Anda di halaman 1dari 13

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar


yaitu pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian
karena Pulau Kalimantan memiliki luas sekitar 743.925 km2. Propinsi Kalimantan
Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin terletak di sebelah selatan pulau
Kalimantan.
Pada umumnya nelayan di daerah Tanah bumbu Kecamatan Kusan Hilir
menggunakan alat tangkap Bagan Tancap .Alat tangkap dan teknik penangkapan
ikan yang digunakan nelayan Indonesia umumnya masih bersifat tradisional.
Salah satu persiapan dalam merencanakan operasi penangkapan аdаlаh
menentukan daerah penangkapan. Tujuan dan sasaran ikan уаng аkаn ditangkap
јugа menjadi satu pertimbangan alat tangkap уаng аkаn digunakan.
Daerah penangkapan merupakan suatu daerah perairan dimana ikan yang
menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat
tangkap dapat di operasikan ekonomis. Suatu wilayah perairan laut dapat
dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi anatara
sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi
penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Hal ini dapat
diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya ikan
yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat di operasikan
yang dikarenakan sebuah faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula
jika terjadi sebaliknya.
Suatu daerah perairan dinamakan daerah penangkapan yang baik apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
2. Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah dan sempurna.
3. Lokasinya tidak jauh dari pelabuhan sehingga dapat dijangkau oleh kapal
ikan
4. Daerahnya aman yaitu tidak lazim dilalui angin taufan yang
membahayakan,
5. tidak dinyatakan tdk terlarang oleh peraturan dan undang undang.
Metode pemilihan daerah penangkapan ikan yaitu:
1. Asumsi awal tentang area lingkungan yang cukup sesuai dengan tingkah
laku ikan yang diarahkan dengan menggunakan data riset oseanografi dan
meteorologi.
2. Asumsi awal tentang musim dan daerah penangkapan ikan, dari pengalaman
menangkap ikan yang lampau yang dikumpulkan ke dalam arsip kegiatan
penangkapan ikan masa lampau.
3. Pemilihan daerah penangkapan ikan yang bernilai ekonomis dengan
mempertimbangkan dengan seksama jarak dari pangkalan, kepadatan
gerombolan ikan, kondisi meteorologi, dan lain sebagainya.
Secara alami tanda-tanda fisik daerah penangkapan ikan (Fishing ground)
berdasarkan pengalaman nelayan, yang catchable area diantaranya ditandai oleh
:Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya, Ada banyak
burung beterbangan dan menukik-nukik ke permukaan air,banyak buih di
permukaan air, dan Umumnya jenis ikan ini bergerombol di sekitar batang-
batang kayu yang hanyut di perairan atau bersama dengan ikan yang berukuran
besar seperti paus. Dengan adanya rumpon dan penggunaan cahaya lampu
disuatu perairan maka daerahpenangkapan ikan dapat dibentuk, sehingga
nelayan dan unit kapal penangkap ikan tidak tergantung lagi dengan tanda-tanda
fisik daerah penangkapan ikan yang bergantung pada kondisi lingkungan alami
perairan. Oleh karena itu dengan penggunaan rumpon (FAD) dan light fishing
dapat dikatakan sebagai pembentuk daerah penangkapan ikan buatan (Artificial
fishing ground).

B. Tujuan Praktik
Tujuan dari Praktik Lapang mata kuliah Daerah Penangkapan Ikan
adalah :
1. untuk mengetahui alat bantu penangkapan yang digunakan, jenis ikan
yang tertangkap, jarak antara fishing base dengan fishing ground
serta musim penangkapan, musim penangkapan kondisi fishing
ground
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Penangkapan ikan adalah usaha melakukan penangkapan atau pengumpulan


ikan atau organisme perairan lainnya yang memiliki manfaat dan nilai ekonomi
yang berarti bahwa penangkapan ikan tidak hanya melakukan penagkapan ikan
dengan alat tangkap tertentu tetapi juga termasuk mengumpul kanorganisme yang
berada dalam perairan yang dapat memberi manfaat ekonomi (Sudirman dan
Mallawa, 2004).
Suatu daerah dapat disebut sebagai daerah penangkapan ikan apabila ada
interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan ikan dengan
teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Keadaan
suhu, salinitas, arus permukaan, upwelling dan front dapat mempengaruhi
kehidupan ikan secara baik secara langsung maupun tidak langsung. Keadaan
iklim dan cuaca juga dapat mempengaruhi kelimpahan ikan. Iklim dan musim
akan mempengaruhi penyebaran ikan, sedangkan cuaca seperti terjadinya topan
dapat mempengaruhi ruaya serta keberadaan ikan pada suatu daerah karena topan
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi. Ikan biasanya akan menghindari hal
demikian karena sedimen laut yang terangkat dapat merusak filament insang ikan-
ikan tersebut (Nomura, 1996).
Dengan peralatan dan teknik penangkapan yang tepat akan dapat
menangkap ikan dengan hasil yang baik.Gaya-gaya yang bekerja pada alat
penangkap ikan (hydroninamics forces) bervariasi sesuai dengan macam alat
penangkapannya, yaitu tentang gaya-gaya yang bekerja untuk mempertahankan
agar alat penangkapikan dapat mempunyai bentuk yang dikehendaki pada saat alat
tersebut diopersikan. Gaya yang dimaksud adalah gaya apung (Bouyancy) dan
gaya tenggelam (Sinking Power). Untuk mengapung kan suatu alat penangkap
ikan dipermukaan diperlukan gaya apung yang lebih besar dari berat alat dalam
air (Sadhori S,N. 1983).

Menurut Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (2005) Daerah


Penangkapan Ikan merupakan suatu perairan dimana ikan yang menjadi sasaran
penangkapan diharapkan dapat tertangkap secara maksimal, tetapi masih dalam
batas kelestarian sumberdayanya.
Agar suatu perairan memenuhi kriteria sebagai daerah penangkapan ikan,
maka:
1. Perairan tersebut harus merupakan lingkungan yang cocok untuk hidup ikan
yang menjadi sasaran penangkapan.
2. Perairan itu mempunyai kandungan makanan yang cocok bagi ikan yang
menjadi sasaran penangkapan.
3. Perairan itu merupakan tempat perkembangbiakan dan pemijahan yang cocok
bagi ikan yang menjadi sasaran penangkapan.
Menurut Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (2005), alat bantu
yang dapat membantu nelayan kita dalam mencari daerah penangkapan ikan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Alat bantu yang berasal dari alam
Yang dimaksud dengan alat bantu yang berasal dari alam alat bantu untuk
mencari daerah penangkapan suatu jenis ikan yang berasal dari alam. Alat bantu
itu sendiri terbagi menjadi empat, yaitu:
a. Adanya burung-burung laut yang menukik dan menyambar ke
permukaan laut.
b. Adanya gerakan beberapa ikan lumba-lumba.
c. Adanya buih-buih atau riakkan air di permukaan perairan
d. Adanya cahaya spesifik yang dikeluarkan oleh suatu jenis ikan.
2. Alat bantu buatan
Yang dimaksud dengan alat bantu bantuan adalah alat bantu untuk mencari
daerah penangkapan suatu jenis ikan yang merupakan buatan dari manusia. Alat
bantu itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Rumpon
b. Lampu
Menurut Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (2005),
persyaratan daerah penangkapan ikan yaitu:
1. Terdapat ikan yang berlimpah jumlahnya
2. Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah yaitu memungkinkan
melakukan operasi penangkapan secara aman dari benda-benda pengganggu
(tonggak bagan, bangkai kapal tenggelam) tidak terlalu jauh dari operasi
penangkapan sehingga dicapai penghematan atau efisiensi dalam
penggunaan bahan bakar
3. Secara ekonomis daerah sangat berharga atau kondisi dan posisi daerah
perlu diperhitungkan yaitu daerah cukup luas memungkinkan suatu
kelompok ikan tinggal (menetap) secara utuh dalam waktu cukup lama
4. Faktor lingkungan (kadar garam/salinitas, suhu perairan) sesuai dengan
yang disenangi ikan yang menjadi sasaran penangkapan, cukup tersedia
makanan bagi semua anggota kelompok ikan, baik yang masih kecil
maupun yang sudah dewasa.
BAB 3. METODE PRAKTIK LAPANG

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktik lapang kali ini dilaksanakan pada tanggal 22 April 2019
di Desa Wiritasi Kecamatan Kusan Hailir, Kabupaten Tanah bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan.

3.2. Metode Praktik

Metode yang digunakan pada praktik lapang ini adalah metode deskriptif,
observasi dan wawancara dimana mahasiswa bertanya secara langsung kepada
masyarakat yang bersangkutan dengan maksud dapat mengumpulkan data yang
diperlukan secara lengkap dan mendetail kemudian menganalisa dan mengambil
kesimpulan.
BAB. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil praktik lapang Daerah Penangkapan Ikan yang telah dilakukan


adalah sebagai berikut :
Nama Nelayan :Bapak Nanang
Alamat :Jalan Kapitan laut pulo Rt. 02
Nama Kapal :Putri Duyung/ 7 GT
Nama Alat Tangkap :Bagan Tancap
Lakukan wawancara dan pencatatan tentang :
•Didaerah mana saja nelayan melakukan penangkapan ikan (lengkapi
dengan titik koordinator dan wilayah pengelolaan perikanan _WPP
berapa):wilayah pulau sekalian desa semisir WPP 712
•Jarak antara fishing base dengan fishing ground adalah 7mil laut
•Jenis ikan hasil tangkapan : Bece-bece, cumi-cumu, bogor / ikan merah
•Kapan musim penangkapan (barat/timur dan bulan apa ) : diakhir musim
barat diantara bulan maret dan april (setiap hari )
•Lampirkan Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Untuk Provinsi
Kalimantan Selatan Bulan April 2019)

4.2. Pembahasan
Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan
ikan apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target
penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk
menangkap ikan.
Alat tangkap yang digunakan pada lokasi praktek kali ini adalah Lampara,
gill net, pancing ulur, togo dll. Untuk alat tangkap yang paling banyak digunakan
oleh nelayan yaitu lampara, Togo dan Rengge, Daerah penangkapan di desa
wiritasi kira-kira sekitar 7 mil dari pantai, karena alat tangkap yang digunakan
yaitu lampara dasar. Pada umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah
penangkapan adalah daerah pantai, teluk, dan muara-muara yang mengakibatkan
pula jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis.
lampara merupakan alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring yang
menyerupai payang. Lampara termasuk ke dalam klasifikasi pukat kantong (bag
seine net). Alat ini digunakan untuk menangkap umpan hidup. Semula lampara
diperkenalkan di Italia dan mulai diperkenalkan dan dikembangkan di Indonesia
sekitar tahun 1950. Terutama di daerah dimana banyak penangkapan ikan – ikan
cakalang pada daerah tersebut.
ampara terdiri dari sayap (kiri, kanan) dan kantong. Selain itu dilengkapi
pula dengan sebuah cincin dari besi yang berdiameter 2 m. Kantong lampara
berbeda dengan kantong payang yang berbentuk kerucut, tetapi lebih cenderung
menggelembung . Hal ini dimaksudkan agar ikan-ikan umpan yang tertangkap
tidak mudah mati karena masih tersedia ruang yang cukup untuk bergerak (tidak
berdesak-desakan). Ukuran panjang kaki lampara 57,5 m, panjang kantong 12,5
m, mesh size dari bagian epek-epek 11 cm, mesh size pada bagian kaki setelah
epek-epek yaitu 18 cm dengan panjang 12,5 m, mesh size pada bagian kaki
selanjutnya 13 cm dengan panjang 40 m, mesh size kaki pelampung 9 m. Mesh
size bagian kantong yaitu 6 cm dengan panjang 10 m, mesh size bagian kantong
belakang 1,5 cm dengan panjang 2,5 m. Menurut kelompok kami, parameter
utama dari lampara adalah proporsional konstruksi alat tangkap
Operasi penangkapan ikan bertujuan mendapatkan hasil tangkap yang
sesuai dengan yang diinginkan baik jenis, ukuran dan volumenya. Salah satu
syarat yang harus ada dalam operasi penangkapan ikan adalah adanya daerah
penangkapan ikan. Daerah dapat didefinisikan sebagai suatu area perairan dimana
kita dapat melakukan penangkapan ikan target yang layak tangkap baik jenis,
ukuran dan volumenya yang didasarkan pada asas pemanfaatan yang
berkelanjutan dan regulasi yang berlaku baik local, nasional maupun
internasional.
BAB. 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dalam praktik lapang kali ini daerah yang menjadi lokasi penangkapan
ikan yaitu Desa Wiritasi Kecamatan Kusan Hailir, Kabupaten Tanah bumbu. Dan
data diketahui bahwa memiliki Jarak antara fishing base dengan fishing ground
adalah 7mil laut , wpp712 alat tangkap yang di gunakan adalah lempira dasar
dengan kapal 7 GT . Hasil yang di dapatkan adalah bece-bece, cumi-cumi , ikan
bogor / ikan merah .

5.2. Saran

Dalam pemilihan lokasi praktik lapang diusahakan mencari lokasi yang


memiliki banyak nelayan sehingga ketika melakukan kegiatan pendataan tidak
berebut responden
DFTAR PUSTAKA

Effendi, 2003. http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot (Diakses 22 Mei


2018).
Munzir, 2007. http://pondoknzir.blogspot.com/search/label/Artikel%20Perikanan
Nelwan, Alfan. 2004. Artikel Ilmiah/journal/Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS
702), Bogor IPB. Halaman 25-37.pdf
Wahyudi, 2006. http://www.scribd.com/doc/35041471/Daerah-Penangkapan-Ikan
Sudirman, 2013. TeoriPenangkapanIkan. DepDikBud.
LAMPIRAN

WPP 712

Anda mungkin juga menyukai