Anda di halaman 1dari 7

MODUL FISIKA DASAR

MOMENTUM DAN IMPULS

OLEH :
FIRMAN RISNAYADI AZHARI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MOMENTUM
Momentum linear (atau singkatnya momentum) dari suatu objek
didefinisikan sebagai produk dari massa dan kecepatannya. Momentum diwakili
oleh simbol p. Jika kita membiarkan m mewakili massa suatu objek dan v mewakili
kecepatannya, maka momentumnya didefinisikan sebagai

⃗ = 𝒎𝒗
𝒑 ⃗

Kecepatan adalah vektor, sehingga momentum juga merupakan bentuk


vektor. Arah momentum merupakan arah dari kecepatan, dan besarnya momentum
diukur dengan p=mv. Karena kecepatan tergantung pada kerangka acuannya, maka
momentum juga seperti itu; oleh karena itu kerangka acuan dari momentum harus
ditentukan. Unit momentum berasal dari massa x kecepatan yang dalam satuan SI
adalah kg.m/s.
Penggunaan istilah momentum dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat
dengan contoh berikut. Mobil yang bergerak cepat memiliki momentum lebih besar
daripada mobil yang bergerak lambat dengan massa yang sama; sebuah truk berat
memiliki momentum lebih besar dari sebuah mobil kecil yang bergerak dengan
kecepatan yang sama. Semakin banyak momentum yang dimiliki objek, semakin
sulit objek tersebut untuk berhenti. Seorang pemain sepak bola lebih mungkin
terhenti jika dijegal oleh lawan yang berat dan berlari dengan kecepatan tinggi
daripada oleh tackler yang lebih ringan atau bergerak lebih lambat. Truk yang berat
dan bergerak cepat dapat menimbulkan kerusakan yang lebih banyak daripada
sepeda motor yang bergerak lambat.
Diperlukan gaya untuk mengubah momentum suatu benda, apakah itu
menambah momentum, menguranginya, atau mengubah arahnya. Newton
menyatakan hukum keduanya dalam hal momentum (meskipun ia menyebut produk
mv sebagai "kuantitas gerak"). Pernyataan Newton tentang hukum gerak kedua
diterjemahkan ke dalam bahasa modern adalah sebagai berikut:
Laju perubahan momentum suatu benda sama dengan gaya total yang
diterapkan pada benda tersebut
Kita dapat menulisnya dalam persamaan, yaitu:

∆𝑝
∑𝐹 =
∆𝑡

Dimana ∑ ⃗𝑭 adalah total gaya yang digunakan pada objek, dengan ∆𝑝


sebagai momentum dalam interval ∆𝑡. Rumus ini dapat dilanjutkan menjadi :
∆𝑝 𝑚𝑣2 − 𝑚𝑣1 𝑚(𝑣2 − 𝑣1 ) ∆𝑣
∑𝐹 = = = =𝑚
∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡

∆𝑣
Dengan definisi a⃗ = ∆𝑡
, maka
∑ 𝐹 = 𝑚a⃗
Persamaan diatas digunakan untuk objek tunggal, tetapi juga berlaku untuk
sistem yang akan selanjutnya dibahas. Bayangkan tabrakan dua bola bilyar. Apabila
gaya eksternal total pada sistem dua bola ini dianggap nol, maka satu-satunya gaya
signifikan selama tumbukan adalah gaya yang masing-masing bola berikan satu
sama lain. Meskipun momentum dari kedua bola berubah sebagai dampak dari
tumbukan, jumlah total dari momentum yang dihasilkan sama besar baik sebelum
maupun sesudah tumbukan.
Jika 𝑚𝐴 𝑣𝐴 adalah momentum dari bola A, dan 𝑚𝐵 𝑣𝐵 adalah momentum dari
bola B, maka jumlah momentum sesaat sebelum terjadi tumbukan adalah 𝑚𝐴 𝑣𝐴 +
𝑚𝐵 𝑣𝐵 . Segera setelah terjadinya tumbukan, kecepatan dan momentum dari tiap
bola berubah dan dapat ditulis sebagai 𝑚𝐴 ⃗⃗⃗
𝑣′𝐴 dan 𝑚𝐵 ⃗⃗⃗
𝑣′𝐵 . Berapapun jumlah
kecepatan dan massa yang dimiliki, eksperimen menunjukan besar momentum
sebelum dan sesudah tumbukan akan sama selama tidak ada pengaruh dari gaya
luar.
Momentum sebelum tumbukan = Momentum setelah tumbukan

𝑚𝐴 𝑣𝐴 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 = 𝑚𝐴 ⃗⃗⃗
𝑣′𝐴 + 𝑚𝐵 ⃗⃗⃗
𝑣′𝐵

Mari kita hitung dua objek dengan massa A dan massa B dengan
momentum masing-masing 𝑃⃗𝐴 dan 𝑃⃗𝐵 sebelum terjadi tumbukan, lalu ⃗⃗⃗𝑃′𝐴 dan ⃗⃗⃗
𝑃′𝐵
setelah terjadi tumbukan. Saat terjadi tumbukan, gaya yang diberikan oleh benda
A kepada benda B adalah 𝐹 . Lalu, sesuai dengan hukum Newton ketiga, gaya
yang diberikan oleh benda B kepada benda A adalah −𝐹 . Pada saat terjadi
tumbukan, diasumsikan tidak ada gaya luar yang mempengaruhi, dalam interval
∆ 𝑃⃗𝐵 ⃗⃗⃗⃗ 𝐵 −𝑃⃗𝐵
𝑃′ ∆ 𝑃⃗𝐴 ⃗⃗⃗⃗ 𝐴 −𝑃⃗𝐴
𝑃′
waktu ∆𝑡, kita memiliki 𝐹 = = dan −𝐹 = =
∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡

Kemudian gabungkan kedua persamaan tersebut


⃗⃗⃗′ 𝐵 − 𝑃⃗𝐵 ) + (𝑃
∆ 𝑃⃗𝐵 + ∆ 𝑃⃗𝐴 (𝑃 ⃗⃗⃗′𝐴 − 𝑃⃗𝐴 )
0= =
∆𝑡 ∆𝑡
Yang berarti
⃗⃗⃗
𝑃′ 𝐵 − 𝑃⃗𝐵 + ⃗⃗⃗
𝑃′𝐴 − 𝑃⃗𝐴 = 0
Atau

𝑃⃗𝐴 + 𝑃⃗𝐵 = ⃗⃗⃗


𝑃′𝐴 + ⃗⃗⃗
𝑃′ 𝐵
Impuls
Berdasarkan hukum kedua Newton, gaya total sebuah objek sama dengan
nilai momentumnya yang dapat ditulis :
∆𝑝
𝐹=
∆𝑡
Persamaan ini berlaku kepada kedua objek yang bertumbukan. Apabila
kita mengalikan kedua sisi dengan interval waktu ∆𝑡, maka akan menghasilkan

𝐹 ∆𝑡 = ∆𝑝
Nilai dari sisi kiri, produk dari gaya dikalikan interval waktu disebut
dengan impuls :

𝐼𝑚𝑝𝑢𝑙𝑠 = 𝐹 ∆𝑡

Kekekalan Energi dan Momentum Dalam Tumbukan


Pada saat terjadi tumbukan, kita biasanya kesulitan untuk menentukan
bagaimana perbedaan gaya tumbukan dalam selang waktu berbeda. Namun dengan
menggunakan hukum kekekalan momentum dan energi, kita masih dapat
menentukan gerakan setelah dan sebelum tumbukan. Apabila dua buah objek
bertumbukan tanpa ada energi lain yang diproduksi selama tumbukan, maka total
energi kinetik kedua objek sama besar antara setelah dan sebelum tumbukan. Di
waktu yang sangat singkat saat kedua objek mengalami kontak, beberapa atau
seluruh energi disimpan sesaat dalam bentuk energi potensial elastis.
Apabila kita membandingkan total energi kinetik sebelum dan sesudah
tumbukan dengan hasil yang sama besar, maka tumbukan tersebut dinamakan
tumbukan elastis. Dengan membuat permisalan benda A dan benda B, maka
persamaannya dapat ditulis sebagai :
Total EK sebelum = Total EK sesudah
1 1 1 1
𝑚𝐴 𝑣𝐴 2 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 2 = 𝑚𝐴 𝑣𝐴 ′2 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 ′2
2 2 2 2

Tumbukan yang menghasilkan energi kinetik tidak kekal disebut dengan


tumbukan tidak elastis. Energi kinetik yang hilang berubah menjadi energi yang
lain, sehingga jumlah total dari energi tetap kekal. Persamaannya dapat ditulis
seperti:

𝐸𝐾𝐴 + 𝐸𝐾𝐵 = 𝐸𝐾′𝐴 + 𝐸𝐾′𝐵 + 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙𝑎𝑖𝑛


Tumbukan Elastis Satu Dimensi
Kita dapat mengaplikasikan hukum kekekalan momentum dan energi
kinetik pada tumbukan elastis antara dua objek yang bertabrakan dengan
pergerakan dalam sebuah garis. Apabila kita memisalkan kedua objek adalah A dan
B, sesuai hukum kekekalan momentum maka dapat ditulis :
𝑚𝐴 𝑣𝐴 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 = 𝑚𝐴 𝑣′𝐴 + 𝑚𝐵 𝑣′𝐵
Karena diasumsikan tumbukan adalah elastis, maka energi kinetiknya :
1 1 1 1
𝑚𝐴 𝑣𝐴 2 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 2 = 𝑚𝐴 𝑣𝐴 ′2 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 ′2
2 2 2 2
Setelah mengetahui dua buah persamaan, apabila kita mengetahui masa dan
kecepatan benda sebelum tumbukan, maka kita dapat mengetahui kecepatan benda
setelah terjadinya tumbukan. Ktia dapat memperoleh hasil perhitungannya dengan
menulis ulang rumus momentum menjadi :
𝑚𝐴 (𝑣𝐴 − 𝑣 ′𝐴 ) = 𝑚𝐵 (𝑣𝐵 − 𝑣 ′ 𝐵 ) (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢)

Kemudian menuliskan kembali energi kinetiknya menjadi


𝑚𝐴 (𝑣𝐴 2 − 𝑣𝐴 ′2 ) = 𝑚𝐵 (𝑣𝐵 ′2 − 𝑣𝐵 2 )
Apabila dilihat secara aljabar (𝑎2 + 𝑏 2 ) = (𝑎 − 𝑏)(𝑎 + 𝑏), maka persamaannya
dapat ditulis :

𝑚𝐴 (𝑣𝐴 − 𝑣 ′𝐴 )(𝑣𝐴 + 𝑣 ′𝐴 ) = 𝑚𝐵 (𝑣′𝐵 − 𝑣𝐵 )(𝑣′𝐵 + 𝑣𝐵 ) (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑢𝑎)

Kemudian melakukan pembagian antara persamaan dua terhadap


persamaan satu sehingga dihasilkan :
𝑣𝐴 + 𝑣 ′𝐴 = 𝑣𝐵 + 𝑣 ′ 𝐵
Persamaan tersebut dapat ditulis kembali menjadi :

𝑣𝐴 − 𝑣𝐵 = 𝑣 ′ 𝐵 − 𝑣 ′𝐴

Atau

𝑣𝐴 − 𝑣𝐵 = −(𝑣 ′𝐴 − 𝑣 ′ 𝐵 )
Tumbukan Tidak Elastis
Tumbukan tidak elastis merupakan tumbukan dengan energi kinetik setelah
tumbukan memiliki hasil lebih kecil daripada energi kinetik sebelum terjadi
tumbukan dikarenakan terdapat energi kinetik yang berubah bentuk. Contoh
kasusnya adalah pendulum balistik dimana peluru ditembakkan pada sebuah
pendulum. Penyelesaiannya dapat dilakukan dengan cara melihat momentum
sebelum dan sesudah tumbukan dengan memisalkan peluru dan pendulum sebagai
m dan M
𝑚𝑣 = (𝑚 + 𝑀)𝑣′
Setelah terjadi tumbukan, terbentuk energi mekanik. Sehingga dapat kita
tulis :
𝐸𝐾 + 𝐸𝑃 (𝑠𝑒𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛) = 𝐸𝐾 + 𝐸𝑃(𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
1
(𝑚 + 𝑀)𝑣′2 + 0 = 0 + (𝑚 + 𝑀)𝑔ℎ
2

𝑣 ′ = √2𝑔ℎ

Tumbukan Dua Dimensi


Kekekalan energi dan momentum dapat diaplikasi dalam dua maupun tiga
dimensi. Dalam dua dimensi dapat diambil contoh ketika bermain biliar dimana
bola yang memberika gaya akan berubah arah setelah bertumbukan dengan bola
lain sehingga membentuk sudut pada garis 𝑥 dan 𝑦. Apabila bola biliar dimisalkan
A dan B maka persamaannya akan menjadi :

𝑝𝐴𝑥 + 𝑝𝐵𝑥 = 𝑝′𝐴𝑥 + 𝑝′𝐵𝑥


𝑚𝐴 𝑣𝐴 = 𝑚𝐴 𝑣′𝐴 𝑐𝑜𝑠θ′𝐴 + 𝑚𝐵 𝑣′𝐵 𝑐𝑜𝑠θ′𝐵

Kemudian untuk persamaan garis y adalah :

𝑝𝐴𝑦 + 𝑝𝐵𝑦 = 𝑝′𝐴𝑦 + 𝑝′𝐵𝑦


0 = 𝑚𝐴 𝑣′𝐴 𝑠𝑖𝑛θ′𝐴 + 𝑚𝐵 𝑣′𝐵 𝑠𝑖𝑛θ′𝐵

Pusat Massa
Pengamatan menyatakan bahwa apabila objek melakukan rotasi, atau beberapa
bagian dari sebuah sistem dari objek bergerak, ada satu titik dengan jalur perpindahan yang
sama akan bergerak apabila mengalami gaya total yang sama sejak awal. Titik ini
merupakan pusat massa.
Apabila kita memiliki sebuah sistem yang terbentuk dari dua buah benda atau lebih
dengan massa 𝑚𝐴 , 𝑚𝐵 , … maka kita dapat mengidentifikasi lokasi pusat massa
berdasarkan kordinat garis 𝑥 dan 𝑦
Pusat massa pada garis x dengan diketahui massa (𝑚) dan posisi absis (𝑥) memiliki
persamaan :

𝑚𝐴 𝑥𝐴 + 𝑚𝐵 𝑥𝐵 + 𝑚𝐶 𝑥𝐶 + ⋯
𝑥𝑐𝑚 =
𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 + 𝑚𝐶 + ⋯

Pusat massa pada garis y dengan diketahui massa (𝑚) dan posisi ordinat (𝑦)
memiliki persamaan :

𝑚𝐴 𝑦𝐴 + 𝑚𝐵 𝑦𝐵 + 𝑚𝐶 𝑦𝐶 + ⋯
𝑦𝑐𝑚 =
𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 + 𝑚𝐶 + ⋯

Anda mungkin juga menyukai