Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PENGUKURAN DEBIT

SELAIN

METODE ALAT UKUR ARUS

5.1 PENDAHULUAN

Selainm metode alat ukur arus, pengukuran debit dapat dilakukan dengan metode :

1. Pelampung
2. Larutan
3. Volumetrik
4. Bangunan ukur debit
5. Metode baru

Metode tersebut dapat digunakan pada sungai yang tidak dapat diukur debitnya dengan
menggunakan alat ukur arus.

5.2 METODE PELAMPUNG


5.2.1 Kerangka Teori
Debit sungai dapat dihitung dengan cara mengukur luas penampang basah dan
kecepatan aliran

Rumus yang digunakan :

Q=∑(a.v)

v = k . Vp

Vp = L/T

Dimana :

Q = Debit sungai total ( m3/det )


a = Luas bagian penampang basah ( m2 )
v = Kecepatan aliran rata-rata pada bagian penampang basah ( m/det )
k = Faktor koreksi kecepatan
Vp = Kecepatan lintasan pelampung ( m/det )
L = Panjang lintasan pelampung ( m )
T = Waktu lamanya lintasan pelampung ( detik )

Pengukuran menggunakan metode pelampung dilaksanakan apabila :


1. Kecepatan aliran tidak dapat atau belum dapat diukur degan menggunakan alat ukur
arus.
2. Keadaan aliran membahayakan keselamatan petugas dan peralatannya.
3. Kecepatan aliran melebihi kemampuan spesifikasi alat ukur.
4. Diperlukan untuk penyelidikan dibit sesaat pada survey pendahuluan.

5.2.2 Peralatan Pengukuran


Peralatan yang diperlukan :
1. Alat ukur kecepatan aliran, dibedakan 2 jenis :
a. Pelampung permukaan :
Bahan yang digunakan mengapung dipermukaan aliran
- Kayu dengan diameter 15 – 30 cm tebal 5 cm
- Atau bahan lainnya
b. Pelampung yang Sebagian tenggelam dan sebagian muncul dipermukaan aliran
- Kayu atau bambu yang diberi pemberat pada bagian bawah agar dapat
melayang .
2. Alat ukur penampang basah
Alat ini terdiri dari alat ukur lebar dan alat ukur kedalaman aliran
a. Alat ukur lebar aliran antara lain :
- Kabel ukur lebar
- Pita ukur
b. Alat ukur kedalaman aliran antara lain :
- Batang duga kedalaman
- Kabel duga kedalaman
3. Peralatan lain yang diperlukan
- Stop watch
- Rambu-rambu peralatan aba-aba
- Batu baterai
- Penyipat ruang
- Peralatan bantu lainnya ( patok, paku, palu dll )

5.2.3 Pemilihan Lokasi Pengukuran


Lokasi pengukuran debit dengan metode pelampung dipilih pada bagian alur sungai di
pos duga air.
Persyaratan pemilihan lokasi pengukuran :
1. Alur sungai lurus ( minimal 3 kali lebar sungai )
2. Mudah dicapai pada segala kondisi
3. Aliran banjir tidak melimpah
4. Dasar sugnai stabil
5. Mempunyai pola aliran yang seragam dan mendekati jenis aliran sub kritik
6. Tidak terpengaruh oleh adanya peninggian muka air
7. Lintasan pelampung mudah diamati
8. Adanya sarana untuk melepaskan pelampung
9. Mudah untuk mendapatkan bahan pelampung
Tabel 1 penentuan bagian alur sungai yang lurus menurut Muzet A . 1980

Lebar <5 10 15 20 30 40 50 75
alur (m)
Alur 20 30 40 50 60 70 80 90
yang
lurus
(m)

Tabel 2 penentuan banyaknya jalur lintasan pelampung menurut Muzet A . 1980

Lebar alur <50 50- 100- 200- 400- 800


(m) 100 200 400 800
Banyaknya 3 4 5 6 7 8
jalur
lintasan

- Banyaknya lintasan pelampung minimal harus 3 (tiga) buah dan apabila


memungkinkan minimal 5 (lima) buah.
- Aturan pada tabel 2 dapat sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
banyaknya lintasan pelampung
- Titik pelepasan pelampung berjarak minimal 10m disebelah hulu.

5.2.4 Pelaksanaan Pengukuran Debit


Pengukuran kecepatan lintasan pelampung dapat dilaksanakan dengan urutan sebagai
berikut :
1. Mengukur jarak antara penampang hulu dan hilir, jarak diantaranya adalah
merupakan batas untuk mengukur panjang posisi lintasan pelapung
2. Melepaskan pelampung kira-kira 10m dari sebelah hulu penampang basah hulu
3. Mengukur posisi lintasan pelampung diantara dua penampang hulu dan hilir
4. Mencatat lama lintasan pelampung diantara dua penampang hulu dan hilir
5. Menghitung panjang lintasan pelampung
6. Menghitung kecepatan lintasan pelampung
7. Mengulangi pekerjaan ( 2 sd 6 ) untuk jalur lintasan berikutnya, pekerjaan tersebut
dilaksanakan untuk semua jalur lintasan pelampung yang telah ditentukan.
Posisi lintasan pelampung dapat diukur dengan :
1. Alat penyipat ruang
2. Bentangan alat ukur leba yang telah ditentukan jarak interval setiap bagian
penampang basahnya

Pengukuran penampang basah untuk mengukur debit banjir dapat dilaksanakan


bersamaan waktunya dengan pengukuran kecepatan aliran pada saat banjir apabila
kondisinya memungkinkan.

Apabila tidak memungkinkan karena banjir, pengukuran penampang basah dapat


dilaksanakan setelah terjadi banjir, dengan cara identifikasi tanda-tanda bekas
elevasi banjir pada tebing sungai.
5.2.5 Perhitungan Debit
Data-data yang diperlukan
- Peng ukuran penampang basah
- Posisi lintasan pelampung ( digambar )
- Kecepatan aliran rata-rata

Debit dihitung dengan rumus :

Keterangan :

Q = Debit total ( m3/det)

q = Debit setiap bagian penampang ( m3/det)

v = kecepatan aliran rata-rata pada bagian luas penampang basah (m/det)

( A + A’ )/2 = luas bagian penampang basah rata-rata hulu dan hilir pada setiap bagian penampang
basah (m2)

m = banyaknya luas bagian penampang basah

Masalah utama adalah menentukan besarnya faktor koreksi kecepatan ( k ), ada beberapa cara
pendekatan untuk menentukan koefisien tersebut :

1. Menggunakan harga koefisien yang telah diselidiki sebelumnya dilokasi pengukuran


2. Apabila
5.2.6 Kesalahan Pengukuran
5.3 METODE LARUTAN
5.3.1 Metode Kecepatan
5.3.2 Metode Penuangan Tetap
5.3.3 Metode Penuangan Seketika
5.4 METODE VOLUMETRIK
5.5 BANGUNAN UKUR DEBIT
5.5.1 Ambang
5.5.1.1 Ambang Lebar
5.5.1.2 Ambang Tajam
5.5.1.3 Ambang Mercu Pendek
5.5.2 Flume
5.5.3 Penggunaan Ambagn dan Flume
5.6 METODE BARU
5.6.1 Metode Elektromagnetik
5.6.2 Metode Ultra Sonik

Anda mungkin juga menyukai