Anda di halaman 1dari 17

Sistem Saluran Perafasan dan Mekanisme Pernafasan

Lidya Marlien K

102012080

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Lidya.poetri@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Setiap manusia pasti perlu bernapas untuk memperoleh oksigen yang berguna bagi
tubuhnya dan membuang karbon dioksida yang dihasilkan dari dalam tubuhnya. Sistem
pernapasan melibatkan rongga hidung, nasofaring, orofaring dan bagian atas laryngofaring,
laring, trachea, bronkus, bronkiolus, paru, dan alveolus. Respirasi (pernapasan) melibatkan
keseluruhan proses yang menyebabkan pergerakan pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk
menunjang metabolisme sel, serta pergerakan pasif CO2 selanjutnya yang merupakan produk
sisa metabolisme dari jaringan ke atmosfer. Sistem pernapasan turut berperan dalam
homeostasis dengan mempertukarkan O2 dan CO2 antar atmosfer dan darah. Darah
mengangkut O2 dan CO2 antara sistem pernapasan dan jaringan. Oleh sebab itu makalah ini
dibuat untuk membahas struktur organ yang terkait dan mekanisme pernafasan tersebut.

Mikroskopis Alat Pernapasan

Didalam suatu mekanisme respirasi atau bernafas setiap manusia menarik nafas dan
memasukan udara. Udara yang masuk tentunya tidak langsung mencapai kedaerah tujuan
utamanya melainkan melalui beberapa tempat. Beberapa tempat yang dilalui oleh udara
tersebut adalah sebagai berikut:

Hidung / Nasal

Hidung berfungsi sebagai saluran udara pernafasan, sebagai saringan hidung yang
menyaring partikel-partikel debu kasar dan halus. Selain itu, di hidung terdapat “swollen
bodies” yang menghangatkan udara pernafasan dan melembapkan udara pernafasan. Hidung
juga merupakan alat pembau.1

1
Hidung merupakan organ berongga yang terdiri dari tulang, tulang rawan hialin, otot
bercorak, dan jaringan ikat. Kulit luar hidung terdiri daripada epitel berlapis gepeng dengan
lapisan tanduk, tedapat rambut-rambut halus dan kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.1

Rongga hidung/kavum nasi dipisahkan oleh septum nasi. Lubang hidung depan
disebut nares anterior dan lubang hidung belakang disebut nares posterior. Nares posterior
berhubungan dngan nasofaring melalui koana. Kavum nasi terbagi kepada 2 yaitu Vestibula
nasi yang terletak di daerah lebar dibelakang nares anterior dan region respirasi yang terletak
di daerah belakang vestibulum nasi. 1

a) Vestibulum Nasi

Vestibulum nasi terdiri daripada epitel berlapis gepeng, dan terdapat vibrissae yiaitu
rambut-rambut kasar yang berfungsi menyaring udara pernafasan. Terdapat kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat di vestibulum nasi. 1

b) Dinding lateral

Pada dinding lateral terdapat 3 tonjolan tulang disebut konka, yaitu konka nasalis
superior, konka nasalis media dan konka nasalis inferior. Konka nasalis superior terdiri
daripada epitel khusus, dimana konka nasalis media dan konka nasalis inferior dilapisi epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet. Epitel yang melapisi konka nasalis inferior terdapat
banyak plexus venosus yang disebut swell bodies yang berperan untuk menghangatkan udara
yang melalui hidung. Bila alergi berlaku akan terjadi pembengkakan swell bodies yang
abnormal pada konka nasalis media dan konka nasalis inferior, sehingga aliran udara yang
masuk sangat terganggu. Dibawah konka nasalis inferior terdapat plexus venosus berdinding
tipis , sehingga mudah terjadi perdarahan. 1

c) Regio Respiratorius

Pada region respiratoius terdapat epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Pada
lamina propria terdapat glandula nasalis yang merupakan kelenjar campur. Sekret kelenjar
disini menjaga kelembapan kavum nasi dan menangkap partikel-partikel debu yang halus
dalam udara inspirasi. Terdapat noduli limfatisi pada lamina propria di region respiratorius.
Lamina propria ini menjadi satu dengan periosteum/perikondrium (dinding konka nasalis)
oleh kerana itu membrane mukosa di hidung sering disebut

2
mukoperiosteum/mukoperikondium/membrane Schneider. Selain itu di regio respiratorius
terdapat serat kolagen, serat elastin,limfosit, sel plasma dan sel makrofag. 1

d) Epitel bertingkat torak


-Silia berperan mendorong lender ke arah belakang yaitu nasofaring kemudian tertelan
atau dibatukkan.
-Nn. II
-Kelenjar campur
-Tulang rawan

e) Epitel olfaktoria

Reseptor bagi sensasi mencium terdapat di dalam epitel olfaktoria, daerah khusus
pada mukosa hidung (tunika mukosa) yang terdapat di atap rongga hidung dan meluas ke
bawah sampai pada kedua sisi septum dan sedikit ke atas konka nasalis superior. Daerah
khusus pada epitel ini tidak rata dan mencakup luas sekitar 500mm2.1

Epitel olfaktorius adalah epitel bertingkat tinggi dengan tebal sekitar 60µm dan terdiri dari 4
macam sel:

a. Sel olfaktorius
b. Sel sustentakular/ sel penyokong
c. Sel basal
d. Sel sikat

Sinus

Sinus paranasalis adalah rongga dalam tengkorak yang berhubungan dengan kavum
nasi. Yang termasuk sinus paranasalis adalah: sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus
sphenoidalis, dan sinus ethmoidalis. Bagian ini dilapisi oleh epitel bertingkat torak bersilia
bersel goblet. Lamina propria lebih tipis dari kavum nasi dan tak dapat ditetapkan sebagai
lapisan terpisah dari periosteum tulang-tulang tempatnya melekat dengan erat. Mukosa sinus
relatif tipis dan mengandung lebih sedikit kalenjar mukosa yang lebih kecil berbanding di
hidung. Kalenjar-kalenjar di sini memproduksi mukos yang akan dialirkan ke kavum nasi
oleh gerakan-gerakan silianya. Silianya melecut searah bergesernya lapisan mukus yaitu ke
rongga hidung. Sinus-sinus paranasalis sering merupakan tempat timbulnya radang, yaitu
sinusitus dan kadang-kadang memerlukan tindakan pembilasan secara bedah. 1

3
Faring

Faring adalah ruangan di belakang kavum nasi, yang menghubungkan traktus digestivus
dan traktus respiratorius. Ada 3 bagian yaitu: nasofarings, orofarings, laringofaring.

a) Nasofarings

Nasofarings dilapisi epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet. Terdapat jaringan
limfoid pada bagian posterior yang membentuk tonsila faringea. Pada lapisan lamina
proprianya pula terdapat kalenjar campur. Terdapat muara dari saluran yang menghubungkan
rongga hidung dan telinga tengah disebut osteum faringeum tuba auditiva. Di sekelilingnya
juga terdapat banyak kelompok jaringan limfoid yang dikenal sebagai tonsila tuba.1

b) Orofarings

Orofarings terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah dan
dilapisi oleh epitel sel berlapis gepeng. Orofaring berlanjut ke bagian atas dan menjadi epitel
mulut sedangkan yang berlanjut ke bawah akan ke epitel oesofagus. Di sini terdapat tonsila
palatina yang sering mengalami peradangan yang disebut tonsilitis.1

c) Laringofarings

Terletak di belakang farings. Dilapisi oleh epitel yang berbagai jenis namun sebagian
besarnya adalah epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. 1

Larings

Laring adalah organ berongga yang terletak antara faring dan trakea. Larings dilapisi
oleh epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet kecuali ujung plika vokalis berlapis
gepeng. Dindingnya dibentuk oleh tulang rawan hialin dan elastin, jaringan ikat, muskulus
vokalis (otot skelet), dan juga terdapat kalenjar campur. Fungsi laring adalah untuk
membentuk suara(fonasi), dan menutup trakea sewaktu menelan untuk mencegah masuknya
makanan dan liur ke dalam saluran napas dan paru. Selain itu, ia juga mencegah benda asing
memasuki jalan napas dengan adanya refleks batuk. Kontraksi otot skelet menyebabkan
perubahan bentuk dan perubahan celah pita suara. Ukuran celah dan tingkat ketegangan otot
inilah yang menentukan nada suara yang dilalui laring. 1

4
Epiglottis

Mempunyai 2 permukaan yaitu lingual dan laringeal. Permukaan lingual dilapisi oleh
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Permukaan ini menghadap ke lidah dan
merupakan bagian anterior yang paling sering berkontak dengan akar lidah sewaktu menelan.
Permukaan laringeal pula dilapisi oleh epitel bertingkat torak bersel goblet. Parmukaan ini
menghadap ke laring dan merupakan bagian posterior yang sering berkontak dengan
makanan. Dalam lamina propria kedua kalenjar ini terdapat alenjar campur tapi lebih banyak
pada permukaan laringeal. Permukaan lingual pula mempunyai jaringan limfoid. Kerangka
epiglotis yaitu tulang rawan elastis Epiglottis pars laryngeal terdapat di tengah organ ini. 1

Trakea

Mukosa trakea dilapisi epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet. Tulang rawan
yang menjadi rangka adalah tulang rawan hialin berbentuk huruf C. Bagian trakea yang
mengandung tulang rawan ini disebut pars kartilaginea. Celah pada huruf C ini ditutup oleh
jaringan ikat dengan kerangka jaringan otot polos. Bagian ini disebut pars membranasea.
Jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin menghubungkan tulang rawan satu
dengan yang lain dan membentuk lig.anulare yang berperan untuk mencegah agar lumen
trakea tidak meregang berlebihan. Otot polos pula berperan untuk mendekatkan kedua tulang
rawan. Di sekeliling trakea, meliputi bagian luar trakea baik pars kartilaginea maupun pars
membranasea, terdapat selubung jaringan ikat jarang (jaringan fibroelastis) yang disebut
tunika adventisia yang mengandung kalenjar campur.1

Pulmo

Paru atau pulmo ada sepasang. Paru kanan mempunyai 3 lobus dan paru kiri 2 lobus.
Paru dibungkus oleh selaput yang dipanggil pleura (viseral dan parietalis). Di antara pleura
terdapat kavum pleura yang berisi cairan serosa. 1

Bronkus

 Bronkus ekstrapulmonal:

Bronkus yang tidak masuk ke dalam paru, berdiameter kecil dan stukturnya adalah
sama dengan trakea

 Bronkus intrapulmonal

5
Bronki intrapulmonar berbentuk silindris dan bagian posteriornya tidak mendatar
seperti pada trakea dan bronki ekstrapulmonal karena ia dikelilingi oleh lingkaran lempeng-
lempeng tulang rawan yang tidak teratur. Tapi makin ke distal lempeng tulang rawan akan
semakin berkurang dan otot polosnya akan semakin bertambah. 1

a) Bronkiolus

Mukosa bronkiolus sering tampak bergelombang. Pada bronkiolus yang besar,


epitelnya adalah selapis torak bersilia dan bersel goblet. Pada bronkiolus yang paling kecil,
epitelnya lebih rendah yaitu epitel selapis kubis tak bersilia. Perubahan jenis epitel ini terjadi
beransur-ansur, makin ke arah distal, dari bronkiolus besar ke bronkiolus kecil, epitel makin
rendah, terlihat epitel tak bersilia. Sel goblet makin jarang, sampai akhirnya tidak ditemukan
lagi pada daerah yang epitelnya selapis kubis tak bersilia. Dalam lamina propria tidak lagi
terdapat kalenjar maupun penggalan tulang rawan. Berkas serat otot polos relatuf lebih
banyak dari jaringan ikat namun makin ke distal makin tipis, sehingga sering sulit dikenali.
Kontraksi otot polos akan mengerutkan lumen bronkiali. Dikatakan bahwa, otot polos
istirahat selama inspirasi dan berkerut pada akhir ekspirasi. Bila kontraksi ini ada terus seperti
pada serangan asma, maka kontriksi bronkiolus yang terjadi akan menyulitkan proses
pengeluaran gas dari paru selama ekspirasi.1

 Bronkiolus terminalis

Menyalurkan udara pernafasan ke asinus, yaitu satu unit strktural paru. Bagian ini
dilapisi oleh epitel selapis toraks bersilia tanpa sel goblet yang beransur berubah menjadi
epitel selapis torak rendah. Diantara deretan sel ini ada sel clara yang mengandung mikrovili
dan granula kasar. Tiada sel goblet dan banyaknya sel clara dalam bronkioli mencerminkan
akan kebutuhan lapis pembatas yang tidak lengket, agar saluran kecil ini tetap terus terbuka.
Lamina proprianya sangat tipis dan mengandung serat elastin. Lapisan luarnya pula
mengandung serat kolagen dan elastin, pembuluh darah dan limfe, serta saraf. 1

 Bronkiolus respiratorius

Bagian ini pendek dengan diameter kira-kira 0.5mm. Epitelnya adalah torak rendah
dan berubah menjadi epitel selapis kubis tanpa silia dan sel goblet. Di antara sel kubis juga
terdapat sel clara. Walaupun agak sulit, serat otot polos, serat kolagen, dan serat elastin masih
dapat dilihat. Berbeda dengan bronkiolus yang lebih proksimal, pada dindingnya mulai ada

6
sakus yang sangat tipis yang disebut alveoli. Pertukaran gas dapat berlangsung dalam
kantung berdinding tipis ini, dan karena itu bagian ini dinamakan bronkiolus terminalis.1

b) Duktus

Bronkiolus respiratorius berlanjut sebagai duktus alveolaris. Ia merupakan saluran


yang dindingnya terdiri dari alveolus. Saluran ini sangat tipis dan dikelilingi sakus alveolaris.
Pada setiap pintu masuk ke alveolus, terdapat epitel selapis gepeng (sel alveolar tipe 1).
Walaupun agak sukar, dalam lamina propria masih dapat dilihat serat otot polos yang
biasanya terpotong melintang sehingga tampak sebagai titik kecil. 1

c) Sakus

Dari ujung duktus alveolaris, terbuka pintu lebar menuju beberapa sakus alveolaris.
Saluran ini terdiri atas beberapa alveolus yang bermuara bersama membentuk ruangan serupa
rotunda yang disebut atrium ( kantung yang dibentuk oleh beberapa alveoli). Terdapat serat
retikulin dan serat elastin yang melingkari muara sakus alveoli, pada bagian ini sudah tiadak
terdapat otot polos. 1

d) Alveolus

Dari sakus alveolaris, terbuka menuju ke setiap alveolus. Alveolus paru merupakan
kantong yang dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang amat tipis. Selain itu terdapat juga sel
epitel yang berbentuk kuboid yaitu sel septal. Di dalam lumennya terdapat sel debu . sel debu
agak besar dan di dalam sitoplasmanya biasanya terdapat pertikel debu.

Pertukaran gas antara udara dan darah berlaku di sini. Di sekitar alveolus terdapat
serat elastin yang akan melebar saat inspirasi dan menciut saat ekspirasi. Terdapat juga serta
kolagen yang berperan untuk mnecegah regangan yang berlebihan. Pada dinding alveolus,
terdapat lubang kecil berbentuk bulat yang dinamakan stigma alveolaris/porus alveolaris/
porus kohn. Lubang ini penting untuk menghubungkan alveoli yang berdekatan bagi
membolehkan sirkulasi udara kolateral yang mengalirkan udara ke alveolus lain yang
mengalami sumbatan.1

Makroskopis Alat Pernapasan

Sistem respiratori terbagi kepada dua yaitu bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian
konduksi adalah bagian yang berperan dalam menyalurkan udara dari luar ke paru-paru

7
manakala bagian respirasi adalah bagian yang berperan dalam pertukaran gas antara jaringan
dan paru-paru.

Gambar 1. Sistem respirasi.2


Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai
selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx
dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang
rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya
dengan membran mukosa.
Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus dan os.
Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke
cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh
membrane mukosa. Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan
atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os
sphenoidale.Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang
berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf

8
melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I
olfaktorius. Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui
lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan
dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi:3
1. Lubang hidung
2. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior.
3. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara
concha media dan inferior.
4. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior.
5. Ductus nasolacrimalis dibawah concha inferior. Pada bagian belakang, cavum nasi
membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di
belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merupakan gabungan
sistem respirasi dan pencernaan.
Laring
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea,
dan beberapa otot kecil, dan didepan laringofaring dan bagian atas esofagus. Laring
merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
1. Cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago
arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os.
Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica
vokalis.
3. Cartilago tyroidea berbentuk V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung
batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya
ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat
beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.
4. Membrana Tyroidea mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os
hyoideum.
5. Membrana cricothyroideum menghubungkan batas bawah dengan cartilago
cricoidea.

9
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis
ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan
kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas
jalan masuk laring.
Trakea
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. Trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni)
atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang
mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang
berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh, jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronchus
kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi
darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang
ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis
memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena
fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
10
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru
memiliki:
1.Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula.
2.Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada.
3.Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4.Basis terletak pada diafragma.
Paru-paru dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura.Di dalam
rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi.Paru kanan dibagi atas
tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus
yaitu lobus superior dan inferior.Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus
alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.3

Mekanisme Pernapasan

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut
tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu
pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi
antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya
udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan
tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan
masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.5

Transpor Oksigen
Sistem pengangkut O2 di tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovaskular.
Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang masuk ke dalam
paru, adanya pertukaran gas di paru yang adekuat, aliran darah yang menuju jaringan, dan

11
kapasitas darah untuk mengangkut O2. Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jalinan
vaskular di jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 di dalam darah ditentukan oleh jumlah O2
yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah, dan afinitas hemoglobin terhadap O2.5
Terdapat tiga keadaan penting yang memengaruhi kurva disosiasi hemoglobin-oksigen yaitu
pH, suhu dan kadar 2,3-bifosfogliserat (BPG; 2,3-BPG). Peningkatan suhu atau penurunan
pH mengakibatkan PO2 yang lebih tinggi diperlukan agar hemoglobin dapat mengikat
sejumlah O2. Sebaliknya, penurunan suhu atau peningkatan pH dibutuhkan PO2 yang lebih
rendah untuk mengikat sejumlah O2. Suatu penurunan pH akan menurunkan afinitas
hemoglobin terhadap O2, yang merupakan suatu pengaruh yang disebut pergeseran Bohr.
Karena CO2 bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, maka jaringan aktif akan
menurunkan pH di sekelilingnya dan menginduksi hemoglobin supaya melepaskan lebih
banyak oksigennya, sehingga dapat digunakan untuk respirasi selular.5,6

Transpor Karbon Dioksida


Selain perannya dalam transport oksigen, hemoglobin juga membantu darah untuk
mengangkut karbon dioksida dan membantu dalam penyanggan pH darah yaitu, mencegah
perubahan pH yang membahayakan. Sekitar 7% dari karbon dioksida yang dibebaskan oleh
sel-sel yang berespirasi diangkut sebagai CO2 yang terlarut dalam plasma darah. Sebanyak
23% karbon dioksida terikat dengan banyak gugus amino hemoglobin. Sebagian besar karbon
dioksida, sekitar 70%, diangkut dalam darah dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon dioksida
yang dilepaskan oleh sel-sel yang berespirasi berdifusi masuk ke dalam plasma darah dan
kemudian masuk ke dalam sel darah merah, dimana CO2 tersebut diubah menjadi bikarbonat.
Karbon dioksida pertama bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, yang
kemudian berdisosiasi menjadi ion hydrogen dan ion bikarbonat. Sebagian besar ion
hydrogen berikatan di berbagai tempat pada hemoglobin dan protein lain sehingga tidak
mengubah pH darah. Ion bikarbonat lalu berdifusi ke dalam plasma. Ketika darah mengalir
melalui paru-paru, proses tersebut dibalik. Difusi O2 keluar dari darah akan menggeser
kesetimbangan kimiawi di dalam sel darah merah kea rah pengubahan bikarbonat menjadi
CO2.7
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara
bersamaan.5,6
Pernapasan Dada
12
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanismenya
dapat dibedakan sebagai berikut.8
1. Fase Inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan dalam tulang dada menjadi kecil dari pada tekanan di luar sehingga udara
luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk ke posisi
semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan luar,
sehingga udara dalam rongga yang kaya karbondioksida keluar.

Pernapasan Perut
Penapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-
otot diagfragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanismenya dapat
dibedakan menjadi dua tahap.8

1. Fase Inspirasi
Pada fase ini, otot diafragma berkontrasi sehingga diafragma mendatar, akibatnya
rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
2. Fase Ekspirasi
Fase ini merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi
semula,mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar,
akibatnya udara keluar dari paru-paru.

Difusi Gas
Bagi suatu gas, baik yang ada di udara maupun yang terlarut dalam air, difusi
bergantung pada perbedaan dalam suatu kuantitas yang disebut tekanan parsial (partial
pressure). Gas akan selalu berdifusi dari daerah dengan tekanan parsial yang lebih tinggi.
Darah yang sampai ke paru-paru melalui arteri pulmoner mempunyai nilai PO2 yang lebih
rendah dan nilai PCO2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara di dalam ruangan
alveoli. Ketika darah memasuki hamparan kapiler di sekitar alveoli, karbon dioksida akan
berdifusi dari darah ke udara di dalam alveoli. Oksigen dalam udara akan larut dalam cairan
13
yang melapisi epithelium dan berdifusi menembus permukaan dan masuk ke dalam kapiler.
Ketika darah telah meninggalkan paru-paru dalam vena pulmoner, nilai PO2 nya telah naik
dan PCO2 nya telah turun. Setelah kembali ke jantung, darah tersebut dipompa melalui sirkuit
sistemik. Dalam kapiler jaringan, gradient tekanan parsial lebih menyukai terjadinya difusi
oksigen keluar dari darah dan karbon dioksida ke dalam darah. Hal ini terjadi karena respirasi
seluler dengan cepat menghabiskan kandungan oksigen dalam cairan interstisial dan
menambahkan karbon dioksida ke cairan itu (melalui difusi). Setelah darah melepaskan
oksigen dan memuat karbon dioksida, darah tersebut kemudian dipompa ke paru-paru lagi,
tempat darah akan mempertukarkan gas dengan udara di alveoli.5,7

Volume dan Kapasitas Paru


Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan
ekspirasi dapat diukur melalui spirometer. Pada dasarnya spirometer terdiri dari drum/tong
terisi udara yang mengapung dalam ruang berisi air. Sewaktu seseorang menghirup dan
menghembuskan udara dari dan ke dalam drum melalui suatu selang yang menghubungkan
mulut dengan wadah udara, drum naik turun dalam wadah air. Naik-turunya drum ini dapat
direkam sebagai spirogram, yang dikalibrasikan terhadap perubahan volume. Pena merekam
inspirasi sebagai defleksi ke atas dam ekspirasi sebagai defleksi kebawah. Volume dan
kapasitas paru berikut dapat diukur:
 Tidal volume: Nilai rerata pada kondisi istirahat. Nilai rerata: 500 ml.
 IRV (Volume cadangan inspirasi): Volume udara tambahan yang dapat secara
maksimal dihirup di atas volume alun napas istirahat. Nilai rerata: 3000 ml.
 IC (Kapasitas inspirasi): Volume udara maksimal yang dapat dihirup pada akhir
ekspirasi tenang normal (IC = IRV + TV). Nilai rerata: 3500 ml.
 RV (Volume residual): Volume udara maksimal yang tertinggal di paru bahkan
setelah ekspirasi maksimal. Nilai rerata: 1200 ml.
 FRC (Kapasitas residual fungsional): Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif
normal (FRC = ERV + RV). Nilai rerata: 2200 ml.
 VC (kapasitas vital): Volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali
bernapas setelah inspirasi maksimal. Subyek pertama-tama melakukan inspirasi
maksimal lalu ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV). Nilai rerata: 4500 ml.
 TLC (Kapasitas paru total): Volume udara maksimal yang dapat ditampung paru
(TLC = VC + RV). Nilai rerata: 5700 ml.

14
FEV1 (Volume ekspirasi paksa dalam satu detik): Volume udara yang dapat dihembuskan
selama detik pertama ekspirasi dalam suatu penentuan VC.

Gambar 5. Udara pernafasan.9

Fungsi Pernapasan
Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-
sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Respirasi internal atau seluler
megacu kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang
menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama penyerapan energi dari molekul nutrient.
Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam
pertukaran O2 dan CO2 antara linkungan eksternal dan sel tubuh. Pernapasan eksternal
meliputi empat langkah:
1. Udara secara bergantian bergerak masuk keluar paru, sehingga dapat terjadi pertukaran
antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara (alveolus) paru. Pertukaran ini
dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan atau ventilasi.
2. Oksigen dan karbon dioksida dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam
kapiler pulmonalis melalui proses difusi.
3. Oksigen dan karbon dioksida diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.

15
Pertukaran O2 dan CO 2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses difusi melintasi
kapiler sistemik (jaringan).

Pemeriksaan Fungsi Paru


Pemeriksaan fungsi paru dilakukan untuk :
1. Mendiagnosa tertentu jenis penyakit paru-paru terutama asma, bronchitis, dan
emphysema.
2. Menemukan penyebab sesak nafas.
3. Mengukur apakah paparan kontaminan di tempat kerja mempengaruhi fungsi paru.

Kesimpulan
Sitem pernapasan pada manusia melibatkan berbagai macam struktur sistem repirasi
dari rongga hidung hingga bagian terkecil yakni alveolus. Mekanisme pernapasan sendiri
adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun,
pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam,
sedangkan sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Jika terjadi gangguan pada struktur yang terlibat pada
sistem ini maupun mekanismenya maka akan terjadi berbagai macam penyakit. Salah satu
akibatnya adalah sesak nafas karena terjadinya penyumbatan pada saluran pernafasan yang
menyebabkan mekanisme pernafasan terganggu.

Daftar Pustaka

1. Junquira LC, Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2007;hal 336-44
2. Sistem respirasi. Retrieved: May 14, 2012. Available at:
http://www.wpclipart.com/medical/anatomy/Respiratory_system_complete.jpg.html
3. Guyton AC. Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2007 hal 516-29.
4. Di unduh dari http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Biologi/0076%20Bio%202-8c.htm . Tanggal 17 mei 2013
5. William F. Ganong. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC;
2008.h.683-94.

16
6. Gunardi Santoso. Anatomi sistem pernapasan. Edisi pertama. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2007.h.2-13.
7. Campbell Neil A. Biologi. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga; 2004.h.65-7.
8. Cameron John R, Grant Roderick M, Skofronick James G. Fisika tubuh manusia. Edisi
ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2005.h.157-9, 171-4, 187-9.
9. Udara pernafasan. Retrieved: May 14, 2012. Available at:
http://www.medicinesia.com/wp-content/uploads/2011/06/13__600x400_inspirasi-
ekspirasi.jpg diunduh tanggal 17 mei 2013

17

Anda mungkin juga menyukai