Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setelah islam mengalami kekalahan dalam perang salib, banyak yang
terjadi kemunduran pada umat islam. Perubahan besar pun terjadi pada Barat dari
segala aspek, mulai dari ilmu pengetahuan hingga sistem kemiliteran. Barat dan
islam menjadi dua sisi yang berlawanan karena masing-masing memiliki dua
perbedaan mencolok. Barat mengambil komponen-komponen penting dalam
islam, tanpa meninggalkan sisa sedikitpun. Terbukti dengan pembakaran
perpustakaan-perpustakaan islam dan perampasan buku-buku ilmu pengetahuan,
hingga akhirnya islam memasuki era kegelapan. Umat muslim sedikit demi sedikit
tersingkirkan dari pergerakan zaman, sampai pada akhirnya umat
muslim;sebagian dari mereka namun tidak semua, merasa bahwa hal yang terjadi
pada islam ini berupa kemunduran dan masa kegelapan haruslah diakhiri.
Umat islam pun melakukan semacam ‘Renaisance’. Tapi bagi umat islam,
tidak hanya ilmu yang dikedepankan, namun juga dari segi keagamaan yang
tentunya orang Barat tidak punya. Perlahan-lahan umat islam mulai meneliti
faktor-faktor kemunduran dan komponen apa saja yang harus diperbaiki untuk
kembali pada masa yang cerah. Satu persatu muncul tokoh-tokoh berpendidikan
dari umat islam. Masing-masing dari mereka melakukan remedi atau perbaikan
pada hampir seluruh komponen yang dapat membantu kembalinya kejayaan umat
islam. Seperti membentuk organisasi yang berlandaskan keislaman untuk
memperjelas tujuan umat muslim dalam berjuang melawan Barat dan racun-
racunnya.Hingga pada masa kini dampak dari pergerakan mereka masih tercermin
dalam organisasi-organisasi islam yang bergerak untuk membela islam dan
membangun generasi islam. Namun pembahasan pada makalah ini lebih pada ide-
ide dan pembaharuan yang dilakukan pada pembaharu tersebut, juga apa
sumbangan nyata yang mereka berikan dan dapat kami manfaatkan hingga
sekarang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang terjadinya pembaharuan islam ?
2. Siapa saja tokoh pembaharuan islam ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Terjadinya Pembaharuan Islam


Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat islam , pada
abad inilah daerah-daerah islam meluas di Barat melalui Afrika Utara sampai
Spanyol, di Timur melalui Persia sampai ke India.
Daerah-daerah ini tunduk karena kepada kekuasaan khalifah yang pada
mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian Damskus dan terakhir di Bagdad.
Dari situlah banyak lahir pemikir-pemikir hebat. Dari lahirnya pemikir dan para
ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan berkambang pesat sampai ke
puncaknya, baik dalam bidang agama, non agama dan bidang kebudayaan lainya.
Para pemikir dan ulama islam pada saat itu bukan hanya dapat
mengislamisasikan pengetahuan-pengetahuan Persia kuno dan warisan-warisan
Yunani, akan tetapi kedua kebudayaan itu di sesuaikan pula dengan kebutuhan
dan perkembangan pemikiran pada masa itu. Ilmu pengetahuan yang telah di
tampung dan diolah oleh para pemikir islam.
Pada abad selanjutnya pemikiran islam memasuki benua Eropa melalui
Spayol dan Sisilia dan inilah yang menjadi dasar ilmu yang menguasai alam pikiran
Barat.
Dipandang dari sisi sejarah dan kebudayaan maka tugas meme-lihara dan
menyebarkan ilmu pengetahuan tidaklah kecil nilainya dibanding mencipta ilmu
pengetahuan. Jika tugas-tugas penelitian diadakan oleh Aristoteles, Galinus dan
para ilmuan lainnya tidak ditampung maka dunia akan miskin dengan ilmu. Puncak
kemegahan dunia islam itu akhirnya menurun, islam mulai mengalami
kemunduran pada abad ke-10 dan tenggelam berabad-abad lamanya.
Faktor penyebab kemunduran umat islam:
 Isu pintu ijtihad tertutup telah meluas dikalangan umat islam. Berpaling
pikiran untuk menggali secara langsung pada sumber pertama dan utama, yaitu
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Apabila mereka menemukan persoalan baru, pikiran
mereka hanya terpusat pada kepentingan mazhab. Praktek bermazhab dan

3
ta’assuk terhadap mazhab tertentu sangat marak dilakukan. Karena itulah ilmu
pengetahuan mulai berkurang, kehidupan berkelompok dengan pengaruh
negatifnya tersebar hampir disemua tempat di dunia islam.
 Keutuhan umat islam dalam bidang politik mulai terpecah, kekuasaan
khalifah menurun, masyarakat islam yang berbentuk persatuan dan kesatuan
dalam seiman telah pindah. Tidak ada satu ikatan di dalamnya kecuali nama dan
tatanan. Umat Islam terpecah belah dan saling bermusuhan, masyarakat islam
berubah dan kerajaan islam telah mewariskan kota-kota dan kerajaan yang telah
bertikai selama berabad-abad, dalam sekejap mata sejarah kemanusiaan telah
dirobek-robek oleh kelemahan strategi politik.
 Adanya perang salib dibawah arahan gereja katolik Roma dan serbuan
tentara barbar. Karena itu khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat islam
hilang. Tentara salib ingin menguasai baitul maqdis untuk menyebarkan
pengaruhnya dan mengajak bersatu dalam keyakinan.
Masa kemunduran ini berlangsung berabad-abad lamanya hingga muncul
gerakan yang dikumandangkan oleh pelopor-pelopor pembaharuan seperti
Muhammad Alijinnah, Muhammad Ibnu ‘Abdul Wahab, Ahmad Hasan, dan lain-
lain.
Diantara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan islam adalah:
- Paham tauhid yang dianut kaum muslimim yang bercampur dengan kebiasaan
yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, pemujaan terhadap orang-orang suci
dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
- Sifat jumud membuat umat islam berhenti berpikir dan berusaha. Umat islam
maju dikarenakan pada saat itu mereka mementingkan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu selama umat islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir untuk
berijtihad maka mereka tidak mungkin mengalami kemajuan. Untuk itu perlu
diadakan pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.
- Umat islam selalu berpecah belah, mereka tidak akan mengalami kemajuan
apabila tidak adanya persatuan dan kesatuan yang diikat oleh tali ajaran islam.
Karena itulah, bangkit suatu gerakan pembaharuan.

4
- Hasil dari kontak yang terjadi antara dunia islam dan barat. Dengan adanya
kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan
dengan barat. Terutama sekali saat terjadinya peperangan antara kerajaan
ustmani dengan kerajaan eropa, yang biasanya tentara kerajaan utsmani selalu
menang dalam peperangan dan pada akhirnya mengalami kekalahan ditangan
barat. Hal ini membuat pembesar-pembesar utsmani menyelidiki rahasia kekuatan
militer eropa yang baru muncul. Ternyata rahasianya adalah kekuatan militer
modern yang dimiliki eropa sehingga pembaharuan juga dipusatkan pada bidang
militer.
Pembahuran dalam islam berbeda dengan renainsans Barat. Kalau
renainsans Barat muncul dengan menyingkirkan agama, maka pembaharuan islam
sebaliknya, yaitu untuk memperkuat prinsip dan ajaran-ajaran agama islam. Islam
bukan hanya mengajak maju ke depan untuk melawan segala kebodohan dan
kemajuan islam itu sendiri.
B. Tokoh-tokoh pembaharuan Islam
Berawal dari kemunduran yang di alami oleh umat islam dan Barat semakin
menunjukan Eksistensinya sebagai pusat peradaban. Akhirnya munculah banyak
pemikir-pemikir islam yang tersadar bahwa keadaan umat islam saat itu sangat
terbelakang. Maka mereka melakukan suatu gerakan yang menghasilkan gagasan
untuk membangkitkan umat islam dari ketepurukan itu. Dan sangat banyak tokoh-
tokoh yang memberikan jasa nya. Di makalah ini kita hanya memaparkan
beberapa tokoh yang paling berpengaruh bagi islam,diantaranya sebagai berikut:
1. MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB
Lahir di nejad(Arab Saudi)pada tahun 1115 H(1703 M) dan wafat di Daryah
tahun 1206 H(1793M).Nama Lengkapnya adalah Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb
bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin
Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.Dia adalah seorang ahli
teologi agama Islam dan seorang tokoh pemimpin gerakan keagamaan yang
pernah menjabat sebagai mufti Daulah Su'udiyyah, yang kemudian berubah
menjadi Kerajaan Arab Saudi.Dia juga merupakan seorang ulama besar yang
produktif,karena buku-buku karangannya tentang islam mencapai puluhan

5
buku,diantaranya buku yang berjudul”Kitab At-Tauhid”yang isinya tentang
pemberantasan syirik,khurafat,takhayul,dan bid’ah yang terdapat di kalangan
umat Islam dan mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang
murni.
Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb, adalah seorang ulama berusaha
membangkitkan kembali pergerakan perjuangan Islam secara murni. Para
pendukung pergerakan ini sesungguhnya menolak disebut Wahabbi, karena pada
dasarnya ajaran Ibnu Wahhab menurut mereka adalah ajaran Nabi Muhammad,
bukan ajaran tersendiri. Karenanya mereka lebih memilih untuk menyebut diri
mereka sebagai Salafis atau Muwahhidun, yang berarti "satu Tuhan".
Istilah Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-
usul dan kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya terkeliru
dengan mereka kerana mereka mendakwa mazhab mereka menuruti pemikiran
Ahmad ibn Hanbal dan alirannya, al-Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang
merupakan salah sebuah mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Ia tumbuh
dan dibesarkan dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang
tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan abangnya adalah seorang qadhi (mufti
besar), tempat di mana masyarakat Najd menanyakan segala sesuatu masalah
yang bersangkutan dengan agama.
Dia menempuh berbagai macam cara, dalam menyampaikan dakwahnya,
sesuai dengan keadaan masyarakat yang dihadapinya. Di samping berdakwah
melalui lisan, beliau juga tidak mengabaikan dakwah secara pena dan pada
saatnya juga jika perlu beliau berdakwah dengan besi (pedang).
Maka Syeikh mengirimkan suratnya kepada ulama-ulama Riyadh dan para
umaranya, salah satunya adalah Dahham bin Dawwas. Surat-surat itu
dikirimkannya juga kepada para ulama dan penguasa-penguasa. Ia terus
mengirimkan surat-surat dakwahnya itu ke seluruh penjuru Arab, baik yang dekat
ataupun jauh. Di dalam surat-surat itu, beliau menjelaskan tentang
bahaya syirik yang mengancam negeri-negeri Islam di seluruh dunia, juga
bahaya bid’ah, khurafat dan takhayul.

6
Berkat hubungan surat menyurat Syeikh terhadap para ulama dan umara
dalam dan luar negeri, telah menambahkan kemasyhuran nama Syeikh sehingga
beliau disegani di antara kawan dan lawannya, hingga jangkauan dakwahnya
semakin jauh berkumandang di luar negeri, dan tidak kecil pengaruhnya di
kalangan para ulama dan pemikir Islam di seluruh dunia, seperti
di Hindia, Indonesia, Pakistan, Afganistan,Afrika Utara, Maghribi, Mesir, Syria, Iraq
dan lain-lain lagi.
Muhammad bin `Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48
tahun lebih di Dar’iyah. Keseluruhan hidupnya diisi dengan kegiatan menulis,
mengajar, berdakwah dan berjihad serta mengabdi sebagai menteri penerangan
Kerajaan Saudi di Tanah Arab. Muhammad bin Abdulwahab berdakwah sampai
usia 92 tahun, beliau wafat pada tanggal 29 Syawal 1206 H, bersamaan dengan
tahun 1793 M, dalam usia 92 tahun.
2.AHMAD HASAN

Ahmad Hassan lahir di Singapura pada tahun 1887. Ayahnya bernama


Ahmad Sinna Vappu Maricar berasal dari India yang masih merupakan keturunan
ulama Mesir yang sekaligus berprofesi sebagai wartawan dan penerbit buku serta
surat kabar berbahasa Tamil. Ibunya bernama Muznah berasal dari Palekat,
Madras. Keduanya menikah di Surabaya kemudian menetap di Singapura. Ahmad
Hassan merupakan nama yang dipengaruhi oleh budaya Singapura. Nama aslinya
adalah Hassan bin Ahmad, namun karena mengikuti kelaziman budaya Melayu
yang meletakkan nama keluarga atau orang tua di depan nama asli, akhirnya
nama Hassan bin Ahmad berubah menjadi Ahmad Hassan.
Ahmad Hassan menikah pada tahun 1911 dengan Maryam peranakan
Melayu-Tamil di Singapura. Dari pernikahannya ini ia dikaruniai tujuh orang putra-
putri; Abdul Qadir, Jamilah, Abdul Hakim, Zulaikha, Ahmad, Muhammad Sa‘id, dan
Manshur. Pada tahun 1940, Ahmad Hassan pindah ke Bangil, Pasuruan, Jawa
Timur, untuk mendirikan dan mengasuh pondok pesantren Persis. Dan pada
tanggal 10 November 1958, Ahmad Hassan meninggal di rumah sakit Dr. Sutomo
Surabaya.

7
1. Perjalanan Pendidikan Ahmad Hassan
Pada usia 7 tahun, Ahmad Hassan sudah mulai mempelajari al-Qur’an dan
pengetahuan asas dalam bidang agama. Berkat ketekunan dan kecerdasannya,
kedua pelajaran itu dapat diselesaikannya dalam waktu dua tahun. setelah itu
Ahmad Hassan masuk sekolah Melayu selama 4 tahun dan mempelajari bahasa
Arab, bahasa Melayu, bahasa Tamil dan bahasa Inggris.
Secara formal, Ahmad Hassan tidak pernah benar-benar menamatkan
pelajarannya di sekolah dasar yang ditempuhnya di Singapura itu, karena pada
usia 12 tahun Ahmad Hassan sudah ikut berdagang, menjaga toko iparnya yang
benama Sulaiman. Sambil berdagang, Ahmad Hassan memperdalam ilmu
agamanya pada Haji Ahmad di Bukittiung dan Muhammad Thaib di Minto Road.
Haji Ahmad bukanlah seorang alim besar , tetapi buat ukuran Bukittiung ketika itu,
ia adalah seorang guru yang disegani dan berakhlak tinggi. Pelajaran yang
diterima Ahmad Hassan sama saja dengan apa yang diterima anak-anak muda
waktu itu, yakni bagaimana cara sembahyang, wudlu', puasa dan lain-lain.
Ahmad Hassan mempelajari ilmu nahwu dan sharaf pada Muhammad Thaib.
Ahmad Hassan sebagai seorang yang keras kemauannya dalam belajar ilmu tata
bahasa Arab, nahwu dan sharaf, tidak merasa keberatan menerima segala
persyaratan yang diperuntukan baginya. Persyaratan itu antara
lain: pertama, Ahmad Hassan harus datang pagi-pagi sebelum sembahyang
shubuh. Kedua, Ahmad Hassan tidak boleh naik kendaraan ke tempat gurunya itu.
Setelah kira-kira empat bulan belajar nahwu dan sharaf, ia merasa bahwa
pelajarannya tidak mendapat kemajuan. Namun apa yang disuruh gurunya
dikerjakan dan dihafal juga, tanpa dimengerti, ahirnya semangat belajarnya
menurun. Dalam keadaan demikian, untunglah gurunya tersebut pergi haji dan
beliau beralih belajar pada Abdullah Masnawi. Beliau semata-mata belajar bahasa
arab dan menempuhnya selama waktu tiga tahun.
2. Riwayat Pekerjaan Ahmad Hassan
Pada masa remaja, Ahmad Hassan sudah mencari nafkah dari pelayan toko
sampai membuka Volkanisir Ban. Beliau pun tetap rajin menuntut ilmu, dan
setelah ilmunya dirasa cukup, pada tahun 1910, Ahmad Hassan mengajar di

8
Madrasah, dari tingkat Ibtidaiyah sampai Tsanawiyah. Pada tahun 1912, Hassan
bekerja di surat kabar “Utusan Melayu” yang diterbitkan oleh Singapore Press.
Ahmad Hassan menulis artikel yang berisikan nasehat-nasehat, mengajak pada
kebaikan, dan menjauhi kemunkaran. Tidak jarang Ahmad Hassan menulis dalam
bentuk puisi yang cukup mengelitik dan menyentuh.
Suratan takdir Ahmad Hassan rupanya tidak hanya bermukim di Singapura.
Pada tahun 1921, Ahmad Hassan berangkat ke Surabaya, mengelola toko milik
paman yang sekaligus gurunya, Abdul Lathif. Sebelum berangkat, Abdul Lathif
berpesan pada sang keponakan, jangan bergaul dengan Faqih Hasyim yang
dianggap sesat karena berfaham Wahabi. Rupanya di Surabaya waktu itu sedang
terjadi konflik antara kaum muda yang dipelopori oleh Faqih Hasyim, seorang
padagang yang sekaligus pendakwah. Faqih Hasyim, yang berasal dari Padang itu,
mengunakan rujukan dari buku-buku yang dikarang oleh Abdullah Ahmad, Abdul
Karim Amrullah, dan Zainuddin Labay, ketiganya asal Sumatra.
Ahmad Hassan datang ke Surabaya, awalnya, semata-mata hanya sebagai
pedagang. Ia tinggal dirumah pamannya yang bernama Abdullah Hakim. suatu
hari, sang paman meminta agar Ahmad Hassan menemui K.H. A Wahab
Hasbullah. Belakangan, Kiai Wahab menjadi terkenal karena ia adalah salah
seorang pendiri Nahdlatul Ulama’ pada tahun 1926. Namun pada akhirnya Ahmad
Hassan berkesimpulan bahwa kaum muda yang ada di Surabaya berada di jalan
yang benar. Kesimpulan itu ia dapat setelah berbincang-bincang dengan Kiai
Wahab. Maka ia pun bersahabat dengan Faqih Hasyim yang mewakili golongan
muda.
Pada perkembangan selanjutnya, karena Ahmad Hassan tertarik pada ilmu
menenun, pada tahun 1924 Ahmad Hassan pergi ke Bandung. Tujuannya hanya
satu, memperdalam ilmu pertenunan selama 9 bulan. Ia tinggal bersama keluarga
Yunus, seorang pendiri Persis. Usai sekolah tenun, Ahmad Hassan sempat
dipercaya mengelola pabrik tenun selama satu tahun. Tapi karena kesulitan bahan
dasar atau bahan baku, pabrik tersebut akhirnya ditutup pada tahun 1926. Selama
di Bandung inilah Ahmad Hassan sering ikut aktifitas di Persis, dan secara resmi
manjadi anggota pada tahun 1926. Hassan masuk Persis ketika Ormas Islam ini

9
berusia 3 tahun. Dan rupanya, beliau segera popular dikalangan kaum muda yang
progresif. Tahun-tahun berikutnya, Ahmad Hassan identik dengan Persis, begitu
pula Persis, identik dengan Ahmad Hassan.
3. MUHAMMAD ALI JINNAH
Muhamamad Ali Jinnah dilahirkan pada hari Ahad, 25 Desember 1876 di
Karachi. Orang tuanya termasuk masyarakat pedagang dari Kathiawar.
Kecerdasan yang ia miliki dan kemampuan materi orang tuanya, memungkinkan ia
mendapatkan fasilitas yang besar untuk kepentingan pendidikannya. Ketika
berumur 16 tahun, ia menuju ke Inggris untuk belajar ilmu hukum. Selanjutnya
kembali ke India pada tahun 1896 dan mulai praktik advokat di Bombay.

Pada awal kariernya di bidang hukum, Jinnah banyak mengalami kesulitan.


Namun karena kecemerlangan otaknya, ia berhasil menjalin kontak dengan para
intelektual India yang pada akhirnya membentuk pandangan-pandangan politiknya
yang anti penjajah (Inggris).

Karier politik Muhammad Ali Jinnah dimulai sejak tahun 1906 setelah ia
bergabung dengan Partai Kongres India (all India National Congres) di Calcutta.
Ketika itu, ia menjabat sebagai sekretaris pribadi Presiden Dadabhay Naoroji.

Muhammad Ali Jinnah bergabung dengan Liga Muslim setelah ia menghadiri


suatu sidang dari All India Muslim League, meskipun pada saat itu ia menolak
untuk menandatanagani perjanjian menjadi anggota, karena menurutnya tujuan
organisasi itu tidak cukup tinggi. Namun setelah Anggaran Dasar organisasi itu
berubah, yaitu berusaha untuk memperoleh “suatu bentuk pemerintahan yang
cocok”, barulah ia bergabung dengan Liga Muslim.

Pada tahun 1913, Muhammad Ali Jinnah diangkat menjadi presiden Liga
Muslim. Pengangkatan ini sangat membantunya dalam memainkan peran aktif di
lapangan politik dan mewujudkan cita-citanya bagi pendirian pemerintahan sendiri
di India. Di bawah kepemimpinan Jinnah, Liga Muslim menjadi gerakan rakyat
yang sangat kuat.

10
Visi kepemimpinan Ali Jinnah sejak ia terpilih sebagai presiden Liga Muslim,
pada mulanya untuk kemajuan ummat Islam dan persatuan ummat Islam dan
Hindu serta kemerdekaan seluruh wilayah India dari cengkeraman penjajah. Ali
Jinnah berusaha mengokohkan perpaduan antara ummat Islam dan Hindu dalam
kesempatan pertemuan Liga Muslim dengan Partai Kongres Calcutta pada bulan
desember 1917.

Pada tahun 1930-1932 di London, diadakan konfrensi Meja Bundar antara


pemerintah Inggris dan wakil-wakil dari partai politik India untuk membicarakan
mengani perubahan-perubahan ketatanegaraan dalam proses menuju
kemerdekaan India. Namun, pada akhirnya beliau sangat kecewa atas situasi yang
berkembang dalam kongres itu. Ide dan perjuangannya untuk terbentuknya
persatuan Hindu-Islam yang merdeka ditolak, terutama oleh pimpinan partai
kongres yang berusaha menghapuskan peranan Islam dalam percaturan politi
India. Hal ini tampak ketika golongan Hindu memanfaatkan jumlah mayoritasnya
dalam mendapatkan persetujuan. Hal tersebut membawanya untuk
mengundurkan diri dalam kancah politik dan kembali menggeluti profesinya
semula.

Pada perjalanan politiknya kemudian Liga Muslim di bawah kepemimpinan


Ali Jinnah berhasil mendapatkan dukungan dari masyarakat muslim India dan
pada tanggal 15 Agustus 1947 cita-citanya bagi berdirinya negara tersendiri bagi
ummat Islam tercapai dengan didahului oleh terbukanya secara resmi Dewan
Konstitusi Pakistan.

Pada tanggal 11 September 1948 Muhammad Ali Jinnah wafat dalam usia
72 tahun, setelah sebelumnya ia sempat memimpin negara Pakistan selama
setahun.

11
4.MUSTHAFA KEMAL ATATTURK
Musthofa Kemal merupakan sosok yang kontroversial. Di satu sisi, banyak
kalangan yang menyebutnya sebagai seorang pembaharu dan reformis besar yang
memberikan sumbangsih dalam kemajuan peradaban Islam dengan ide
pembaharuannya dan nasionalismenya, dangan berperan besar dalam
memerdekakan Turki dari penjajahan imperialisme Inggris. Namun, di lain sisi
tidak sedikit kalangan yang mencercanya, dia disebut sebagai tokoh Nasionalis-
sekuler yang menghapuskan sistem khilafah dari dalam tubuh Islam. Bahkan, ada
yang menyebutnya sebagai boneka Inggris berdarah Yahudi yang sengaja
dimunculkan untuk menyerang Turki sendiri dari dalam.

Musthafa Kemal Atatürk atau Musthafa Kemal Pasha (selanjutnya disebut


Atatürk) lahir dengan nama Musthafa dari rahim seorang ibu bernama Zübeyde
Hanim (seorang ibu rumah tangga)pada tahun 1881 M di Kasim Koca Pasha
kota Selonika atau Selânik(sekarangThessaloniki) Yunani yang saat itu berada di
bawah kekuasaan kesultanan Turki Usmani. Mengenai tanggal kelahirannya,
terdapat beberapa versi, ada yang menyebut tanggal 19 Mei versi lain tanggal 12
Maret.

Ayahnya bernama Ali Riza Efendi, seorang pegawai di salah satu kantor
pemerintahan kota itu. Terkait ayahnya ini, Harun Nasution sedikit mengulas,
bahwa ketika ia dimutasikan ke sebuah desa di lereng gunung Olimpus, ia
berhenti dari pegawai pemerintah dan beralih pekerjaan menjadi pedagang kayu.
Namun kemudian usahanya ini gagal, lalu pindah ke usaha lain, dan lagi-lagi
gagal. Dalam kedaan ekonomi keluarga yang tidak menentu, ia ditimpa penyakit
yang menyebabkan kematiannya.

Ada pula yang mengatakan bahwa Musthafa adalah keturunan dari etnis Yahudi
Dunama. Hal ini dikuatkan dengan pengakuan sejumlah etnis Yahudi Selanik yang
juga ditegaskan dalam Ensiklopedia Yahudi, dan juga pendapat golongan Islamis
yang kontra dengannya. Kendati hal ini dibantah oleh pihak pemerintah Turki.

12
Namun, pernyataan Harold Courtenay Armstrong, seorang agen intelijen Inggris
dalam buku biografi Musthafa yang ditulisnya menyatakan bahwa Musthafa
berasal dari etnis Yahudi Dunama.

Tuweini mengatakan bahwa darah Yahudi mengalir di leluhur keluarga Kemal,


dimana Selanik pernah menjadi tempat pengungsian etnis Yahudi, dan kemudian
mereka masuk Islam. Akan tetapi tabiat Musthafa Kemal, warna matanya dan
postur tubuhnya tidak menunjukkan darah Yahudi mengalir dalam dirinya. Namun,
Usamah Ainay menyebutkan bahwa etnis Yahudi Dunama seringkali membangga-
banggakan Musthafa Ataturk, dan mereka yakin seyakin-yakinya bahwa dia bagian
dari etnis mereka dengan dalih bahwa Ataturk mengungkapkan niatnya vis a
vis Islam ketika menduduki tampuk kekuasaan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
“Islam adalah agama yang mencakup berbagai macam aspek, baik itu
ekonomi, politik, budaya, ibadah, dan lain-lain.” Bila memandang Islam dalam
konteks kekinian, rasanya memang perjuangan atau usaha yang dilakukan oleh
para tokoh pembaharu islam belum sempurna. Perjuangan dan usaha mereka
kami analogikan sebagai sebuah ajang lari estafet, mereka—para tokoh
pembaharu islam—berlari dan membawa tongkat estafet kemajuan islam dengan
susah payah dan penuh perjuangan agar sampai kepada kita—umat saat ini—
dengan harapan besar kita mampu melanjutkan tongkat estafet tersebut sampai
pada generasi selanjutnya hingga akhir zaman. Namun, potret umat islam saat ini
bisa dikatakan amat menyedihkan dari segi keilmuan dan persatuan. Umat islam
saat ini tidak lagi dinamis, dan seperti tidak memiliki pendirian. Hal ini terlihat dari
mudahnya umat islam terprovokasi oleh oknum-oknum tertentu yang tak
bertanggung jawab.Hal ini menunjukkan kesadaran umat islam untuk melanjutkan
tongkat estafet kemajuan itu masih belum maksimal.
Semoga dengan hadirnya kajian(studi tokoh) ini kita semakin menyadari
kondisi islam yang masih terpuruk saat ini dan harapan besar kami adalah
munculnya jiwa dan semangat Muhammad Bin Abdul Wahab, Muhammad
Abduh,Syaikh Rasyid Ridha dan lain-lain yang mampu kembali meneruskan
tongkat estafet perjuangan itu dan menanggalkan seluruh pengaruh barat pada
islam yang merupakan hambatan bagi umat islam untuk maju. Amien.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asmuni,Drs. H.M.Yusran, Pengantar Studi Pemikiran Dan Gerakan


Pembaharuan (Dirasah Islamiah III), Rajawali Pers: Jakarta, 2001
Rahman, Fazlur, Kebangkitan dan Pembaharuan di dalam Islam, Penerbit
Pustaka: Bandung, 2001.
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan
Gerakan), Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Federspiel, Howard M. Islam and Ideology in the Emerging
IndonesianState; The PersatuanIslam (PERSIS) 1923-1957. Boston: Brill, 2001.

Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam; Sejarah Pemikiran


danGerakan(Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hal. 142.

15

Anda mungkin juga menyukai