Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PIRU


Jln, Arteri Piru e-mail ; rsud_sbb@yahoo.co.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PIRU


KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
NOMOR : 445/ /SK/RSUDP/2018

TENTANG
PANDUAN SKRINING PASIEN
RSUD PIRU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PIRU

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD Piru,


maka diperlukan penyelenggaraan skrining pasien yang efektif.

b. Bahwa agar pelaksanaan skrining pasien di RSUD Piru dapat


terlaksana dengan baik, perlu adanya Panduan skrining RSUD
Piru sebagai landasan bagi penyelenggaraan skrining pasien di
RSUD Piru.

c. Bahwa sesuai dengan yang dimaksud dalam a dan b, perlu


diterbitkan panduan skring pasien oleh Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Piru.

MENGINGAT : 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan

6. Surat Keputusan Bupati SBB nomor. ...../Kpts/Dir/../2018


tentang struktur organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Piru
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
Kesatu Keputusan direktur rumah sakit umum piru kabupaten seram
bagian barat tentang panduan skrining pasien rsud piru
kabupaten seram bagian barat

Kedua Memberlakukan Panduan Skrining Pasien di Rumah Sakit


Umum Daerah Piru sebagaimana tertuang dalam keputusan ini
(terlampir)
Ketiga Panduan Skrining pasien dimaksudkan sebagai acuan dalam
pelaksanaan kegiatan pelayanan pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Piru
Keempat Panduan Skrining Pasien merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dan ketentuan direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Piru
Kelima Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Hal-hal
yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam surat
keputusan ini akan diatur kemudian deengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kesalahan dapat diubah sebagai
mana mestinya.

Ditetapkan DI: Piru


Pada Tanggal : 2018

DIREKTUR RSUD PIRU

Dr. Michel A. Siwabessy


PEMBINA UTAMA
NIP 19610801 199010 1 001
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PIRU
Nomor : ......./kpts/DirRSUP/2018
Tanggal : ....................................

PANDUAN SKRINING PASIEN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PIRU

BAB I
DEFINISI

Skrining diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang mempunyai
makna pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang
yang memiliki keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi
(Kamus Dorland ed. 25:974).Menurut Rochjati P. (2008), skrining merupakan
pengenalan diri secara pro aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah
atau faktor resiko.Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya
mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien melalui serangkaian tes berupa
pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat sehingga
didapatkan keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak pertama,
apakah benar-benar membutuhkan pelayanan sesuai diagnosa dan kondisi
pasien.Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk
menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan
kesehatan lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber
daya rumah sakit.

BAB II
RUANG LINGKUP

Skrining merupakan metode untuk mengetahui kebutuhan pelayanan pasien


secara cermat dan tepat. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien selain
meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga, juga akan meningkatkan mutu pelayanan
serta mengoptimalkan efisiensi biaya pelayanan. Untuk itu, dibutuhkan pengumpulan
informasi yang memadai di saat pasien pertama kali mengakses pelayanan baik pre-
hospital maupun intra-hospital. Informasi yang dikumpulkan saat proses skrining pasien
membantu dalam pengambilan keputusan yang sesuai tentang kriteria pasien, yaitu
mana yang dapat dilayani dan mana yang tidak mampu dilayani, dengan
mempertimbangkan fasilitas yang dimiliki di rumah sakit umum daerah piru. Skrining
dibagi dalam dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital.

BAB III
TATALAKSANA

1. Skrining Pra-Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
maupun Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon.Interaksi telepon bisa
datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan
panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang
berencana merujuk pasien ke rumah sakit Umum Piru, akan diterima oleh operator
yakni petugas admisi, atau tenaga medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait
(IGD/IRJ) setelah disambungkan oleh operator.
Langkah-langkah skrining Pra-Hospital antara lain :
1. Petugas Customer Servise menerima telepon dari luar mengenai pasien yang
akan dirujuk/ dirawat di Rumah Sakit
2. Petugas Customer Servis menanyakan identitas pasien :
 Nama Pasien
 Usia
 Jenis kelamin
 Nama Rumah Sakit/Pelayanan Kesehatan yang akan merujuk
 Keadaan dan kebutuhan pasien
3. Setelah mengidentifikasi pasien, maka petugas menyambungkan ke bagian IGD
dan menyampaikan informasi yang telah di dapat.
4. Perawat IGD menerima telepon tersebut, menanyakan kondisi pasien:
 Keadaan umum
 Tanda – tanda vital
 Anamnesa ringkas
 Hasil penunjang
 Kebutuhan pasien tersebut.
5. Berdasarkan hasil skrining tersebut, apakah kebutuhan pasien sesuai dengan
misi dan sumber daya RS
6. Petugas IGD meminta agar pihak perujuk menelepon kembali dalam waktu 10
menit agar dapat dipastikan ruangan di IGD tersedia / tidak.

2. Skrining Intra-Hospital
Skrining intra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun
area Rawat Jalan (IRJ).Langkah-langkah skrining intra-hospital antara lain:
a. Skrining pasien dapat dilakukan oleh petugas Customer service
b. Pasien yang datang langsung ke Rumah sakit, masuk melalui pintu utama dan
bertemu dengan bagian Customer service akan dinilai kebutuhan pasien apakah
pasien memerlukan pelayanan Rawat Jalan (sesuai dengan poliklinik yang
dibutuhkan oleh pasein dan tersedia di RS) atau pasien memerlukan
penanganan Gawat Darurat yang akan dilakukan di IGD (Instalasi Gawat Darurat
) RS
c. Jika sumber daya Rumah Sakit tidak sesuai dengan kebutuhan pasien, maka
pasien akan di arahkan kerumah sakit lain yang sesuai dengan sarana pelayanan
yang dibutuhkan pasien.
d. Jika pasien membutuhkan pelayanan penunjang, maka pasien dapat mengetahui
informasi apakah pelayanan tersebut dapat dilakukan di RS atau tidak dan setiap
pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus selalu ada rujukan
keLaboratorium atau ke Radiologi dari dokter.
e. Dalam pelaksanaannya petugas customer service dapat berkoordinasi dengan
petugas pendaftaran, petugas Poliklinik, atau pun petugas IGD.

3. Skrining di Instalasi Rawat Jalan


Skrining rawat jalan dilakukan oleh dokter dan perawat dirawat jalan. Skrining
rawat jalan meliputi :

a. Kondisi umum pasien

Dinilai dari kesadaran, jalan nafas, pernfasan, dan sirkulasi. Kesadaran dinilai apakah
pasien dalam kondisi sadar penuh (composmentis), atau apakah pasien mengalami
penurunan kesadaran (mulai gelisah, sangat mengantuk, sampai penurunan
kesadaran lebih lanjut) yang layak mendapatkan pelayanan ke IGD

b. Penilaian nyeri

Penilaian nyeri menggunakan wong baker face pain sating scale.

Pasien dengan nilai nyeri ≥ 8 layak mendapakan pelayanan IGD

c. Skrining batuk

Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien


batuk, apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak.Pasien yang batuk semua
diberikan masker wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ dua minggu diarahkan
ke jalur fast track untuk mengurangi resiko penularan infeksi air bone. Pasien
yang dengan TBC diarahkan ke jalur fast track ke poli TBC

4. Skrining di Instalasi Rawat Inap


Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitative dan paliatif dan isolasi diprioritaskan. Skrining pasien indikasi rawat
inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui UGD/Poliklinik umum dan oleh
dokter spesialis. Pasien akan masuk pada criteria kuratif, preventif, rehabilitative,
pasien indikasi rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.

Preventif: Perawatan Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit /


deteksi dini factor resiko. Seperti : Pemeriksaan kesehatan dilakukan
berkala (pemeriksaan kehamilan, balita),Deteksi dini kasus, factor resiko
maternal dan balita Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ini hamil dan dewasa.
Pemberian ATS pada luka tusuk, ARV pada pasien digigit anjing.
Paliatif: Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang
bersifat mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang usia dan
meningkatkan kualitas hidup. Skrining pasien dilakukan oleh dokter umum
atau spesialis.
Kuratif: Perawatan kuratif adalah Upaya merupakan serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditunjukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit. Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi
tidak masuk indikasi rawat inap, dokter wajib memberikan pendidikan
kesehatan dan didokumentasikan dalam form instruksi pasien pulang.
Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi / mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok
orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan
pencegahan kecacatan (tertiary prevention) Contoh tindakan rehabilitative
adalah fisioterapi.

5. Skrining untuk pemeriksaan penunjang

Skrining pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan Clinical pathway dari


masing –masing DPJP.
BAB IV

DOKUMENTASI

Pendokumentasian skrining terutama skrining didokumentasikan dalam berkas


rekam medis.
BAB V
PENUTUP

Demikianlah panduan Skrining ini agar dapat dijadikan acuan dalam


penyelenggaraan pelayanan Rumah Sakit yang bermutu, aman, efektif dan efisien
dengan mengutamakan keselamatan pasien.

Ditetapkan di : Piru
Pada Tanggal : 2018

DIREKTUR RSUD PIRU

Dr. Michel A. Siwabessy


PEMBINA UTAMA
NIP 19610801 199010 1 001

Anda mungkin juga menyukai