Anda di halaman 1dari 9

Akhlak Mazmumah Dan

Berbuat Baik Kepada Orang Tua Dan Guru


Nama Penyusun:

- Fathan ittiba u.
- Rafli Aksyar

Akhlak Mazmumah

Pengertian Akhlak Madzmumah

Akhlak madzmumah ialah perangai buruk yang tercermin dari tutur kata, tingkah
laku dan sikap yang tidak baik. Akhlak buruk adalah suatu sifat tercela dan
dilarang oleh norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.Apabila
seseorang melaksanakannya niscaya akan mendapatkan nilai dosa dari Allah,
karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tercela di hadapan Allah.

Akibat dari Akhlak Madzmumah

Melakukan perbuatan yang tecela dapat merugikan diri sendiri, keluarga dan
lingkungan sekitarnya. Contoh dari akibat perbuatan tercela adalah sebagai
berikut:

1. Jika seseorang suka mencaci, maka suatu ketika ia akan dicaci orang pula.

2. Jika seseorang suka berdusta, suatu saat jika ia berkata benar, orang lain
akan tetap tidak percaya, dan ia juga akan dibohongi orang lain.

3. Hatinya tidak pernah tentram dan bahagia karena kesalahan dan


keserakahannyatakut terbongkar oleh orang lain.

4. Apa yang dicita-citakan tidak akan terkabul, kecuali hanya kejahatan yang
mengikuti dirinya.

Bentuk-Bentuk Akhlak Madzmumah (Akhlak Tercela)

1. Sifat Dengki

Dengki menurut bahasa (etimologi) berarti menaruh perasaan marah (benci,


tidak suka) karena sesuatu yang sangat baik berupa keberuntungan jatuh pada
orang lain. Dengki ialah rasa benci dalam hati terhadap kenikmatan orang lain
dan disertai maksud agar nikmat itu hilang atau berpindah kepadanya.
Adapun tanda-tanda orang yang memiliki sifat dengki adalah:
a. Tidak senang melihat orang lain mendapatkan kesenangan
b. Suka mengumpat, mencela, menghina dan memfitnah orang lain.
c. Ucapannya selalu membuat hati orang lain sakit
d. Memiliki sifat sombong

2. Sifat Iri Hati

Kata iri menurut etimologi artinya merasa kurang senang melihat kelebihan atau
kesuksesan orang lain, kurang senang melihat orang lain beruntung. tidak rela
apabila orang lain mendapatkan nikmat dan kebahagiaan.

3. Sifat Angkuh (Sombong)

Sombong adalah sikap menganggap dirinya lebih daripada yang lain sehingga ia
berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa
lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih
beruntung daripada orang lain.

Dalam QS........menjelaskan bahwasanya, kesombonganah yang mendorong


manusia untuk bertengkar dan bersitegang, yang pada gilirannya menimbulkan
penghalang yang sangat besar bagi panggilan kebenaran. Oleh karena itu, nash-
nash mengatakan bahwa kesombongan merupakan salah satu aib dan
kerusakan yang mengancam keutuhan pribadi manusia.

4. Sifat Riya’

Riya’ ialah amal yang dikerjakan dengan niat tidak ikhlas dan variasinya bisa
bermacam-macam. Riya’ adalah beramal kebaikan karena didasarkan ingin
mendapat pujian orang lain, agar dipercaya orang lain, agar dicintai orang lain,
karena ingin dilihat oleh orang lain

5. Hasud.

Pengertian Hasud

Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama.
Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan, karena mencemarkan
nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga karena
mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi. Saudaraku
(sidang pembaca) tahukah antum, bahwa iri, dengki dan hasud itu adalah suatu
penyakit. Pada mulanya iri yaitu perasaan tidak suka terhadap kenikmatan yang
dimiliki orang lain. Kemudian, jika dibiarkan tumbuh, iri hati akan berubah
menjadi kedengkian. Penyakit kedengkian jika dibiarkan terus akan berubah
menjadi penyakit yang lebih buruk lagi, yaitu hasud.

2. Akibat Penyakit Hasud

Penyakit hasud adalah penyakit hati sama berbahanya dengan penyakit iri dan
dendam. Sehingga dalam bahasa Arab iri, dengki dan hasud mempunyai arti
kata yang sama yaitu hasad. Perbuatan iri dapat menghancurkan persatuan dan
persaudaraan. Orang yang bertetangga dan bersaudara dapat bertengkar dan
berselisih bahkan sampai pecah, bila termakan hasutan. Sehingga putuslah
persaudaraan mereka.

PENTINGYA BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA

Birrul walidain yaitu ihsan atau berbuat baik dan bakti kepada orang tua dengan
memenuhi hak-hak kedua orang tua serta mentaati perintah keduanya selama
tidak melanggar syariat. Lawan katanya adalah aqqul walidain, yaitu durhaka
kepada orang tua dengan melakukan apa yang menyakiti keduanya dengan
berbuat jahat, baik melalui perkataan maupun perbuatan serta meninggalkan
kebaikan kepada keduanya hukumnya haram.

Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan
taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada orang tua adalah sikap dan
perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt
memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil
tentang perintah Allah Swt tersebut antara lain terdapat pada surat Al-Isra ayat
23-24 yang artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang dinatara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkalnlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah , “Wahai
Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
pada waktu kecil.” (Q.S Al-Isra, 17: 23-24)

Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada
setiap keinginan dan kegiatannya. Hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan
oleh restu orang tua. Anak yang berbakti dan berbuat baik kepada orang tua
doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.

Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu, misalnya


mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain-lain, yang paling penting adalah
meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan yang
artinya: Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada
kemurkaan orang tua. (H.R. Baihaqi)
Dalam hadis lain yang artinya : Aku bertanya kepada Nabi saw., ” amalan apakan
yang paling dicintai oleh Allah Swt.? “Beliau menjawab, “Salat pada waktunya.”
Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab. “Berbakti kepada orang tua”
Aku berkata , “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “KEmudian jihad di jalan
Allah.” (H.R Bukhari)

Berikut ini setidaknya ada 10 cara yang cukup sederhana yang dapat kita
lakukan untuk berbakti atau memuliakan orang tua, termasuk kepada orang tua
yang telah tiada.

1. Lemah Lembut Dalam Bertutur Kata Kepada Orang Tua

Jagalah setiap tutur kata kita sebagai anak agar senantiasa lemah lembut tatkala
berbicara kepada orang tua. Jauhi ucapan-ucapan bernada tinggi, apalagi kata-
kata kasar. Kepada pimpinan atau bos kita saja kita bisa berusaha santun
(meskipun terkadang hanya basa-basi), seharusnya kita pun bisa bertutur lemah
lembut kepada orang tua. Kadang kita temui anak yang berkata kepada orang
tuanya dengan cara berteriak-teriak.

2. Membantu Berbagai Pekerjaan Rumah

Banyak dari kita yang tidak menyadari sebenarnya ada berbagai rutinitas orang
tua, terutamanya Ibu yang sebenarnya cukup melelahkan, namun atas dasar
tanggung jawab sebagai orang tua, perkara-perkara rutinitas dalam keseharian
itu tidak menjadikan mereka berkeluh kesah. Maka tidak ada salahnya bagi kita
untuk membantu meringankan beban orang tua tersebut, seperti halnya
membantu mencuci piring, menyapu halaman, mengepel lantai, membersihkan
rumah dan semisalnya. Meskipun mungkin kita tidak setiap hari membantu
dalam meringankan pekerjaan-pekerjaan tersebut, tapi niscaya itu akan
membuat orang tua merasa bahagia.

3. Ringan Tangan Menjalankan Perintah Orang Tua

Jika orang tua memerintahkan suatu hal kepada kita, yang mana hal tersebut
dapat kita jalankan, maka janganlah menolak atau menunda-nunda jika memang
kita tidak memiliki udzur dalam perkara tersebut. Orang tua ‘melayani’ kita sejak
kita lahir, sejak masih bayi hingga dewasa dengan penuh kesabaran dan kasih
sayang. Sungguh tidak pantas ketika tiba saatnya orang tua kita memerintahkan
kita untuk melakukan suatu perkara yang sanggup kita kerjakan, namun kita
mencari-cari alasan untuk mengelak dari perintah tersebut.
4. Senantiasa Bersikap Sopan dan Santun

Tidak sekedar ucapan yang lemah lembut saja yang harus kita jaga, namun juga
disertai dengan sikap sopan dan santun terhadap orang tua. Semisal kita
mengucapkan salam ketika pulang, tidak sekedar seperti orang masuk pasar.
Terlebih lagi kita harus menjauhi sikap kurang ajar kepada orang tua.

5. Bersikap Sabar dan Menahan Marah

Sering kali kita mendengar ucapan dari sekian banyak orang terkait orang tua
yang semakin bertambah usia mereka, maka akan semakin ‘rewel’ sikap mereka,
seperti anak kecil lagi. Terkadang dipicu oleh kondisi kesehatan yang sudah tidak
prima lagi, terkadang orang tua semakin usianya renta mereka jadi lebih sensitif
dan mudah marah. Dalam keadaan seperti ini kita harus berusaha untuk
menahan diri dengan bersabar. Bahwasanya surga itu adalah tempat yang salah
satu ciri-ciri penghuninya adalah mereka yang dapat menahan
marah.Bayangkan bagaimana kesabaran orang tua mengasuh kita sejak kecil
hingga dewasa, sabar menghadapi kebandelan kita, sabar menasehati kita, dll.

6. Memberi Hadiah Kepada Orang Tua

Memberi hadiah tidak hanya khusus dituntunkan kepada pasangan suami-istri


ataupun dari orang tua kepada anak. Namun anak pun dapat memberikan suatu
hadiah kepada orang tuanya. Hadiah tidak haruslah yang mahal, namun yang
penting dapat menyenangkan orang tua kita. Semisal untuk Ibu kita beri hadiah
berupa jilbab yg syar’i, atau kepada bapak kita hadiahkan sebuah sarung yang
bagus, semisal tatkala Alloh ‘Azza wa Jalla memberi kita kemudahan dalam hal
rezeki yang berlebih. Betapa orang tua akan merasa dimuliakan anak.

7. Tidak Menyia-nyiakan Kerja Keras Orang Tua

Di jaman sekarang ini, banyak kita temui anak yang tidak bisa menghargai
perjuangan dan kerja keras orang tuanya dalam menafkahi mereka,
menyekolahkan mereka, dan hal yang semisalnya yang notabene perjuangan
tersebut adalah untuk membuat kita menjadi lebih baik. Semisal bentuk tidak
menghargai perjuangan dan kerja keras orang tua adalah: bolos sekolah,
menghambur-hamburkan uang pemberian orang tua, malas belajar, dan sikap
negatif lainnya yang dilakukan seorang anak.
8. Merawat Mereka Saat Usia Semakin Renta

Saat kita masih kecil hingga kita dewasa orang tua merawat kita dengan penuh
kesabaran dan ketelatenan. Saat kita sakit sejak kita bayi hingga dewasa, orang
tua menjaga kita siang dan malam. Ingatlah bagaimana Ibu kita memandikan
kita, menyuapi kita dengan telaten, memakaikan baju setiap hari, mengajari kita
hal-hal yang baik, mengganti popok kita, dll. Sekarang banyak kita temui, anak-
anak yang menaruh orang tuanya di panti jompo dikarenakan mereka lebih
memilih menghabiskan semua waktu untuk mengejar nafsu duniawi. Sungguh
kebanyakan orang tua akan nelangsa dengan perlakuan seperti ini.

9. Doa Anak Yang Shalih Untuk Orang Tua Yang Telah Meninggal

Bagi Kaum Muslimin yang mana kedua orang tua atau salah satunya telah tiada,
bahwasanya doa dari anak yang sholeh begitu luar biasa memberi manfaat bagi
orang tua yang telah meninggal. Telah banyak hadits yang menerangkan tentang
bagaimana kebaikan yang akan didapatkan orang tua di kehidupan setelah mati
tatkala memiliki anak-anak yang sholeh yang mau mendoakan mereka. Dan
shaleh ataupun shalehah itu harus diperjuangkan dengan cara taat pada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti tuntunan Rasul-Nya, Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wasallam. Sebaliknya anak-anak yang tidak mau taat kepada
perintah Alloh dan sebaliknya gemar berbuat dosa akibat meninggalkan shalat,
berbuat maksiat, tidak mau belajar ilmu agama dan hal-hal yg dibenci Alloh serta
RasulNya.. maka sang anak hanya akan memberikan beban berat yang harus
dipertanggung jawabkan orang tuanya di yaumul akhirat.

10. Menjaga Silahturahmi Dengan Kerabat ataupun Teman Orang Tua

Termasuk juga dalam ini adalah menyambung hubungan dengan teman atau
sahabat dari orang tua kita yang telah tiada. Dalam syariat Islam bahwasanya
dituntunkan untuk kita senantiasa menyambung tali silahturahmi dengan
keluarga-keluarga dari orang tua kita yang telah tiada sebagai bentuk bakti kita
kepada orang tua. Kita usahakan meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah
paman, tante dan semisalnya.
BERBAKTI KEPADA GURU

Pengertian Guru secara ethimologi (harfiah) ialah orang yang pekerjaannya


mengajar. Kemudian seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu`alim,
murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu`addib, yang artinya orang yang
memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina
akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik. Sedangkan
pengertian guru ditinjau dari sudut therminologi yang diberikan oleh para ahli dan
cerdik cendekiawan, adalah sebagai berikut:

1. Menurut Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menguraikan

bahwa guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan siswanya, baik secara individual ataupun klasikal. Baik disekolah
maupun diluar sekolah. Dalam pandangan Islam secara umum guru adalah
mengupayakan perkembangan seluruh potensi/aspek anak didik, baik aspek
cognitive, effective dan psychomotor.

2. Zakiah Daradjat dalam bukunya ilmu pendidikan Islam menguraikan


bahwa seorang guru adalah pendidik Profesional, karenanya secara implicit ia
telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan.

3. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam setiap melakukan pekerjaan yang


tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang dikerjakan
merupakan profesi bagi setiap individu yang akan menghasilkan sesuatu dari
pekerjaannya. Dalam hal ini yang dinamakan guru dalam arti yang sederhana
adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

4. M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Praktis dan Teoritis


menjelaskan guru adalah orang yang telah memberikan suatu ilmu/ kepandaian
kepada yang tertentu kepada seseorang/ kelompok orang.

Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah
orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik
dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian apabila istilah kata guru dikaitkan dengan kata agama islam menjadi
guru agama islam, maka pengertiannya adalah menjadi seorang pendidik yang
mengajarkan ajaran agama Islam dan membimbing anak didik kearah
pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak
mulia, sehingga terjadi keseimbangan antara kebahagiaan didunia dan
kebahagiaan diakhirat.
Setiap murid dalam jiwanya harus ada akhlak kepada gurunya dan akhlak
kepada temannya. Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik
murid-muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi
Alloh SWT. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka
wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak
bertentangan dengan syari’at agama. Dalam pandangan tasawuf ilmu tidak
bermanfaat salah satunya karena tidak hormatnya murid terhadap gurunya.
Akhlak terhadap guru diantaranya adalah :

Memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda


Rasulullah SAW :

‫س ممنناَّ سمين سليم ييسوققير سكمبيسرسناَّ سو سييرسحيم س‬


َّ‫صمغيسرسنا‬ ‫سليي س‬

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih
tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” (HR.Ahmad dan At-Tirmidzi)

Memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Sa’id


Al-Khudri ra :

‫س سكأ سنن سعسلىَ يريءومسمهيم النطييسر‬


‫ت النناَّ ي‬
‫سو سسسك س‬
“Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka.” (HR.Al-
Bukhori).

Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahulloh berkata : “Bila kamu melihat ada anak
muda yang bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu,
maka berputus-asalah dari kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya.” (HR.
Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan).

Bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara
baik. Allah berfirman :

‫سفاَّيسأ سل ي يوا أسيهسل القذيكمر إمين يكينيتيم لس ستيعسليم يوسن‬

“Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.”
(Qs.An-Nahl : 43 dan Al-Anbiya’:7)

Cara berbakti kepada guru, antara lain dengan bersikap:

1. Mengucapkan salam apabila bertemu;


2. Memperhatikan apabila diajak bicara di dalam dan di luar kelas
3. Rendah hati, sopan, dan menghargai;
4. Melaksanakan nasihatnya;
5. Melaksanakan tugas belajar dengan ikhlas

Anda mungkin juga menyukai