Anda di halaman 1dari 16

Kondisi transportasi perkotaan di kota-kota besar di Indonesia bahkan di negara-negara

berkembang di Asia menunjukkan kinerja yang semakin buruk. Berbagai penelitian


meemperkirakan bahwa kota-kota besar dan metropolitan di Asia akan mengalami kesulitan yang
sangat kompleks dalam 10 sampai 15 tahun mendatang akibat transportasi yang tidak baik.
Kerugian itu akan semakin besar bila tidak ada langkah-langkah yang strategis dan konsisten untuk
memperbaiki sistim transportasi kota-kota di Indonesia. Termasuk kota manado.
Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan selama ini telah berhasil meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Konsekwensi atas keberhasilan tersebut terhadap pelayanan jasa
transportasi, khususnya transportasi jalan raya adalah meningkatnya permintaan penyediaan jasa
angkutan yang makin meluas dan dengan kualitas yang semakin meningkat pula.
Dalam lingkungan strategis Provinsi Sulawesi Utara, Kota Manado sebagai Ibukota
provinsi memegang peranan yang sangat penting sebagai pintu gerbang (show window) penggerak
roda perekonomian. Sebagaik kota jasa dan perdagangan dengan letak geografis yang strategis di
Pasifik Rim, kota Manado menjadi pusat bisnis dan pelayanan regional maupun nasional dan
sekaligus berperan sebagai pusat pertumbuhan wilayah di Indonesia bagian timur. Kondusi
lingkungan tersebut ditunjang dengan keberadaan Pelabuhan udara internasional Sam Ratulangi
sehingga Kota Manado memposisikan wilayahnya sebagai Pintu Masuk dan Keluar melalui udara.
Selain itu juga, memiliki Pelabuhan laut yang melayani penumpang dan barang ke pulau-pulau
perbatasan Negara (Kab. Kep. Sangihe dan Kab. Kep. Talaud) dalam Provinsi Sulut maupun keluar
Provinsi Sulut.
Kemacetan lalu lintas di Kota Manado sudah mencapai taraf yang sangat merugikan.
Akibat kemacetan lalu lintas di Manado, kota ini mangalami kerugian akibat penggunaan bahan
bakar kendaraan bermotor yang tidak efisien. Kemacetan mengakibatkan waktu tempuh kendaraan
bermotor semakin lama, artinya semakin banyak bahan bakar yang digunakan untuk mencapai
suatu jarak tertentu. kemacetan lalulintas perkotaan selain mengakibatkan inefisiensi bahan bakar,
tetapi juga menimbulkan pencemaran udara, keletihan dan stress di perjalanan, biaya operasi
pemeliharaan kendaraan meningkat dan kerugian immaterial lainnya.
Transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat adanya aktifitas ekonomi,
sosial, budaya dan sebagainya. Dalam kerangka makro ekonomi, transportasi merupakan tulang
punggung perekonomian baik di tingkat nasional, regional maupun lokal, untuk wilayah perkotaan
maupun pedesaan. Kota Manado sebagai ibu kota provinsi dengan potensi yang cukup besar baik
dibidang sektor pararawisata maupun industri memberikan nilai lebih terhadap pelbagai peluang
bisnis dan investasi. Dengan demikian aktifitas yang terjadi akibat terbentuknya pusat-pusat
kegiatan /tata guna lahan seperti sebagai pusat administrasi pemerintahan, pemukiman, sekolah,
rumah sakit, fasilitas hiburan, pusat perbelanjaan, pusat akomodasi kepariwisataan, menyebabkan
bangkitan pergerakan yang begitu besar yang akibatnya berpengaruh terhadap sistim transportasi
yang ada. Pergerakan yang terjadi disebabkan karena pemenuhan kebutuhan yang tersedia
ditempat lain. Artinya, keterkaitan antar wilayah ruang sangatlah berperan dalam menciptakan
pergerakan. Permasalahan transportasi seperti kemacetan, keterlambatan akan terjadi sebagai
akibat pergerakan atau perjalanan yang dilakukan sehingga terjadilah pemusatan asal bangkitan
pergerakan dalam waktu yang bersamaan serta adanya pembebanan lalu lintas yang begitu besar
pada jalur jalan yang menuju pusat-pusat kegiatan di Kota Manado.
Lebih dari 90 % perjalanan berbasis rumah tangga, artinya perjalanan dimulai dari rumah
dan diakhiri kembali dirumah. Salah satu usaha untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan memahami pola pergerakan yang akan terjadi dari setiap rumah tangga yang ada di
Kota Manado, misalnya dari mana dan hendak ke mana, besarnya, dan kapan terjadinya. Oleh
karena itu perlu suatu penelitian mengenai jumlah bangkitan yang terjadi dalam memprediksi
kebutuhan akan sarana dan prasarana tahun-tahun mendatang. Prosesnya adalah dengan
menganalisis jumlah pergerakan keluarga per-hari sebagai variabel terikat dengan faktor-faktor
yang mempengaruhinya sebagai variabel bebas sehingga diperoleh model bangkitan pergerakan
berbasis rumah tangga di wilayah Kota Manado. Perencanaan jaringan transportasi hendaknya
tergantung pada permintaan pergerakan/perpindahan manusia dan barang. Permintaan pergerakan
ini dapat di informasikan dalam bentuk garis keinginan.
Definisi Jalan Menurut UU-38/2004 Tentang Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perleng-kapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.(pasal 1 ayat 4).

Sistem Jaringan Jalan Menurut UU-38/2004 Tentang Jalan


Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan
mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya
dalam satu hubungan hierarkis; proses penetapan sistem jaringan jalan dapat dilihat seperti pada
gambar di bawah ini.

Gambar 1. Proses Penetapan Sistem Jaringan Jalan.


Gambar 2. Gambar Penyelenggaraan Jalan Menurut UU-38/2004 tentang Jalan dalam Pasal
1.

Gambar 3. Gambar Family Tree Undang undang dan Peraturan Bidang Jalan.
Gambar 4. Gambar Peraturan Menteri PU Bidang Jalan.

Gambar 5. Gambar Pengelompokkan Sistem Jaringan Jalan (UU-38/2004 tentang Jalan


dalam Pasal 6) Menurut Peruntukkannya.
Gambar 6. Gambar Pengelompokkan Sistem Jaringan Jalan (UU-38/2004 tentang Jalan
dalam Pasal 6) Menurut Peruntukkan Jalan Umum.
Gambar 7. Gambar Pengelompokkan Sistem Jaringan Jalan (UU-38/2004 tentang Jalan
dalam Pasal 6) Menurut Peruntukkan Jalan Umum
Gambar 8. Proses Penetapan Sistem Jaringan Jalan.
Gambar 9. Gambar Pengelompokkan Sistem Jaringan Jalan (UU-22/2009 tentang LLAJ
dalam Pasal 6) Menurut Peruntukkan Jalan Umum tentang
Kelas Jalan.

Gambar 10. Gambar Komparasi Antara Pengelompokkan Sistem Jaringan Jalan (UU-
22/2009 tentang LLAJ dalam Pasal 6) Menurut Peruntukkan Jalan Umum tentang Kelas
Jalan dan Pengelompokkan Sistem Jaringan Jalan (UU-38/2004 tentang Jalan dalam Pasal
6) Menurut Peruntukkan Jalan Umum.

Gambar 11. Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan Jalan.

Gambar 12. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi pengendalian jalan masuk,
persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median, serta pagar
Gambar 13. Hubungan Antara Aksesbilitas dan Mobilitas dalam Pengelompokkan Jalan
Menurut Fungsi

Gambar 14. Pengelompokkan Sistem Jaringan Jalan Primer dan Sekunder


Gambar 15. Pengelompokkan Jalan Menurut Fungsinya dan di Kaitkan dengan Angkutan
yang dilayani, Jarak Perjalanan, Kecepatan Rata-rata, jumlah jalan masuk dan Simpul
Transportasi yang dihubungkan.

Gambar 16. Pengelompokkan Jalan Menurut Fungsinya ditinjau terhadap menghubungkan


antara Simpul Menurut UU-38/2004 + PP-34/2006tentang Jalan dan PP-26/2008 tentang
RTRWN) Dalam Sistem Jaringan Jalan Primer.
Gambar 17. Penetapan Fungsi Jalan (Sistem Primer)
Fungsi Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sebagai berikut :
1) JAP (Jalan Arteri Primer) memiliki kriteria :
 AntarPKN
 Antara PKN dan PKW
 Antara PKN dan/atau PKW dan Pelabuhan Utama/Pengumpul
 Antara PKN dan/atau PKW dan Bandar Udara Utama/Pengumpul
1) JKP (Jalan Kolektor Primer)
 JKP-1  Antaribukota provinsi
 JKP-2  Antara ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota
 JKP-3  Antaribukota kabupaten/kota
 JKP-4  Antara ibukota kabupatern/kota dan ibukota kecamatan
2) JLP (Jalan Lokal Primer)
 Antara PKN dan PK-Ling
 Antara PKW dan PK-Ling
 antarPKL
 Antara PKL dan PK-Ling
3) Jling.P (Jalan Lingkungan Primer)
 Antarpusat kegiatan dalam kawasan perdesaan
 Jalan dalam lingkungan kawasan perdesaan
Gambar 18. Matriks Arahan Penataan Ruang dalam Pengaturan Fungsi Jalan pada Sistem
Jaringan Jalan Primer

Gambar 19. Matriks Hubungan Antara Simpul dan Pengelompokkan Jalan Menurut
Fungsinya Dalam Sistem Jaringan Primer Menurut UU-38/2004 + PP-34/2006tentang Jalan
dan PP-26/2008 tentang RTRWN) Dalam Sistem Jaringan Jalan Primer.
Sistem pergerakan transportasi adalah sistem pergerakan yang terjadi diakibatkan oleh sistem
kegiatan dan sistem jaringan serta dipengaruhi oleh sistem kelembagaan yang ada. Sistem – sistem
ini diuraikan sebagai berikut :
1) Sistem kegiatan
Diwujudkan oleh ruang kegiatan masyarakat. Wilayah perkotaan merupakan pusat
kegiatan masyarakat yang diwarnai oleh tingginya kepadatan, ragam serta dinamika
dari penduduk dan juga tingginya tingkat kegiatan perdagangan dan industry.
2) Sistem jaringan
Terdiri dari jaringan transportasi jalan yang meliputi jaringan jalan, jaringan trayek
pelayanan angkutan umum, jaringan lintas angkutan barang dan simpul/terminal.
3) Sistem pergerakan
Merupakan wujud dari kebutuhan transportasi yang didistribusikan melalui jaringan
jalan dengan menggunakan moda angkutan tertentu.
4) Sistem kelembagaan
Berfungsi untuk mengoptimalkan ketiga sistem di atas dalam wujud :
 Peraturan perundangan
 Perencanaan dan perwujudan rencana sistem transportasi
 Keuangan dan pendanaan
 Pengendalian sistem
Dalam perkembangannya ada beberapa usulan program kegiatan untuk mengatasi kemacetan yang
ada di Kota Manado.
Adapun Kebutuhan ruang lalu lintas angkutan jalan diantaranya adalah :
a) Kebutuhan ruang lalu lintas angkutan jalan untuk mendukung aksesbilitas menuju lokasi
rencana pengambangan stasiun KA dalam wilayah Kota Manado
b) Kebutuhan ruang lalu lintas angkutan jalan untuk mendukung aksesbilitas menuju pelabuhan
laut dalam wilayah wilayah Kota Manado.
c) Kebutuhan ruang lalu lintas angkutan jalan untuk mendukung aksesbilitas menuju lokasi
Bandar Udara dalam wilayah wilayah Kota Manado.
d) Kebutuhan ruang lalu lintas angkutan jalan untuk menuju ke pelabuhan penyeberangan
dalam wilayah Kota Manado.
Berdasarkan amanat Undang Undang No.22 Tahun 2009 yang memuat arah dan kebijakan
peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi Sulawesi Utara dalam keseluruhan moda
transportasi dengan memberikan kelancaran lalu lintas angkutan jalan di ruas-ruas jalan yang
menuju ke lokasi tersebut di atas. Adapun aplikasi peningkatan aksesbilitas di angkutan jalan
dalam bentuk :
1) Peningkatan kualitas jalan baik geometrik maupun perkerasannya.
2) Peningkatan fasilitas perlengkapan jalan, fasilitas perlengkapan jalan memberi informasi
kepada pengguna jalan tentang peraturan dan petunjuk yang diperlukan untuk mencapai
arus lalu lintas yang selamat, seragam dan beroperasi dengan efisien, yaitu :
3) Rambu
4) Marka
5) Lampu penerangan jalan
6) Peningkatan fasilitas keselamatan jalan di Kota Manado (pengaturan Standarisasi
Keselamatan Lalulintas) yaitu :
 Pagar Pengaman (Rail Guard)
 Deliniator
 Cermin Tikungan
 APILL (alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas)
7) Pemulihan kondisi armada angkutan jalan sesuai standar pelayanan minimal (SPM) di Kota
Manado.
8) Peningkatkan kehandalan angkutan umum di Kota Manado
9) Pelayanan keperintisan LLAJ seperti pada trayek tertentu yang masih kecil demand
(kebutuhan pergerakan) nya maka di fasilitasi dengan angkutan di Kota Manado.
10) Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya forum kerjasama antar daerah dalam rangka
perencanaan transportasi nasional.
11) Peningkatan Sumber Daya Manusia LLAJ sesuai kualifikasi dan kompetensi.
12) Kebijakan tarif komersil untuk kelas non ekonomi diserahkan pada mekanisme pasar
(operator).
13) Rute angkutan perintis yang sudah menguntungkan diserahkan dan diatur oleh swasta.
14) Pada masa yang akan datang pembangunan infrastruktur yang memberikan manfaat
ekonomi yang menguntungkan dimungkinkan untuk diatur oleh swasta.
15) Kajian tentang penempatan terminal yang terintegrasi dengan pusat kegiatan dan rute
angkutan untuk orang dan barang.
16) Rencana pengembangan terminal angkutan penumpang.
17) Pengaturan Sistem trayek transportasi yang ada di Kota Manado dengan jumlah trayek tetap
serta pembatasan jumlah armada pada masing – masing trayek yang disesuaikan dengan
kebutuhan trayek tersebut.
18) Pengaturan sistem penyewaan kendaraan di wilayah pulau.
19) Penataan lalu lintas dan angkutan di Kota Manado.
Peningkatan dan pengembangan jalan serta pembangunan jalan baru di Kota Manado salah
satu cara untuk mengatasi kemacetan yang ada di Kota Manado, tetapi hal ini juga perlu persiapan,
pembebasan lahan dan jumlah dana yang tidak sedikit.
Pada dasarnya ada beberapa pilihan cara yang sering dilakukan untuk menangani masalah
kemacetan lalu lintas seperti; mengatur sistem transportasinya, menambah sarana dan prasarana
serta kombinasi kedua pilihan tersebut. Mengatur sistem transportasi dengan meningkatkan daya
guna ruang jalan, menanggulangi lalu lintas jam sibuk, pengelolaan parkir dan peningkatan
pelayanan angkutan umum. Sehingga selain pengembangan dan pembangunan jaringan jalan baru,
penanganan masalah kemacetan menjadi cara yang dapat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai