Anda di halaman 1dari 26

Kata Pengantar

BISMILAHHIROHMANIRROHIM

Alhamdulilahhirobilalamin Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah


memberikan Nikmat dan rahmat kepada kita semua terutama umat muslim
sedunia yang mana telah menciptakan alam semesta kita ini dan juga telah di
berikan karunia kepada ananda dari oleh Allah SWT untuk menyiapkan tugas
Hidrologi Sesuai jadwal yang telah di tentukan.

Penyusunan tugas ini dilakukan sebagai suatu Tugas dalam proses belajar di
Akademi Teknik Tirta Wiyata Magelang, sekaligus sebagai suatu pemantapan
pengetahuan ilmu Hidrologi.

Penulis menyadari, laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam
penulisan maupun pembahasan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga laporan ini
bermanfaat dan dapat memenuhi syarat yang diperlukan.

Pada Kesempatan ini juga penulis mengucapkan banyak terima kasih


kepada Bpk. Ir.H.Djoni Supardi MT. selaku dosen Pembimbing Mata Kuliah
Hidrologi yang telah memberikan petunjuk – petunjuk praktis yang berkaitan
dengan Ilmu Hidrologi. Terimakasih wassalam
Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar belakang


1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Manfaat

BAB II Keadaan Sungai Ci Sadane

2.1 Luas DAS

2.2 Panjang Sungai

2.3 Anak Sungai

2.4 Kondisi DAS

BAB III Tentang Air Tawar Dalam Laut

3.1 Tentang Air Tawar Dalam Laut Di Al-Quran

BAB IV Siklus Hidrologi dan Penjeleasan

4.1 Penjelasan Siklus Hidrologi dan Gambar


BAB V Ekosistem DAS Hulu

5.1 Gambar dan Penjelasan DAS Hulu

BAB VI Evapotranspirasi

6.1 Penjelasan Evapotranspirasi

BAB VII Penutup

7.1 Kesimpulan

7.2 Saran

7.3 Sumber
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Pengelolaan DAS di Indonesia telah di mulai sejak tahun 70- an yang di


implementasikan dalam bentuk proyeksi reboisasi-penghijauan dan rehabilitasi
hutan lahan kritis .proyek pengelolaan DAS pertama kali di mulai sejak tahun
1973 berupa proyeksi Solo Upper Watershed Management and Upland
Development di DAS bengawan solo bantuan fao /UNDP .proyek pengelolan
das yang sedang gencar di laksanankan akhir akhir ini oleh pemerintah yang di
mulai pada tahun 2003 di bawah departemen kehutanan adalah gerakan
nasional rehabilitasi hutan dan lahan (gn rnhl/gerhan ).kegiatan pengelolaan
das tersebut telah berupaya memelihara dan meningkatkan kualitas das
Indonesia semakin memburuk dan permasalahan nya semakin komplek
(murtilaksono 2004 wibowo2004 ).

Beberapa indikator kerusakan das yang dapat di amati adalah hilang


nya kemampuan das menyimpan air sehingga musim kemarau mengalami
kekeringan, tidak menentunya frekwensi dan besaran banjir dan tingginya
sedimentasi di sungai. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem lingkungan
DAS yang mendukung proses hidro-orologis DAS sedang mengalami
kerusakan.
Secara umum persoalan yang ditemukan dalam optimalisasi
pengelolaan DAS, khususnya pengelolaan sumberdaya alam (faktor biofisik)
dalam DAS adalah belum terpadunya penanganan DAS mulai dari hulu sampai
hilir, baik antara daerah maupun antar stakeholder yang ada dan belum
diimplementasikan kebijakan-kebijakan di tingkat nasional maupun daerah
secara konsisten (Sunarti,2007).Pada tahap pelaksanaan, pengelolaan DAS
dapat diwujudkan melalui Beberapa fase ,yaitu;fase identifikasi maslah dan
fase perencanaan, fase implementasi dan fase evaluasi. Keempat fase tersebut
saling berkaitan membentuk suatu siklus. Kenyataannya pelaksanaan keempat
fase tersebut saling tidak berkaitan satu dengan lainnya. Instansi yang
berwenang menangani kegiatan masing-masing fase kurang berkoordinasi.
Pada fase identifikasi masalah dan fase perencanaan yang merupakan
bagian dari keempat fase pengelolaan DAS, salah satu instansi yang berwenang
melaksanakan kegiatan adalah Departemen Kehutanan melalui Dirjen RLPS
(Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial) dalam bentuk penyusunan pola
RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah) dan rencana teknik lapang
(RTL) RLKT, yang pembuatannya dilaksanakaan sejak tahun 1984.
Pada kegiatan RLKT, perencanaan pengelolaan DAS didasarkan pada
tingkat erosi dan sedimentasi, tingkat kekritisan lahan dan tingkat kekritisan
peresapan air hujan ke dalam tanah (Ditjen RRL, 1998). Pendugaan ketiga
tingkat parameter tersebut menggunakan parameter dan variabel masukan dan
keluaran yang kurang memperhatikan variabilitas keruangan (spasial),
Pendugaan ketiga parameter tersebut tidak memperhatikan kondisi DAS secara
menyeluruh terutama kondisi hidrologi DAS.
Dalam pendekatan hidrologis, DAS merupakan wilayah yang dibatasi
punggung bukit (pemisahan topografi) dimana air hujan yang jatuh pada daerah
tersebut akan ditampung dan kelebihannya dialirkan melalui sungai kecil ke
sungai utama. Menurut Black (1996) dalam Pawitan (2004), DAS sebagai
satuan hidrologi lahan memiliki 3 fungsi dasar, yaitu : (1) mengumpulkan
curah hujan, (2) menyimpan air hujan yang terkumpul dalam sistem-sistem
simpanan air DAS dan (3) mengalirkan air sebagai limpasan. Ketiga fungsi
hidrologi DAS tersebut berinteraksi dalam suatu sistem DAS yang merupakan
sistem simpanan massa air, serta hubungan masukan hujan dan keluaran
limpasan DAS.
Sistem DAS dicirikan oleh kondisi biofisik lahan membentuk suatu
system yang komplek dan sebagai filter terhadap masukan curah hujan yang
komplek pula. Curah hujan sebagai masukan mengandung variabilitas ruang
dan waktu yang sangat tinggi dan tidak dapat diperkirakan untuk beberapa
waktu kedepan yang merupakan kondisi lingkungan atmosfer, sedangkan
limpasan sungai merupakan gambaran kondisi biofisik lingkungan DAS juga
mengandung variabilitas yang tinggi dalam menerima, manampung dan
meluluskan air (Pawitan, 2004; Sri Harto, 2000).
Memperhatikan persoalan tersebut, tidak mungkin analisis sitem
hidrologi dilakukan untuk melacak keberadaan setiap bagian curah hujan
dalam proses transformasi hidrologi dalam DAS. Analisis yang dapat
dilakukan adalah dengan mengandaikan proses transformasi yang terjadi
mengikuti suatu aturan tertentu dimana harus dapat menggambarkan kondisi
biofisik DAS dalam proses transformasi tersebut yang disusun dalam sebuah
model (Sri Harto, 2000).

Model tersebut sering disebut sebagai model hidrologi. Pemilihan jenis


model diperlukan untuk menentukan model yang paling sesuai dengan keadaan
DAS. Pemilihan model yang akan digunakan dalam analisis hendaknya
dilakukan dengan pemahaman mendalam tentang struktur model, kemampuan
operasional, kekuatan dan kelemahannya, kepekaan dan keterbatasannya.
Sehingga dapat diketahui tingkat akurasi dari model yang digunakan.
Tujuan aplikasi model hidrologi akan menentukan katagori model yang akan
digunakan. Penggunaan model hidrologi dalam perencanaan pengelolaan DAS
bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai, mengevaluasi tingkat permasalahan
DAS dan sabagai alat untuk memilih tindakan pengelolaan dalam
mengendalikan permasalahan tersebut. Sehingga diharapkan dengan
penggunaan model hidrologi dapat dikembangkan skenario tindakan
pengelolaan secara sistematis untuk menentukan kondisi perencanaan
pengelolaan DAS terbaik. Sehingga model hidrologi merupakan metode
alternatif untuk menentukan Pengelolaan DAS.
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Luaran dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menyusun
perencanaan pengelolaan DAS Cisadane. Sehingga model hidrologi
dapat digunakan bagi pengambil keputusan untuk alternatif
perencanaan pengelolaan DAS

1.2.2 Tujuan
Sesuai dengan latar belakang maka tujuan penelitian ini adalah
 Aplikasi model SWAT untuk identifikasi sub DAS dan unit lahan yang
bermasalah pada DAS Cisadane.
 Evaluasi perencanaan pengelolaan DAS Cisadane dan penentuan
perencanaan pengelolaan DAS Cisadane terbaik dengan melihat
dampaknya terhadap indikator hidrologi DAS Cisadane.

1.2.3Manfaat
Dengan ini saya sebagai Mahasiswa dapat mengetahui segala yang ada
terjadi di Sungai Cisadane baik itu secara efektif maupun tidak efektif
nya ke adaan sungai Daerah Aliran Sungai tersebut.
BAB II
Daerah Aliran Sungai
Ci Sadane
2.1 Keadaan Sungai Cisadane

2.1.1.Luas
Luas sungai cisadane adalah 154.654 ha.Sungai Cisadane melintasi 44
kecamatan di Kabupaten atau Kota yaitu Kabupaten Bogor, Kota Bogor,
Kabupaten Tanggerang, Kota Tanggerang Kabupaten Tanggerang.Sungai
cisadane adalah salah satu sungai utama di provinsi Banten dan Jawa
Barat.Aliran sungai Cisadane terjadi saat musim hujan dan menurun pada
musim kemarau dengan debit normal sungai Cisadane sebesar 70m3/detik dan
aliran terendah berdasarkan pemantauan di pengamat serpong yaitu
2,93m3/detik di tahun 2010.

2.2 Panjang DAS.

Sungai cisadane adalah salah satu sungai terpanjang di pulau jawa yang
bermuara ke laut Jawa.Hulu dengan beberapa anak sungai yang berada di
lereng Gunung Salak.Melintas di sisi barat Kabupaten Bogor terus ke arah
Kabupaten Tanggerang dan bermuara di sekitar Tanjung Burung.Dengan
panjang keseluruhan 126km.Sungai ini pada bagian hilir nya cukup lebar dan
dapat di layari kapal kecil.
2.3 Anak Sungai
Sungai Cisadane melewati beberapa Kabupaten Dan Kota di Provinsi
Banten,oleh sebab itu maka Sungai Ci Sadane memiliki beberapa anak sungai
yaitu:
Ci Anten, yang melewati kecamatan Leuwiliang, bermuara ke Ci Sadane

Ci Kaniki, yang berhulu di G. Kendeng, TN G. Halimun-Salak, dan bermuara


ke Ci Anten

Ci Bungbulang, melewati kecamatan Cibungbulang, bermuara ke Ci Anten


Ci Aruteun, di mana dekat muaranya ditemukan Prasasti Ciaruteun, bermuara
ke Ci Anten

2.4 Kondisi DAS

Kebiasaan masyarakat di pinggir kali yang membuang sampah di


pinggir kali,membuang limbah rumah tangga serta tija membuat aliaran DAS
Ci Sadane di khawatirkan 2 smpai 3 tahun lagi daerah tersebut akan mengalami
krisi air bersih,jika kebiasaan tersebut tidak terhilangkan.

Telah terjadinya kerusakan DAS yang berdampak terhadap


permasalahan Ketersediaan air di Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane secara
umum telah sangat kritis dengan belum terkendalinya pemanfaatan ruang baik
di sepanjang sempadan sungai maupun pengelolaan di badan sungainya.
Ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan
semakin mahal dan langka baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga
menimbulkan berbagai konflik antar sektor maupun antar wilayah.
Fluktuasi ketersediaan air permukaan sangat tinggi, sehingga sering
terjadi kebanjiran di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Hal
tersebut merupakan wujud dari hulu DAS yang fungsi konservasinya telah jauh
berkurang.Belum adanya kesinergian antar wilayah dalam bentuk role sharing
antara Propinsi/Kabupaten/Kota Propinsi/Kabupaten/Kota di daerah hilir dalam
rangka penanganan hulu DAS.

Pantauan "PRLM" di beberapa titik aliran DAS Ciliwung dan DAS


Cisadane di wilayah Kota Bogor, Minggu (20/2) menunjukkan, sebagian besar
masyarakat yang tinggal di bantaran sungai tersebut masih memanfaatkan
sungai sebagai tempat sampah. Mulai dari limbah deterjen cucian, sampah
rumah tangga, hingga tinja masuk ke dalam aliran sungai tersebut. Warga di
sekitar bantaran sungai mengaku tidak mempunyai pilihan lain selain
menjadikan sungai sebagai tempat sampah. Keterbatasan ekonomi serta
kepadatan penduduk yang tinggal di wilayah bantaran sungai dijadikan alasan
masyarakat untuk menjadikan sungai sebagai tempat sampah raksasa.

Di sejumlah wilayah, misalnya di daerah Cibadak Tanah Sareal,


Sukasari, serta sekitar Pasar Anyar, masyarakat sengaja memasang saluran
pembuangan dari pipa paralon besar langsung dari rumah mereka ke sungai.
"Segala sampah masuk ke situ, termasuk kotoran manusia. Habis mau bikin
septitank di mana lagi," kata salah seorang warga Cibadak, Tanah Sareal, Udin
(30). Bahkan, di beberapa titik terlihat bilik yang dijadikan tempat buang hajat
sebagian warga yang tinggal tepat di bantaran kali.
Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jabar, Iwan
Wangsaatmadja mengakui jika pencemaran sejumlah DAS di wilayah Jabar
telah mencapai taraf berat, misalnya DAS Ciliwung dan DAS Cisadane.
Mayoritas pencemaran diakibatkan oleh sampah rumah tangga masyarakat
yang tinggal di bantaran kali. Hanya saja, pemerintah daerah masih kesulitan
memberikan sosialisasi agar masyarakat mengubah perilaku masyarakat
tersebut.

"Berapapun anggaran yang kita keluarkan untuk menanggulangi pencemaran


sungai ini tidak akan berarti jika di wilayah hulunya, yakni rumah tangga
masih membuang sampah ke sungai. Bukan hanya sampah organik biasa, tetapi
termasuk sisa cucian atau kotoran dari pembuangan WC," kata Iwan.
Banyaknya sampah yang ada di sungai, kata dia juga disinyalir menjadi
penyebab aliran sungai tidak bisa lancar. "Aliran air tidak bisa lancar sampai ke
hilir karena banyaknya sampah yang menyumbat aliran sungai," lanjutnya.

Berdasarkan data yang dirilis BPLH Kota Bogor, penelitian pada tahun
2010 menunjukkan limbah domestik atau limbah rumah tangga mendominasi
pencemaran Sungai Cisadane dan Ciliwung. Bahkan, pada penelitian yang
dilakukan oleh pihak ketiga, ditemukan kandungan bakteri E-coli yang sangat
tinggi di dalam air kedua sungai tersebut akibat digunakan sebagai septitank
oleh warga. Data ini hasil penelitian di Ciliwung Hulu, yaitu di Katulampa,
Ciliwung Tengah di sekitar Lapangan Sempur, Ciliwung Hilir di Pasir Jambu,
serta Cisadane Hulu di Rancamaya, Cisadane Tengah di Empang, dan Cisadane
Ilir di Karya Bakti.

Hasil penelitian itu menyebutkan kadar E-coli Ciliwung Hulu 50 ribu,


di Ciliwung Tengah sebesar 40 ribu, Ciliwung Hilir sebesar 120 ribu.
Sementara, di Cisadane Hulu sebesar 18 ribu, Cisadane Tengah sebesar 60
ribu, Cisadane Hilir sebesar 90 ribu. (A-155/A-147)

Sumber: Pikiran Rakyat Online - Minggu, 20 Februari 2011


BAB III

AIR TAWAR BAWAH LAUT


3.1 Tentang Air Tawar Di Dalam Laut di Al-Qur’an

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV


‘Discovery’ pasti kenal Mr.jacques Yves Costeau ia adalah seorang ahli
oceanografer dan ahli selam terkemuka dari prancis,orang tua berambut putih
ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero
dunia dan membuat film dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk
ditonton di seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-
tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap
rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di
sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi
keduanya. Seperti gambar berikut:
Menampilkan: Al-Furqan (25) No. Ayat : : 53

(‫) َّمحْ ُجورا َو ِحجْ را بَ ْرزَ خا بَ ْينَ ُه َما َو َجعَ َل أ ُ َجاج ِم ْلح َو َهذَا فُ َرات َعذْب َهذَا ْالبَحْ َري ِْن َم َر َج الَّذِي َوه َُو‬
25.53.
Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan);
yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang menghalangi.

Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya


untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah
lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khayalan
sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun
ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena
ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim,
kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada
ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Al Furqan ayat 53 di atas
dan surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan
Suez . Ayat itu berbunyi:
Menampilkan: Ar-Rahman (55) No. Ayat : : 19-20

‫ان ْالبَحْ َري ِْن َم َر َج‬


ِ َ‫ يَ ْلت َ ِقي‬55.19.
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian
bertemu,

‫ان ََّل بَ ْرزَ خ بَ ْي َن ُه َما‬


ِ َ‫ َي ْب ِغي‬55.20.
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing .

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua
lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di
mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut.
Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat
22 yang berbunyi
Menampilkan: Ar-Rahman (55) No. Ayat : : 22

‫ َو ْال َم ْر َجانُ اللُّؤْ لُ ُؤ ِم ْن ُه َما يَ ْخ ُر ُج‬55.22.


Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.

Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara. Mutiara hanya bisa


ditemukan di samudra / laut. Dan pada perbatasan dua sungai tersebut terdapat
kerang/mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi


kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di
lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang
hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang
canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.

Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad


yang silam Akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al
Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang
seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.
Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi
kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya hati manusia
akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang
bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?”
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Selalulah ingat mati dan
membaca Al Quran.” Jika Anda seorang penyelam, maka anda harus
mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika anda
menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika
anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin,
lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon
dan daun daunan. Setengah pengkaji mengatakan, itu bukanlah sungai biasa,
itu adalah lapisan hidrogen sulfida, nampak seperti sungai… luar biasa bukan?
Lihatlah betapa hebatnya ciptaan Allah ta’ala.

//----dikutip dari suaramedia.com ----//Last Updated ( Thursday, 03 June 2010 )


BAB IV

SIKLUS HIDROLOGI

4.1 Penjelasan Siklus Hidrologi dan Gambar

Siklus hidrologi adalah siklus biogeokimia terdiri dari aliran air di atas
dan di bawah bumi adalah komponen kunci dari perputaran siklus biogeokimia
lainnya. Limpasan bertanggung jawab untuk hampir semua transportasi
sedimen terkikis dan fosfor dari darat ke badan air. Salinitas lautan berasal dari
erosi dan transportasi garam terlarut dari tanah.

4.1.1 Presipitasi
Uap air yang jatuh ke permukaan bumi. Sebagian besar presipitasi terjadi
sebagai hujan, tetapi di samping itu, presipitasi juga menjadi salju, hujan es
(hail), kabut menetes (fog drip), graupel, dan hujan es (sleet). Sekitar 505.000
km3 (121.000 cu mi) air jatuh sebagai presipitasi setiap tahunnya, 398.000 km3
(95.000 cu mi) dari terjadi di atas lautan.
4.1.2 Canopy intersepsi
Pengendapan yang dicegat oleh dedaunan tanaman dan akhirnya menguap lagi
dari pada jatuh ke tanah.
4.1.3 Pencairan salju
Limpasan yang dihasilkan oleh mencair nya salju dari gundukan es.

4.1.4 Limpasan (runoff)


Berbagai cara dengan mana air bergerak di seluruh negeri. Ini mencakup
baik limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan saluran (channel
runoff). Karena mengalir, air dapat merembes ke dalam tanah, menguap ke
udara disimpan di danau atau waduk, atau diekstraksi untuk keperluan
manusia pertanian atau lainnya. Run off sering juga disebut sebagai aliran
permukaan. Run off merupakan aliran air hujan yang mengalir di atas
permukaan bumi, misalnya melalui sungai, selokan, irigasi, dsb ke tempat yang
lebih rendah hingga sampai ke laut.

4.1.5 Infiltrasi
Aliran air dari permukaan tanah ke dalam tanah. Setelah disusupi, air
menjadi kelembaban tanah (soil moisture) atau air tanah (groundwater).

4.1.6 Arus Bawah Permukaan


Aliran air bawah tanah, di zona Vadose dan akuifer. Air bawah
permukaan dapat kembali ke permukaan (misalnya sebagai pegas atau
dipompa) atau akhirnya meresap ke dalam lautan. Air kembali ke permukaan
tanah pada elevasi lebih rendah dari tempat itu disusupi, di bawah tekanan gaya
gravitasi atau gravitasi diinduksi. Tanah cenderung bergerak lambat, dan diisi
kembali perlahan-lahan, sehingga dapat tetap dalam akuifer selama ribuan
tahun.
s
4.1.7 Penguapan
Transformasi air dari cair ke fase gas ketika bergerak dari tanah atau
badan air ke atmosfer atasnya. Sumber energi untuk penguapan terutama
radiasi matahari. Penguapan banyak yang implisit meliputi transpirasi dari
tanaman, meskipun bersama-sama mereka secara khusus disebut sebagai
evapotranspirasi. Jumlah evapotranspirasi tahunan total sekitar 505.000 km3
(121.000 cu mi) volume air, 434.000 km3 (104.000 cu mi) yang menguap dari
lautan.

4.1.8 Sublimasi
Perubahan wujud secara langsung dari air padat (salju atau es) untuk uap
air.

4.1.9 Adveksi
Gerakan air dalam wujud padat, cair, atau uap melalui atmosfer. Tanpa
adveksi, air yang menguap dari lautan tidak bisa jatuh sebagai presipitasi di
atas tanah.

4.1.10 Kondensasi
Transformasi uap air untuk tetesan air cair di udara, awan dan kabut
adalah wujudnya.

4.1.11 Transpirasi
Pelepasan uap air dari tanaman dan tanah ke udara. Uap air adalah gas
yang tidak dapat dilihat.

4.1.13 Evaporasi
evaporasi merupakan penguapan yang bersumber dari badan air atau
perairan, misalnya penguapan air laut, air sungai, air danau, dan air
kolam.Beberapa faktor evaporasi yaitu energi matahari,suhu udara,kapasitas air
di dalam udara,tekanan serta kerapatan udara,dan sifat alamiah bidang
permukaan.

Sumber: http://www.diwarta.com/pengertian-siklus-hidrologi-dan-penyebab-
terjadinya/

(Sabtu,19-10- 2013 pukul 21:40 WIB )


BAB V
DAS HULU

5.1 Gambar dan Penjelasan DAS HULU

Keterlibatan berbagai pihak dalam perencanaan hingga monitoring,


evaluasi serta pendanaan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan DAS
Terpadu. Masyarakat merupakan unsur pelaku utama, sedangkan Pemerintah
sebagai unsur pemegang otoritas kebijakan dan fasilitasi. Pihak-pihak lain
yang mendukung keberhasilan pengelolaan DAS antara lain unsur Legislatif,
Yudikatif, sedangkan Perguruan Tinggi, Lembaga penelitian, LSM turut
mendukung keberhasilan pengelolaan DAS dalam kaitannya dengan
pemilihan teknologi, strategi dan pembinaan masyarakat. Dengan demikian
dalam suatu DAS akan terdapat banyak pihak dengan masing-masing
kepentingan, kewenangan, bidang tugas dan tanggung jawab yang berbeda,
sehingga tidak mungkin dikoordinasikan dan dikendalikan dalam satu garis
komando. Oleh karena,itu koordinasi yang dikembangkan adalah dengan
mendasarkan pada hubungan fungsional melalui pendekatan keterpaduan.
Standar, kriteria dan indikator kinerja dalam pengelolaan DAS perlu
disusun dan disepakati bersama oleh para pihak terkait tersebut, baik birokrasi
Pemerintah maupun lembaga lainnya. Selanjutnya kesepakatan tersebut
dituangkan dalam suatu bentuk Peraturan Pemerintah Daerah (Perda) Provinsi
Sumatera Barat. Standar, kriteria dan indikator tersebut dapat dijadikan lan-
dasan penilaian akuntabilitas.Pemerintah Daerah baik tingkat provinsi,
kabupaten atau kota yang tercakup dalam DAS, sehingga hasil kegiatan
pengelolaan DAS, tidak saja dirasakan oleh masyarakat lokal, tetapi juga ada
manfaatnya bagi masyarakat luas (regional, nasional dan internasional).
Sedangkan interdepensi hulu dan hilir DAS memungkinkan adanya insentif
atau disinsentif yang mempunyai potensi menjadi salah satu dana kegiatan
pengelolaan DAS melalui suatu jasa lingkungan atau carbon trade.
Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal
balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala
aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta
meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara
berkelanjutan (PP Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai).

Sedangkan pengelolaan DAS Terpadu merupakan upaya pengelolaan


sumberdaya yang menyangkut berbagai pihak yang mempunyai kepentingan
berbeda-beda, sehingga keberhasilannya sangat ditentukan oleh banyak pihak,
tidak semata-mata oleh pelaksana langsung di lapangan, tetapi oleh pihak-
pihak yang berperan sejak tahapan perencanaan hingga monitoring dan eval-
uasinya. Masyarakat merupakan unsur pelaku utama, sedangkan Pemerintah
sebagai unsur pemegang otoritas kebijakan dan fasilitator. Sedangkan unsur
legislatif, yudikatif dan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, LSM juga turut
mendukung kekerhasilan pengelolaan DAS.

Sumber:http://repository.ipb.ac.id/bitstream (Sabtu,19-10- 2013 pukul 14:55


WIB )
BAB VI
EVAPOTRANSPIRASI

6.1 Pengertian Evapotranspirasi


Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan
transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah
dan badan badan air (abiotik), sedangkan transpirasi adalah proses keluarnya
air dari tanaman (boitik) akibat proses respirasi dan fotosistesis.
Kombinasi dua proses yang saling terpisah dimana kehilangan air dari
permukaan tanah melalui proses evaporasi dan kehilangan air dari tanaman
melalui proses transpirasi disebut sebagai evapotranspirasi (ET).
Proses hilangnya air akibat evapotranspirasi merupakan salah satu
komponen penting dalam hidrologi karena proses tersebut dapat mengurangi
simpanan air dalam badab-badan air, tanah, dan tanaman. Untuk kepentingan
sumber daya air, data ini untuk menghitung kesetimbangan air dan lebih
khusus untuk keperluan penentuan kebutuhan air bagi tanaman (pertanian)
dalam periode pertumbuhan atau periode produksi. Oleh karena itu data
evapotranspirasi sangat dibutuhkan untuk tujuan irigasi atau pemberian air,
perencanaan irigasi atau untuk konservasi air.
Evapotranspirasi ditentukan oleh banyak faktor yakni:
 Radiasi surya (Rd): Komponen sumber energi dalam memanaskan
badan-badan air, tanah dan tanaman. Radiasi potensial sangat
ditentukan oleh posisi geografis lokasi,
 Kecepatan angin (v): Angin merupakan faktor yang menyebabkan
terdistribusinya air yang telah diuapkan ke atmosfir, sehingga proses
penguapan dapat berlangsung terus sebelum terjadinya keejenuhan
kandungan uap di udara,
 Kelembaban relatif (RH): Parameter iklim ini memegang peranan
karena udara memiliki kemampuan untuk menyerap air sesuai
kondisinya termasuk temperature udara dan tekanan udara atmosfir.
 Temperatur: Suhu merupakan komponen tak terpisah dari RH dan
Radiasi. Suhu ini dapat berupa suhu badan air, tanah, dan tanaman
ataupun juga suhu atmosfir.
Sumber: http://vansaka.blogspot.com/2010/03/semua-tentang-
evapotranspirasi.html
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan

Jadi dapat di simpulkan bahwa;

a) Sungai Ci Sadane memiliki luas 154,654 ha yang melewati beberapa anak


sungai.sungai ini mempunyai panjang 126 kmyang bermuara di tanjung
burung.Sungai Ci Sadane mengalami kerusakan yang di sebabkan oleh
pembuangan limbah rumah tangga,sampah dan lain lain sehingga saat
musim hujan mengalami banjir.
b) Sungai air tawar dalam laut ternyata terbukti oleh kecanggihan teknologi
masa sekarang.sungai air tawar dalam laut telah di jelaskan Allah SWT di
dalam Al-Quran Surat Al-Furqon ayat 53,Surat Ar-Rahman ayat 19-20 dan
ayat 22.
c) Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi kembali.
d) Masyarakat saat ini masih belum ada kesadaran karna masyarakat adalah
pelaku utama,sedangkan pemerintah memiliki kekuasaan untuk
mendukung keberhasilan pengelolaan DAS.
e) Evapotranspirasi yaitu jumlah air total yang di kembalikan lagi ke
atmosfer dari permukaan tanah,badan air,dan vegetasi oleh adanya
pengaruh faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi.

7.2 Saran

Maka oleh sebab itu sebaiknya:

a) Marilah kita menjaga lingkungan sebab kita bergantung padanya.

b) Pemerintah sebaiknya menindak tegas masyarakat yang merusak


lingkungan melalui peraturan yang di jalankan aparatur negara.

c) Sebaiknya daerh aliran sungai di kembangkan secara optimal oleh


masyarakat maupun pemerintah

d)Pemerintah mengadakan sosialisai tentang guna menjaga lingkungan


bersama masyarakat agar masyarakat mengerti penting nya lingkungan
7.3 Sumber

a) http://vansaka.blogspot.com/2010/03/semua-tentang-evapotranspirasi.html

b) http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle

c) http://www.diwarta.com/-siklus-hidrologi-dan-penyebab- terjadinya/

d) //----dikutip dari suaramedia.com ----//Last Updated

e) http://Pikiran.Rakyat.Online

f)http://www.travelific.my/admin/uploadStory/-1107.jpg&imgrefurl

Anda mungkin juga menyukai