan pada korban yang berasal dari darah yang keluar
dari luka korban.5
c. Flows (Aliran)
Bentuk bercak darah yang seringkali ditemukan di TKP adalah
pola aliran. Pola bercak darah ini sering ditemukan pada tubuh
korban, pada objek-objek tertentu di TKP atau pada
permukaan tertentu di TKP. Terbentuknya pola bercak darah
tersebut diakibatkan oleh pengaruh gravitasi.5
5
Gambar 3. Bentuk aliran darah yang dikarenakan oleh gaya gravitasi.5
6
Gambar 5. Bentuk bercak darah yang terserap oleh karpet.5
7
Gambar 7. Pola swipe.5
8
Gambar 9. Pola lontaran.5
c. Spatter (Percikan)
Bercak darah percikan terbagi menjadi dua, Forward spatter
(percikan ke depan) dan Back spatter (percikan ke belakang).
Benturan yang terjadi pada suatu genangan darah akan
mengakibatkan pecahnya kumpulan darah menjadi butiran-
butiran yang lebih kecil dan terpercik ke arah menjauhi pusat
gaya.5
9
Gambar 11. Pola spatter.3,5
10
Gambar 13. Bercak ekspiratori.4
Jenis paling sederhana dari analisis darah menentukan percikan atau
transfer. Percikan tercipta ketika darah dihasilkan dari suatu gaya dan berjalan
melalui udara sebelum mendarat di permukaan target. Pola transfer terjadi
ketika darah dari sumber darah datang dalam kontak langsung dengan luas
permukaan target.
11
2. Angle of Impact (Sudut Dampak )
Bentuk bercak darah ditentukan oleh sudut antara jalur terbangnya
dengan permukaan yang dikenai.3 Tetesan darah yang membentur
suatu permukaan pada sudut 90o akan menghasilkan bercak darah
yang pada dasarnya bulat dalam bentuk. Tetesan darah yang
membentur permukaan pada sudut kurang dari 90o akan lebih panjang
atau berbentuk oval. Dengan berkurangnya sudut antara tetesan darah
dengan permukaan target, panjang bercak darah yang terbentuk akan
bertambah dan lebarnya berkurang. Dengan kata lain bercak darah
akan menjadi lebih panjang dan sempit seiring berkurangnya besar
sudut. Selain itu, semakin tinggi jatuhnya bercak darah, maka diameter
darah semakin bertambah pula.1
12
Pengukuran panjang dan lebar bercak darah diambil dari aksis tengah
setiap dimensi. Nilai rasio lebar dan panjang bercak darah (W/L)
digunakan dalam rumus :
Age of impact = arc sin W / L
Nilai arc sin memberikan sudut dampak yang dapat ditentukan dari tabel
trigonometri atau dengan menggunakan kalkulator yang memiliki fungsi
arc sin. Sudut dampak noda darah adalah rumus dari rasio width - to-
length sebagai sudut nilai sinus vs sudut dampak dari standar yang sudah
ditetapkan.4
13
Gambar 18. Pola pada permukaan yang berbeda.3
14
Bercak darah dengan kecepatan sedang:5
a. Dihasilkan dengan kecepatan dan energi yang melebihi gaya
gravitasi.
b. Jenis percikan ini biasanya terlihat pada penusukan,cedera benda
tumpul dan percikan sekunder.
c. Dihasilkan ketika banyak darah yang lebih besar terpecah menjadi
percikan yang lebih kecil dengan diameter 1-3 mm.
15
Gambar 21. Bercak darah dengan kecepatan tinggi.5
16
Apakah sampel tersebut adalah darah?
Apakah sampel tersebut adalah darah binatang?
Jika merupakan darah binatang, merupakan binatang spesies apa?
Apakah darah tersebut darah manusia?
Dapatkah sampel darah tersebut menentukan usia, jenis kelamin, atau
ras dari manusia?
1. Apakah bercak tersebut adalah bercak darah
Hemoglobin adalah suatu konjugat protein dan terdiri atas dua
bagian: molekul protein ialah globin dan suatu non-protein molekul
ialah hematin yang mengandung besi. Hemoglobin yang
dihidrolisis dengan asam lemah atau alkali dapat diuraikan menjadi
kedua bagian tersebut diatas (heme dan globin).2,3,6,9
Derivat-derivat hemoglobin yang perlu diketahui :
Hematin adalah derivat hemoglobin yang terdapat di dalam
bercak darah yang sudah lama berwarna coklat tak larut
dalam air. Dapat dibuat kristal yang dinamakan hemin.
Hemin terbentuk karena hemoglobin diuraikan oleh asam
lambung.
Methemoglobin: mudah larut dalam air, berwarna merah
coklat bila darah kena udara dan sinar dan pada keracunan
dengan asam oksalik, aniline, dan amyl nitrit.
Hemochromagen: Turunan hematin alkali, berwarna merah,
tejadi bila oksihemoglobin dicampur dengan suatu agen
turunan alkali. Spektrumnya sangat khas dan merupakan
spektrum terbaik dari semua spketrum darah untuk diagnosis.
Hematoporphirin: bersifat tidak larut air. Terjadi bila darah
dicampur dengan asam atau basa kuat. Terdapat dalam
bentuk asam dan alkali dengan spektrum yang berlainan.
Sangat berguna untuk membuktikan adanya darah dimana
bercak-bercak darah telah bercampur dengan bahan-bahan
lain.
17
Untuk menentukan apakah suatu noda merupakan bercak darah
atau bukan adalah dengan menggunakan tes presumtif. Tes ini
memberikan dua hasil pemeriksaan yang berbeda yaitu
mengeliminasi substansi yang didapat (bukan darah), memberikan
kemungkinan (positif presumtif) dari sampel yang diteskan
(mungkin darah). Salah satu adalah dengan menggunakan senyawa
yang dapat memberikan efek ketika bersentuhan dengan darah.
Hasil ini adalah cara sederhana dan cepat untuk membuktikan
bahwa sebenarnya sampel tersebut adalah darah.1,6
Tes presumtif merupakan tes dugaan karena adanya memberikan
kemungkinan hasil yang false-positive (pemutih yang bereaksi
dengan luminol) atau hasilnya yang terlalu meluas (sampel adalah
darah tetapi belum tentu berasal dari manusia). Tes presumtif yang
umum dilakukan untuk darah yaitu Phenolphthalein, Luminol,
Hemastix, and Leuco-crystal Violet (blood).
Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk
membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan,
karena hanya yang hasilnya positif saja yang dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.2,3,6,9
Prinsip pemeriksaan penyaringan:
H2O2 ——> H2O + On
Reagen —-> perubahan warna (teroksidasi)
Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan
reaksi benzidine dan reaksi fenoftalin. Reagen dalam reaksi
benzidine adalah larutan jenuh Kristal Benzidin dalam asetat
glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagen yang
dibuat dari Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan dipanaskan
dengan biji-biji zinc sehingga terbentuk fenolftalein yang tidak
berwarna.6
Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil
18
negatif pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak
tersebut bukan darah.6
Tes ini didasarkan bahwa heme dapat mengkatalisis hidrogen
peroksida. Cairan H2O2 direaksikan dengan sampel dan akan terjadi
reaksi teroksidasi yang menghasilkan perubahan warna. Penting
untuk dicatat bahwa hasil tes yang positif tidak berarti bahwa noda
tersebut atau sampel adalah darah, apalagi untuk menentukan
dengan pasti sampel adalah darah manusia, karena berbagai enzim
dan logam tertentu juga bisa memberikan hasil positif.2
Metode ini didasarkan bahwa heme dari hemoglobin memiliki
sifat seperti peroksida yang mengkatalis pemecahan hidrogen
peroksida. Zat yang teroksidasi ini dapat bereaksi dengan substrat
lainnya yang akan menghasilkan perubahan warna. Substrat yang
umum digunakan adalah benzidin dan bahan lainnya seperti
tetramethyl-benzidines, orto-tolidine, leukomalachite hijau,
leucocrystal ungu dan fenolftalein - yang terakhir ini dikenal
sebagai tes Kastle-Meyer. Reaksi dengan 3-aminophthalhydrazide
(Luminol) yang menghasilkan cahaya.2
a. Tes Luminol6
Salah satu tes presumtif terdiri dari penyemprotan sampel yang
dicurigai dengan larutan luminol (C8H7N3O2), bahan kimia
yang dipopulerkan oleh serial TV "CSI" (singkatan dari "Crime
Scene Investigation"), dan hidrogen peroksida (H2O2). Jika
terdapat darah pada sampel, sampel akan bersinar dengan warna
kebiruan dalam gelap. Luminol tersebut pertama kali diaktifkan
dengan oksidan, biasanya dengan larutan hidrogen peroksida
dan garam hidroksida dalam air. Kemudian, dengan adanya
protein dalam darah yang disebut hemoglobin, hidrogen
peroksida terurai untuk membentuk oksigen dan air. Ketika
luminol bereaksi dengan garam hidroksida, dianion akan
terbentuk. Oksigen yang dihasilkan dari hidrogen peroksida
19
kemudian bereaksi dengan dianion luminol. Produk dari reaksi
ini, merupakan suatu peroksida organik, yang sangat tidak stabil
dan segera terurai dengan hilangnya nitrogen untuk
menghasilkan asam 3-aminophthalic. Sebagai 3-aminophthalic,
ia akan melepaskan cahaya biru yang terlihat (lihat Gambar.
23).
Gambar 23. Penampakan bekas darah laten yang tertinggal di bak cuci
piring.3
20
Tes katalitik sangat sensitif (darah dapat dideteksi dengan
pengenceran sekitar 1 di 100.000), tetapi terdapat beberapa faktor
yang dapat memberikan interpretasi hasil yang salah sehingga tes
ini tidak spesifik untuk darah. Zat yang dapat mengganggu hasil
yang diinginkan pada tes katalitik termasuk enzim seperti katalase
dan peroksidase (dapat ditemukan pada tanaman dan hewan),
bahan kimia dan logam yang teroksidasi khususnya tembaga dan
besi.7
Ketika hasil diinterpretasikan harus lebih teliti, terutama ketika
pengujian dilakukan luar ruangan, dimana banyak jenis bahan
tanaman yang dapat ditemukan, atau pengujian di kendaraan, di
mana permukaan logam dapat mengganggu. Prinsip umum adalah
bahwa jika tes adalah negatif, darah tidak ada, tapi jika tes ini
positif maka sampel kemungkinan adalah darah tetapi tidak pasti.
Untuk alasan ini tes sering digambarkan sebagai tes "dugaan".2,3,7,9
21
Cara pemeriksaan reaksi Benzidin: Sepotong kertas saring
digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1
tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen Benzidin.
Hasil: Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul
warna biru gelap pada kertas saring.
22
terjadi pada tes dugaan merupakan indikator yang baik untuk
adanya darah, namun tidak praktis untuk seluruh item yang ada.
Bahan berpori yang telah berlumuran darah masih dapat
menyerap sedikit darah bahkan jika objek telah dicuci dan
bersih. Untuk alasan inilah, luminol dan fluorescein test
digunakan untuk menunjukkan noda darah nonvisible.6,9
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kastle (1901,1906), zat
ini menghasilkan warna merah jambu terang saat digunakan
pada test identifikasi darah. Konfirmasi noda terlihat
menggunakan tes Kastle-Meyer. Dimana reagen dengan cara
melakukannya yaitu dengan menggosok lembut pada noda dan
basah. Hasilnya langsung terlihat dari perubahan warna, dari
kuning pucat ke biru kehijauan yang intens menunjukkan
kemungkinan adanya darah. Tes ini sangat sensitif tetapi karena
cara itu sudah diatur tidak mudah dimodifikasi untuk memeriksa
untuk gangguan mungkin. Pada uji Kastle-Meyer yang
fenolftalein disimpan dalam larutan basa yang didalamnya
terdapat seng, larutan ini tidak berwarna. Oksidasi dengan
hemoglobin dan peroksida menyebabkan perubahan warna yang
cepat menjadi merah muda terang. Awalnya tes dilakukan dalam
satu langkah, tapi banyaknya gangguan potensial dapat
dihilangkan dengan melakukan tes dalam dua langkah.6
Dalam bentuk asli, sejumlah kecil reagen Kastle-Meyer yang
telah dipersiapkan dicampur dengan etanol 95% (volume sama)
dan 10% larutan hydrogen peroksida. Noda yang dicuragai
darah kemudian digosok dengan sepotong kecil kertas filter dan
ditambahkan setetes campuran pereaksi ke kertas. Perubahan
warna menjadi merah muda merupakan indikasi dari adanya
hemoglobin, yang telah dikatalisis pemecahan hidrogen
peroksida. Namun, yang digunakan dalam formulir ini, tes akan
memberikan hasil yang tampaknya positif dengan bahan
23
pengoksidasi lainnya. Dalam versi pengujian dua langkah,
reagen Kastle-Meyer hanya dicampur dengan etanol 95%
(volume sama). Larutan ditambahkan ke noda pada kertas filter.
Jika warna pink atau warna merah langsung berubah, yaitu tanpa
penambahan hidrogen peroksida.1
Gambar 24. Ketiga reagen yang digunakan dalam Kastle – Meyer Test.
(etanol, reagen Kastle-Meyer, hidrogen peroksida)5
Cara Pemeriksaan reaksi Phenolphtalein: Sepotong kertas
saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung
diteteskan reagen Phenolphtalein.
Hasil: Hasil positif pada reaksi Phenolphtalein adalah bila
timbul warna merah muda pada kertas saring.(2,3,6,9)
A. B.
Gambar 25.
. A. Warna pink menunjukkan aktivitas dari hemolisis dan
Phenolphtalein,menunjukkan hasil positif. 9
B. tidak terdapat darah pada sampel, tidak tampak hemolisis peroksida
dan perubahan warna, hasil tes negatif.9
24
2. Deteksi dan identifikasi bercak darah
Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah
darah maka dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan
meyakinkan darah berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin
(hemin) dan hemokhromogen. Terdapat beberapa jenis pemeriksaan yang
dapat dilakukan untuk memastikan bercak darah tersebut benar berasal
dari manusia, yaitu :
A. Cara kimiawi
Terdapat tiga macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan
bahwa yang diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-
kristal hemoglobin yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau
dengan mikroskopik. Tes kristal, yang sekarang jarang digunakan,
semua didasarkan pada pembentukan hemoglobin kristal derivatif
seperti hematin, haemin dan haemochromogen. Hem membentuk kristal
ketika direaksikan dengan reagen tertentu. Reagen yang paling umum
adalah piridin, yang membentuk kristal merah muda yang khas.11
Tes ini dilakukan pada slide mikroskop, dengan reagen yang
ditambahkan ke noda bawah kaca penutup, dan pembentukan kristal
diamati dengan mikroskop. Tes tersebut antara lain tes Teichmann dan
tes Takayama.6,9
1. Tes Teichman (Tes kristal hemin)
Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Tes diawali dengan
memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan
chloride untuk membentuk derivat hematin. Kristal yang terbentuk
kemudian diamati di bawah mikroskop, biasanya Kristal muncul
dalam bentuk belah-belah ketupat dan berwarna coklat.9
Cara pemeriksaan:Seujung jarum bercak kering diletakkan pada
kaca obyek tambahkan 1butir kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat
glacial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan.
25
Hasil : Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin
HCL yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan
mikroskopik.
Kesulitan :Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang
terlalu panas atau terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada
sampel.
26
Selain piridin, sejumlah basa nitrogen lainnya, termasuk nikotin,
metilamina, histidin dan glisin telah digunakan dalam variasi tes ini.
Sensitivitas adalah sekitar 0,001 mL darah atau 0,1 mg hemoglobin.
Sebuah hasil negatif tidak selalu menunjukkan bahwa darah tidak ada,
mungkin saja menunjukkan teknik yang salah dan kontrol positif
harus selalu dijalankan untuk perbandingan. Noda darah sampai usia
20 tahun telah memberikan hasil positif dalam tes kristal.2,3,9
Cara kerja: Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari
bercak pada gelas objek dan biarkan reagen takayama mengalir dan
bercampur dengan sampel.Setelah fase dipanaskan, lihat di bawah
mikroskop.
Hasil: Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus
berwarna merah jambu yang terlihat dengan mikroskopik.2,3,9
Gambar 28. Tes Takayama positif membentuk Kristal yang dapat dilihat di
bawah mikroskop.1
27
3. Pemeriksaan Wagenaar
Cara pemeriksaan: Seujung jarum bercak kering diletakkan pada
kaca obyek, letakkan juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca
penutup sehingga antara kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah
untuk penguapan zat. Kemudian pada satu sisi diteteskan aseton dan
pada sisi lain ditetes kan HCL encer, kemudian dipanaskan.1,6
Hasil:Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk
batang berwarna coklat. Hasil negatif selain menyatakan bahwa
bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada
pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah
rusak, misalnya bercak darah yang sudah lama, terbakar dan
sebagainya.1,6
B. Cara serologik
Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan
golongan darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein
manusia (anti human globulin) serta terhadap protein hewan dan juga
antisera terhadap golongan darah tertentu. Prinsip pemeriksaan adalah
suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan Antibodi (antiserum)
yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.6
1. Tes presipitin cincin
Tes Presipitin Cincin menggunakan metode pemutaran
sederhana antara dua cairan di dalam tabung. Dua cairan tersebut
adalah antiserum dan ekstrak dari bercak darah yang diminta untuk
diperiksa.6
Cara pemeriksaan: Antiserum ditempatkan pada tabung kecil
dan sebagian kecil ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-
hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada temperatur ruang
kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan antibodi akan
mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan.6
28
Hasil: Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate
pada bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang
bukan dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.
2. Reaksi presipitasi dalam agar
Cara pemeriksaan :Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus
sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer.
Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter
kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis.
Masukkan serum anti-globulin manusia ke lubang di tengah dan
ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-
lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab
(moist chamber) pada temperatur ruang selama satu malam.6
Hasil: Hasil positif memberikan presipitum jernih pada
perbatasan lubang tengah dan lubang tepi. Pembuatan agar buffer
:1 gram agar; 50 ml larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest;
100 mg. Sodium Azide. Kesemuanya dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer, tempatkan dalam penangas air mendidih sampai
terbentuk agar cair.6
3. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel
darah merah.
Cara pemeriksaan: Darah yang masih basah atau baru
mengering ditaruh pada kaca obyek kemudian ditambahkan 1
tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan kaca penutup, lihat
dibawah mikroskop. Cara lain, dengan membuat sediaan apus
dengan pewarnaan Wright atau Giemsa.1,6
Hasil: Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut
hanya dapat menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut.
Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram
dan tidak berinti, sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau
29
elips dan tidak berinti. Bila terlihat adanya drum stick dalam
jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan bahwa darah tersebut
berasal dari seorang wanita.
Kelebihan: Dapat terlihatnya sel-sel leukosit berinti banyak.
Dapat terlihat adanya drum stick pada pemeriksaan darah
seorang wanita.
30
- 2-3 helai benang yang mengandung bercak kering difiksasi
dengan metal alkohol selama 15 menit. Benang diangkat dan
dibiarkan mengering. Selanjutnya dilakukan penguraian
benang tersebut menjadi serat-serat halus dengan
menggunakan 2 buah jarum.
- Lakukan juga terhadap benang yang tidak mengandung bercak
darah sebagai kontrol negatif.
- Serat benang dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi. Ke dalam
tabung pertama diteteskan serum anti A dan ke dalam tabung
kedua diteteskan serum anti B hingga serabut benang tersebut
terendam seluruhnya. Kemudian tabung-tabung tersebut
disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 4ºC selama
satu malam.
- Lakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam
fisiologis dingin (4ºC) sebanyak 5-6 kali, lalu tambahkan 2
tetes suspensi 2% sel indikator (sel darah merah golongan A
pada tabung pertama dan golongan B pada tabung kedua),
putar dengan kecepatan 1000RPM selama 1 menit. Bila tidak
terjadi aglutinasi, cuci sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-
2 tetes larutan garam fisiologis dingin. Panaskan pada suhu
56ºC selama 10 menit dan pindahkan ke tabung lain.
Tambahkan satu tetes suspensi sel indikator ke dalam masing-
masing tabung, biarkan selama 5 menit, lalu putar selama 1
menit dengan kecepatan 1000RPM.
- Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi
aglutinasi berarti darah mengandung antigen yang sesuai
dengan sel indikator.1
5. Analisis DNA
DNA atau Deoxyribo Nucleic Acid merupakan asam nukleat yang
menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang
31
menentukan jenis rambut, warna kulit dan sifat-sifat khusus dari
manusia. DNA ini akan menjadi cetak biru (blue print) ciri khas
manusia yang dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya. Sehingga
dalam tubuh seorang anak komposisi DNA nya sama dengan tipe DNA
yang diturunkan dari orang tuanya. Sedangkan tes DNA adalah metode
untuk mengidentifikasi fragmen-fragmen dari DNA itu sendiri atau
secara sederhananya adalah metode untuk mengidentifikasi,
menghimpun dan menginventarisir file-file khas karakter tubuh. Tes
DNA umumnya digunakan untuk 2 tujuan yaitu:
1. Tujuan pribadi seperti penentuan perwalian anak atau penentuan
orang tua dari anak.
2. Tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik seperti identifikasi
korban yang telah hancur, sehingga untuk mengenali identitasnya
diperlukan pencocokan antara DNA korban dengan terduga
keluarga korban ataupun untuk pembuktian kejahatan semisal
dalam kasus pemerkosaan atau pembunuhan.
Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk
sampel tes DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut,
usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk
kasus-kasus forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel
biologis apa saja yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP)
dapat dijadikan sampel tes DNA.
32
keturunan ibu yang dapat berubah seiring dengan perkawinan
keturunannya. Sebagai contoh untuk sampel sperma dan rambut. Yang
paling penting diperiksa adalah kepala spermatozoanya karena didalamnya
terdapat DNA inti, sedangkan untuk potongan rambut yang paling penting
diperiksa adalah akar rambutnya. Tetapi karena keunikan dari pola
pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat
dijadikan sebagai marka (penanda) untuk tes DNA dalam upaya
mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal.9
Untuk akurasi kebenaran dari tes DNA hampir mencapai 100% akurat.
Adanya kesalahan bahwa kemiripan pola DNA bisa terjadi secara random
(kebetulan) sangat kecil kemungkinannya, mungkin satu diantara satu juta.
Jikapun terdapat kesalahan itu disebabkan oleh faktor human
error terutama pada kesalahan interprestasi fragmen-fragmen DNA oleh
operator (manusia). Tetapi dengan menerapkan standard of procedure
yang tepat kesalahan human error dapat diminimalisir atau bahkan
ditiadakan.2,3,9
33
target tersebut kira-kira berbanding lurus terhadap intensitas pendaran
sinar yang dihasilkan. Keunggulan metode ini dibandingkan dengan
metode konvensional adalah pada kecepatan dan harganya yang jauh lebih
cepat dan murah dibandingkan metode elektroforesis DNA. Tetapi karena
metode ini masih tergolong baru, sehingga masih dalam pengembangan di
Amerika Serikat, sehingga untuk pengguna di Indonesia, sekarang ini
belum dapat memanfaatkan fasilitas tersebut, karena memang belum
terdapat di Indonesia.9
34
pemurnian biasanya digunakan tehnik sentrifugasi dan metode filtrasi
vakum. Tetapi berbagai ilmuwan telah banyak meninggalkan cara tersebut
dan beralih ke produk-produk pemurnian yang telah dipasarkan seperti
produk butir magnet dari Promega Corporation yang memanfaatkan silica-
coated paramagnetic resin yang memungkinkan metode pemisahan DNA
yang lebih sederhana dan cepat. Tahapan selanjutnya adalah memasukan
sampel DNA yang telah dimurnikan kedalam mesin PCR (polymerase
chain reaction) sebagai tahapan amplifikasi. Hasil akhir dari tahap
amplifikasi ini adalah berupa kopi urutan DNA lengkap dari DNA sampel.
Selanjutnya kopi urutan DNA ini akan dikarakterisasi
dengan elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA
setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola
elektroforesis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang disebut
DNA sidik jari (DNA finger print) yang akan dianalisa pola STR nya.
Tahap terakhir adalah DNA berada dalam tahapan typing, proses ini
dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR akan membaca
data-data DNA dan menampilkannya dalam bentuk angka-angka dan
gambar-gambar identfikasi DNA. Finishing dari tes DNA ini adalah
mencocokan tipe-tipe DNA.2,3,9
35
KESIMPULAN
Ketika noda merah ditemukan pada tempat kejadian perkara, maka noda
tersebut dapat dicurigai sebagai darah dan barang bukti.Untuk membuktikan
apakah sampel tersebut adalah darah, maka dapat dilakukan beberapa tes.Tes-tes
yang dilakukan dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin
atau komponen-komponen yang ada di dalamnya.Hemoglobin terdiri atas heme
yang mengangkut oksigen dan globin komponen protein.Tes yang dilakukan di
forensik untuk identifikasi darah sebenarnya mendeteksi keberadaan dari heme.
Digunakan beberapa substansi berwarna tertentu yang bila dicampur dengan
peroksida akan merubah warna dasarnya yang disebut oksidasi. Kebanyakan
enzim umumnya akan mempercepat reaksi.
Tes pertama adalah tes presumtif yang bertujuan menyingkirkan substansi
lain selain darah, namun tes ini tidak dapat memastikan keberadaan darah. Tes
Kastel Meyer merupakan tes presumtif yang paling banyak dilakukan dimana bila
hasilnya positif maka akan menghasilkan warna pink. Luminol juga merupakan
tes presumtif yang sering digunakan.Terlebih luminol digunakan untuk
mendeteksi keberadaan noda darah yang sudah dihapus atau dicuci. Luminisens
atau pendaran biru yang akan dihasilkan bila luminol bereaksi dengan hemoglobin
dan dapat dilihat bila cahaya lampu dimatikan (ruangan gelap).
Bila telah ditetapkan bahwa sampel tersebut mungkin adalah darah, maka
pengujian dilanjutkan untuk mengkonfirmasi, apakah darah tersebut berasal dari
manusia atau hewan. Untuk itu dilakukan tes konfirmasi antara lain : tes
presipitasi dimana darah dapat diidentifikasi berasal dari manusia melalui reaksi
dengan antiserum tertentu untuk komponen darah manusia.
Penentuan golongan darah dan rhesus dari sampel darah yang telah
dikonfirmasi berasal dari manusia, merupakan langkah selanjutnya yang
dilakukan untuk mempersempit pencarian.Bila semua tes diatas telah dilakukan,
maka uji DNA merupakan tahap akhir yang lebih spesifik untuk menentukan
kepemilikan dari noda darah tersebut.
36
DAFTAR PUSTAKA
37