Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek belajar lapangan pada kedokteran okupasi atau plant survey adalah
suatu kunjungan ke perusahaan atau komunitas pekerja baik formal ataupun
informal. Untuk mendapatkan gambaran mengenai cara pekerja, bahaya
potensial yang dihadapi dan perlindungan yang telah diberikan perusahaan
dengan cara observasi dan wawancara.1
Perusahaan yang kami kunjungi yaitu PT Phapros, Tbk yang merupakan
perusahaan farmasi anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI)
yang saat ini menguasai saham sebesar 56,6% dan sisanya dipegang oleh
public termasuk karyawan. PT Phapros Tbk didirikan lebih dari enam
dasawarsa yang lalu, tepatnya pada 21 Juni 1954, yang awalnya merupakan
bagian dari pengembangan usaha Oei Tiong Ham Corcern dengan nama NV
Pharmaceutical Processing Industries sejak awal menumbuhkan budaya
perusahaan yang berbasis pada profesionalisme dan berorientasi pada
kualitas.2
PT. Paphros Tbk. Telah melayani masyarakat dengan memproduksi obat-
obatan bermutu selama lebih dari empat dasawarsa mwlalui pabriknya di
Simongan 131, Semarang. Cikal bakal perusahaan ini adalah NV
Pharmaceutical Processing Industry, yang disingkat menjadi Phapros.
Didirikan pada tanggal 21 Juni 1954 sebagai bagian dari pengembangan usaha
Oei tiong Ham Concern (OTHC), konglomerat pertama di Indoinesia yang
menguasai bisnis gula dan agroindustri.
Dalam perjalanan bisnisnya, phaptos diambil alih oleh pemerintah ketika
pada tahun 1961 seluruh kekayaan OTHC dinasionalisasi dan diubah menjadi
sebuah perusahaan holding yang sekarang dikenal sebagai PT. Rajawali
Nusantara Indonesia (RNI). Pada tahun 2003, RNI menguasai 53% saham
Phapros dan selebihnya berada ditangan publik.

1
Berorientasi pada kualitas, phapros termasuk salah satu dari lima
perusahaan yang pertama kali mendapatkan sertifikasi Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) pada tahun 1990. Komitmen tinggi Phapros terhadap
standar kualitas dibuktikan lagi dengan memperoleh Sertifikat ISO 9001 pada
tahun 1999, kemudian memperoleh Sertifikat ISO 9011 versi 2000 dan
Sertifikat ISO 14001 pada tahun 2000.
Pada akhir 2002 phapros telah memproduksi 137 item obat, 124
diantaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri. Pada pertengahan 2004
Phapros memperkenalkan produk alam dalam kelompok Agro-
Medicine(Agromed).
Untuk meletakkan fondasi bisnis yang kuat, manajemen terus menerapkan
Good Corporate Govermence. Dan, yang tidak kalah penting manajemen akan
terus membengun kompetensi personal melalui program pengembangan SDM
yang terarah sehingga mampu membawa Phapros memasuki era perdagangan
bebas sebagai perusahaan farmasi terkemuka di kawasan Asia.2
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan unsur penting yang harus
dimiliki oleh suatu organisasi suatu perusahaan. Dalam manajemen Sumber
Daya Manusia, manusia merupakan faktor penting pendukung maju tidaknya
suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengelola dengan
baik unsur manusia sebagai tenaga kerja dan asset berharga yang dimiliki oleh
perusahaan. Sehingga kesehatan dan keselamatan kerja haruslah dijamin oleh
perusahaan tersebut.3
Beberapa golongan yang dapat menyebabkan factor risiko terjadinya
penyakit akibat kerja yakni golongan fisika, kimia, ergonomic, biologi dan
psikososial. yang dapat dialami pekerja, penyakit akibat kerja yaitu penyakit
yang berhubungan dengan kecacatan dan kematian akibat kerja, sehingga
diperlukan antisipasi oleh pihak perusahaan baik saat proses kerja maupun
lingkungan kerja itu sendiri. Penyediaan fasilitas kerja berupa tempat kerja
yang kondusif, alat pelindung diri bagi pekerja dan pelayanan kesehatan kerja
harus menjadi perhatian bagi setiap perusahaan.3

2
1.2 Tujuan Praktik Belajar Lapangan
1.2.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa secara langsung dapat melihat lingkungan kerja
dan proses kerja suatu komunitas pekerja yang dapat merupakan factor
risiko gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, sehingga memahami
pengaruh lingkungan terhadap kesehatan.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mampu mengidentifikasi bahaya potennsial/factor risiko terhadap
kesehtan dan keselamatan kerja diperusahaan PT Phapros, Tbk
b. Mampu mengidentifikasi gangguan kesehatan yang mungkin
timbul karena adanya bahaya potensial diperusahaan PT Phapros,
Tbk
c. Mampu menjelaskan upaya perlindungan dan pencegahan yang
telah dilakukan oleh perusahaan PT Phapros, Tbk
1.2.3 Manfaat Praktik Belajar Lapangan
a. Bagi Mahasiswa
Memperoleh wawasan tentang materi Kedokteran Okupasi,
terutama dalam pelaksanaan Plant Survey dan penerapannya dalam
pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
b. Bagi perusahaan
1. Tercapainya derajat kesehatan bagi para pekerja yang setinggi-
tingginya. Memberikan sarana dalam pelayanan kesehatan dan
keselamatan bagi pekerja.
2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan kerja bagi pekerja
didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan bagi
pekerja.
3. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan para pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan tempat kerja.
Ditingkatkannya produksi, efisiensi dan produktivitas kerja
dengan terus memacu pertumbuhan ekonomi
3
1.3 Ruang Lingkup
1.3.1 Ruang Lingkup Keilmuan
Kegitan ini adalah kegiatan dibidang Ilmu Kedokteran Okupasi dan
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
1.3.2 Ruang Lingkup Tempat
Kegiatan ini berlokasi di PT Phapros, Tbk Semarang
1.3.3 Ruang Lingkup Waktu
Waktu pada kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Agustus
2017
1.4 Metode Pengumpulan data
Dalam kegiatan ini digunakan metode observasional dan
wawancara

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


Definisi APD dalam HSE regulasi adalah semua peralatan yang
melindungi pekerja selama bekerja termasuk pakaian yang harus di pakai pada
saat bekerja, pelindung kepala (helmet), sarung tangan (gloves), pelindung
mata (eye protection), pakaian yang bersifat reflektive, sepatu, pelindung
pendegaran (hearing protection) dan pelindung pernapasan (masker).4
Penggunaan APD di tempat kerja di sesuaikan dengan pajanan bahaya yang di
hadapi di area kerja. Berikut adalah jenis bahaya dan APD yang diperlukan:

Tabel . Jenis bahaya dan APD yang diperlukan

No Tubuh Yang Bahaya APD


Dilindungi
1 Mata Percikan bahan kimia, debu, safety spectacles, goggles,
proyektil, gas, uap, radiasi faceshields, visors.

2 Kepala Kejatuhan benda, benturan, Helmet


rambut tertarik mesin

3 Sistem pernapasan Debu, gas, uap, fume, Respirator, alat bantu


kekurangan oksigen pernapasan

4 Melindungi badan Panas berlebihan, tumpahan atau Cover all, pakaian anti
percikan bahan kimia panas/api

5 Tangan Panas, terpotong, bahan kimia, Sarung tangan


sengatan listrik

6 Kaki Tumpahan bahan kimia, tertimpa Sepatu safety


benda, sengatan listrik

5
2.2 ALAT PEMADAM KEBAKARAN
Alat Pemadam Kebakaran adalah berbagai peralatan utama dan penunjang
untuk membantu memadamkan api kebakaran. Berbagai macam alatnya dapat
berupa peralatan pemadam api ringan, pemadam api berat / trolley, pemadam
api portable, alat pemadam api thermatic system, dan alat pemadam api
hydrant.5
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) merupakan alat pemadam api
yang dapat dioperasikan oleh satu orang saja. Alat pemadam api ringan
memiliki ukuran berat dari 1Kg sampai dengan 9Kg. Dengan bentuk dan
ukuran yang kecil membuatnya dapat diletakan diberbagai tempat seperti
toko, gudang, rumah, kantor, rumah sakit, pabrik dan berbagai area
lainnya seperti SPBU. Media APAR terdiri dari CO2, ABC Powder, Foam
dan HCFC.5

2. Alat Pemadam Api Berat (APAB) Trolley


Alat Pemadam Api Berat (APAB) Trolley merupakan alat
pemadam api yang harus dioperasikan oleh minimal 2 orang, karena alat
pemadam api berat memiliki ukuran yang besar yang dimulai dari 20-
90Kg tergantung merknya. APAB memiliki sepasang roda yang berguna
untuk membantu mendorong APAB keberbagai tempat yang di inginkan.
APAB memiliki berbagai media yang sama dengan APAR yaitu Foam,
dan ABC Powder.5

6
3. Alat Pemadam Api Portable - Fire Stop
Alat Pemadam Api Portable merupakan alat pemadam api yang
memiliki ukuran 500ml atau 1Kg, dengan ciri seperti botol hair spray.
Namun sayangnya alat pemadam api portable yang hadir di masyarakat
seperti Fire Stop tidak dapat dilakukan isi ulang seperti APAR dan APAB.
Solusi untuk anda yang ingin menggunakan Alat Pemadam Api Portable
pada kendaraan seperti mobil pribadi, angkutan umum (bus, mini bus,
taksi, dan busway), truk, mobil box dan lainnya dapat menggunakan
APAR dengan ukuran 1Kg sampai 2Kg.5

Tahun 2016 banyak dilakukan sidak terhadap kendaraan yang


belum memiliki berbagai alat keamanan seperti Alat Pemadam Api Ringan
di dalam mobil. Namun dibalik sidak tersebut ada maksud baik terhadap
kendaraan anda. Sebenarnya tindakan pencegahan terhadap kebakaran
7
kendaraan lebih mudah diminimalisir dengan adanya berbagai peralatan
keamanan seperti APAR.
4. Alat Pemadam Api Thermatic
Alat Pemadam Api Thermatic merupakan alat pemadam api yang
berbentuk bulat dan dilengkapi dengan sprinkler otomotasi untuk
medeteksi panas ± 68°C. Jika panas mencapai ± 68°C, maka media
(umumnya Halon) di dalam tabung thermatic akan keluar untuk
mematikan api. Umumnya Alat Pemadam Api Thermatic diletakan di
plafon suatu ruangan. Ukuran Thermatic System terdiri dari 3Kg dan 5Kg.
Memasang Alat Pemadam Api ini lebih mudah dan lebih cepat. Alat
pemadam api ini pun sangat mudah dilakukan maintanance. Dengan
adanya Preasure Gauge membuat kita dapat mengetahui tekanan di dalam
Thermatic System. Alat pemadam api ini dapat diletakan di ruang kantor,
pabrik, gudang barang, dan lainnya.5

5. Alat Pemadam Api Hydrant


Alat Pemadam Api Hydrant merupakan alat pemadam api yang
berbentuk T yang umumnya terletak di dalam dan di luar ruangan.
Umumnya Hydrant terdapat di dalam gedung dengan bentuk seperti box
tertutup yang dilengkapi dengan selangnya. Bila diluar ruangan Hydrant
umumnya terletak di pinggir jalan atau diatas trotoar. Hydrant diluar
ruangan umumnya terletak di area sudut perumahan, komplek perkantoran
8
dan berbagai tempat lainnya. Dengan adanya alat pemadam kebakaran,
maka akan membantu kita dalam mencegah berbagai bencana kebakaran.5

2.3 BAHAYA POTENSIAL


Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &
dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.4
2. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui
: inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran
pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi
kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia
atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun
bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.4
3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang

9
berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-
penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang
berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.4
4. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan
serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.4
5. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan
tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga
kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak
serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan
terjadinya stress akibat kerja.4
6. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.4

2.4 KATEGORI KECELAKAAN KERJA


Kategori Kecelakaan Kerja:
1. Near miss
Near miss adalah kondisi hampir celaka. Upaya penanganan yang
dilakukan biasanya lebih ditekankan pada peringatan atau teguran untuk
lebih berhati-hati dan mematuhi ketentuan K3 perusahaan yang sudah
ditetapkan.5
10
2. First Aid
First Aid adalah kecelakaan ringan pada pekerja, misal tergores
bungkus obat. Penanganan yang dilakukan untuk kecelakaan kategori ini
adalah pertolongan pertama atau P3K. Sebagai penguatan sistem K3,
upaya P3K untuk kecelakaan ringan ini dilakukan oleh staf-staf terlatih
yang ada pada masing-masing unit kerja.5
3. Medical Treatment Injury
Kecelakaan kategori ini adalah kecelakaan yang cukup parah misal
luka terbuka, sehingga mengharuskan korban mendapat penanganan
medis. Dalam hal ini, penanganan medis dilakukan dengan cara membawa
korban ke poliklinik yang ada di perusahaan. Apabila poliklinik tidak
mampu menangani, maka upaya yang dilakukan adalah dengan membawa
ke instansi kesehatan yang lebih memadai seperti rumah sakit.5
4. Restricted Work Injury
Kecelakaan kerja kategori ini adalah kecelakaan kerja yang
menyebabkan pekerja tidak dapat bekerja baik pada posisinya. Dengan
demikian, penanganan yang dilakukan adalah dengan memindahkan
sementara pekerja tersebut pada posisi yang lebih ringan atau masih
mampu untuk dilaksanakan. Misal, seorang operator mesin yang
mengharuskan dia banyak berdiri terkilir kakinya, kemudian untuk
meminimalisasi berkurangnya jam kerja maka perusahaan memindahkan
sementara pekerja tersebut ke bagian operasi yang tidak banyak menuntut
berdiri.5

5. Fatality
Fatality adalah kecelakaan kerja sangat serius yang dapat
menyebabkan kematian atau cacat, misalnya jatuh dari ketinggian.5

Tindakan Pengendalian Potensi Bahaya:

1. Eliminasi

11
Fokus utama penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah pencegahan, bukan penanganan. Karenanya, eliminasi atau
upaya menghilangkan sumber bahaya menduduki posisi teratas dalam
tindakan pengendalian bahaya. Contoh eliminasi yang dilakukan
adalah penghilangan bahan atau material yang berpotensi bahaya bagi
kesehatan kerja karyawan.5
2. Substitusi
Tindakan pengendalian potensi bahaya kedua adalah substitusi atau
penggantian. Tindakan substitusi dapat berupa penggantian teknologi
produksi maupun penggantian material atau bahan produksi. Contoh
substitusi antara lain penggantian mesin untuk membuat tablet yang
lebih modern dan aman dan penggantian sistem insulinasi ruangan
yang lebih aman dari potensi kebakaran.5
3. Engineering Control
Tindakan pengendalian potensi bahaya ketiga adalah pengendalian
secara teknis (Engineering Control). Contoh pengendalian teknis ini
misalnya, pemberian tutup pada mesin-mesin produksi sehingga
memperkecil risiko kecelakaan kerja seperti tangan terluka.5
4. Administrasi Control
Pengendalian administrasi atau administrasi control yang sudah
dilakukan antara lain dengan memberlakukan kewajiban perizinan
untuk semua aktivitas yang berpotensi berbahaya misalnya, aktivitas
konstruksi di ketinggian. Bila dalam monitoring atau pengamatan
lapangan kegiatan tersebut dirasa berbahaya, maka kegiatan itu
dilarang atau dihentikan.5

12
BAB III
HASIL PENGAMATAN

Gambar 3.1 Gedung Produksi Obat


Gedung produksi obat PT. Phapros terdiri dari 3 lantai yaitu lantai 1,
lantai 2, dan lantai 3. Masing-masing dari setiap lantai akan diamati tentang
bahaya potensial (Hazard), alat pelindung diri (APD) yang digunakan, alat
pemadam kebakaran, dan faktor resiko kecelakaan.
3.1 Lantai 1
Lantai 1 digunakan sebagian besar untuk proses pengemasan obat. Proses
pengemasan yang dilakukan yaitu proses pengemasan primer seperti stripping
dan blistering maupun pengemasan sekunder.
1) Bahaya Potensial (hazard)
Tabel 3.1 Bahaya potensial (hazard) di lantai 1
No Sumber Hazard Hasil
Kebisingan (< 85dB)
1. Fisik Suhu (30oC)
Pencahayaan cukup
2 Kimia -
3 Biologi -
Duduk terlalu lama
4 Ergonomi
Proses mengangkat dan mengangkut hasil produksi
5 Psikologi Stress karena perubahan jam kerja dari jam 06.30 – 17.00
sehingga durasi kerja menjadi lama.

13
2) Faktor risiko Kecelakaan kerja
a) Nyeri pinggang akibat duduk terlalu lama pada saat melakukan
proses pengemasan serta saat melakukan penangkatan dan
pengangkutan barang.
b) Kejatuhan barang – barang akibat proses mengangkat dan
mengangkut barang yang sudah dikemas.
3) APD yang digunakan
a) Baju kerja
b) Masker
c) Sarung tangan
4) Alat pemadam kebakaran yang ada

a. APAR b. Hydrant
Gambar 3.2 Alat pemadam kebakaran
a) APAR (alat pemadam api ringan) yang selalu ada di tempat kerja
yang beresiko terjadi kebakaran
b) Hydrant berjumlah 2 dengan 1 pada gedung sisi timur dan 1 pada
gedung sisi barat.

14
3.2 Lantai 2
Lantai 2 digunakan untuk memproduksi obat seperti tablet yang sebagian
besar menggunakan metode wet granulation.

1) Bahaya potensial (hazard)


No Sumber Hazard Hasil
Kebisingan (+)
1. Fisik Tekanan akibat mesin cetak obat
Pencahayaan cukup
2 Kimia Terpapar bahan kimia organik seperti alkohol, eter, serbuk
obat.
3 Biologi -
4 Ergonomi Proses pengangkatan bahan baku secara manual.
5 Psikologi Stress karna perubahan jam kerja dari jam 06.30 – 17.00
sehingga durasi kerja menjadi lama.
2) Faktor risiko kecelakaan kerja
a) Terjadi kebisingan
b) Kesalahan mekanik seperti risiko jari terjepit mesin pencetak obat
c) Paparan bahan kimia organik seperti alkohol, eter, serbuk obat.
3) Alat pelindung diri (APD) yang digunakan
a) Penutup kepala
b) Masker / Respirator
c) Ear plug
d) Baju pelindung
e) Sarung tangan
f) Sepatu pelindung
4) Alat pemadam kebakaran yang ada
a) APAR (alat pemadam api ringan) yang selalu ada di tempat kerja
yang beresiko terjadi kebakaran
b) Hydrant berjumlah 2 dengan 1 pada gedung sisi timur dan 1 pada
gedung sisi barat.

15
3.3 Lantai 3
Lantai 3 digunakan untuk memproduksi vial, ampul, salep, sirup
1) Bahaya potensial (hazard)
No Sumber Hazard Hasil
Kebisingan (+)
Suhu (16oC-18 oC)
1. Fisik Radiasi (-)
Pencahayaan cukup
Ada panel listrik yang mudah meledak
2 Kimia Terpapar bahan kimia organik seperti alkohol, eter, obat
vial dan obat ampul.
3 Biologi -
Proses pengangkatan bahan baku secara manual
4 Ergonomi Duduk terlalu lama (Grey Area)
Berdiri terlalu lama dan gerakan terbatas (White Area)
5 Psikologi Stress karna perubahan jam kerja dari jam 06.30 – 17.00
sehingga durasi kerja menjadi lama.

2) Faktor risiko kecelakaan kerja


a) Terjadi kebakaran karna ada panel listrik. Pemeriksaan panel listrik
biasanya dilakukan 1 tahun sekali
b) Terjadi ledakan karna ada 3 autoklaf besar yang beresiko mudah
meledak
c) Terkena pecahan ampul karna tenaga kerja tidak memakai sarung
tangan
3) Alat pelindung diri yang digunakan
a) Penutup kepala
b) Masker / Respirator
c) Ear plug / Ear muff
d) Baju pelindung
e) Sarung tangan
f) Sepatu pelindung

16
4) Alat pemadam kebakaran yang ada
a) APAR (alat pemadam api ringan) yang selalu ada di tempat kerja
yang beresiko terjadi kebakaran
b) Hydrant berjumlah 2 dengan 1 pada gedung sisi timur dan 1 pada
gedung sisi barat.

17
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Lantai 1
Lantai 1 digunakan sebagian besar untuk proses pengemasan obat. Proses
pengemasan yang dilakukan yaitu proses pengemasan primer seperti stripping
dan blistering maupun pengemasan sekunder. Pada lantai 1 didapatkan bahaya
potensial (hazard) berupa hazard fisik, ergonomi dan psikologi. Hazard fisik
didapatkan adanya kebisingan (<85 dB), suhu (30o C), dan pencahayaan.
Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN), nilai ambang batas
kebisingan adalah 85 dB sehingga kebisingan ruangan pada lantai ini masih
dalam batas normal. Pengendalian kebisingan dilakaukan dengan mengatur
waktu kerja sehubungan dengan tingkat paparan kebisingan, seperti pada tabel
4.1.6
Tabel 4.1 Pengendalian Kebisingan

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas) dengan Indeks Suhu Basah dan
Bola (ISBB) tidak diperkenankan melebihi: 6

18
a. Untuk beban kerja ringan (beban kerja ringan membutuhkan kalori
100-200 kilo kalori/jam): 30,0o C
b. Untuk beban kerja sedang (beban kerja sedang membutuhkan kalori
200-350 kilo kalori/jam): 26,7o C
c. Untuk beban kerja berat (beban kerja berat membutuhkan kalori 350-
500 kilo kalori/jam): 25,0o C
Pengendalian iklim kerja (panas) dilakukan dengan mengatur waktu kerja
sehubungan dengan tingkat paparan iklim kerja (panas) seperti pada tabel 4.2. 6
Tabel 4.2 Pengendalian Iklim Kerja (panas)

Pekerja yang bertugas untuk pengemasan bekerja dalam posisi duduk.


Tempat duduk yang digunakan sudah dilapisi dengan bantalan busa, ukuran
meja dan kursi sudah memungkinkan pekerja untuk duduk dengan paha yang
horizontal sejajar dengan lantai, telapak kaki menapak ke tanah, posisi siku
membentuk sudut 90o, namun kursi tersebut belum dilengkapi dengan sandaran
punggung sehingga membuat pekerja kurang nyaman. Sebaiknya perusahaan
menyediakan kursi yang dilengkapi dengan sandaran agar lebih nyaman dan
mengurangi resiko terjadinya penyakit akibat kerja. Perlu diperhatikan juga
waktu yang dihabiskan pekerja dalam posisi duduk karena jika bertahan dalam
satu posisi yang sama dalam waktu yang lama akan meningkatkan resiko low
back pain.
Hazard psikologi pada pekerja adalah terdapat stressor karena perubahan
jam kerja yang sebelumnya jam kerja dimulai pada jam 07.00 menjadi 06.30.
Bagi pekerja, perubahan jam masuk kerja ini cukup memberatkan karena pada
jam tersebut adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk mempersiapkan
kebutuhan keluarga untuk mengawali aktivitas di pagi hari.

19
Faktor risiko Kecelakaan kerja pada lantai 1 adalah nyeri pinggang akibat
duduk terlalu lama pada saat melakukan proses pengemasan serta saat
melakukan penangkatan dan pengangkutan barang dan kejatuhan barang –
barang akibat proses mengangkat dan mengangkut barang yang sudah dikemas.
Proses pengangkatan bahan baku dilakukan secara manual, oleh karena itu
hendaknya para pekerja diberikan edukasi tentang tata acara pengangkatan
barang yang baik dan benar.
Alat Pelindung Diri yang digunakan adalah baju kerja, masker dan sarung
tangan. Pekerja pada lantai 1 sudah menggunakan APD sengan benar.
Pada lantai sudah dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
dan Hydrant untuk mengatasi kebakaran. APAR yang selalu ada di tempat
kerja yang beresiko terjadi kebakaran. Hydrant berjumlah 2 dengan 1 pada
gedung sisi timur dan 1 pada gedung sisi barat. Hal yang penting dilakukan
adalah memberikan pengarahan pada pekerja yang berada di tempat tersebut
tentang tata cara penggunaan APAR dan Hydrant.
4.2 Lantai 2
Pada lantai 2 didapatkan beberapa hazard berupa hazard fisik, kimia,
ergonomik dan psikologi. Hazard fisik didapatkan adanya kebisingan. Faktor
fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain
kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra
ungu. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses
produksi atau produk samping yang tidak diinginkan.
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan
atau berkepanjangan dapat merusak jaringan sarafsensitif di telinga,
menyebabkan kehilangan pendengaran sementaraatau permanen. Hal ini
sering diabaikan sebagai masalah kesehatan, tapi ituadalah salah satu bahaya
fisik utama. Batasan pajanan terhadap kebisingan ditetapkan nilai ambang
batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.

20
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah tau mengurangi
bahaya dari kebisingan yaitu:
1. Identifikasi sumber umum penyebab kebisingan, seperti mesin, system
ventilasi, danalat-alat listrik. Tanyakan kepada pekerja apakah mereka
memiliki masalah yang terkaitdengan kebisingan.
2. Melakukan inspeksi tempat kerja untuk pajanan kebisingan. Inspeksi
mungkin harus dilakukan pada waktu yang berbeda untuk memastikan
bahwa semua sumber-sumber kebisingan teridentifikasi.
3. Terapkan 'rule of thumb'sederhana jika sulit untuk melakukan percakapan,
tingkat kebisingan mungkin melebih batas aman.
4. Tentukan sumber kebisingan berdasarkan tata letak dan identifikasi para
pekerja yang mungkin terekspos kebisingan
5. Identifikasi kontrol kebisingan yang ada dan evaluasi efektivitas
pengendaliannya
6. Setelah tingkat kebisingan ditentukan, alat pelindung diri seperti penutup
telinga (earplug dan earmuff) harus disediakan dan dipakai oleh pekerja di
lokasi yang mempunyai tingkat kebisingan tidak dapat dikurangi.
7. Dalam kebanyakan kasus, merotasi pekerjaan juga dapat membantu
mengurangi tingkatpaparan kebisingan.
Sumber bahaya (hazard) kimia yang ditemukan berupa adanya terpapar
bahan kimia seperti alcohol, eter ataupun serbuk obat. Risiko kesehatan timbul
dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki sifat
beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada
sistem tubuh dan organ lainnya.
Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap
atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara
lain:
1. Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat
beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat
menghirup sekitar lima liter udara per menit yang mengandung debu,
asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber/serat, dapat langsung
21
melukai paru-paru. Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke
bagian lain dari tubuh.
2. Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan
makanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi
atau makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapat
tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir dari mulut, hidung
atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang sama sebagai makanan
bergerak melalui usus menuju perut.
3. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di antaranya
adalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melalui
tangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga masuk melalui luka dan
lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan medis).
Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di lingkungan
kerja akibat bahaya faktor kimia maka perlu dilakukan pengendalian
lingkungan kerja secara teknis sehingga kadar bahan-bahan kimia di udara
lingkungan kerja tidak melampaui nilai ambang batas (NAB).
Beberapa hal yang dapat mencegah atau mengurangi bahaya dari hazard
kimia, yaitu:
1. Kemampuan bahan kimia untuk menghasilkan dampak kesehatan negatif
(sifat beracun). Semua bahan kimia harus dianggap sebagai sumber
potensi bahaya sampai dampak bahan kimia tersebut sepenuhnya
diketahui;
2. Wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini dapat membantu
untuk menentukan bagaimana mereka bisa kontak atau masuk ke dalam
tubuh dan bagaimana paparan dapat dikendalikan
3. Bagaimana mengenali, menilai dan mengendalikan risiko kimia
misalnya dengan memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada
sumber polutan, menggunakan rotasi pekerjaan untuk mempersingkat
pajanan pekerja terhadap bahaya;
4. Jenis alat pelindung diri (APD) yang diperlukan untuk melindungi
pekerja, seperti respirator dan sarung tangan ;
22
5. Bagaimana mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang
sesuai melalui lembar data keselamatan (LDK) dan label dan bagaimana
menginterpretasikan LDK dan label tersebut.
Sumber bahaya dari ergonomi ialah dari pengankatan barang secara
manual. Prinsip ergonomi adalah mencocokan pekerjaan untuk pekerja. Ini
berarti mengatur pekerjaan dan area kerja untuk disesuaikan dengan
kebutuhan pekerja, bukan mengharapkan pekerja untuk menyesuaikan diri.
Desain ergonomis yang efektif menyediakan workstation, peralatan dan
perlengkapan yang nyaman dan efisien bagi pekerja untuk digunakan. Hal ini
juga menciptakan lingkungan kerja yang sehat, karena mengatur proses kerja
untuk mengendalikan atau menghilangkan potensi bahaya. Tenaga kerja akan
memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya. Cara bekerja harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang berlebihan atau gangguan
kesehatan yang lain.
Risiko potensi bahaya ergonomi akan meningkat:
a. dengan tugas monoton, berulang atau kecepatan tinggi;
b. dengan postur tidak netral atau canggung;
c. bila terdapat pendukung yang kurang sesuai;
d. bila kurang istirahat yang cukup.
Terdapat beberapa hal untuk mencegah atau meminimalkan bahaya
organisasi kerja dan ergonomis:
a. Menyediakan posisi kerja atau duduk yang sesuai, meliputi sandaran,
kursi / bangku dan / atau tikar bantalan untuk berdiri.
b. Desain workstation sehingga alat-alat mudah dijangkau dan bahu
pada posisi netral, rileks dan lengan lurus ke depan ketika bekerja.
c. Jika memungkinkan, pertimbangkan rotasi pekerjaan dan
memberikan istirahat yang teratur dari pekerjaan intensif. Hal ini
dapat mengurangi risiko kram berulang dan tingkat kecelakaan dan
kesalahan.

23
Sumber bahaya yang terakhir yaitu dari factor psikologi adanya
perubahan jam kerja. hazard psikologi adalah potensi bahaya yang disbabkan
terjadinya suatu konfik dalam lingkungan kerja tersebut.Konflik yang
terjadipun sudah terbagi menjadi langsung dan tidak langsung. Psikologi ini
juga merupakan hal penting karena dapat mempengaruhi juga bagaimana
orang tersebut bekerja, semakin banyak konflik maka pekerjaan yang di
kerjakan semakin tidak efisien dan malah banyak menimbulkan masalah yang
terjadi. Pengendaliannya biasaya mengunakan managemen konflik dan
ketetapan disiplin. Bahaya psikososial dapat meliputi:
 Beban kerja
 Rutinitas kerja
 Masalah organisasi
 Konflik antara pekerja maupun antara pekerja dengan pimpina
 Suasana kerja yang buruk
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri, Alat Pelindung Diri
selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Pengusaha wajib
menyediakan APD bagi.
Pekerja/buruh di tempat kerja. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan
pekerja pada lantai 2 yaitu berupa penutup kepala, masker respirator, Ear
plug, baju pelindung, sarung tangan dan sepatu pelindung. Alat pelindung
diri (APD) sebenarnya berbda-beda sesuai dengan lokasi kerja dari
karyawaan itu.
4.3 Lantai 3
Lantai 3 digunakan dalam proses pengolahan obat dalam bentuk vial,
ampul, salep, dan sirup. Pada kunjungan kali ini hanya ditunjukkan tempat
sterilisasi ampul.
Kebisingan dalam ruangan ini masih dalam batas normal, pencahayaan
cukup baik, dan tidak terdapat radiasi yang bisa membahayakan tenaga kerja.
24
Suhu pada ruangan ini berkisar antara 16−18oC yang bertujuan untuk
meminimalkan perkembangan bakteri maupun virus, serta menjaga kualitas
bahan yang diproduksi. Karena suhu yang cukup dingin ini, maka PT. Phapros
melakukan pemeriksaan awal untuk memilih tenaga kerja yang memiliki
ketahanan tubuh yang baik dalam udara dingin, untuk menghindari berbagai
macam penyakit, misalnya: hipotermia, dehidrasi, epistaksis, dll.
Paparan bahan kimia seperti alkohol, eter, dan bahan obat-obatan sudah
dapat dihindari dengan pemakaian APD berupa penutup kepala, masker, baju
pelindung, sarung tangan, dan sepatu pelindung. Akan tetapi terdapat beberapa
pekerja di ruangan sterilisasi ampul yang tidak menggunakan sarung tangan.
Hal ini seharusnya tidak terjadi, karena pekerja dapat tergores oleh serpihan
kaca yang masih melekat dalam ampul, serta dapat menyebabkan masuknya
mikroorganisme lain dalam ampul.
Di anak tangga yang menghubungkan antara lantai 3 dengan lantai 2
terdapat tetesan air yang mengakibatkan tangga menjadi licin. Seharusnya air
tersebut segera dibersihkan untuk mengurangi resiko terpeleset.
Pada bagian sterilisasi ampul dibagi menjadi 2 tugas, yaitu pemilihan dan
penataan ampul sebelum dimasukkan ke alat sterilizer, serta penataan ampul
setelah keluar dari sterilizer. Pekerja yang bertugas memilih dan menata
ampul sebelum dimasukkan ke sterilizer bekerja dalam posisi duduk. Tempat
duduk yang digunakan sudah dilapisi dengan bantalan busa, ukuran meja dan
kursi sudah memungkinkan pekerja untuk duduk dengan paha yang horizontal
sejajar dengan lantai, telapak kaki menapak ke tanah, posisi siku membentuk
sudut 90o, namun kursi tersebut belum dilengkapi dengan sandaran punggung
sehingga membuat pekerja kurang nyaman.
Untuk pekerja yang bertugas menata ampul setelah keluar dari sterilizer
bekerja dalam posisi berdiri, hal ini mungkin dikarenakan posisi sterilizer dan
meja yang terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya perusahaan
menyediakan kursi dengan ukuran yang disesuaikan dengan tinggi sterilizer.
Perlu diperhatikan juga waktu yang dihabiskan pekerja dalam posisi duduk

25
atau berdiri, karena jika bertahan dalam satu posisi yang sama dalam waktu
yang lama akan meningkatkan resiko low back pain.
Proses pengangkatan bahan baku dilakukan secara manual, oleh karena itu
hendaknya para pekerja diberikan edukasi tentang tata acara pengangkatan
barang yang baik dan benar. Terdapat 3 autoklaf yang mudah meledak,
sehingga perlu dilakukan pengecekan secara berkala untuk memastikan
kondisi autoklaf tersebut. Pada tempat ini sudah dilengkapi dengan APAR
(Alat Pemadam Api Ringan) untuk mengatasi kebakaran. Hal yang penting
dilakukan adalah memberikan pengarahan pada pekerja yang berada di tempat
tersebut tentang tata cara penggunaan APAR.

26
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan kunjungan ke PT. Phapros Tbk, yang dapat penulis
simpulkan yaitu:
1. Penulis mengetahui bahaya potensial yang ada di PT. Phapros Tbk,
dan mengerti dari dampak hazard tersebut.
2. Penulis mengetahui penyakit atau gangguan kesehatan yang timbul
akibat bahaya potensial di PT. Phapros Tbk.
3. Penulis mengetahui cara melindungi diri dan mencegah dari paparan
bahaya potensial si PT. Phapros Tbk.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan penulis kepada pihak PT. Phapros Tbk yaitu:

1. Setiap pekerja diharapkan dapat menggunakan APD saat bekerja, agar


terlindung dari bahaya potensial. PT. Phapros Tbk diharapkan dapat
memberi pengetahuan terhadap peserta fieldtrip tentang cara
pemakaian APD.
2. PT. Phapros Tbk diharapkan memberi pengetahuan terhadap peserta
fieldtrip tentang bagaimana cara menghadapi dan bertindak apabila
terjadi kebakaran, dan bagaimana simulasi menghadapi kebakaran.
3. PT. Phapros Tbk diharapkan mengenalkan bahaya potensial secara
rinci dan bagaimana cara menanggulangi bahaya potensial.
4. PT. Phapros Tbk diharapkan dapat menjelaskan bagaimana cara
menanggulangi dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Anies, Kedokteran Okupasi, Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan Upaya


Penanggulangan dari Aspek Kedokteran,Yogyakarta : Ar-ruzz Media, 2014
2. Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV.
Haji Masagung, 2014
3. A. M. Sugeng Boediono. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan
Kerja Dalam Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Badan Penerbit UNDIP
Semarang. Hal 171-180. 2005.
4. DR. Suma’mur P.K., MSc. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.
Jakarta: CV Haji Masagung. 2001.
5. DR. Suma’mur P.K., MSc. HIGIENE Perusahaan dan Keselamatan Kerja.
Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto. 2014.
6. Badan Standarisasi Nasional. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (panas),
Kebisingan, Getaran tangan-lengan dan Radiasi sinar ultra ungu di Tempat
Kerja. 2004.

28
Lampiran Hasil Pengamatan

1. Lantai 1

Ruang penyimpanan obat

2. Lantai 2

Alat pencetak obat Ruang produksi obat

3. Lantai 3

Sterilisasi ampul (Grey Area) White area

29
30

Anda mungkin juga menyukai