Kelompok Fraktur REFISI ASLII
Kelompok Fraktur REFISI ASLII
FRAKTUR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
NAMA KELOMPOK :
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fraktur termasuk dalam cedera muskuloskeletal (Smith dan Stahel, 2014).
Fraktur memerlukan perlakuan dengan segera dan tepat, karena penanganan yang
kurang tepat atau salah akan mengakibatkan komplikasi lebih lanjut, seperti
infeksi, kerusakan saraf dan pembuluh darah, hingga kerusakan jaringan lunak
yang lebih lanjut (Lukman dan Ningsih, 2013).
Adapun komplikasi terparah yang dapat terjadi pada fraktur adalah
kematian (World Health Organization (WHO) dalam Widyastuti, 2015). Kejadian
fraktur dapat terjadi karena beberapa penyebab, namun menurut Igho, Isaac, &
Eronimeh (2015), penyebab utama fraktur adalah kecelakaan lalu lintas yakni
sebanyak 125 (57,87%). Berdasarkan hasil studi retrospektif di Bangsal Ortopedi
Rumah Sakit Geral Roberto Santos (HGRS), Salvador, Bahia, Brazil terdapat
sebanyak 81 pasien dengan fraktur terbuka yang mereka alami, terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas dan sebagian besar pasien pada usia dewasa muda. (Matos
Nascimento, & Silva, 2014).
Prevalensi fraktur di Ughelli, Nigeria menurut Igho, Isaac, & Eronimeh
(2015) banyak terjadi pada bagian ekstremitas atas yakni humerus sebesar 28
(12,96%) dan ekstremitas bawah yakni femur sebesar 49 (22,69%). Persebaran
usia korban yang mengalami fraktur banyak terjadi pada usia 21-40 tahun
sebanyak 94 (43,52%), sedangkan jenis kelamin pada korban fraktur memiliki
frekuensi laki-laki sebanyak 124 (57,41%) dan perempuan sebanyak 92 (42,59%).
Adapun prevalensi fraktur berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) (2013) pada jenis cedera patah tulang di Indonesia tercatat sebesar
5,8 %. Susetya (2016) mengatakan bahwasannya kejadian fraktur di PKU
Muhammadiyah 2 Yogyakarta tercatat dari bulan Oktober 2015 sampai bulan
Januari 2016 sebanyak 126 pasien. Kejadian fraktur banyak terjadi pada usia 18-
40 tahun yakni dengan frekuensi sebanyak 35 orang (63,6%), jenis kelamin laki-
laki 29 (52,7%), jenis kelamin perempuan 26 (47,3%), lama dirawat selama 2 hari
sebanyak 35 (63,6%), lama dirawat ≥ 3 hari 20 (36,4%), fraktur pada bagian
ekstremitas atas sebanyak 27 (49,1%), dan fraktur ekstremitas bawah 28 (50,9%),
tingkat pendidikan tinggi 12 (21,8%), tingkat pendidikan rendah 43 (78,2%).
Menurut Wong dkk (2015) kejadian cedera fraktur yang tidak segera
dicegah akan menimbulkan beban yang cukup dan kecacatan di seluruh dunia.
Kejadian tersebut berhubungan dengan penurunan angka kesehatan dan kualitas
hidup seseorang. Masalah cedera tersebut ternyata memberikan kontribusi pada
kematian yang dapat diproyeksikan meningkat dari 5,1 juta menjadi 8,4 juta atau
setara dengan 9,2% dari kematian secara keseluruhan dan diestimasikan
menduduki peringkat ketiga disability adjusted life years (DALYs) pada tahun
2020 (WHO, 2016).
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang fraktur dan proses keperawatannya.
b. Tujuan Khusus
Setelah membuat asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur, mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Mengetahui tentang pengertian fraktur
2. Mengetahui tentang etiologi dan tanda gejala fraktur
3. Mengetahui patofisiologi dari fraktur
4. Mengetahui tentang tinjauan teori oksigenasi pada fraktur
5. Melakukan pengkajian pada pasien dengan fraktur
6. Membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
7. Melakukan intervensi dan implementasi pada pasien dengan fraktur
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnyayang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Brunner&Suddarth:
2002). Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doenges, 1999).
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma
(Tambayong:2000).
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Price, 1995)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Sedangkan menurut Linda Juall C, dalam
buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur
adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang
diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s Medical Surgical Nursing
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa
nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan
krepitasi.Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpukan bahwa fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang yang dapat disebabkan oleh trauma, ruda
paksa atau oleh penyebab patologis, yang dapat digolongkan sesuai dengan
jenis dan kontinuitasnya.
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang
tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat
menyebabkan fraktur.
2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
Pathway
Etiologi
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada klien dengan fraktur, diantaranya:
a. Nyeri sedang sampai hebat dan bertambah berat saat digerakkan.
b. Hilangnya fungsi pada daerah fraktur.
c. Edema/bengkak dan perubahan warna local pada kulit akibat trauma
yang mengikuti fraktur.
d. Deformitas/kelainan bentuk.
e. Rigiditas tulang/ kekakuan
f. Krepitasi saat ekstremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik
tulang akibat gesekan fragmen satu dengan yang lain.
g. Syok yang disebabkan luka dan kehilangan darah dalam jumlah banyak.
E. KLASIFIKASI
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tekan dan lepas bergantian pada area fraktur agar darah berhenti merembes
dengan kassa.
Balut area luka dengan memberikan bantalan kassa lipat di atasnya area luka
Pasang Spalk, dan kemudian lakukan balutan menggunakan kassa gulung atau
mitela
Rujuk ke RS terdekat
2. INTRAHOSPITAL
1. Rekognisi (Pengenalan )
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnosa
dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri
sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas
integritas rangka.
3. Retensi (Immobilisasi)
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,
pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di gunakan untuk
fiksasi intrerna yang brperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan
fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus
menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin
tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternalbars. Teknik
ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi
juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis (Mansjoer, 2000).
4. Rehabilitasi
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari
atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai
melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan
mobilisasi
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
Breathing : - Spontan
- Dyspneu
- RR : 28 x/mnt
2. Pengkajian Sekunder
Riwayat Kesehatan Utama :
Klien masuk dengan keluhan sakit pada bahu sebelah kanan, luka lecet pada kiri + 4 cm,
jejas pada daerah clavicula sebelah kanan (lebam dan bengkak), luka lecet pada jari
telunjuk sampai jari manis.
- Muntah 1 x
- Mual
- Nyeri dada terutama saat bernafas
- Tangan kanan tidak bisa digerakkan
Pengkajian Nyeri :
- Klien mengatakan nyeri bila bergerak, terutama pada daerah bahu
P sebelah kanan
- Klien mengatakan nyeri saat bernafas
Q Klien mengatakan sakit seperti tertusuk-tusuk pada daerah klavikula
Klien mengatakan nyeri pada daerah dada, daerah bahu sampai ke seluruh
R
tangan kanannya
S Klien mengatakan kualitas nyeri pada skala 9 (skala yang diberikan 1-10)
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36⁰C
Leher I : Tidak ada kelainan atau luka, leher nampak tegang saat meringis
P : Tidak teraba adanya hematoma
Dada Thoraks :
I : Tampak luka lecet/jejas pada dada sebelah kiri + 4 cm, jejas pada daerah
kalavikula sebelah kanan (bengkak dan lebam), nafas cepat dan dangkal
P : Terasa adanya krepitasi pada tulang klavikula
A : Simetris antara kedua paru
Jantung :
A : Tidak ada BJ tambahan
Ekstremitas I : Tampak luka lecet pada jari telunjuk sampai jari manis sebelah kanan,
klien tidak dapat menggerakkan tangan kanannya
P : Teraba dingin pada ujung-ujung ekstremitas, teraba nadi radialis reguler
A. ANALISA DATA
KLASIFIKASI DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
DO : Perubahan pola nafas berhubungan
- Gelisah dengan adanya gangguan
- Takipneu muskuloskeletal
- Nafas dangkal dan cepat
- RR : 28 x/menit
DS :
- Klien mengatakan sesak
Nyeri saat bernafas
DO : Nyeri akut berhubungan dengan
- Ekspresi wajah meringis pergeseran fragmen tulang
- Klien mengerang kesakitan
- Tampak jejas pada daerah
klavikula sebelah kanan, lebam
dan bengkak
- Terdapat krepitasi pada daerah
fraktur
DS :
- Klien mengatakan seperti
tertusuk-tusuk pada daerah
klavikula sampai tangan
kanannya
- Klien mengatakan nyeri bila
bergerak
- Klien mengatakan nyeri
dirasakan sejak dari lokasi
kecelakaan
Klien mengatakan skala nyerinya
pada skala 9
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya gangguan
muskuloskeletal
2. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergeseran fragmen tulang
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur
C. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1. Perubahan pola nafas Setelah dilakukan tindakan - Pantau pola
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24jam, pernafasan
adanya gangguan klien akan menunjukkan pola - Kaji tanda-tanda vital
muskuloskeletal pernafasan yang teratur dan - Atur posisi klien
reguler senyaman mungkin
- Kolaborasikan
Kriteria Hasil : pemberian therapy
- Klien akan mengatakan sesak
berkurang
- Klien tampak tenang
- RR dalam batas normal
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fraktur termasuk dalam cedera muskuloskeletal. Fraktur memerlukan perlakuan
dengan segera dan tepat, karena penanganan yang kurang tepat atau salah akan
mengakibatkan komplikasi lebih lanjut, seperti infeksi, kerusakan saraf dan pembuluh
darah, hingga kerusakan jaringan lunak yang lebih lanjut.
kejadian cedera fraktur yang tidak segera dicegah akan menimbulkan beban
yang cukup dan kecacatan di seluruh dunia. Kejadian tersebut berhubungan dengan
penurunan angka kesehatan dan kualitas hidup seseorang. Masalah cedera tersebut
ternyata memberikan kontribusi pada kematian yang dapat diproyeksikan meningkat
dari 5,1 juta menjadi 8,4 juta atau setara dengan 9,2% dari kematian secara
keseluruhan dan diestimasikan menduduki peringkat ketiga disability adjusted life
years (DALYs) pada tahun 2020
B. SARAN
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan FRAKTUR di perlukan
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi seorang perawat.
Informasi yang adekuat dan penkes sangat bermanfaat bagi klien, agar klien mampu
mengatasi masalahnya secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck ,G ,M ,etal (2013) nursinginterventionclasiffication. United kingdom:ELSEVIER
Musliha, Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan pendekatan Nanda,