dan Batubara membawa konsekuensi adanya nuansa baru, paradigma baru dalam
penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan di republik ini, dimana sudah secara tegas
dijelaskan tentang kewenangan masing-masing level pemerintahan dalam mengelola
pertambangan, serta dalam pengelolaan dan pemanfaatannya dikenal dengan istilah Wilayah
Pertambangan (WP). Secara lebih sederhana dapat diartikan bahwa potensi pertambangan yang
ada di suatu ruang di suatu daerah agar dapat dieksplorasi dan dieksploitasi maka terlebih dahulu
ruang tersebut harus ditetapkan sebagai WP. Untuk dapat menetapkan suatu ruang sebagai WP
maka diperlukan data-data potensi pertambangan yang ada di dalam ruang tersebut.
Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki potensi sumber daya
alam pertambangan yang cukup potensial. Sebagian besar potensi tersebut terdapat di wilayah
Banten bagian selatan, yang salah satu diantara potensi sumber daya alam pertambangan yang
dimiliki adalah batu gamping atau yang dalam istilah geologi sering dikenal dengan
namalimestone.
Batu gamping adalah salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh sektor industri
ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan, bahan
penstabil jalan raya, pengapuran untuk pertanian, bahan keramik, industri kaca, industri semen,
pembuatan karbit, untuk peleburan dan pemurnian baja, untuk bahan pemutih dalam industri
kertas pulp dan karet, untuk proses pengendapan bijih logam dan industri gula.
Berdasarkan peta geologi, wilayah Kabupaten Lebak memiliki sebaran bahan galian batu
gamping yang terdapat di berbagai formasi batuan. Potensi tersebut sampai saat ini belum
dimanfaatkan secara maksimal disebabkan belum tersedianya informasi yang dapat
ditindaklanjuti oleh investor untuk melakukan investasi.
Informasi sebaran batu gamping yang dibutuhkan oleh para pengguna, yaitu berkaitan dengan
sebaran karst yang memiliki nilai keanekaragaman hayati dan non hayati serta mempunyai nilai-
nilai ilmiah, ekonomi dan kemanusiaan, merupakan suatu kekayaan sumberdaya yang perlu
ditata sejak awal. Nilai keanekaragaman hayati dan nirhayati yang dimilikinya merupakan sisi
penting yang mewakili keanekaragaman bumi (Geodiversity). Nilai-nilai tersebut terangkum
dalam aspek dasar yang dimiliki kawasan karst, yang cenderung bersifat strategis (Sudarsono,
2001).
Berdasarkan hasil analisa geologi lingkungan terhadap hasil inventarisasi batu gamping yang ada
di Kabupaten Lebak oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten, maka batu gamping
yang memiliki prospek untuk kegiatan penambangan, antara lain : sebaran batu gamping Pasir
Curi (Bayah Timur), sebaran batu gamping Guhawayang, dan sebaran batu gamping
Bojongmanik. Adapun penyebaran dan deskripsi lapangan keprospekan batu gamping dijelaskan
sebagai berikut:
> Morfologi
Morfologi yang ditempati batu gamping di daerah ini merupakan perbukitan yang memanjang
dengan ketinggian bergelombang antara 35 – 150 m di atas permukaan laut dan vegetasi yang
menempatinya umumnya alang-alang diperbukitan dan kebun campuran di lembah-lembah
tempat keluarnya mata air. Fenomena eksokarst tidak menunjukkan keunikan bentang alam
karena proses karstifikasi pada fenomena endokarst ini tidak berlanjut sehingga hanya terbentuk
cerukan-cerukan kecil, sempit, dan dangkal, tidak menunjukan bentukan gua karst yang baik.
Secara megaskopis batu gamping memperlihatkan warna keabu-abuan, bersifat padu, banyak
mengandung fosil moluska dan foraminifera, dalam keadaan lapuk berwarna kuning kecoklatan.
Sedangkan secara mikroskopis atas contoh batuan yang tersayat, mineralogy batuan ini terdiri
atas mineral karbonat yang sudah mengalami pengotoran berwarna putih kusam, masa dasar
lumpur karbonat, fosil algae, ganggang, adanya lubang-lubang yang telah terisi oleh mineral
lempung, sehingga menurut klasifikasi Dunham (1962) batu gamping Pasir Curi-Guhawayang
memiliki jenis wack stone.
Foto singkapan batu gamping Pasir Curi, Kecamatan Bayah, berwarna keabu -
abuan bersifat padu, banyak mengandung fosil moluska dan foraminifera, termasuk
Formasi Citarate. Tanah penutup relative tipis (> 1 meter), dalam keadaan lapuk
berwarna kuning kecoklatan
Batu gamping ini mempunyai penyebaran barat-timur dan telah mengalami perlipatan serta
pensesaran yang cukup komplek. Oleh karena itu batas sebaran pada umumnya dikontrol oleh
struktur geologi yang berkembang.
Foto Rombakan batu gamping yang banyak tersingkap di pinggir jalan antara Sawarna –
Cilograng, termasuk Formasi Citarate
Secara megaskopis batu gamping berwarna kuning kecoklatan (keruh) sampai segar putih keabu
abuan, mengandung fosil koral sebagai fragmen, keras dan kompak, besar butir halus sampai
sedang, porositas sedang, kompak dengan campuran bersifat pasiran. Sedangkan secara
mikroskopis atas contoh batuan yang tersayat, mineralogi batuan ini terdiri atas mineral karbonat
yang sudah mengalami pengotoran berwarna putih kusam, masa dasar lumpur karbonat, fosil
algae, ganggang, adanya lubang-lubang yang telah terisi oleh mineral lempung, maka
berdasarkan klasifikasi Dunham (1962) termasuk batu gamping jenis wack stone.
Hasil Analisa Kimia Contoh Batu Gamping dari wilayah Cilograng Kabupaten Lebak
> Morfologi
Morfologi batu gamping Bojongmanik memperlihatkan perbukitan yang terjal yang hanya
memperlihatkan tonjolan-tonjolan kecil batu gamping yang tidak memperlihatkan fenomena
eksokarst yang memiliki keunikan bentang alam. Demikian pula fenomena endokarst kurang
berkembang dan tidak berlanjut, dicirikan dengan tidak terbentuknya gua-gua berair, dangkal,
kecil dan sempit, lebih umum dikatakan cerukan-cerukan batu gamping.
> Sifat Fisik
Secara megaskopis merupakan batu gamping terumbu yang tersingkap dalam keadaan segar,
berwarna abu-abu muda sampai putih kotor, mengandung alge dan kandungan koral, setempat-
setempat di jumpai adanya sisipan napal tipis berwarna abu-abu, kompak, pejal dan padu.
Singkapan Batu gamping Bojongmanik yang termasuk Formasi Badui, merupakan batu
gamping terumbu berwarna abu-abu muda sampai putih kotor, bersifat keras. Kristalin,
terdapat retakan-retakan. Dalam keadaan melapuk berwarna putih kecoklatan
Sementara itu secara mikroskopis mempunyai tekstur klastik dengan komposisi ganggang, fosil
sebanyak 50% dan mineral karbonat 40% yang tampak saling menyangga dengan ukuran butir
mencapai 3,20 mm. Dengan demikian kualitas batu Gamping di wilayah Bojongmanik yang
memiliki kadar CaO antara 52 – 53% dan MgO kurang dari 1%, maka berdasarkan klasifikasi
Dunham (1962) termasuk jenis batu gamping pack stone.
Hasil Analisa Kimia Contoh Batu Gamping di Wilayah Bojongmanik Kabupaten Lebak
Hasil Analisa Kimia Contoh Batu Gamping di Wilayah Bojongmanik Kabupaten Lebak