Logam

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

1 PENGGOLONGAN LOGAM (METAL CLASIFICATION)

Logam (Metal)

Logam Ferro Logam Non-Ferro

Besi Coran Baja (Steel) Logam Berat Logam Ringan


(Cast Iron) (Weight Metal) (Light Metal)

Kelabu Baja Non Paduan Tembaga Aluminium


Noduler (Non-alloys Steel) Nikel Titanium
Zink Magnesium
Mampu Baja Dasar Plumbum
tempa Stanum
Di-cil Kualitas Tinggi
Stibium
(Chiled)
Khusus Baja Mulia Cobalt
Chromium
Mangan
Baja Paduan Vanadium
(Alloys Steel) Wolfram
Molibdenum
Rendah Tantal
Cadmium
Tinggi
Bismut
Khusus Argentum
Aurum
Platin

Catatan :

Perbedaan Besi Cor dan Baja adalah pada jumlah kandungan Carbon (C)-nya.

Perbedaan Logam Ringan dan Logam Berat adalah pada Berat Jenisnya.

Disebut Baja Mulia adalah kandungan Sulfur (S) dan Phosphor (P)-nya rendah sekali.

1
2
3 LOGAM (METAL)
Sampai saat ini ” bahan logam atau metal “ masih mendominasi dalam
penggunaan sehari-hari sebagai kebutuhan peralatan teknis dan macam-macam
kebutuhan non teknis. Untuk itu, sedikit banyak kita tentu harus mengenal bahan
logam termasuk proses pengerjaan atau pengolahan logam, tak terkecuali penuangan
logam dalam industri pengecoran logam. (Metalurgi dan Metalografi).

3.1 Unsur (Element) Dasar

Bahan-bahan dasar logam dan bukan logam yang terpenting, juga sebagai
unsur-unsur paduan untuk logam, antara lain seperti tabel di bawah ini :

Logam Norm Logam Norm Bukan Logam Norm


Alumunium Al Natrium Na Argon Ar
Timah hitam Pb Nikel Ni Chlor Cl
Chrom Cr Niob Nb Helium He
Besi Fe Air raksa Hg Karbon C
Kalium K Perak A Neon Ne
Kalsium Ca Tantal Ta Phospor P
Kobalt Co Titan Ti Oksigen O
Tembaga Cu Vanadium V Belerang S
Magnesium Mg Wolfram W Silisium Si
Mangan Mn Zink/seng Zn Nitrogen N
Molibdenum Mo Timah putih Sn Hedrogen H

3.2 Sifat-sifat Logam Yang Sesuai Untuk Benda Coran


Dalam pembuatan benda-benda tuangan, kita tentu akan memilih bahan-bahan
yang sesuai menurut apayang kita inginkan.

Dasar pemilihan bahan tersebut yaitu bahwa kita harus mengetahui atau
mengenal sifat-sifatnya dan kegunaannya. Karena fungsi benda tuangan yang kita
inginkan harus mampu memenuhi fungsi tersebut, yang semaksimal mungkin. Untuk
itu, sifat-sifat bahan yang diinginkan, antara lain :

- Kekuatan. (Kemampuan tarik, tekan)

- Keuletan atau tahan akan pukulan, benturan, dan sebagainya.

2
- Mudah dibuat atau dikerjakan dalam permesinan dan mempunyai tantal yang
baik dalam pemotongan.

- Ringan.

- Yang mempunyai hubungan dengan : konduktivitas, termal, dan listrik.


Misalnya : mampu menahan atau sebagai penghantar listrik, panas, dan
sebagainya.

- Tahan akan zat kimia, seperti : asam, basa, alkali, dan seterusnya.

- Tahan akan keausan.

- Tahan akan korosi, oksidasi, erosi, dan Dan masih banyak lagi sifat-sifat khusus
yang diinginkan.

Yang dimaksud dengan sifat khusus, artinya bahwa suatu benda tuangan
menuntut banyak sifat yang dikehendaki, karena fungsi penggunaannya ; misalnya
dapat dicontohkan : sifat-sifat yang diinginkan oleh Blok mesin atau motor bakar,
menuntut akan tahan panas, tahan getaran, tahan karat, liat atau mampu menahan
kembang susut akibat panas, dan lain sebagainya. Dengan demikian, ketepatan akan
jumlah kandungan dari unsur-unsur paduan adalah penting untuk membentuk sifat-
sifat yang diinginkan tersebut semaksimal mungkin.

4 BAJA

Yang dimaksud dengan baja yaitu perpaduan antara besi (Fe) dan karbon (C),
dimana kadar atau konsentrasi kandungan karbonnya adalah < 2% (C).

Dalam penggunaannya menurut kebutuhannya dan juga menurut sifat-sifat yang


diinginkan. Untuk itu, bahan baja akan dibedakan sebagai berikut, antara lain :

- Baja bukan paduan dan Baja paduan.

4.1 Baja Bukan Paduan

Yang dimaksud dengan baja bukan paduan yaitu biasa kita sebut dengan baja
karbon yang mana baja karbon ini tidak saja mempunyai karbon (C) saja, akan tetapi
terkandung pula unsur-unsur yang termasuk didalamnya, antara lain : Silisium (Si),
Mangan (Mg), Phospor (P), dan belerang atau Sulfur (S). Juga termasuk didalamnya
yaitu : Nitrogen (N), Hidrogen (H), dan Oksigen (O).

3
Kandungan-kandungan tersebut diatas mempunyai batasan konsentrasi atau
kadar tertentu. Besarnya konsentrasi dan atau kadar unsur-unsur tersebut dinyatakan
dalam prosen (%), dengan jumlah yang paling ideal, tergantung dari kebutuhan atau
sifat-sifat yang kita inginkan menurut kebutuhan. Untuk itu, unsur-unsur kandung-an
tersebut kita sebut sebagai unsur-unsur pengantar.

4.2 Baja Paduan

Baja paduan yaitu dari baja bukan paduan atau baja karbon ditambah dengan
unsur-unsur paduan. Baja paduan juga akan dibagi-bagi lagi menurut golongannya,
yang tergantung pula dari jumlah atau besarnya konsentrasi paduan dalam
prosentasenya, yaitu antara lain :

- baja berpaduan rendah,

- baja berpaduan tinggi, dan

- baja berpaduan khusus.

Baja berpaduan rendah artinya konsentrasi paduannya < 5% dari unsur-unsur


paduan yang terpenting. Begitu pula untuk baja berpaduan tinggi berarti konsentrasi
paduannya > 5% dari unsur-unsur paduan yang terpenting. Sedangkan baja berpaduan
khusus artinya baja berpaduan rendah maupun baja berpaduan tinggi, masih di
tambahkan dengan penambahan unsur-unsur paduan lainnya, yang akan memberikan
sifat-sifat khusus yang diinginkan.

4.3 Unsur Paduan

Pengertian unsur paduan yaitu unsur-unsur atau elemen-elemen kimia, logam


maupun bukan logam, yang mana unsur-unsur tersebut intinya dipadukan pada logam
dasarnya dengan konsentrasi tertentu dalam prosentasenya masing-masing, yang akan
memberikan suatu sifat-sifat yang diinginkan, tergantung kebutuhan dalam
penggunaannya logam berpaduan atau logam paduan tersebut.

Selain itu, unsur-unsur paduan yang lazim digunakan dibedakan pula, yaitu
unsur-unsur paduan untuk logam besi dan untuk logam bukan besi (non ferro).

Unsur-unsur Paduan untuk Logam Besi, yang umum dipakai sebagai bahan
paduan, antara lain : Karbon (C), Phospor (P), Belerang (S), Nitrogen (N), Hidrogen
(H), Silisium (Si). Kesemuanya ini adalah unsur-unsur paduan bukan logam. Selain

4
unsur-unsur tersebut masih ada lagi unsur-unsur paduan yang berupa logam, antara
lain : Mangan (Mn), Nikel (Ni), Chrom (Cr), Vanadium (V), Molibdenum (Mo),
Kobalt (CO), Wolfram (W). Selain itu masih banyak lagi unsur-unsur paduan lain,
seperti halnya : Titan (Ti), Tembaga (Cu), Aluminium (Al), Magnesium (Mg), seng
(Zn), Timah hitam (Pb), Timah putih (Sn), dan masih banyak lagi.

Catatan : Unsur-unsur paduan berupa logam dapat pula sebagai bahan dasar
logamnya. Biasanya pada logam bukan besi (non ferro).

Sebagai unsur paduan logam maupun bukan logam berfungsi memperbaiki sifat-sifat sbb :

Bukan Logam Menambah Sifat Mengurangi sifat


Karbon C Kekuatan dan kekerasan (max pada Titik cair, pemuaian, mampu
C=0,9%) Kemampuan untuk dikeraskan. las dan tempa.
Posphor P Keenceran, rapuh, dingin, tahan panas. Kemuaian, tahan pukulan.
Sulfur S Kekentalan, mampu potong, red short. Tahan pukulan.
Nitrogen N Kekuatan, kerapuhan. Tahan lama (usia).
Hidrogen H Kerapuhan. Mampi impact.
Silisium Si Elastis, kekuatan, tahan karat, Mampu las.
pemisahan grafit pd besi tuang.
Logam Menambah Sifat Mengurangi sifat
Mangan Mn Kekuatan, pengerasan total, tahan Mampu permesinan,
pukulan, tahan aus. pemisahan grafit pada besi
tuang.
Nikel Ni Kekuatan, keuletan, tahan karat, Tahan panas.
pengerasan total, tahan listrik.
Chrom Cr Kekerasan, tahan panas, kekuatan, Pemuaian (sedikit).
tahan aus dan karat.
Vanadium V Tahan lama, kekerasan, ulet, tahan Kepekaan terhadap suhu
panas. tinggi.
Molibdan Mo Kekerasan, tahan lama dan panas. Pemuaian dan mampu
tempa.
Kobalt Co Kekerasan, tahan panas, kt memotong. Ulet.
Wolfram W Kekerasan, kekuatan, tahan karat, tahan Pemuaian (sedikit).
panas, kuat memotong.

5 JENIS DAN MACAM BAJA

Baja juga akan kita golongkan dalam dua golongan besar, yaitu :

- Baja bukan tuangan

5
- Baja tuangan (Baja tuang).

Menurut jenisnya baja bukan tuangan juga terbagi dalam dua jenis, yaitu bukan
paduan atau tanpa paduan dan berpaduan. Untuk itu, jenis-jenis tersebut kita uraikan
lagi menurut macam-macamnya beserta uraian akan sifat-sifatnya, penggunaannya dan
standarisasinya dalam bentuk contoh-contoh baja.

5.1 Baja Bukan Coran Dan Bukan Paduan

Karena sifat-sifat dan komposisi serta penggunaannya pun berbeda-beda juga


bentuk standarnya, maka baja ini kita kelompokan terlebih dahulu menurut macam-
macamnya, antara lain :

- Baja dasar,

- Baja kualitas tinggi (High quality steel), dan

- Baja mulia (High grade steel).

5.1.1 Macam-macam Baja Dasar

Macam-macam baja dasar, yaitu Engineering steel/machinery steel dan atau


struktural steel. Secara umum baja ini kita kenal dengan sebutan “St”, kekuatan
tariknya mempunyai satuan Kp/mm2 dan kemudian dalam pengujian mekaniknya
yaitu pengujian kekuatan tariknya, akan dirubah satuannya menjadi N/mm2 dengan
mengalikan9,81, yang berarti 9,81, yang berarti kekuatan tarik minimumnya dalam
N/mm2. Sebagai contoh : St 44 artinya Baja dengan 44 x 9,81 N/mm 2 = 431 N/mm2
dan dibulatkan menjadi 430 N/mm2 yaitu kekuatan tarik minimumnya 430 N/mm2.
Baja konstruksi umunya mempunyai kandungan karbon 0,06 sampai 0,2% (C).

Baja konstruksi dalam pasaran umumnya dibuat sebagai bahan setengah jadi :
misalnya plat, batangan, dan profil dan terkadang digunakan untuk bagian-bagian
mesin.

Sifat baja konstruksi ini kekuatan tariknya tinggi tergantung dari kadar
karbonnya. Semakin tinggi kadar karbonnya semakin tinggi kekuatan tariknya, akan
tetapi semakin rapuh. Sifat lainnya mempunyai mampu bengkok, liat, mampu juga
untuk dilas dengan baik. Selain itu mampu untuk dibentuk dengan proses dingin
(dirol, digilas, dan sebagainya). Nama-nama umum dalam pasaran, antara lain : St
37, St 44, St 50, St 60, St 70. dst

6
5.1.2 Baja Kualitas Tinggi

Yang dimaksud baja kualitas tinggi yaitu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu
setelah baja ini berbentuk jadi atau dibentuk dalam permesinan, maka bahan baja
tersebut atau benda kerjanya akan mendapatkan pengerjaan lanjut, yaitu proses
perlakuan panas (Heat treatment process). Karena tanpa prosesperlakuan panas,
sifat atau fungsi serta tujuan yang diinginkan tidak ada artinya, dalam arti kata
benda tersebut tidak atau belum dapat di gunakan. Untuk itu dalam standarisasi
(sebagai contih dalam : DIN), juga diberi kode singkatan “C”, misalnya C 45, akan
tetapi dalam arti kata bukan lagi membicarakan masalah kekuatan tarik melainkan
bahwa C 45 adalah ciri atau kode untuk baja berkualitas tinggi dengan kadar karbon
: 0,45%(C). Dengan demikian bahwa St dan C telah dibedakan bahwa angka-angka
dibelakang St, akan menunjukan kekuatan tariknya dan angka-angka dibelakang C,
menunjukan besar kandungan karbonnya, dimana besarnya kandungan C tersebut
ketentuannya atau telah ditetapkan dengan dibagi 100 dan satuannya dalam prosen
(%). Selain itu ciri lainnya yaitu baja kualitas tinggi, kandungan unsur-unsur atau
komposisinya rendah.

5.1.3 Baja Mulia

Baja mulia juga memiliki ciri atau tanda khusus, dalam standar DIN berkode
singkatan “CK”, misalnya Ck 10 dan seterusnya : berarti Ck 10 adalah baja mulia
dengan kadar karbon 0,1% (C).

Perbedaan lain yang menyolok bahwa baja mulia mempunyai kadar phospor
(P) dan belerangnya (S) lebih rendah dibandingkan dengan baja kualitas tinggi.

5.2 Macam-macam Baja Menurut Bentuk Pembuatannya

Dibagi dalam tiga bentuk, yaitu baja konstruksi, baja plat, dan baja peralatan
(Tool steels).

5.2.1 Baja Konstruksi (Constructionsteel)

Baja otomat (Free-cutting steel atau Automatic screw steel) yaitu terdiri dari
baja bukan paduan dan atau berpaduan rendah dari pada baja kualitas tinggi yaitu
dengan menaikan kadar belerangnya dan kadar phospornya. Pada umumnya bahan

7
ini digunakan untuk benda-benda yang dikerjakan pada mesin bubut otomatis, yang
harus mempunyai sifat pemotongan pda tatalnya, harus rapuh, dengan demikian
tidak mengganggu pengerjaan permesinan. Baja otomat dengan kandungan 0,07-
0,65% C, 0,18-0,4% S, 0,6-1,5% Mn, 0,05-0,4% Si, dan kalau diinginkan
kekhususanlebih baik lagi, untuk kemampuan potong tatalnya dan permukaan yang
mengkilat dapat ditambah dengan 0,15-0,3%Pb.

Dengan demikian baja otomat tersebut dapat dilanjutkan proses pengerasan


atau perbaikan struktur (Heat treatment process).

5.2.2 Baja Sisipan (Insertsteel)

Baja ini masih dalam golongan baja kualitas tinggi, contoh : C 10, C 10 Pb,
dan atau dalam golongan baja mulia, contoh : Ck 10, Cq 10, Cm 15, dan yang
termasuk logam mulia paduan, misalnya 13 NiC r6, 15 Cr 3 dimana jenis baja mulia
ini mempunyai homogenitas struktur dan keadaan permukaannya baik. Kalau baja
jenis ini kita kurangi kadar P dan S-nya maka baja tersebut termasuk atau menjadi
baja kualitas tinggi. Kalau kita melihat nama insert steel karena penggunaannya dan
sifatnya, maka kita namakan demikian. Insert steel mempunyai sifat apabila kita
gunakan sebagai bahan suatu benda atau alat-alat yang telah jadi, artinya telah
melalui proses pengerjaan mesin hingga berbentuk barang jadi atau alat dan juga
sudah selesai dalam proses heat treatment-nya, maka insert steel ini sifatnya leras,
permukaannya tahan aus atau gesekan, dan bagian inti atau tengahnya ulet/liat.
Selain itu juga dalam penggunaannya, kekuatan pakainya lama sekali (tahan lama).

Insert steel biasanya digunakan sebagai alat, seperti baut, pena, pasak, roda-
roda rol, roda-roda gilas, roda-roda gigi, bubungan atau poros-poros, dan alat-alat
lain yang mendapat tuntutan akan gesekan.

Catatan: Pengerasan permukaan dilakukan dengan pengarbonan permukaan


(“carburising”). Dengan proses pengarbonan ini, permukaan benda kerja mendapat
kandungan karbon hingga 0.6-0,9%, dan dapat mencapai kekerasan diatas 60 Hrc
dan bagian dalamnya tetap ulet atau liat. Kekuatan tariknya minimal antara 420-
620 N/mm2 dan bila dengan paduan dapat mencapai 600-1450 N/mm2.

8
5.2.3 Baja Perlakuan Panas (Heattreatmentsteel)

Baja ini mempunyai kandungan karbon (C) 0.2 dan 0.6%, jumlah kandungan
tersebut mempunyai kemampuan mirip dengan insert steel dimana sifat dan
penggunaannya juga mirip. Hanya saja baja ini mandapat proses pengerasan
(“Hardening”) secara keseluruhan (seluruh body). Kemudian mendapat proses
tempering untuk menambah sifat, lebih mampu mendapat pukulan (mampu impak)
yang tinggi, juga dengan proses tempering akan meningkatkan kekuatan tarik yang
tinggi. Dalam penggunaannya pun tentu akan digunakan untuk benda-benda yang
mendapatkan beban dari sifat-sifat tersebut diatas, misaknya : roda exentrik,
crankshaft, poros-poros kendaraan berat, dan sebagainya. Baja ini juga termasuk
baja kualitas tinggi, seperti : C 25, C 45Pb, dan jenis baja mulia misalnya Cq 45,
Cm 60, atau baja mulia paduan misalnya 30 CrNiMo 8, 37 Cr 4.

5.2.4 Baja Nitrid (Nitridesteel)

Baja tersebut yaitu termasuk golongan logam mulia paduan, yang mempunyai
kandungan antara lain : chrom, molibdenum, dan alumunium, seperti contoh : 31
CrMo 12 atau 34 CrAlNi 7. Melihat dari namanya, baja ini akan mendapat proses
nitrieding yaitu pengerasan permukaan dengan memberikan nitrogen pada
permukaannya untuk proses pengerasannya, akan membentuk metal nitride yang
keras sekali. Dalam penggunaannya, menurut sifatnya akan digunakan sebagi mal,
alat ukur presisi seperti jangka sorong, mikrometer,dan lain sebagainya.

5.2.5 Baja Pegas (Springsteel)

Baja pegas harus mempunyai sifat elastis yang tinggi juga kekuatan tariknya
yang tinggi. Hal ini tidak hanya tergantung dari komposisinya saja, melainkan juga
perlakuan panasnya (“Heat treatment process”) dan sewaktu mendapat proses
pengerjaan dinginnya. Baja pegas umumnya akan digunakan dalam mesin-mesin
atau kendaraan. Pada baja bukan paduan umumnya menggunakan baja kualitas
tinggi, seperti C 75 juga baja mulia seperti Ck 75, dan baja mulia paduan seperti Ck
– 66 Si 7.

9
5.2.6 Baja Tahan Panas (Heatresistancesteel)

Baja tahan panas ini banyak digunakan pada instalasi-instalasi panas, reaktor,
ketel uap, roket, transmisi roda gigi, dan turbin. Misalnya X 4 NiCrTi 25.15 yaitu
digunakan untuk bagian turbin gas, yang mana kekuatannya mampu menerima
beban panas hingga 700 0 C. Atau untuk katup baja pada motor bakar kita gunakan
baja X 45 CrNiW 18.9 sampai 700 0 C masih mempunyai kemampuan tahan gesekan
dan tahan korosi, begitu juga kekuatan tariknya masih kira-kira 400 N/mm 2. Masih
ada lagi contoh, yaitu X 15 CrNiSi 25.20 digunakan pipa pelindung pada
thermoelement atau kotak heat-treatment, yang mampu menahan panas hingga 1200
0
C.

5.2.7 Baja Tahan Karat (Austeniticsteel)

Seperti contoh X 5 CrNi 8.9, Baja ini mampu menahan karat melawan
kelembaban udara, air, dan umumnya asam dan basa. Bahan ini banyak di gunakan
sebagai peralatan pada industri kimia, industri makanan dan minuman, pipa saluran,
bagian-bagian mesin ataupun barang-barang seni. Mampu dikerjakan dalam
permesinan, mampu dilas dengan baik juga dapat dipoles hingga mengkilat.

5.2.8 Baja Anti Magnetik (Antimagneticsteel)

Bahan ini tidak begitu tahan karat dan mempunyai kandungan mangan yang
besar, seperti contoh X 40 MnCr 18, kekuatan tariknya minimal 650-1000N/mm2
dan keregangannya 20-50% dengan demikian bahan ini baik sekali dalam proses
pengerjaan dingin.

5.2.9 Baja Bangunan

Baja bangunan masih termasuk baja konstruksi, dalam penggunaannya diluar


kebutuhan untuk permesinan atau peralatan. Misalnya : besi beton, kawat, profil-
profil U.I.L.T pipa maupun plat pada umunya. Sifat-sifatnya tergantung kebutuhan
dan yang diinginkan, yang mana hingga tuntutan yang tinggi. Bahan baja tersebut
dalam pembuatannya pun karena sifat-sifat dan kebutuhan dalam penggunaannya,
maka dibuat dari bahan-bahan baja dasar, baja kualitas tinggi maupun baja mulia.

Pada umumnya baja bangunan ini terbuat dari baja dasar dan baja kualitas
tinggi tanpa paduan, kecuali dibutuhkan hal-hal yang menyangkut kekuatan tariknya

10
secara khusus atau menurut permintaan. Karena sifatnya gabungan antara baja dasar
dan baja kualitas tinggi dalam membaca singkatannya sebagai berikut : misalnya St
50-2 yaitu kekuatan tariknya 490 N/mm2 dan kandungan karbonnya dibaca 0,2%,
dan seterusnya. Selain itu dimukanya masih disebutkan bentuk profilnya, misal : U
St 37-2 I St 44-2, L St 50-3, dan seterusnya.

5.2.10 Baja Pelat

Baja plat memiliki beberapa macam, yaitu baja plat yang terhalus dan plat
putih, halus, menengah dan kasar. Selain itu masih ada plat khusus untuk ketel. Plat
ini selain terbuat dari baja dasar atau baja konstruksi, mengingat kebutuhan dalam
permesinan juga terbuat dari insert steel, heat treatable steel, baja tahan karat dan
plat-plat berpaduan lainnya.

Plat yang terhalus, dibuat dari baja lunak tanpa paduan dengan ketebalan
dibawah 0,5 mm berbentuk lembaran-lembaran tipis, permukaannya biasanya
dilapisi dengan Feet atau Lak sebagai pelindung korosi, oksidasi, dan sebagainya.
Dan untuk plat putih dilapisi dengan Timah putih (Sn) pada seluruh permukaannya.

Plat halus mempunyai ketebalan seri yang berurutan, yaitu dari ketebalan 0,5
sampai dengan 3mm. Plat ini banyak dibutuhkan untuk spare part permesinan,
konstruksi dengan pengerjaan press, misalnya : punch, deep drawing, forming,
cuping, dan sebagainya, begitu juga dipakai pada industri karoseri kendaraan.
Permukaannya juga dilapisi dengan Feet, Lak atau Timah putih.

Plat menengah atau kasar, seperti halnya plat-plat lain, akan tetapi untuk
kebutuhan tertentu/khusus, dibuat juga dengan bahan insert steel dan heat treatable
steel.

Plat ketel, dibuat secara khusus dan harus mempunyai kemampuan yang lebih
dari plat-plat lain, yaitu dituntut untuk mampu menerima beban tekan dan panas,
selain itu juga harus mampu dilas dengan baik. Tanda atau ciri untuk plat ketel
menggunakan singkatan antara lain : HI, HII, HIII, HIV. Baja ini terbuat dari baja
lunak dan untuk benda-benda yang mendapat tuntutan tinggi kita gunakan baja
paduan.

11
5.2.11 Baja Perkakas (Toolsteel)

Baja peralatan yaitu baja yang digunakan sebagai alat potong, misalnya :
pahat/cutter permesinan, daun gergaji, pisau, pahat kayu, dan masih banyak lagi
termasuk alat-alat tempa. Baja peralatan ini sifatnya khusus, dimana menurut
komposisinya terbagi dalam : baja tanpa paduan, baja paduan rendah maupun baja
paduan tinggi tergantung dari kegunaannya. Bahan ini untuk pengerjaan akhir selalu
dengan proses pengerasan (Hardening) dan media pencelupan dalam pendinginan
(Quenching)nya yaitu pada air, oli ataupun udara (kompresi atau terbuka), yang
mana dalam penggunaannya sebagai alat potong, dapat digunakan untuk memotong
dalam kondisi dingin, panas maupun dengan kecepatan tinggi. Kandungan
karbonnya untuk baja peralatan tanpa paduan, berkisar antara 0,35-1,5% C dan
untuk baja peralatan paduan, kadar karbonnyahingga mencapai 2,2% C.

5.2.11.1Baja Perkakas Tanpa Paduan

Kandungan karbon : 0,35 s.d 1,6 %


Temperatur pengerasan : 750 s.d 850 0C
Temperatur pelunakan : 100 s.d 300 0C
Temperatur pemotongan : s.d 200 0C
Baja tersebut kandungan karbonnya dapat diatur menurut kebutuhannya.
Semakin tinggi kandungan karbonnya semakin keras, akan tetapi selama
penggunaan, kekerasannya pun dapat menurun, karena temperatur pemotongan.

Contoh : C 105 W1 , mempunyai kekerasan yang baik juga masih cukup liat.

: C 80 W2 , digunakan untuk alat potong sederhana misalnya pisau dapur.

: C 75 W3 , digunakan untuk pahat tangan dan palu.

: C 55 W5 , digunakan untuk gunting dan kapak.

5.2.11.2Baja Perkakas Paduan Rendah

Kandungan karbon : 0,2 s.d 1,5 %


Kandungan unsur paduan : <5%
Temperatur pengerasan : 780 s.d 850 0C
Temperatur pelunakan : 200 s.d 350 0C
Temperatur pemotongan : s.d 400 0C

12
Baja ini sudah dapat digunakan sebagai alat potong permesinan sederhana,
misalnya : 120 WV 4 digunakan sebagai bahan mata bor, gergaji pita,
pemotong ulir luar/Tap. 90 MnCr V 8 digunakan sebagai bahan alat ukur atau
mal juga alat potong.

5.2.11.3Baja Perkakas Paduan Tinggi

Kandungan karbon : s.d 2,2 %


Kandungan unsur paduan :  5%
Temperatur pengerasan : 920 s.d 1320 0C
Temperatur pelunakan : 100 s.d 650 0C
Temperatur pemotongan : s.d 600 0C
Baja ini dengan kandungan karbon yang tinggi dan unsur-unsur paduannya
lebih dari 5 %, akan memiliki kekuatan yang tinggi. Untuk itu dalam penggunaannya
pun akan digunakan sebagai alat-alat potong atau alat-alat bentuk yang memerlukan
atau dituntut kekuatan yang tinggi. Misalnya kita kenal nama High-speed steel (HSS),
dapat digunakan untuk memotong bahan-bahan yang keras, liat, dan sebagainya,
dengan kecepatan tinggi, misalnya pada pengerjaan di mesin-mesin perkakas seperti
Bubut, Frais, bor, skrap, yang mempunyai kecepatan potong dengan putaran yang
tinggi. HSS mempunyai kemampuan dengan kecepatan potong sampai dengan 30
meter/menit dan temperatur pemotongan mampu sampai dengan 600 0C. Umumnya
HSS akan menggunakan bahan S 6-5-2U, untuk dibuat alat-alat potong, antara lain :
pahat bubut, pahat frais, bor spiral atau daun gergaji khusus.

5.3 Baja Coran

Baja tuang yaitu dalam pembentukannya dibuat dalam proses penuangan atau
pengecoran dengan bahan dasar baja. Maksud pembentukan disini yaitu pembuatan
benda-benda tuangan menurut kebutuhannya.

Dalam pembuatannya dengan proses penuangan, setelah proses penuangan,


tuangan baja tersebut harus mendapat perlakuan pana (“heat treatment process”),
karena baja tuang mempunyai nilai penyusutan yang besar, sehingga terjadi tegangan
yang besarnya tergantung dari jumlah kandungan karbon. Pada umumnya dengan
proses anealing, yaitu untuk memperbaiki struktur dan menghilangkan tegangan yang
terjadi dengan memanaskan antara 800 0C sampai dengan 900 0C. Kemudian

13
diturunkan hingga 700 0C dalam kurun waktu tertentu dan akhirnya diturunkan
suhunya pelan-pelan (didinginkan) pada udara terbuka.

Baja tuang disingkat (dalam DIN), yaitu dengan singkatan GS


Berat jenis : 7,85 kg/dm3.
Titik cair : 1300 ... 1400 0C
Kekuatan tarik : 370 ... 690 N/mm2
Kemuluran : 25 ... 8 %
Penyusutan :2%
Sifatnya : Baja tuang memiliki sifat-sifat antara lain : kekuatannya baik,
begitu juga keuletannya. Selain itu dengan proses penuangan, banyak
kemungkinannya untuk dibentuk hingga faktor tingkat kesulitan yang tinggi
sekalipun. Baja tuang dengan kadar karbon (C) sampai 0,2 %, permukaannya dapat
dikeraskan dan dengan kadar karbon antara 0,2 % hingga 0,6 %, sifat-sifatnya dapat
diperbaiki menurut keinginan. Untuk permintaan yang sifatnya khusus, seperti tahan
korosi dan panas, baja tuang bisa diberikan suatu unsur-unsur paduan tertentu.

Penggunaannya

Baja tuang sering digunakan sebagai bahan dalam pembuatan mesin-mesin


dan bagian-bagiannya dengan segala tuntutannya yang tinggi. Karena sifatnya, baja
tuang juga digunakan untuk spare part mesin-mesin yang besar, yang mana tidak
memungkinkan menggunakan bahan-bahan lainnya, misalnya : bagian dari motor
atau mesin otomativ, turbin dan rumahnya, mangkuk turbin, dudukan press machine,
krane, roda gigi, bagian-bagian dari traktor, lokomotiv, kapal laut, dan masih banyak
lagi.

5.4 Baja Coran Paduan

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa untuk memperbaiki atau menambah


sifat-sifat yang diinginkan, yaitu perlu kita memberikan unsur-unsur paduan. Demikian
pula halnya pada baja tuang berpaduan.

Standarisasi

Untuk standarisasi baja tuang berpaduan juga dibedakan tergantung kadar


kandungannya dari unsur-unsur paduannya tersebut, antara lain : paduan rendah,
paduan tinggi, dan paduan khusus.

14
Untuk paduan rendah pada baja tuang dapat dicontohkan dari standar (DIN)
yaitu menggunakan kode singkatan GS yang artinya baja tuang dan diikuti singkatan
dari unsur-unsur paduannya dan juga angka-angka yang menunjukan prosentase kadar
unsur paduan tersebut dengan ketentuan-ketentuannya. Misal : GS-17 CrMo 5.5
artinya baja tuang berpaduan rendah dengan kadar karbon C = 0,17 %, Chrom (Cr) =
1,25 %, Molibdenum (Mo) = 0,5 %.

Untuk paduan tinggi pada baja tuang pada standar DIN dengan menggunakan
singkatan “X”, diikuti unsur-unsur paduannya dan angka-angka yang menunjukan
prosentasenya. Misal : GS-X5 CrNiMo 18 12 artinya baja tuang berpaduan tinggi
dengan kadar karbon (C) = 0.05 %, Chrom (Cr) = 18 %, Nikel (Ni) = 12% dan sedikit
kandungan Molibdenum.

Untuk paduan khusus pada baja tuang pada standar DIN untuk paduan khusus
tersebut mempunyai aturan sendiri yang mana mempunyai unsur paduan khusus yang
berurutan yaitu antara lain : Wolfram (W), Molibdenum (Mo), Vanadium (V), dan
Kobalt (Co), dan sebagai bahan dasarnya termasuk grup baja paduan tinggi. Cara
membaca standarisasinya yaitu bahwa disini hanya ditunjukan kode singkatan huruf
dengan angka-angka yang menunjukan prosentase unsur paduan secara berurutan,
seperti tersebut diatas.

Contoh : S 10-4-3-10 berarti :

S adalah baja paduan kecepatan tinggi (standar British, yaitu HSS)

10 adalah Wolfram (W) = 10 %

4 adalah Molibdenum (Mo) = 4 %

3 adalah Vanadium (V) =3%

10 adalah Kobalt (Co) = 10 %

Bahan ini biasanya digunakan sebagai alat-alat potong berkualitas tinggi,


misalnya : pahat bubut, pisau, gunting dan sebagainya.

6 BESI COR

Seperti halnya pada baja, bahwa besi tuang adalah paduan antara besi dengan
kandungan karbon (C), Silisium (Si), Mangan (Mn), phosfor (P), dan Belerang (S),

15
termasuk kandungan lain yang terdapat didalamnya. Besi tuang mempunyai kandungan
karbon lebih besar dari baja, yaitu berkisar antara 2,0 – 5,6 % (C) tergantung bentuk
struktur yang terjadi ataupun struktur yang dikehendaki. Secara umum, kesemuanya itu
adalah besi tuang dasar tanpa paduan atau tambahan. Untuk itu, menurut kebutuhan
atau tuntutan suatu sifat-sifat yang dikehendaki dalam penggunaannya benda-benda
tuangan tersebut, maka dapat pula kita berikan unsur-unsur paduan ataupun bahan
tambahan.

6.1 Besi Cor Kelabu

Singkatan : BTK (SII) / GG (DIN)/ FC (JIS)


Berat jenis : 7.25 kg/dm3
Titik cair : 1150 ... 1250 0C
Temperatur tuang : 1350 0C
Kekuatan tarik : 100 ... 390 N/mm2
Kemuluran : Hampir tidak ada
Penyusutan : 1 % (0,6-1,3 %)
Pembuatannya

Besi tuang kelabu ini dalam industri pengecoran logam, umumnya akan
menggunakan tanur kupola dan oven elektris, misalnya : tanur induksi, tanur busur api,
dan sebagainya. Selain itu juga dapat kita kenal dengan tanur putar (Tromol oven),
yang sudah dipakai oleh beberapa industri pengecoran logam di Indonesia. Mengenai
bahan-bahan yang dilebur, antara lain : besi kasar (Pig iron), besi tuang rongsokan,
skrap baja, sisa-sisa tuangan atau benda-benda tuangan yang rusak. Untuk besi tuang
kelabu paduan dapat ditambahkan unsur-unsur paduan dan bahan tambahan, tergantung
dari sifat-sifat yang diinginkan menurut kebutuhan. Cetakan benda tuangan umumnya
menggunakan cetakan pasir / cetakan tetap.

Sifat-sifatnya

Besi tuang kelabu bergrafit lunak dan struktur patahannya berwarna kelabu,
mempunyai sifat licin dan mudah untuk dikerjakan dalam permesinan. Dengan
kandungan karbon yang tinggi antara 2,6-3,6 % (C), merendahkan titik cairnya dan
kemampuan tuangnya baik sekali. Kulit permukaannya relatif keras, karena bagian
kulit luar terjadi pendinginan yang cepat (cementit), tapi bagian dalamnya lunak.
Bentuk dan jumlah grafitnya akan mempengaruhi besar dan kecilnya kekuatan tarik

16
dari benda tuangan tersebut. Besi tuang kelabu memiliki bentuk struktur grafitnya
berbentuk serpihan, dengan demikian sifatnyapun rapuh.

Kenggunaannya

Karena besi tuang kelabu mudah dikerjakan dalam permesinan, maka bahan ini
digunakan untuk bagian-bagian permesinan, misalnya : rumah-rumah, mesin, pipa-pipa
atau pipa penghubung.

Standarisasi

Besi tuang kelabu mempunyai standar yang pada umumnya dihubungkan


dengan kekuata tariknya. Seperti contoh : GG 15. GG artinya besi tuang kelabu,
bergrafit serpih (lamelar) dengan kekuatan tariknya 150 N/mm2 (DIN standar), begitu
pula pada standar SII misalnya BTK 20 artinya juga besi tuang kelabu bergrafit serpih
dengan kekuatan tariknya 200 N/mm2, dan seterusnya. Begitu juga masih banyak
standar-standar lain dari negara-negara produsennya, seperti JIS, BS, AWS-ASTM,
dan sebagainya, yang mana memiliki ciri tanda ataupun kode sendiri, tapi maksudnya
sama. Untuk besi tuang kelabu dalam standar terdapat beberapa macam, yaitu : GG
15 / BTK 15, GG 20, GG 25, GG 30, GG 35, dan yang tertinggi GG 40. Untuk hal-
hal yang khusus, mungkin dengan paduan atau keinginan, misalnya GG 22, GG 26,
GG 28, dan seterusnya.

6.2 Besi Cor Noduler

Singkatan : GGG (DIN)


Berat jenis : 7,2 Kg/dm3
Titik cair : 1400 0C
Kekuatan tarik : 400 ... 800 N/mm2
Kemuluran : 15 ... 2 %
Penyusutan : 0 ... 2 %
Pembuatanya

Kita ambil cairan besi tuang, dimasukan kedalam ladel, kemudian kita berikan
magnesium dalam bentuk paduan nikel-magnesium atau paduan besi-nikel-
magnesium, maka akan membentuk kandungan grafit berbeuntuk bulat.

Sifat-sifatnya

17
Besi tuang bergrafit bulat memiliki kekuatan takik atau kemampuan takiknya,
yaitu kebalikannya besi tuang bergrafit serpih (lamelar). Selain itu besi tuang ini
memiliki kemuluran dan kekuatan tariknya baik, tahan geseknya tinggi serta licin.
Dengan perlakuan anealing, kemulurannya meningkat, begitu juga dengan quench-
temper (martempering), atau perbaikan struktur, kekuatan tariknya dapat mencapai
1000 N/mm2. Sifat-sifat lainnya besi tuang bergrafit bulat ini sangat tahan terhadap
pukulan dan baik untuk pengerjaan permesinan. Setelah itu dapat juga dilakukan
pengerasan sebagian pada bagian yang diinginkan yaitu dengan flame hardening.
Bahan ini tahan kimia dan tahan panas.

Penggunaannya

Besi tuang bergrafit bulat cocok digunakan untuk poros engkol, roda gigi,
rumah tranmisi roda gigi, rol, penyambung pipa, tungku pada industri kimia. Untuk
bagian-bagian kendaraan, misalnya : bagian kemudi, as belakang, kopling, pompa
atau turbin.

6.3 Besi Cor Mampu Tempa

Besi tuang mampu tempa, pembuatannya menggunakan bahan baku pig iron
putih atau kelabu termasuk bahan tambahannya, yang kemudian dicairkan pada
kupola atau oven industri. Kalau kita patahkan sebelum mendapat perlakuan
tempering, besi tuang mampu tempa ini strukturnya berwarna putih. Setelah
penuangan, benda tuang ini akan mendapat proses perlakuan panas, yaitu : tempering
dalam waktu cukup lama. Untuk mendapat sifat malleablenya. Dan menurut jenisnya,
besi tuang mampu tempa ini terbagi dalam dua jenis, yaitu hitam dan putih.

Singkatan : GTS (DIN) Hitam


GTS (DIN) Putih
Berat jenis : 7,4 Kg/dm3
Titik cair : 1300 0C
Kekuatan tarik : 340-640 N/mm2 untuk yang Hitam
340-690 N/mm2 untuk yang Putih
Kemuluran : 15 ... 2 % untuk GTS Hitam
12 ... 2 % untuk GTW Putih
Penyusutan : 1 ... 2 % untuk GTS Hitam

18
0 ... 1,5 % untuk GTW Putih
Sifat dan penggunaan besi tuang mampu tempa Hitam dan Putih

Benda tuang mampu tempa mudah dikerjakan dalam permesinan, maksudnya


dalam pemotongan pada permesinan mendapatkan tatal yang baik sekali. Selain itu,
mampu dilas, patri, dikeraskan ataupun perbaikan struktur (martempering).
Kemampuan las tanpa pemanasan awal hanya baik pada besi tuang mampu tempa
putih. Dalam penggunaannya, umumnya untuk benda tuang yang menuntut keuletan,
misalnya : tuas, kunci pas, fittings (penghubung pipa), plat kopling, dan roda gigi.

6.4 Besi Cor Dicil

Singkatan : GH (DIN)
Berat jenis : 7,25 Kg/dm3
Titik cair : 1150 ... 1250 0C
Kekerasan : 350 ... 650 HB
Kemuluran : hampir tidak ada
Pada waktu terjadi pembekuan dari besi tuang cair, karbonnya tidak dapat
memisahkan diri sebagai grafit, melainkan bersama-sama dengan besi membentuk
struktur keras, yaitu sementit. Sementit terbentuk karena pendinginan yang mendadak
yaitu dengan memberikan cil dan kandungan Si yang rendah atau kandungan mangan
dengan peningkatan yang sesuai.

6.5 Besi Cor Khusus/Paduan

Semua jenis besi cor dapat dibuat dengan sifat yang khusus, seperti tahan panas,
tahan karat, beban panas kejut, tahan asam dan basa (sifat Kimia) dengan paduan.
Pada umumnya paduan yang digunakan ; Nickel, Chrom, Silicium, Mngan dan
Cooper.

7 LOGAM BUKAN BESI (NON FERRO METAL)

 Logam Berat dan Logam Ringan

19
7.1 LOGAM BERAT

KELOMPOK LOGAM BERAT


Cu
Logam Campuran Ni dan Paduannya
Zn
Pb
Logam Putih Sn dan Paduannya
Sb
Titik cair sangat tinggi : W, Mo, Ta
Logam Paduan Ttitik cair tinggi : Cr, Mn, V, Co
Titik cair rendah : Cd, Bi
Logam Mulia Ag, Au, Pt, dan Pt-metall

7.1.1 Tembaga

Berat Jenis : 8,93 gr./Cm3.


Titik Cair : 10830C
Kekuatan Tarik (Dicor) : 200 -360 N/mm2.
(Diperkuat dg. Proses dingin) : dapat mencapai 600 N/mm2
Regangan : 50 - 35 % ; diperkuat 2 %
Sumber : Fachkunde Metall

20
7.1.2 Nikel (Nickel/ Ni) Dan Paduannya

Berat Jenis : 8,9 gr./Cm3.


Titik Cair : 1455 0C
Kekuatan Tarik (Dicor) : 400 - 500 N/mm2.
(Diperkuat dg. Proses dingin) : dapat mencapai 700 - 800 N/mm2
Regangan : 50 - 40 % ; dengan diperkuat, hanya 2 %
7.1.3 Seng (Zink/ Zn) dan Paduannya

Berat Jenis : 7,1 gr./Cm3.


Titik Cair : 419 0C
Kekuatan Tarik (Dicor) : 30 N/mm2.
(Dipress) : dapat mencapai 110 N/mm2
Regangan : Dalam suhu ruangan 1%;
pada suhu 90-100 C 0
25 %.
Sifat : Dalam keadaan murni berwarna putih kebiru-biruan. Koefisien
muai panasnya tertinggi dibanding logam padat lainnya. Pada udara
lembab permukaannya akan dilindungi oleh seng-karbonat yang dia
bentuk. Tapi sedikit tahan asam dan garam. Seng yang terlarut
mempunyai sifat beracun. Pada suhu 100 –150 0C mempunyai mampu
bentuk yang baik; ditempa, digilas dan ditarik dibuat kawat.

Penggunaan : Dalam keadaan murni jarang dipakai. Biasa sebagai paduan atau
lapisan pelindung pada logam besi pada plat baja.

Contoh : G-ZnAl 6 Cu 1, dan G-ZnAl 4 Cu 1

7.1.4 Timah Hitam (Plumbum/ Pb) Dan Paduannya

Berat Jenis : 11,3 gr./Cm3.


Titik Cair : 327 0C
Kekuatan Tarik (Dicor) : 15 - 20 N/mm2.
Regangan : 50-30 % ; diatas 100 0C, akan repih/Brittle

7.1.5 Timah Putih ( Stanum/ Sn) Dan Paduannya

Berat Jenis : 7,3 gr./Cm3.

21
Titik Cair : 232 0C
Kekuatan Tarik (Dicor) : 40 - 50 N/mm2.
Regangan : 40 %
Sifat : berwarna putih perak hingga kelabu mengkitat, tahan korosi
terhadap air dan udara, tetapi tidak tahan terhadap asam dan basa.
Pada suhu yang sangat rendah, dapat dibuat bentuk serbuk berwarna
kelabu (*Zinnpest). Timah Putih mempunyai mampu cor lebih baik
dari pada timah hitam. Begitu pula kekuatannya. Selain itu karena
mampu regangnya tinggi, maka dapat diroll hingga menjadi
lembaran yang tipis (Folie)

Penggunaan : Yang murni biasa digunakan barang seni, seperti piring, medali
dan serupanya. Selain itu juga sebagai bahan patri, atau pelapis
maupun paduan bahan kaleng.

Contoh : sebagai bahan patri, dipadukan dengan Antimon, wismut atau


Kadmium; seperti :L-Sn 60 Pb.

7.1.6 Antimun

Berat Jenis : 6,7 gr./Cm3.


Titik Cair : 630 0C
Sifat : Mengkilat berwarna putih perak dan repih.

Penggunaan : Biasanya hanya digunakan sebagai bahan paduan logam lain..


Misalnya sebagai paduan pada timah hitam untuk bantalan, yaitu
berfungsi akan meningkatkan kekerasannya.

22
7.1.7 LOGAM MULIA

7.1.7.1 Perak (Argentum/ Ag)

Berat Jenis : 10,5 gr./Cm3.


Titik Cair : 961,5 0C
Kekuatan Tarik (Dicor) : 160 N/mm2.
Regangan : 50-20 %
7.1.7.2 Emas (Gold/ Aurum/ Au)

Berat Jenis : 19,3 gr./Cm3.


Titik Cair : 10640C
Kekuatan Tarik (Dicor) : 140 N/mm2.
Regangan : 50 %
7.1.7.3 Platina (Platinum/Pt)

Berat Jenis : 21,5 gr./Cm3.


Titik Cair : 17690C
Kekuatan Tarik (Dicor) : 200 N/mm2.
Regangan : 50 %
7.2 LOGAM RINGAN

7.2.1 Aluminium (Al)

Berat Jenis : 2,7 gr./Cm3.


Titik Cair : 658 0C
Kekuatan Tarik (Dicor) : 85 – 115 N/mm2.
(Dilunakan) : 65 N/mm2
(dikeraskan dengan gilas) : 125 – 190 N/mm2.
Regangan : 35 – 3 %

7.2.1.1 Aluminium Paduan

Dengan memberikan paduan pada aluminiuimakan mendapat pengaruh misalnya;


kekuatan atau tahan korosi. Selanjutnyaini adalah gambaran pengaruh penting dari
paduan berikut:

23
Mg Cu Si Zn Mn Pb
Kekuatan ++ ++ + ++ + 0
Tahan Karat ++ - ++ - ++ 0
Mampu Cor + 0 ++ 0 0 0
Mampu Pemesinan + 0 + + - ++
Keterangan : (++) sangat positiv, (+) positiv, (-) negatif, (0) tidak berpengaruh

Standardisasi. Mengikuti tanda huruf atau nomor bahan.

Contoh Standardisasi :

AlMg5F32 (3.3555.50) ..............................................................................................

GK-AlSi5Mg ka (3.2341.41) .....................................................................................

ALUMINIUM ........................ PADUAN (Al-Knetlegierungen)

AlCuMg (Dapat dikeraskan)

Berat Jenis : sekitar 2,8 gr./Cm3.


Kekuatan Tarik Lunak : 170 -. 230 N/mm2.
Bila dikeraskan : 330 - 430 N/mm2.
Regangan : 16 - 9 %
Komposisi (%) : Cu 3,5 - 4,9, Mg 0,2 - 1,8, Mn 0,3 - 1,1.
No. Bahan : 3.1. .............
AlMgSi (Dapat dikeraskan)

Berat Jenis : sekitar 2,7 gr./Cm3.


Kekuatan Tarik Lunak : 170 - 230 N/mm2.
Bila dikeraskan : 190 - 310 N/mm2.
Regangan : 18 - 8 %
Komposisi (%) : Mg 0,6 – 1,6, Si 0,6 – 1,6, Cr 0,0 – 0,3 Mn
0,2 - 1,0.
No. Bahan : 3.3. .............
AlMg (Tidak dapat dikeraskan)

Berat Jenis : sekitar 2,65 gr./Cm3.


Kekuatan Tarik Lunak : 170 -. 230 N/mm2.
Bila dikeraskan : 330 - 430 N/mm2.
Regangan : 16 - 9 %
Komposisi (%) : Cu 3,5 - 4,9, Mg 0,2 - 1,8, Mn 0,3 - 1,1.
No. Bahan : 3.3. .............

24
ALUMINIUM COR PADUAN

G – AlSi (Tidak dapat dikeraskan)

Berat Jenis : 2,65 gr./Cm3.


Kekuatan Tarik : 170 - 300 N/mm2.
Regangan :5–1%
Komposisi (%) : Si 11,0 – 13,5, Mn 0 – 0,5, sisanya Al.
No. Bahan : 3.2. ........
Aluminium paduan ini sangat baik sifat mampu cornya, ketahanan terhadap korosi
dan mudah dikerjakan dengan proses pemesinan. Biasa digunakan untuk
pembuatan benda yang sulit bentuknya dan tipis seperti alat rumah tangga, alat
industri makanan.

G – AlSiMg (Dapat dikeraskan)

Berat Jenis : 2,65 gr./Cm3.


Kekuatan Tarik : 160 - 280 N/mm2.
Regangan : 10 – 3 %
Komposisi (%) : Si 9,0 – 11,0 , Mg 0,2 – 0,4, Mn 0 – 0,5, sisanya
Al.
No. Bahan
: 3.2. ........
Aluminium paduan ini sangat baik sifat mampu lasnya dan tahan korosi. Biasa
digunakan untuk pembuatan benda yang mempunyai tuntutan gerakan ayun dan
bergetar, dengan kandungan Si 11 % sangat tahan terhadap gesekan, contoh;
rumah motor (motor housing), pompa dan gearbox.

Magnesium (Mg)

Berat Jenis : 1,8 gr./Cm3.


Titik Cair : 650 0C
Kekuatan Tarik (Dicor) : 100 – 130 N/mm2.
(Digilas/dipress) : 195 – 245 N/mm2.
Regangan : 10 – 5 %
No. Bahan : 3.5 ...
MgMn 2

Berat Jenis : sekitar 1,8 gr./Cm3.

25
Kekuatan Tarik : 190 – 230 N/mm2.
Regangan :5–2%
Komposisi (%) : Mn 1,2 – 2,0, sisanya Mg.
No. Bahan : 3.52...
MgAl 8 Zn

Berat Jenis : sekitar 1,8 gr./Cm3.


Kekuatan Tarik : 270 - 320 N/mm2.
Regangan : sekitar 7 %
Komposisi (%) : Al 7,8 – 9,2, Zn 0,2 – 0,8, Mn 0,12 – 0,3, sisanya
Mg.
No. Bahan : 3.5812
G – MgAl 9 Zn 1

Berat Jenis : sekitar 1,8 gr./Cm3.


Kekuatan Tarik : 160– 280 N/mm2.
Regangan : 10 – 6 %
Komposisi (%) : Al 8,3 – 10,0, Zn 0,3 – 1,0, Mn 0,15 – 0,3, sisanya
Mg.
No. Bahan : 3.5912
GK – MgAl 8 Zn 1

Berat Jenis : sekitar 1,8 gr./Cm3.


Kekuatan Tarik : 160– 280 N/mm2.
Regangan : 12 – 8 %
Komposisi (%) : Al 7,5 – 9,0, Zn 0,3 – 1,0, Mn 0,15 – 0,3, sisanya
Mg.
No. Bahan : 3.5812.02
Titanium (Ti)

Berat Jenis : 4,5 gr./Cm3.


Titik Cair : 1727 0C
Kekuatan Tarik : 295 – 735 N/mm2.
Kekerasan (HB) : 120 – 295
Regangan : 30 – 15 %
No. Bahan : 3.70
Sifatnya ;

– Titan berwarna putih keperakan, dalam bentuk tepung berwarna kelabu, sangat
keras, dan ringan.

26
– Dalam udara terbuka, Titan membentuk lapisan tipis (oxid-film) yang padat dan
liat sekali.

– Titan tahan terhadap korosi dan lebih baik dari pada baja dan tahan korosi
terhadap bahan kimia.

– Titan mempunyai kekuatan yang sama dengan baja konstruksi, hanya saja Titan
lebih ringan.

– Bila dipanaskan atau menerima beban panas hingga 500 0C, Titan masih padat
dan liat, akan tetapi apabila dipanaskan dalam kurun waktu yang relatif lama,
karena dengan pengambilan gas, maka Titan mulai berubah menjadi rapuh.

Standardisasi ;

Titan memiliki tingkat kemurnian yang terbagi menjadi 6 grup. Tanda


pengenal/singkatan dalam standardnya seperti Aluminium. Seperti contoh Ti 99,2
(3.7064), Ti 99,4 (3.034), Ti 99,5 (3.7024) semua itu dari DIN standard.

Penggunaanya ; untuk benda dengan tuntutan ringan tapi kekuatannya tinggi dan
tahan panas, tahan kimia, contoh; Bagian pesawat terbang, kendaraan sport, antene
radar, plat anti radiasi dan masih banyak lagi.

7.2.1.2 Titan Paduan

Titan murni yang dipadu dengan unsur-unsur tertentu, sifat mekanisnya


akan berubah. Menurut tingkat kehalusan struktur titan paduan, dibedakan dalam
tiga grup utama, yaitu :

– Paduan Alpa, Paduan Beta dan Paduan Alpa-Beta.

Berat Jenis : 4,45 gr./Cm3.


Kekuatan Tarik : 880 – 1125 N/mm2.
Sifatnya : Kekuatan tinggi, Re  90%, Tahan Korosi, Mampu
bentuk dengan pepanasan 500 – 600 0C dan
mampu lasnya baiki.
Regangan : 10 %
Komposisi (%) : Al 5,5 – 7,0, V 3,5 – 4,5, sisanya Titan.
Penggunaannya; untuk benda dengan tuntutan ringan tapi kekuatannya tinggi
seperti kepala rotor helikopter.

27
DAFTAR PUSTAKA

Dipl.-Ing. G. Wuertemberger, Oberstudiendirektur i. R, Pforzheim, Fachkunde Metall,


VERLAG EUROPA-LEHRMITTEL. Nourney,vollmer GmbH & Co. Kleiner Werth 50 –
Postfach 20 18 15. 5600 Wuppertal 2. , 46 – 1983/1984

28

Anda mungkin juga menyukai