Anda di halaman 1dari 7

Profil Desa Wadunggetas

Desa Wadunggetas merupakan salah satu desa di Kecamatan Wonosari yang memiliki luas
wilayah administrasi sebesar 126, 935 Ha. Luas wilayah di Desa Wadunggetas didominasi oleh lahan
terbangun dan Persawahan. Sedangkan wilayah Desa Wadunggetas memiliki ketinggian tanah ±131
meter dari permukaan air laut. Suhu udara rata-rata di Desa Wadunggetas adalah ±27° dengan curah
hujan rata-rata ±15 mm/tahun. Batas wilayah di Desa Wadunggetas adalah :

Sebelah Utara : Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari

Sebelah Selatan : Desa Segaran, Kecamatan Delanggu

Sebelah Barat : Desa Sidomulyo, Kecamatan Polanharjo

Sebelah Timur : Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari

Desa Wadunggetas dibagi dalam wilayah admintrasi pemerintahan dalam 5 RW dan 20 RT


dengan jumlah pengurus RT dan RW sebanyak 25 Orang. Jumlah penduduk yang ada di Desa
Wadunggetas sejumlah 5019 Orang. Jumlah penduduk tersebut dibagi dalam 1590 Kepala Keluarga.
Perbandingan jumlah penduduk di Desa Wadunggetas menurut mata pencaharian sebagai berikut :

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di


Desa Wadunggetas Tahun 2018
1400 1287
PNS
1200
ABRI
1000 Swasta
800 752 Wiraswasta/Pedagang

600 Tani
Pertukangan
400
Buruh Tani
166
200 116
42 46 32 Pensiunan
26 28
0 Jasa
Mata Pencaharian

Sumber : Monografi Desa Wadunggetas Tahun 2018

Grafik xxx. Perbandingan Jumlah Penduduk

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Wadunggetas memiliki
mata pencaharian yang beraneka ragam. Dominasi mata pencarian yang ada di Desa Wadunggetas pada
bidang Tani, Wiraswasta/Pedagang, Swasta dan Jasa. Hal ini didasari oleh wilayah Desa Wadunggetas
yang dilalui oleh jalan Arteri/Nasional rute 15 yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan Kota
Surakarta. Oleh karena itu, banyak warga masyarakat yang memiliki mata pencaharian pedagang,
swasta, dan jasa.
Potensi dan Masalah Desa Wadunggetas

Potensi :

1. Bendungan Jaban
2. Mata Air Dusun Kadipiro
3. Industri Keripik Belut, Paru, Usus, dan Ceker
4. Industri Keripik Tempe Sagu
5. Home Industri Emping Melinjo

Potensi-potensi di atas merupakan pemanfaatan dari hal-hal unik yang unggul dari daerah lainnya
yang dapat dikembangkan lebih besar dari sebelumnya agar potensi-potensi ini dapat dimanfaatkan untuk
medukung Desa Wadung Getas ini mejadi lebih maju lagi terutama dari aspek perekonomian bagi
masyaraktnya. Bendungan Jaban serta Mata Air Dusun Kadipiro merupakan potensi yang memanfaatkan
wisata alam di Desa Wadung Getas. Sedangkan industri makanan ringan yang ada merupakan
pemanfaatan bahan-bahan lokal sebagai peluang bisnis dari masyarakat Desa Wadunggetas.

Sumber : Dokumentasi Kelompok A2

Gambar xxx, Bendungan Jaban

Bendungan Jaban merupakan Bendungan peninggalan zaman penjajahan Belanda. Bendungna Jaban
ini terbentuk pada tahun 1908. Bendungan ini memanfaatkan Sungai Dengkeng, dan membagi dua aliran
sungai tersebut. Kedua aliran tersebut sama-sama bertujuan untuk menjadi daerah aliran sungai serta
drainase bagi Kecamatan Wonosari, terutama Desa Wadung Getas yang menjadi daerah pertama aliran
sungai tersebut. Aliran pertama menjadi sungai alam yang menjadi drainase Desa Wadunggetas,
sedangkan aliran kedua menjadi irigasi persawahan Kecamatan Wonosari. Bendungan Jaban ini terletak
di ujung kiri atau Barat Desa Wadunggetas.
Sumber : Dokumentasi Kelompok A2

Gambar xxx. Keripik Belut Mawar

Industri keripik belut merupakan pemanfaatan bahan lokal serta sekitar Pulau Jawa dari hasil alam
sebagai industry produksi makanan ringan. Industry keripik belut ini bernama Mawar, yang berbasis di
Dukuh Tegalduwur Desa Wadunggetas. Industri keripik belut ini sudah berjalan selama 32 tahun dan
merupakan turunan dari orang tua sang pemilik industry tersebut. Tidak hanya keripik belut yang
diproduksi oleh indutri ini, namun juga keripik paru,usus, ceker, dan berbagai keripik atau makanan ringan
lainnya. Industry ini merupakan industry rumahan yang dimiliki oleh individu terkait atau bergerak secara
mandiri dengan modal sendiri. Industri ini sudah mampu mendistribusikan produknya ke seluruh Pulau
Jawa terutama pasar di Solo, Bali, dan terkadang juga ke jangkauan internasional, yaitu Negara Malaysia.
Mayoritas dari produk ini didistribusika ke toko, pasar, serta pusat oleh-oleh. Berbagai keripik tersebut
diproduksi secara massal namun sudah memiliki packaging atau pengemasan yang kecil dan sudah
bermerk.
Sumber : Dokumentasi Kelompok A2

Gambar xxx. Keripik Tempe Sagu

Industri keripik tempe yang terletak di Desa Wadunggetas Dukuh Prapatan Pakis merupakan
potensi industry yang dapat dimanfaatkan karena kekhususannya. Industri keripik tempe ini sudah
berjalan kurang lebih selama 13 tahun. Industry keripik tempe yang juga industry makanan ringan ini tidak
memproduksi keripik tempe biasa, namun keripik tempe sagu, yang melibatkan sagu dalam bahan
produksinya. Namun industry kerpik tempe ini memanfaatkan bahan impor, yaitu kedelai yang diimpor
dari luar, karena sang produsen yang memerhatikan kualitas dari kedelai impor yang lebih baik dari kedelai
lokal. Indsutri ini dimiliki oleh individu dengan modal pribadi, namun industry ini dapat membuka
lapangan pekerjaan bagi warga lokal atau masyarkat Wadunggeta terutama kalangan ibu rumah tangga
sebagai pekerjanya. Produksi dari industry ini cenderung relative karena jumlah produksinya yang banyak
degan pengemasan yang besar, serta peminatan dari produk ini yang cenderung banyak diminati saat
libur, terutama Hari Raya Lebaran. Produk industri ini rutin didistribusikan ke pasar lokal, namun pernah
menginjakkan pemasarannya di kancah internasional, yaitu Negara Korea.

Industri emping melinjo merupakan industry rumah tangga yang menghasilkan produk berupa
makanan ringan, yaitu emping melinjo. Industri keripik melinjo ini sudah berjalan kurang lebih selama 20
tahun. Industry ini memanfaatkan bahan baku lokal, yaitu buah melinjo yang juga berasal atau ditanam di
Desa Wadunggetas. Produk yang dihasilkan adalah produk setengah jadi, yaitu keripik kering yang siap
dimasak atau digoreng oleh konsumennya. Industri ini dimilki secara pribadi, memakai modal pribadi, dan
dijalankan atau memakai tenaga kerja satu orang saja, yaitu pemiliknya juga. Industri ini masih
memasarkan produknya ke pasar lokal atau daerah sekitar industry tersebut yang masih dalam jangkauan
kecamatan, namun beberapa kali telah didistribusikan ke Jakarta serta Bali. Produk dari indsutri ini juga
cenderung relative karena produksinya yang tergantung panen dari buah melinjo itu sendiri, serta kondisi
peminatan dari konsumennya yang cenderung meminati produk ini saat masa liburan, terkhususnya hari
raya.
Permasalahan besar dari potensi-potensi ini adalah kurangnya dukungan dari pemerintah desa
atau pemerintah sekitar. Dukungan yang menjadi kekurangan adalah berupa pemasaran, dukungan
modal, alat-alat produksi, serta kelembagaan yang dapat menampung berbagai potensi tersebut. Wisata
alam yang menjadi potensi di Desa Wadunggetas masih berbentuk rencana yang saat ini belum
diwujudkan namun akan diwujudkan dari pihak Pemerintah Desa Wadunggetas dalam kurun waktu 20
tahun ke depan. Sedangkan untuk industry makanan ringan yang ada memiliki dukungan yang sangat
kurang dari pemerintah. Tidak adanya dukungan nyata dalam bentuk apapun dari pemerintah.
Pemerintah hanya tahu, namun tidak menindak lanjuti potensi industry makanan ringan tersebut yang
dapat menjadi potensi bagi Desa Wadunggetas.

Masalah

1. Masalah Persampahan
2. Perizinan Lahan
3. Pendidikan Masyarakat Rendah (Tidak Lulus Sekolah Dasar)

Sumber : Dokumentasi Kelompok A2

Gambar xxx. Persebaran Sampah

Masalah yang terjadi di Desa Wadunggetas didominasi oleh permasalahan sampah. Hal ini terjadi
karena kurangnya utilitas persampahan di Desa Wadunggetas. Belum adanya Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) di Desa Wadunggetas menyebabkan banyak warga yang membuang sampahnya di sungai
yang mengalir di Desa Wadunggetas. Selain itu, banyak warga yang membakar sampah dan menumpuk
sampahnya di pekarangan rumahnya. Berdasarkan data primer diketahui pada sudut-sudut sungai irigasi
dan sungai alam yang melintasi wilayah Desa Wadunggetas terdapat banyak sampah yang tersangkut di
tempat tersebut. Masalah terkait sampah ini berlanjut dan berdampak pada drainase yang ada juga.
Karena sampah yang dibuang ke sungai yang menjadi drainase di Desa Wadunggetas juga enjadi irigasi
bagi sawah-sawah di Desa Wadunggetas. Banyak pula sampah-sampah yang dibuang di lokasi atau lahan
tertentu yang semakin lama menjadi kebiasaan bagi masyarakat untuk selalu membuang ke sana tanpa
memandang penggunaan lahan tersebut.

Sumber : Dokumentasi Kelompok A2

Gambar xxx. Gedung Serbaguna

Perizinan lahan di Desa Wadunggetas juga menjadi suatu permasalahan tersendiri. Penggunaan lahan
dilandasi suatu kebijakan yang menggunakan media perizinan lahan. Maka dari itu perizinan suatu lahan
menjadi pertimbangan serta perdebatan bagi penggunaan lahan di Desa Wadunggetas. Berdasarkan
peraturan dari pihak pemerintah, Desa Wadunggetas memperbolehkan adanya lahan terbangun di dekat
jalan kolektor yang mengarah ke Solo Baru dan Sukoharjo, namun lahan terbangun tersebut dibatasi
sampai memasuki jalan lingkungan yang menuju Dusun Pengkol. Kebijakan yang ada seperti di kalimat
sebelumnya juga didukung oleh niat serta usaha dari masyarakat Desa Wadunggetas yang masih ingin
memkasimalkan lahan pertanianya sebagai sektor unggulan di Kabupaten Klaten. Terdapat satu kasus,
yaitu penyalahgunaan lahan di jalan lingkungan yang ada tersebut dengan adanya satu gedung serbaguna
yang telah dibangun di lahan pertanian (lahan hijau tanah basah) yang seharusnya dimanfaatkan untuk
sawah, namun digunakan untuk pembangunan suatu bangunan yang tidak memiliki izin.

Masyarakat di Desa Wadunggetas sebagian ada yang memiliki pendidikan rendah. Disebutkan dari
sumber bahwa banyak dari masyarakat yang belum lulus pendidikan dasar. Sumber menyebutkan bahwa
pada wilayah Desa Wadunggetas bagian barat, Dusun Tegal Duwur, banyak warga disana yang belum lulus
pendidikan dasar. Adanya pendidikan yang rendah pada masyarakat di Desa Wadunggetas menyebabkan
munculnya permasalahan sosial seperti adanya sifat acuh tak acuh antar warga. Selain itu, hal ini juga
menyebabkan tertanamnya pemikiran yang buruk diantara warga untuk tidak melanjutkan sekolah dan
langsung terjun ke dunia pekerjaan di bidang swasta. Pekerjaan swasta yang biasa warga pilih adalah
menjadi sopir truk, pencari kodok, dan pekerjaan serabutan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai