Anda di halaman 1dari 10

SIMBOLIKA, Vol.

4 (1) April (2018)


ISSN 2442- 9198X (Print), ISSN 2442-9996 (Online)

SIMBOLIKA
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/simbolika

Mengenal Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi

Cultivation Theory in Communication Science

Junaidi
Program Studi Pemikiran Politik Islam,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
*Corresponding Author, Email: Jun_abu_ihda@yahoo.com
Abstrak
Teori kultivasi memusatkan perhatian pada dampak menonton tayangan televisi pada perilaku
penonton televisi dalam jangka waktu yang panjang. Teori ini beranggapan bahwa manusia yang selalu
menonton tayangan tertentu dengan waktu yang lama maka akan memiliki sebuah pemahaman bahwa
dunia di sekelilingnya seperti yang ditayangkan di televisi. Misalnya saja seseorang yang selalu
menonton acara-acara yang mengandung tayangan kekerasan (baik film maupun berita) dengan durasi
lama dan frekuensi yang sering, maka akan memiliki pola pikir bahwa perilaku kekerasan seperti yang
ditunjukkan di televisi mencerminkan kejadian di sekitarnya. Kekerasan yang dipresentasikan di
televisi dianggap sebagai kekerasan yang terjadi di dunia.
Kata Kunci: Teori Kultivasi, Ilmu Komunikasi.

Abstract
Cultivation theory focuses on the impact of television viewing on the behavior of television viewers over a
long period of time. This theory assumes humans who always watch the impressions with a long time it
will have an understanding of the world around it as shown on television. For example, someone who
always watches events that contain violent impressions (both movies and news) with long duration and
frequent frequencies, it will have a mindset like that happen on television otherwise the events around it.
The violence presented on television is the violence that occurs in the world.
Keyword: Cultivation Theory, Communication Science

How to Cite: Junaidi, (2018), Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi, SIMBOLIKA, 4 (1): 42-51.

42
SIMBOLIKA, 4 (1): 42-51.

PENDAHULUAN langsung dengan kelompok efek media massa


Teori Kultivasi ini adalah teori tentang bersifat tidak langsung atau kumulatif. Teori
penanaman, atau bisa juga disebut dengan kultivasi muncul untuk meneguhkan
penyuburan. Gagasan tentang cultivation keyakinan orang, bahwa efek media massa
theory atau teori kultivasi untuk pertama lebih besifat kumulatif dan lebih berdampak
kalinya dikemukakan oleh George Gerbner pada tataran sosial-budaya ketimbang
bersama dengan rekan-rekannya tahun 1969. individual.
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia; Menurut Signorielli dan Morgan analisis
Kuliah Dasar Edisi Kelima. (Jakarta: kultivasi merupakan tahap lanjutan dari
Professional Books, 1997), h. 527 Goeorge paradigma penelitian tentang efek media, yang
Gerbner merupakan Dekan emiritus dari sebelumnya dilakukan oleh George Gerbner
Annenberg School for Communication di yaitu ‘cultural indicator’ yang menyelidiki: a)
Universitas Pensylvania. Sebagai seorang proses institusional dalam produksi isi media,
imigran dari Hongaria yang mempunyai b) image (kesan) isi media, dan c) hubungan
profesi penulis, ia kemudian masuk sekolah antara terpaan pesan televisi dengan
Jurnalistik pada Universitas Berkely. Setelah keyakinan dan perilaku khalayak. (Griffin,
lulus Bachelor (S1) ia bekerja di San Fransisco 2004: 210).
Chronicle. Kemudian kembali ke kampusnya Teori kultivasi ini di awal
untuk mengambil Program Masters dan perkembangannya lebih memfokuskan
Doctoral (Ph.D). Riset pertamanya pada kajiannya pada studi televisi dan audience,
awal tahun 1960‐an tentang Proyek Indikator khususnya pada tema-tema kekerasan di
Budaya (Cultural Indicators Project) untuk televisi. Tetapi dalam perkembangannya, ia
mempelajari pengaruh menonton televise juga bisa digunakan untuk kajian di luar tema
(Severin dan Tankard, 2001: 268). kekerasan. Misalnya, seorang mahasiswa
Awalnya, Gerbner melakukan penelitian Amerika di sebuah universitas pernah
tentang “Indikator Budaya” dipertengahan mengadakan pengamatan tentang para
tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh pecandu opera sabun (heavy soap opera).
menonton televisi. Dengan kata lain, Gerbner Mereka, lebih memungkinkan melakukan
ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang affairs (menyeleweng), bercerai dan
dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton menggugurkan kandungan dari pada mereka
televisi itu? Itu juga bisa dikatakan bahwa yang bukan termasuk kecanduan opera sabun.
penelitian kultivasi yang dilakukannya lebih Gerbner bersama beberapa rekannya
menekankan pada “dampak” . (Nurudin, 2004: kemudian melanjutkan penelitian media
157). Menurut Wood, kata ‘cultivation’ sendiri massa tersebut dengan memfokuskan pada
merujuk pada proses kumulatif dimana dampak media massa dalam kehidupan
televisi menanamkan suatu keyakinan tentang sehari-hari melalui Cultivation Analysis. Dari
realitas sosial kepada khalayaknya (Wood, analisis tersebut diperoleh berbagai temuan
2000: 87). yang menarik dan orisional yang kemudian
Teori kultivasi muncul dalam situasi banyak mengubah keyakinan orang tentang
ketika terjadi perdebatan antara kelompok relasi antara televisi dan khalayaknya berikut
ilmuwan komunikasi yang meyakini efek berbagai efek yang menyertainya. Karena
sangat kuat media massa (powerfull effects konteks penelitian ini dilakukan dalam kaitan
model) dengan kelompok yang mempercayai merebaknya acara kekerasan di televisi dan
keterbatasan efek media (limited effects meningkatnya angka kejahatan di masyarakat,
model), dan juga perdebatan antara kelompok maka temuan penelitian ini lebih terkait efek
yang menganggap efek media massa bersifat kekerasan di media televisi terhadap persepsi

43
Junaidi, Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi

khalayaknya tentang dunia tempat mereka untuk menguji teori kultivasi dalam studi awal
tinggal. adalah menentukan kandungan isi televisi
Salah satu temuan terpenting adalah melalui analisis isi. Gerbner dan kawan-kawan
bahwa penonton televisi dalam kategori berat mulai memetakan kandungan isi pada prime
(heavy viewers) mengembangkan keyakinan time dan program televisi bagi anak-anak
yang berlebihan tentang dunia sebagai tempat diakhir pekan (weekend).
yang berbahaya dan menakutkan. Sementara Di antara berbagai teori dampak media
kekerasan yang mereka saksikan ditelevisi jangka panjang, cultivation analysis
menanamkan ketakutan sosial (sosial merupakan teori yang menonjol. Gerbner
paranoia) yang membangkitkan pandangan menyatakan bahwa televisi sebagai salah satu
bahwa lingkungan mereka tidak aman dan media modern, telah memperoleh tempat
tidak ada orang yang dapat dipercaya. Gerbner sedemikian rupa dan sedemikian penting
berpendapat bahwa media massa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat,
menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media sehingga mendominasi “lingkungan simbolik”
pun kemudian memelihara dan menyebarkan kita dengan cara menggantikan pesannya
sikap dan nilai tersebut antar anggota tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan
masyarakat, kemudian mengiktannya sarana mengetahui dunia lainnya. Teori
bersama-sama pula. Media mempengaruhi kultivasi melihat media massa sebagai agenda
penonton dan masing-masing penonton itu sosialisasi, dan menemukan bahwa penonton
menyakininya. Jadi, para pecandu televisi itu televisi dapat mempercayai apa yang
akan punya kecenderungan sikap yang sama ditampilkan oleh televisi berdasarkan
satu sama lain. seberapa banyak mereka menontonnya.
Secara keilmuan untuk menunjukan Berdasarkan banyaknnya waktu yang
bahwa televisi sebagai media yang dihabiskan untuk menonton, maka penonton
mempengaruhi pandangan kita terhadap televisi dikelompokkan dalam dua kategori
realitas sosial, para peneliti cultivation yakni light viewer (penonton ringan dalam arti
analysis bergantung kepada empat tahap menonton rata-rata dua jam perhari atau
proses: a) Message system analysis yang kurang dan hanya tayangan tertentu) dan
menganalisis isi program televise; b) heavy viewer (penonton berat), menonton
Formulation of question about viewers’ sosial rata-rata empat jam perhari atau lebih dan
realities yaitu pertanyaan yang berkaitan tidak hanya tayangan tertentu. Infante et.all,
dengan seputar realitas sosial penonton Building Communication Theory. (Grove, 2003:
televise; c) Survey the audience yaitu 65).
menanyakan kepada mereka seputar apa yang
mereka konsumsi dari media; dan d) PEMBAHASAN
Membandingkan realitas sosial antara Asumsi pertama menyatakan bahwa
penonton berat dan orang yang jarang televisi merupakan media yang unik. Keunikan
menonton televisi. tersebut ditandai oleh karakteristik televisi
Keempat tahap ini dapat yang bersifat: a) Pervasive (menyebar dan
disederhanakan menjadi dua jenis analisis: a) hampir dimiliki seluruh keluarga); b) Assesible
analisis isi (content analysis), yang (dapat diakses tanpa memerlukan
mengidentifikasikan atau menentukan tema- kemampuan literasi atau keahlian lain), dan c)
tema utama yang disajikan oleh televise; dan Coherent (mempersentasikan pesan dengan
b) Analisis khalayak (audience research), yang dasar yang sama tentang masyarakat
mencoba melihat pengaruh tema-tema melintasi program dan waktu).
tersebut pada penonton. Langkah utama

44
SIMBOLIKA, 4 (1): 42-51.

Semakin banyak seseorang televisi sebagai sumber informasi dan hiburan


menghabiskan waktu untuk menonton mereka. Karena keterpakuan pada satu media
televisi, semakin kuat kecenderungan orang ini, membuat keragaman dan alternatif
tersebut menyamakan realitas televisi dengan informasi yang mereka miliki menjadi
realitas sosial. Jadi menurut asumsi ini, dunia terbatas. Itulah sebabnya kemudian mereka
nyata (real world) di sekitar penonton membentuk gambaran tentang dunia dalam
dipersamakan dengan dunia rekaan yang pikirannya sebagaimana yang digambarkan
disajikan media tersebut (symbolic world). televisi. Sebaliknya kelompk light viewers
Dengan bahasa yang lebih sederhana dapat memiliki akses media yang lebih luas,
dikatakan bahwa penonton mempersepsi sehingga sumber informasi mereka menjadi
apapun yang disajikan televisi sebagai lebih variatif. Karena kenyataan ini, maka
kenyataan sebenarnya. Namun teori ini tidak pengaruh televisi tidak cukup kuat pada diri
menggeneralisasi pengaruh tersebut berlaku mereka.
untuk semua penonton, melainkan lebih Menurut teori ini, media massa
cenderung pada penonton dalam kategori khususnya televisi diyakini memiliki pengaruh
heavy viewer (penonton berat). yang besar atas sikap dan perilaku
Hasil pengamatan dan pengumpulan penontonnya (behavior effect). Pengaruh
data yang dilakukan oleh Gerbner dan kawan- tersebut tidak muncul seketika melainkan
kawan bahkan kemudian menyatakan bahwa bersifat kumulatif dan tidak langsung. Inilah
heavy viewer mempersepsi dunia ini sebagai yang membedakan teori ini dengan The
tempat yang lebih kejam dan menakutkan (the Hypodermic Needle Theory, atau sering juga
mean and scray world) ketimbang kenyataan disebut The Magic Bullet Theory, Agenda
sebenarnya. (McQuail, 2001: 465). Fenomena Setting Theory, Spiral Of Silence Theory. Lebih
inilah yang kemudian dikenal sebagai “the lanjut dapat dikemukakan bahwa pengaruh
mean world syndrome” (sindrom dunia kejam) yang muncul pada diri penonton merupakan
yang merupakan sebentuk keyakinan bahwa tahap lanjut setelah media itu terlebih dahulu
dunia sebuah tempat yang berbahaya, sebuah mengubah dan membentuk keyakinan-
tempat di mana sulit ditemukan orang yang keyakinan tertentu pada diri mereka melalui
dapat dipercaya, sebuah tempat di mana berbabagai acara yang ditayangkan. Satu hal
banyak orang di sekeliling kita yang dapat yang perlu dicermati adalah bahwa teori ini
membahayakan diri kita sendiri. Untuk itu lebih cenderung berbicara pengaruh televisi
orang harus berhati-hati menjaga diri. pada tingkat komunitas atau masyarakat
Pembedaan dan pembandingan antara heavy secara keseluruhan dan bukan pada tingkat
dan light viewer di sini dipengaruhi pula oleh individual. Secara implisit teori ini juga
latar belakang demografis di antara mereka. berpendapat bahwa pemirsa televisi bersifat
Penonton ringan (light viewers) heterogen dan terdiri dari individu-individu
cenderung menggunakan jenis media dan yang pasif yang tidak berinteraksi satu sama
sumber informasi yang lebih bervariasi (baik lain. Namun mereka memiliki pandangan yang
komunikasi bermedia maupun sumber sama terhadap realitas yang diciptakan media
personal), semantara penonton berat (heavy tersebut.
viewers) cenderung mengandalkan televisi Terpaan pesan televisi yang terus
sebagai sumber informasi mereka. Asumsi ini menerus menyebabkan pesan tersebut
menyatakan, kelompok penonton yang diterima khalayak sebagai pandangan
termasuk kategori berat, umumnya memiliki konsensus masyarakat. Asumsi keempat toeri
akses dan kepemilikan media yang lebih ini menyatakan bahwa terpaan televisi yang
terbatas. Karena itu mereka mengandalkan intens dengan frekuensi yang kerap dan terus

45
Junaidi, Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi

menerus membuat apa yang ada dalam media, malahan pada kanyataannya akan
pikiran penonton televisi sebangun dengan meneguhkan dan memperkuat.
apa yang disajikan televisi. Karena alasan ini Bukti utama asumsi cultivation analysis
kemudian mereka menganggap bahwa apapun berasal dari analisis isi pesan televisi Amerika
yang muncul di televisi sebagai gambaran secara sistematis. Analisis itu dilakukan
kehidupan sebenarnya, gambaran kehidupan selama beberapa tahun dan menunjukan
yang disepakati secara konsensual distorsi realitas yang konsisten dalam
masyarakat. Dalam konteks ini berarti, bila hubungannya dengan keluarga, pekerjaan dan
penonton melihat orang sumpah pocong di peran, usia lanjut, mati dan kematian,
televisi, atau melihat adegan ciuman di antara pendidikan, kekerasan dan kejahatan. Isu ini
dua orang yang masih pacaran dalam sebuah memberikan pelajaran tentang hal-hal yang
sinetron maka penonton tersebut menganggap diharapkan dari kehidupan bukanlah pesan
hal itu sesuatu hal yang lumrah saja yang yang membesarkan hati, khususnya bagi si
menganggap kehidupan nyata di miskin, kaum wanita dan minoritas rasial
lingkungannya. (McQuail, 2001: 254). Jadi, meskipun televisi
Televisi membentuk mainstreaming dan bukanlah satu-satunya sarana yang
resonance, adalah asumsi kelima yang membentuk pandangan kita tentang dunia,
menegaskan bahwa televisi membentuk televisi merupakan salah satu media yang
mainstreaming dan resonace. Gerbner dan paling ampuh, terutama bila kontak dengan
kawan-kawan memperkenalkan faktor-faktor televisi yang sangat sering dan berlangsung
mainstreaming dan resonance. Mainstreaming dalam waktu lama (Ardianto dkk, 2004: 65).
diartikan sebagai kemampuan memantapkan Teori kultivasi sering digunakan untuk
dan menyeragamkan berbagai pandangan di menganalisis berbagai bentuk praktik
masyarakat tentang dunia di sekitar mereka komunikasi, terutama komunikasi massa
(TV stabilize and homogenize views within a khususnya televisi. adapun yang kita kita
society). Dalam proses ini televisi pertama kali kenal dengan istilah cultivation analysis. Studi
akan mengaburkan (bluring), kemudian yang dilakukan oleh Nancy Signorielli (John,
membaurkan (blending) dan melenturkan 2005: 289). Ia melaporkan tentang sindrom
(bending) perbedaan realitas yang beragam dunia kejam. Pada aksi kekerasan di program
menjadi pandangan mainstream tersebut. televisi bagi anak, lebih dari 2000 program
Sedangkan resonance mengimplikasikan termasuk 6000 karakter utama selama prime
pengaruh pesan media dalam persepsi realita time dan akhir pekan (weekend) dari tahun
dikuatkan ketika apa yang dilihat orang di 1967-1985, menganalisis dengan hasil yang
televisi adalah apa yang mereka lihat dalam menarik, 70% prime time dan 94% akhir
kehidupan nyata. pekan (weekend) termasuk aksi kekerasan.
Perkembangan teknologi baru Analisis ini membuktikan bahwa heavy
memperkuat pengaruh televise, adalah asumsi viewers memandang dunia muram dan kejam
terakhir yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan orang yang jarang
perkembangan teknologi baru memperkuat menonton televisi. Tidak salah jika kemudian
pengaruh televisi. Asumsi ini diajukan Gerbner Gerbner dan kawan-kawan melaporkan
pada tahun 1990 setelah menyaksikan bahwa heavy viewers melihat dunia lebih
perkembangan teknologi komunikasi yang kejam dan menakutkan seperti yang
luar biasa. Asumsi ini mengandung keyakinan ditampilkan televisi dari pada orang-orang
bahwa teknologi pendukung tidak akan yang jarang menonton.
mengurangi dampak televisi sebagai sebuah Penelitian yang dilakukan oleh Dadi
Ahmadi dan Nova Yohana pada tahun 2005

46
SIMBOLIKA, 4 (1): 42-51.

dengan judul “Kekerasan di Televisi; the Academic Performance of Childre” pada


Perspektif Kultivasi”. Dalam Penelitiannya ini, tahun 2012. Hasil kesimpulan penelitian
mereka menggunakan Teori Kultivasi sebagai tersebut menyebutkan bahwa Penelitian
landasan/acuan berpikirnya. Hasil penelitian yang dilakukan, memberikan bukti bahwa
mereka menyebutkan bahwa tayangan menonton televisi memiliki dampak yang
kriminalitas sudah menjadi menu harian negatif terhadap kinerja anak di sekolah,
Televisi. Tak Kurang dari 8 program televisi meskipun kita tidak bisa mengabaikan
yang bertema kriminalitas dalam bentuk kemungkinan instrument yang lemah.
berita, adalagi dalam bentuk sinetron dan Penelitian yang dilakukan oleh Darius dengan
ditambah lagi tayangan kekerasan dalam judul “Changes in Diet and Lifestyle and Long-
bentuk iklan produk. Semua tayangan tersebut Term Weight Gain in Women and Men” pada
pada akhirnya dapat membangun pemikiran tahun 2011. Adapun hasil penelitian tersebut
penonton televisi beranggapan bahwa dunia adalah perubahan gaya hidup masyarakat
ini kejam dan penuh kekerasan. (Ahmadi dan dapat berubah karena menyaksikan televisi
Nova, 2005: 91) dengan nilai P<0.001
Penelitian yang dilakukan oleh Ivan Ibnu Penelitian yang dilakuan oleh Mirra
Salam pada tahun 2012 dengan judul Noor Milla dengan judul “Pengaruh Terpaan
“Hubungan Antara Terpaan Drama Korea di Kekerasan Media Audio-Visual Pada Kognisi
Televisi dengan Gaya Hidup Penonton”. Agresif dan Afeksi Agresif Studi Meta Analisis.
Penelitian ini menggunakan teori kultivasi. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009
Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 117 dengan hasil terdapat hubungan antara
responden yang diteliti, sebanyak 90 terpaan kekerasan di media audio-visual
terpengaruh gaya hidupnya dengan drama dengan kognisi dan afeksi agresif. (Milla,
Korea yang mereka tonton. Artinya, ada 2009: 68).
hubungan antara gaya hidup dengan drama Penelitian yang dilakukan oleh Devina
Korea yang mereka tonton. Adapun responden Hermanto dengan judul “Pengaruh Tayangan
yang terpengaruh adalah mereka yang Variety show Running Man di SBS terhadap
menonton tayangan Drama Korea selama 3 perubahan perilaku (Studi pada anggota
jam dalam sehari (Salam, 2012: 1). group fans Running Man Indonesia di Twitter).
Penelitian yang dilakukan oleh Yudhi Penelitian ini dilakukan pada tahun dengan
Primadiansyah dengan judul “Pengaruh hasil Dapat diketahui bahwa tayangan
televisi Terhadap Perilaku Kekerasan” variety show Running Man mempunyai 61,9%
Penelitian ini menggunakan terori Kultivasi pengaruh terhadap perubahan perilaku dan
sebagai acuan dalam penelitiannya. Dalam 38,1% dipengaruhi oleh tabel lain. Pengaruh
karya nya dibahas tentang tayangan OVJ waktu, pemain, lokasi, permainan merupakan
(Opera Van Java) yang di dalamnya banyak salah satu penyebab perubahan perilaku fans
adegan kekerasan, misalnya mendorong Running Man di Indonesia. (Hermanto, 2011:
pemain lain ke dinding atau assesoris lain 71).
yang terbuat dari bahan-bahan lunak, Penelitian yang dilakukan oleh
sehingga bahan tersebut hancur dalam rangka Alexander DA dengan judul “Pengaruh
untuk mengundang gelaktawa dari penonton. tayangan “Mujizat Itu Nyata” di RCTI terhadap
Menurut Peneliti, tayangan seperti ini ternyata Minat Beribadah Umat Kristiani (Studi Kasus
bisa membentuk perilaku keras dari para pada Jemaat GBI Brilianti). Hasil penelitian ini
penontonnya. (Pramadiansyah, 2014: 22). adalah Nilai ini menunjukan bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh Wataru pengaruh variabel X terhadap variabel Y
dengan judul “Does Viewing Television Affect adalah sebesar 34,3% dan besarnya variabel

47
Junaidi, Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi

lain yang mempengaruhi varibel X di luar kriminalitas properti tanpa kekerasan


kasus ini adalah sebesar 65,7 %. (Alexander, sebesar 21,8% untuk yang religi dan 30,5%
2010: 59). Penelitian yang dilakukan oleh untuk non religius.
Rima Oktaviani pada tahun 2011 dengan judul Penelitian yang dilakukan oleh Hanim
“Hubungan Tayangan Reality Show “Be A Man padatahun 2009 dengan judul “Pengaruh
di Global TV dengan Perilaku Asertif Terpaan Berita Kejahatan di Televisi
Transgender”. Adapun hasil penelitian Terhadap Sikap Waspda dan Cemas Pada Ibu
menyebutkan Meskipun hubungan antara Rumah Tangga”. Hasil penelitian
terpaan tayangan reality show “Be A Man” di menyebutkan bahwa berita kejahatan yang
Global TV terhadap perilaku asertif ditayangkan oleh SCTV dan ANTV
transgender lemah, tapi mereka tetap berpengaruh terhadap pembentukan realitas
menonton tayangan tersebut. Perilaku asertif sosial (Waspada dan Cemas) pada ibu-ibu
mereka yang tinggi tidak memiliki korelasi rumah tangga. (Hamim, 2009: 37).
yang kuat dengan terpaan tayangan, artinya Penelitian yang dilakukan oleh Kasriani
ada kemungkinan perilaku asertif mereka pada tahun 2014 dengan Judul “Dampak
dipengaruhi variabel lainnya. (Oktaviani, Tayangan Show Imah di Trans TV pada gaya
2011: 61). Bicara Remaja di Desa Santan Ilir Kecamatan
Penelitian yang dilakukan oleh Maria Marangkayu”. Adapun Hasil Peneltiian
Frili dari Universitas Binus pada tahun 2015 menyebutkan bahwa: Pertama, “Dampak
dengan judul “Pengaruh Tayangan ILOOk di menonton tayangan talk show Show imah
NET TV Terhadap MinatKreatifitasPenonton pada perilaku dalam gaya bicara remaja
(Studi Pada Folloewrs Twitter”. Hasil yaitu berdampak negatif, seperti adanya
penelitian menyebutkan bahwa Berdasarkan perilaku meniru adegan-adegan yang terkesan
perhitungan, 48% responden perempuan tidak sopan dalam hal gaya bicara yang
sebanyak 44 orang, dan 5 orang yang ditampilkan dalam talk show Show imah yang
terpengaruh oleh tayangan “iLook” terhadap meliputi aksi peniruan dalam hal gaya bicara,
minat kreatifitas mereka. Mereka merasa hal kata-kata (verbal) serta perilaku dalam
tayangan “iLook” mendorong mereka untuk gaya bicara itu juga dipengaruhi dua faktor
meningkatkan kreatifitas mereka dengan yaitu faktor personal yang terdiri dari :
mencoba hal baru”. (Frili, 2015: 59). faktor biologis, motif sosiogenis, sikap, dan
Penelitian yang diakukan oleh Amir kebiasaan. Faktor situasional terdiri dari:
Hetsroni dan Hila Lowenstein, dengan judul Suasana Perilaku (Behavioural setting) dan
“Religiosity, Repression and Cultivation: Tekonologi Komunikasi.
Different Pattern of TV Viewing Effect on Crime Kedua, Melalui beberapa uji teori
Prevalence Estimates and Personal komunikasi massa yang penulis gunakan
Victimization Likelihood Assessment”, Adapun dalam penelitian ini yaitu teori pembelajaran
hasil penelitian menyebutkan Resiko social, teori perilaku dan teori kultivasi yang
personal untuk perampokan dengan telah teruji bahwa media massa dapat
kekerasan 13,6% untuk yang relogius dan memberikan efek atau dampak yang kuat dan
22,3% untuk non religius. Resiko personal memberikan efek secara langsung kepada
untuk kriminalitas properti tanpa kekerasan khalayaknya melalui tayangan-tayangan yang
sebesar 19,3% untuk yang religi dan 28,6% disuguhkan apalagi mengingat bahwa
untuk non religius. Perkiraan kelaziman tayangan tersebut memiliki jam tayang
untuk perampokan dengan kekerasan setiap hari yang akan secara bebas
sebesar 16,3% untuk yang religius dan 24,2% memberikan efek secara langsung bagi
non religius. Perkiraan kelaziman untuk

48
SIMBOLIKA, 4 (1): 42-51.

responden yang menontonnya secara terus yang berbeda akan memberikan kontribusi
menerus baik efek negatif maupun efek positif. yang berbeda dalam membentuk realitas.
Ketiga, Aspek peniruan yang dilakukan Maka letak kelemahan teori kultivasi adalah
oleh remaja juga terdapat perbedaan jawaban teori ini menganggap setiap tayangan televisi
dari informan, ada yang melakukan peniruan adalah homogen. Dalam kenyataannya ada
dan mempraktekkan gaya bicara itu karena banyak hal yang harus diperhatikan. Misalnya
memang suka dengan acara Show imah saja para heavy viewers seharusnya lebih
tersebut, untuk mencari identitas diri melalui memperhatikan penampilannya. Hal ini
gaya atau style penggunaan bahasa tapi ada disebabkan biasanya aktor dan aktris di
juga yang mempraktekkan gaya bicara dari televisi kelihatan muda, langsing dan menarik.
tayangan Show imah tersebut karena Tetapi kenyataannya para heavy viewers ini
mengikuti gaya dan trend masa kini yang lagi sama sekali tidak menaruh perhatian pada
fenomenal di kalangan masyarakat, dalam hal kesehatan dan berat badan. 4) Hubungan
kata-kata (verbal), keseluruhan remaja yang tayangan kekerasan di televisi dan rasa takut
menjadi informan cenderung ikut meniru dan dapat dijelaskan melalui hubungan
mempraktekkan kata-kata yang ada dalam bertetangga dimana khalayak tinggal. Mereka
talk show tersebut kedalam kehidupan mereka yang tinggal di daerah yang tingkat
sehari-hari, misalnya seperti saling kriminalitasnya tinggi cenderung untuk tetap
mengucapkan kata-kata masalah buat loe, loe tinggal di rumah dan meyakini bahwa ada
dan gue dengan tingkah yang konyol kepada kemungkinan besar dirinya akan diserang
sesama teman dan keluarga. dibanding dengan mereka yang tinggal di
Keempat, Perilaku gaya bicara remaja daerah yang tingkat kriminalitasnya rendah.
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor 5) Teori kultivasi tidak memperhatikan
personal yang terdiri dari: faktor biologis, pentingnya dinamika sosial dari penggunaan
motif sosiogenis, sikap, dan kebiasaan. Faktor televisi. Faktor-faktor seperti tingkat
situasional terdiri dari: Suasana Perilaku perkembangan, pengalaman, pengetahuan
(Behavioural setting) dan Tekonologi umum, gender, etnis, sikap keluarga dan latar
Komunikasi (Kasriani, 2014: 231-244). belakang sosial ekonomi, memberikan
Meskipun teori kultivasi yang kontribusi dalam menanggapi tayangan di
diperkenalkan oleh George Gerbner ini sudah televisi. Misalnya saja, kelompok dengan
tepat diterapkan pada analisis yang berkaitan status sosial ekonomi yang rendah cenderung
dengan tayangan menonton televisi sebagai satu – satunya
televisi, akan tetapi ada beberapa kelemahan sumber informasi bila dibandingkan dengan
dan kritik terhadap teori ini, antara lain: 1) kelompok lain.
Korelasi antar terpaan televisi dan
kepercayaan khalayak membuktikan SIMPULAN
hubungan sebab akibat. Tayangan di televisi Teori Kultivasi lahir dalam situasi ketika
membentuk sebuha realitas sosial yang terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan
dibangun dengan cara teetentu, akan tetapi komunikasi yang meyakini efek sangat kuat
realitas sosial ini bisa jadi mempengaruhi media massa (powerfull effects model) dengan
prilaku. 2) Perilaku khalayak dan apa yang kelompok yang mempercayai keterbatasan
dilihat khalayak pasti banyak dipengaruhi oleh efek media (limited effects model), dan juga
latar belakang sosial budaya. Sikap kita tidak perdebatan antara kelompok yang
hanya dipengaruhi oleh televisi saja, tetapi menganggap efek media massa bersifat
juga oleh media lain, pengalaman langsung langsung dengan kelompok efek media massa
orang lain, dan lain-lain. 3) Program televisi bersifat tidak langsung atau kumulatif. Teori

49
Junaidi, Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi

kultivasi muncul untuk meneguhkan Ardianto, E., dan Lukiati K,E, (2004), Komunikasi
keyakinan orang, bahwa efek media massa Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
lebih besifat kumulatif dan lebih berdampak
Devito, J.A., (1997), Komunikasi Antarmanusia
pada tataran sosial-budaya ketimbang Kuliah Dasar”, Jakarta: Professional Books.
individual. Ada 6 asumsi dasar teori ini, yaitu: Dominick, J.R., (1990), The Dynamick of Mass
Televisi merupakan media yang unik; Semakin Communication, New York: Random
banyak seseorang menghabiskan waktu untuk House.
Frili, M., (2015), Pengaruh Tayangan ILOOk di
menonton televisi, semakin kuat NET TV Terhadap Minat Kreatifitas
kecenderungan orang tersebut menyamakan Penonton; Studi Pada Folloewrs Twitter.
realitas televisi dengan realitas sosial; Tesis, Universitas Bina Nusantara.
Penonton ringan (light viewers) cenderung Griffin, E.A., (2004), A First Look At
Communication Theory, New York:
menggunakan jenis media dan sumber
McGraw-Hill.
informasi yang lebih bervariasi (baik Hamim, (2009), Pengaruh Terpaan Berita
komunikasi bermedia maupun sumber Kejahatan di Televisi Terhadap Sikap
personal), semantara penonton berat (heavy Waspada dan Cemas Pada Ibu Rumah
viewers) cenderung mengandalkan televisi Tangga,” dalam Jurnal Ilmu Komunikasi
Volume 1 Nomor 1: 54.
sebagai sumber informasi mereka; Terpaan
Hermanto, D., (2011), Pengaruh Tayangan Variety
pesan televisi yang terus menerus show Running Man di SBS terhadap
menyebabkan pesan tersebut diterima perubahan perilaku; Studi pada anggota
khalayak sebagai pandangan konsensus group fans Running Man Indonesia di
masyarakat; Televisi membentuk Twitter”, Skripsi, Jakarta: Uiversitas Bina
Nusantara.
mainstreaming dan resonance. Dan Infante, D.A., Andrew S., Rancer & Deanna F.W.,
Perkembangan teknologi baru memperkuat (2003), Building Communication Theory,
pengaruh televisi. Teori kultivasi ini banyak Long Grove: Waveland Press.
dipakai dalam penelitian oleh para peneliti Kasriani, (2014) “Dampak Tayangan Show Imah Di
Trans TV Pada Gaya Bicara Remaja Di Desa
yang ingin mengetahui dampak dari Televisi
Santan Ilir Kecamatan Marangkayu”, Jurnal
yang merupakan bentuk media massa. Ilmu Komunikasi. Samarinda: FISIP
Walaupun secara umum tayangan televisi Universitas Mulawarman.
mampu mempengaruhi perilaku penonton Littlejohn, S.W., (2005), Theories of Human
sebagaimana yang disampaikan oleh teori ini, Communication, Eighth Edition. Belmont:
Wadsworth Publishing Company.
namun semua itu juga dipengaruhi oleh
Mc Quail, D., (1987), Teori Komunikasi Massa,
banyak faktor. Oleh sebab itu faktor-faktor Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga.
lain itu perlu menjadi pertimbangan dalam McQuail’s, D., (2001), Mass Communication
membuat sebuah pernyataan bahwa perilaku Theory, London. 4th edition: SAGE
khalayak tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh Publications, Inc.
Milla, M.N., (2009), Pengaruh Terpaan Kekerasan
tayangan yang ia tonton. Media Audio-Visual Pada Kognisi Agresif
dan Afeksi Agresif Studi Meta Analisis,
DAFTAR PUSTAKA Skripsi Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
Ahmadi, D., dan Nova Y, (2005), Kekerasan di Nurudin. (2004), Komunikasi Massa, Malang:
Televisi; Perspektif Kultivas, Jurnal Cespur.
Penelitian. Jakarta: Dirjen Dikti. Oktaviani, R., (2011), “Hubungan Tayangan Reality
Alexander DA, (2010), Pengaruh tayangan Show Be A Man di Global TV dengan
“Mujizat Itu Nyata” di RCTI terhadap minar Perilaku Asertif Transgender”, Tesis,
beribadah umat Kristiani; Studi kasus pada Universitas Bina Nusantara.
jemaat GBI Briliant, Skripsi, Jakarta: Pramadiansyah, Y., (2014), Pengaruh Televisi
Universitas Bina Nusantara. Terhadap Pembentukan Perilaku
Kekerasan, Kumpulan Hasil Penelitian Tesis
Jakarta: Uiniversitas Indonesia.

50
SIMBOLIKA, 4 (1): 42-51.

Salam, I.I., (2012), Hubungan Antara Terpaan Severin, W.J., and James W.T., (2001),
Drama Korea di Televisi dengan Gaya Communication Theories; Origin, Methods,
Hidup Penonto, Jurnal Mahasiswa, Volume and Uses in the Mass Media”, Fifth Edition.
1, Nomor 1, Bandung: Universitas University of Texas at Austin: Addison
Padjadjaran. Wesley Longman Inc.
Wood, J.T., (2000), Communication Theories in
Action”, California: Belmont.

51

Anda mungkin juga menyukai