DISUSUN OLEH :
1. ANIKMAH (172130016)
2. ANGGI PUTRI KUMALA DEWI (172130028)
3. YUSUF ADITYA ARDIANSYAH (172130031)
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul “Mahzhab Neo Klasik” ini
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan tepat pada waktunya tanpa ada halangan
apapun.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
Sejarah Pemikiran Ekonomi. Selain itu, dalam makalah ini diuraikan tentang Latar Belakang
Teori Neo Klasik, Konsep, Isi dan Tokoh yang mengemukakan Teori Neo Klasik serta
Kelemahan dan Kelebihan Teori Neo Klasik.
Dengan penuh kesadaran penulis mengakui bahwa dalam menyelesaikan makalah ini,
penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dalam penyusunan makalah ini telah
diusahakan semaksimal mungkin akan tetapi penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dikarenakan sedikitnya pengalaman penulis, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang berguna dari semua pihak yang telah membaca makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan
masyarakat pada umumnya.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………….……………………………………………..................1
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
C. Tujuan ..................................................................................................................................... 5
B. Saran...................................................................................................................................... 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori-teori ini yang dikembangkan oleh Marx dan Engels mendapat banyak
tenggapan dari pakar-pakar ekonomi, baik dari kaum sosialis sendiri maupun dari
pendukung system liberal-kapitalisme. Pemikiran ekonomi dari para pendukung system
liberal kemudian dimasukkan kedalam suatu kelompok pemikiran ekonomi tersendiri
yang disebut mazhab neo-klasik.
Karena analisis yang dibuat Marx untuk meramal kejatuhan system kapitalis
bertitik tolak dari teoei nilai kerja dan tingkat upah, oleh oara pakar neo-klasik teori-teori
tersebut dipelajari kembali secara mendalam. Dari sekian banyak pakar-pakar neo-
klasik, paling kurang ada 4 yang melakukan penelitian tentang hal yang sama yaitu W.
Stanley Jevons (1835-1882), Leon Walras (1837-1910), Carl Menger (1840-1921) dan
Alfred Marshall (1842-1924).
Stanley Jevons dari University of Manchester ( inggris ) menulis theory of
political economy tahun 1871. Karl Menger dari Austria menulis principles of
economics in Germany pada tahun yang sama. Leon Warlas dari sekolah Lausanne (
swiss ) menulis elements of pure economics pada tahun 1874. Alfred Marshall dari
Cambridge University ( inggris ) sebetulnya sudah menulis principles of economics pada
awal tahun 1870 an. Akan tetapi buku tersebut baru diterbitkan dua puluh tahun
kemudian, yaitu tahun 1891.
Walaupun mereka melakukan penelitian secara terpisah, dari hasil penelitian
masing-masing mereka mengemukakan hal yang sama. Kesimpulan yang dihasilkanpun
sama, bahwa teori nilai lebih ( surplus value ) marx tidak mampu menjelaskan secara
tepat tentang nilai komoditas. Mereka seperti menyepakati bahwa teori marx tersebut
tidak memberikan sumbangan apapun dalam perkembangan teori ekonomi. Oleh karena
itu, dapat diabaikan. Kesimpulan dari keempat tokoh neo-klasik yang disebutkan di atas
telah meruntuhkan seluruh bangunan teori sosialis yang dikembangkan Marx dan Engels
4
sekaligus menyelamatkan system liberal / kapitalis dari kemungkinan krisis
sebagaimana diramal Marx.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan marginal dalam Mazhab Neo klasik?
2. Bagaiamana Mazhab Austria dalam Mazhab Neo klasik?
3. Bagaimana Mazhab Lausanne dalam Mazhab Neo klasik?
4. Bagaimana Mazhab Cambridge dalam Mazhab Neo klasik?
5. Bagaimana persingan monopolistik dan pasar tidak sempurna dalam Mazhab Neo
klasik?
6. Bagaiamana Games teory dan informasi dalam Mazhab Neoklasik?
7. Bagaimana relevansi Mazhab Neoklasik dengan kondisi perekonomian di Indonesia
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendekatan marginal dalam Mazhab Neo klasik
2. Untuk mengetahui Mazhab Austria dalam Mazhab Neo klasik.
3. Untuk mengetahui Mazhab Lausanne dalam Mazhab Neo klasik.
4. Untuk mengetahui Mazhab Cambridge dalam Mazhab Neo klasik.
5. Untuk mengetahui persingan monopolistik dan pasar tidak sempurna dalam Mazhab
Neo klasik.
6. Untuk mengetahui teory dan informasi dalam Mazhab Neo klasik.
7. Untuk mengetahui relevansi Mazhab Neoklasik dengan kondisi perekonomian di
Indonesia
5
II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Marjinal
Para pakar Neo-klasik dalam membahas ramalan Marx menggunakan konsep
analisis marginal (Marginal Analysis). Kenyataan ini kemudian mempunyai arti
tersendiri bagi pengembang ilmu ekonomi.
Teori ini telah lama digunakan dan dikembangkan Hendrich Gossen (1810-
1858) dalam menjelaskan kepuasan (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang.
Hukum Gossen I, berdasarkan pengamatan empirisnya, yang menyangkut
faedah (manfaat) marginal suatu barang. Menurutnya, kepuasan marginal (Marginal
Utility/ MU) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan semakin turun jika
barang yang sama dikonsumsi semakin banyak. Penurunan atau berkurangnya MU
sampai mencapai batas. Lewat dari batas itu, maka bertambahnya pemanfaatan atau
konsumsi barang itu sudah tidak mempunyai arti bagi peminta atau konsumen.
Faedah (manfaat) pada batas suatu batas ditentukan oleh penilaian subyektif dari
pihak peminta/ konsumen dan merupakan dasar bagi nilai dan harga dari barang yang
bersangkutan.
Hukum Gossen II, menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu
terbatas, secara relatif, untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang relatif tidak
terbatas. Masalahnya berkisar pada alokasi ataupun penggunaan yang sebaik baiknya
mengenai daya dan dana yang terbatas diantara berbagai kebutuhan yang jumlahnya
banyak dan berbagai macam.
Karna pada masanya teori ini tidak mendapatkan perhatian lebih dari para
ekonomnya, maka sekitar 40 tahun kemudian, Jevons, Menger, Bohm-Bawerk dan
Von Wieser (yang tergabung dalam Mahzab Austria) memberi pengakuan dan
penghargaan atas karya Gossen tersebut 2 (dua) hukum Gossen telah dijadikan
landasan dan dasar bersama bagi perkembangan teori dan ini sering diakui sebagai
6
kontribusi utama dari Mazab Austria, Mahzab Laussane, Mahzab Cambridge dan
ajaran lainnya.
B. Mazhab Austria
Adalah kelompok pemikir ekonomi yang mendukung dan memakai konsep
marginal, dan berasal dari Universitas Wina (Austria). Mereka mempunyai ciri
pandang khusus, yaitu penerapan kalkulus dalam pengembangan teori-teori mereka.
Karena dikembangkan oleh pakar pakar ekonomi dari Austria, pandangan mereka
dimasukkan dalam aliran tersendiri yang disebut mahzab Austria. Tokoh mereka
antara lain adalah Karl Menger (1840-1921), Friedrich von Wieser (1851-1920),
Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914).
1. Carl Menger (1840-1921)
Merupakan profesor ekonomi pada Unversitas Wina. Karya utamanya adalah
Grusatze der Volks Wirtschaftslehre (1871). Dalam bukunya ia mengemgkan
teori utilitas marginahl (MU) yang membawa pengaruh sangat besar dalam
pengembangan teori-teori ekonomi selanjutnya. Menger menyatakan bahwa
ada empat (4) kondisi yang perlu dipenuhi bagi suatu barang kebutuan.
a) Barang itu adalah kebutuhan manusia
b) Barang itu mempunyai suatu kualitas yang dapat memenuhi/ memuaskan
keinginan manusia.
c) Dalam hubungan kualitas dan kepuasan itu merupakan sebab akibat yang
diakui.
d) Barang itu mempunyai suatu kekuatan yang mampu memberi kepuasan.
Menger, juga membedakan barang-barang yang mempunyai sifat
ekonomi. Jika suatu kurang dari penawaran maka terjadi pilihan prioritas.
Artinya konsumen perlu meyusun kepuasan mana yang paling penting
dipenuhi. Barang-barang yang mendapat prioritas ini mempunyai sifat non
ekonomis maka penawaran (supply/S) melebihi permintaan (demand/D).
2. Friedrich von Wieser (1851-1920)
7
Karya utamanya adalah Uber der Ursprung und die Hauptyesetz des
Wirtschaftlichen. Werles (1884), Der Naturliche Wert (1889) dan Theory der
Gesellschatlichen Wirtschaft (1914). Ia sangat berjasa dalam mengembangkan
teori utulitas Menger dengan menambahkan formulasi biaya-biaya opurtunitas
(Opportunity Cost).
Oppurtunity Cost adalah kesempatan atau peluang atas peluang pilihan
yang akan yang hilang jika kita memilih suatu hal atau kegiatan yang
berhubunbgan dengan ekonomi, dan dalam hal pilihan yang akan kita pilih
tersebut, kesempatan yang hilang tadi dianggap sebagai biaya peluang /
pengalaman .
Dengan kata lain setiap kita melakukan tindakan , pasti kita selalu
dihadapkan dengan beberapa pilihan . Terkadang kita harus memilih mana
kegiatan yang paling tepat yang sebaiknya kita utamakan dalam satu waktu.
Pada saat itu kita harus rela kehilangan kesempatan atau peluang lainya yang
timbul dari kegiatan yang tidak kita pilih.
3. Eugen von Bohm-Bawerk ( 1851 – 1914 )
Karyanya adalah Capital on interest ( 1884 ) dan Positive Theory Of
Capital (1889) . Konstribusi utamanya adalah dalam pengembangan teori
tentang modal (theory of Capital) dan teori tentang tingkat suku bunga. Teori
bunga Von Bohm Bawerk menyatakan bahwa bunga adalah selisih tiap satuan
waktu daripada nilai yang diberikan kepada pemakaian sekarang atau
pemakaian kelak suatu barang .
Dengan 3 alasan yaitu :
a) Perbedaan dalam perbandingan antar kebutuhan dan alat-alat pemuas
kebutuhan
b) Besarnya bunga merupakan titik keseimbangan di pasaran baik sekarang
atau kelak
c) Kedudukan bunga ditetapkan oleh keuntungan yang menjadi bagian
pemodal dalam keadaan keseimbangan
8
Pandangan Bohm – Bawerk tentang masalah harga bunga dikenal
sebagai teori agio. Teori agio, tema pokoknya ialah harga barang dan jasa
yang tersedia saat ini dinilai lebih tinggi ( mendapat agio ) dibandingkan
dengan barang dan jasa yang baru akan tersedia pada suatu saat dimasa depan.
Terdapat perbedaan antara nilai pada saat ini dan nilai pada masa depan.
Teori Bohm Bawerk tentang bunga dan modal dari bunga bersumber
pada teori tentang nilai dan harga berdasarkan faedah ( manfaat ) marginal.
Kemudian teori teoi mereka dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh tokoh lain,
seperti :
1) Knut Wicksell ( 1851 - 1926 )
Ia berjasa dalam mengasimilasikan analis keseimbangan umum Walras
dengan teori modal kapital dan suku bunga Bohm – Bawerk menjadi teori
distribusi. Dan pengembangan teori moneter dihubungkan langsung
antara tingkat suku bunga dan harga harga . karya utamanya adalah
Lectures on Political Economy ( 1901 ).
2) Ludwig Edler von Misses ( 1881 – 1973 )
Karya karyanya antara lain the theory of money and credit ( 1912 )
Burcaucracy (1944) dan The utimate Foundation of Economic Science (
1962). Menurutnya , sistem harga merupakan basis paling efisien dalam
mengalokasikan sumber daya . Oleh karena itu , ia sering mengkritik
sistem ekonomi komando yang tidak mempunyai sistem haraga dan
sistem ekonomi komando tidak akan dapat melambangkan sistem harga
tanpa terlebih dahulu menghancurkan prinsip prinsip politik. Teori lain
yang dikembangkan von misses adalah teori paritas daya beli (Purchasing
Powe Parity) , tori trade cycle dan mengaplikasikan teori marginal utillity
untuk mengembangkan teori baru tentang uang.
3) Friedrich August von Hayek ( 1899 -... )
Karyanya antara lain Monetary Theory and the Trade Cycle ( 1929 ),
Profit , interest, investment(1939) dan The Pure Theory of Capital
9
(1941) dia dianggap sangat berjasa dalam mengembangkan teori siklus
pengembangan ( Theory of Trade Cycle ) dan Von Mises yang
diintegrasikanya dengan teori kapitalnya Bohm Bawerk
C. Mazhab Laussane
Langkah lebih maju yang disumbangkan pemikir Neo-Klasik adalah analisis
yang lebih komprehensif tentang teori keseimbangan umum oleh Leon Walras. Dan
Walras dianggap sebagai plopor mahzab Lausanne ( Lausanne School of Economic).
Karyanya Elements d’ Economic Politique Pure ( 1874) , dianggap sebagai suatu
mahakarya dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya ini dia menjelaskan teori
keseimbangan umum dengan pendekatan matematis.
Walaupun telah disinggung oleh para pendahulunya , hanya dialah yang
mampu memberikan kisi yang lebih jelas tentang interpedensi bagian bagian ekonomi
ini dengan gamblang dengan model keseimbangan umumnya ( general equilibrium
model) dan ini menguraikan dengan jelas bahwa perubahan suatu faktor atau bagian
ekonomi secara menyeluruh.
Menurut Walras , ekonomi murni menyangkut suatu teori tentang
pembentukan harga berdasarkan hipotesis adanya persaingan bebas secara sempurna.
Dalam suatu keadaan persaingan bebas secara sempurna. Dalam suatu keadaan
persaingan bebas secara sempurna maka keadaan ekonomi terdiri atas 2 jenis pasar
yaitu : 1. Pasar untuk barang dan jasa ( output ) dan 2. Pasar untuk faktor faktor
produksi ( input) .
Menurut Walras, para pembeli dan penjual di pasar terdorong oleh niat untuk
memperoleh faedah secara maksimal ( Total Utility / TU ), menimbulkan adanya
permintaan (Demand/D) dan penawaran ( Supply / S) . dalam proses di pasar
terjadilah keseimbangan paar dimana jumlah yang diminta (Qd) sama dengan jumlah
yang ditawarkan(Qs) atau QD=Qs.
Sayang, konsep dan model ini tidak diperhatikan oleh para ekonom pada
zamannya, sampai dengan munculnya pemikir ekonomi, Alferd Marshall yang sangat
menghargai pemikiran Leon Walras menyelamatkanya, sehingga konsep ini dihargai
10
orang dengan sepantasnya. Dimana gagasan walras mulai dikenal secara luas
kemudian dia dianggap sebagai pendiri dan pengembang ilmu ekonometrika.
Setelah walras meninggal, ia digantikan oleh Vilfredo Pareto. Ia meneruskan
aliran matematika walras dan banyak membantu dalam menjelaskan kondisi kondisi
yang harus dipenuhi agar sumber sumber daya dapat di alokasikan sehingga
memberikan hasil yang optimum dalam suatu model keseimbangan umum. Masalah
distribusi pendapatan ( hukum pareto / pareto’s law)
Menurutnya suatu pengalokasikan sumber sumber disebut efisien jika
keadaan atau kondisi yang dicapai secara jelas dan tidak bisa dibuat buat menjadi
lebih baik lagi ( Hukum Pareto / pareto’s law ). Teori pareto, mengenai indiferensi
berawal dari kesulitanya untuk mengukur secara eskak kuantitatif tentang tingkat
faedah / manfaat ( utility), maka terciptalah kurva indiferensi (indifferece curve).
D. Mazhab Cambridge
Dari sekian banyak tokoh neo-klasik yang dianggap sebagai tokoh paling
utama adalah Alfred Marshall (1842-1924). Menger dianggap sebagai pelopor aliran
Austria, dan Walras dianggap sebagai pelopor aliran Lausanne. Berbeda dengan
kedua tokoh itu, Marshall dianggap sebagai pelopor aliran atau mashab Cambridge di
Inggris.
11
Marshall dianggap sangat berjasa dalam memperbarui asas dan pos-tulat
pandangan-pandangan ekonomi yang dikemukakan pakar klasik dan pakar neo-klasik
sebelumnya. Menurut kaum klasik, harga barang ditentukan oleh besarnya
pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Dengan demikian, bagi kaum
klasik yang menentukan harga adalah sisi penawaran. Pendapat klasik tersebut
ditentang oleh tokoh-tokoh neo-klasik lain seperti Jevons, Menger dan Walras.
Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga adalah kondisi permintaan.
Bagi Jevons, Manger dan Walras biaya –biaya bukan satu-satunya faktor yang
menentukan harga-harga. Yang peling menentukan harga, sesuai dengan teori utilitas
marjinal, adalah utilitas yang diterima dari pengonsumsian satu unit terakhir dari
barang tersebut.
12
Jadi, jika diperhatikan, teori-teori yang dikembangkan kaum marjinal sangat
berbeda dengan teori yang dikembangkan pakar-pakar klasik tentang harga. Kalau
kaum klasik melihat harga dari sisi produsen, kaum marjinal melihat dari sisi
konsumen, yaitu dari kepuasan marjinal pengkonsumsian satu unit barang terakhir.
13
Jika banyak pembeli dan penjual dan tidak ada halangan masuk satu keluar
pasar (free entry and exit), dalam jangka panjang harga yang terbentuk dipasar hanya
cukup untuk menutupbiaya-biaya saja (didalamnya sudah termasuk biaya-biaya
buruh atau jasa para manajer perusahaan). Jadi, dalam jangka panjang perusahaan
tidak memperoleh laba ekonomi yang tinggi sebagaimana dikhawatirkan para
penentang aliran klasik. Sebaliknya, kaum neo-klasik percaya bahwa bentuk pasar
persaingan sempurna merupakan bentuk pasar yang paling efisien yang akan
menguntungkan semua pihak. Perusahaan-perusahaan memperoleh laba normal
(normal profit), yang besarnya laba hanya cukup untuk dapat bertahan di pasar. Para
konsumen dapat membeli barang dalam jumlah cukup dengan harga rendah. Sumber-
sumber daya dimanfaatkan secara optimum dan dialokasikan secara efisien.
Perbedaan lain antara Marshall dengan kaum klasik ialah dalam pendekatan
penelitian. Kalau kaum klasik lebih banyak menggunakan metode induktif, Marshall
mengombinasikan metode induktif dengan metode deduktif. Dalam hal ini, abstrak
digabung dengan realisme yang didukung oleh data statistik agar terhindar dari
angan-angan. Banyak yang mengakui bahwa teknik analisis marjinal Marshall jauh
lebih unggul dibandingkan teknik-teknik analisis yang dilakukan pakar-pakar
sebelumnya. Sejak itu konsep marjinal, yang boleh dikatakan sebagai revolusi dalam
ilmu ekonomi, makin banyak digunakan dalam analisis ekonomi. Karya-karya
Marshall membuatnya diakui sebagai seorang pakar ekonoomi yang sangan ulung.
Oleh J.M. Keynes, salah seorang murid Marshall yang paling brilian, dikatakan
bahwa Marshall telah menciptakan :
14
kebenaran tersebut, menurut Marshall, haruslah ditunjukan pada penyebab dan obat
dari kemiskinan dan kemelaratan.
Pada tahun 1908 kedudukan Marshall sebagai katua Jurusan Ekonomi Politik
digantikan oleh muridnya Arthur Cecil Pigou (1877-1959). Kedudukan tersebut
dijabat oleh Pigou hingga ia pensiun tahun 1944. Karya-karya Pigou antara lain :
Principles and Methods of Industrial Peaca (1905), Wealth and Welfare (1912),
Unemployment (1914), Economi of Welfare (1919), Essays in Applied Economics
(1923), Industrial Fluctuation (1927), The Theory of Unemployment (1933), dan
Employment and Equilibrium (1941).
Pigou adalah orang pertama yang mengemukakan konsep real balance effect,
yang kemudian lebih dikenal dengan dampak Pigou (Pigou effect). Dampak Pigou
adalah suatu stimulasi kesempatan kerja yang disebebkan oleh meningkatnya nilai rill
dari kekayaan likuid sebagai konsekuensi dari turunnya harga-harga. Sewaktu nilai
kekayaan rill naik, maka konsumsi akan naik, yang berdampak terhadap peningkatan
pendapatan dan terbukanya kesempatan kerja baru. Pandangan ini merupakan salah
satu dasar mengapa kaum klasik dan neo-klasik percaya bahwa keseimbangan
kesempatan kerja penuh (full-employment equibrium) dapat dicapai sebagai hasil
penurunan dalam tingkat upah.
15
yang sama dengan penawaran, ditulis dalam bentuk persamaan matematik. Dijelaskan
pula dalam gambar atau kurva, grafik, tabel, dan sebagainya.
16
Oleh karena itu, masih menurut Chamberlin, perusahaan-perusahaan pasti
berusaha untuk melakukan diferensiasi pada produk-produknya guna mempertahankan
perusahaannya supaya bertahan dipasar tersebut. jika usaha itu (differensiasi product)
berhasil maka perusahaan itu dapat mempengaruhi harga-harga di pasar. Dan dia dapat
bertindak sebagai penentu harga (price setter), bukan sebagai penerima harga (price
taker) debngan demikian, apsar ini sudah tidak sempurna lagi karena ciri utama dalam
pasar monopolistik adalah adanya diferensiasi produk dan perusahaan bertindak
sebagai price setter dan price taker. Juga biasanya harga yang terbentuk dalam pasar
sempurna. Begitu juga dengan joan Robinson, yang mempunyai analisis hampir sama
dengan Chamberlin.
Joan Violet Robinson (1903-1983), Joan Robinson, Aanalisisnya lebih fokus
kepada pembahasan pasar persaingan tidak sempurna (bukunya “The Economics of
Imperfect Competition”). Menurutnya, tiap perusahaan dalam pasar tidak sempurna
memegang posisi monopoli, dimana posisi ini didapatkan dari barang-barang yang
dibeli berdasarkan preferensi konsumen walaupun ada barang subtitusi yang dihasilkan
oleh perusahaan lain. Pandangan Chambverlin dan Robinson mempunyai haluan yang
sama, namum terdapat beberapa perbedaan. Chamberlin berfokus pada strusktur pasar
yang ditandai oleh diderensasi produk dan periklanan. Perusahaan produsen/penjual
dapat harga barang yang ditawarkannya. Lagipula dapat mempengaruhi pasar melalui
barangnya dan dengan promosi pemasaran melalui periklanan.
17
berjudul The Theory of Games and Economic Behaviour (1944). Kemudian konsep GT
disempurnakan lebih lanjut oleh John Nash pada tahun 1950.
Nash mengembangkan konseo GT untuk menganalisis situasi kepentingan
pelaku ekonomi yang tidak berlawanan, yang kemudian muncullah istilah
“keseimbangan Nash (Nash Equilibrium)”. Konsep GT Nash ini bekerja atas asumsi
informasi yang simetris (tiap pemain memiliki informasi yang sama).
Dari konsep GT Nash, berkembanglah GT yang beroperasi dalam situasi
informasi yang bersifat asimetris (tidak memiliki informasi yang sama terhadap satu
hal) oleh John Harsanyi (1967). Kemudian GT dikembangkan lagi oleh Reinhard
Selten (dari Universitas Bonn, Jerman) dalam bentuk situasi yang lebih dinamis.
Menurut Selten, perubahan tindakan seorang pemain tidak hanya ditentukan oleh
kenyataan peluang untuk memperbaiki posisi. Oleh karena itu, menurut Selten,
frekuensi permainan akan mempengaruhi strategi permainan bagi setiap orang.
Konsep John Harsanyi dikembangan lebih lanjut oleh William S. Vickrey dan
James A. Mirrless. Dengan konsep ini mereka dapat menyusun agenda bagaimana
memenuhi tanggung jawab sosial pada abad XXI melalui insentif dan kebijaksanaan
pajak global. Kemudian konsep ini dikembangkan lebih lanjut oleh George Ackerlof,
Joseph Stiglitz dan Michael Spence. Mereka berjasa dalam membangun pondasi bagi
teori umum tentang pasar dengan menggunakan informasi asimetris.
George Ackerlof adalah orang pertama yang mengembangkan teori umum
tentang pasar dengan informasi asimetris. Dia menjelaskan betapa pentingnya
informasi pasar dalam tulisannya yang bertajuk The Market for Lemons. Sedangkan
menurut Spence, pihak yang menguasai informasi bisa memberikan isyarat kepada
orang yang kurang menguasai informasi.
18
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga berdampak pada
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Banyak pakar ekonomi yang berpendapat bahwa aliran ekonomi neoklasik
mungkin saja cocok bagi negara maju, akan tetapi untuk negara berkembang termasuk
Indonesia perlu diadakan penyesuaian. Kenyataan ini disebabkan karena kondisi
lingkungan yang sangat berbeda antara negara berkembang dengan negara maju.
Negara berkembang perlu ilmu ekonomi yang spesifik. Gunnar Myrdal mengatakan
teori ekonomi Neoklasik tidak dikembangkan untuk menganalisis masalah-masalah
ekonomi Negara-negara terbelakang (berkembang). Oleh karenanya negara
berkembang memerlukan teori yang lain dari negara maju karena perbedaan masalah
social, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Teori ekonomi pasar bebas tidak cocok
untuk mengatasi kemiskinan negara berkembang. J.E Stiglitz (2002), mengatakan
globalisasi adalah penerapan teori ekonomi neoklasik dan paham neoliberalisme yang
hanya menguntungkan sebagian kecil negara maju tetapi merugikan negara
berkembang. Chapra (2001) juga menyatakan ekonomi neoklasik mengabaikan moral.
Salah satu manifestasi paling buruk dari penerapan teori ekonomi Neoklasik
di Indonesia adalah tidak pernah diperhatikannya data-data empirik perekonomian
daerah yang sering sangat berbeda dengan data-data agregat yang tercatat di Jakarta.
Misalnya tentang kontraksi ekonomi amat besar (-13.4%) tahun 1998 yang berdasar
kurs dolar telah ”menurunkan kesejahteraan bangsa” Indonesia (pendapatan perkapita)
dari USD 1200 menjadi USD 600. Data kontraksi ekonomi di luar Jawa hanya –4,4%
bahkan di Irian Jaya tahun 1998 masih tumbuh positif 12,8%.
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemikiran ekonomi
neoklasik yang merupakan perkembangan dari pemikiran ekonomi klasik dan yang
dipakai saat ini didunia didunia tidak relevan atau tidak cocok diterapkan di negara
berkembang termasuk Indonesia. Untuk itu harus ada pemikiran ekonomi yang
memang lebih ideal untuk Indonesia. Aliran ekonomi yang diperkirakan cocok/ideal
untuk menggantikan aliran ekonomi neoklasik adalah aliran ekonomi kelembagaan
19
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Analisis marjinal pada intinya merupakan pengaplikasian kalkulus diferensial
terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta penentuan harga-harga di pasar. Sejak
terjadinya marjinal revolution tersebut, pembahasan ekonomi makin bersifat mikro.
Langkah lebih maju yang disumbangkan pemikir neo-klasik adalah analisis yang
lebih komprehensif tentang teori keseimbangan umum oleh Leon Walras. Walras dapat
dianggap sebagai pendiri aliran atau mazhab Lausanne
Konsep Games Theory (GT) adalah suatu konsep untuk menjelaskan perilaku
ekonomi dalam pasar yang hanya diisi oleh segelintir pelaku ekonomi.
20
B. SARAN
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umunya.
21
DAFTAR PUSTAKA
22