Anda di halaman 1dari 19

Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS SD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan
kehidupan termasuk segala aspek dengan permasalahannya. Dengan demikian, pengajaran IPS tidak
akan kehabisan materi untuk dibahas dan dipermasalahkan. Materi tersebut bukan hanya apa yang
terjadi hari ini, melainkan juga yang telah terjadi pada masa lampau, dan lebih jauh pada masa yang akan
datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya, meliputi apa yang terjadi setempat secara lokal, nasional,
regional sampai ke tingkat global. Hal tersebut jadi perhatian dan lahan garapan pengajaran IPS.

Kemajuan IPTEK telah membantu kita manusia “melihat” pristiwa dan permasalahan kehidupan yang
secara fisik tidak ada dihadapan kita. Dengan bantuan IPTEK itu juga, kita manusia mampu menganalisis,
memprediksi, dan meyakini pristiwa serta permasalahan diluar jangkauan pikiran yang melekat pada diri
masing-masing.

Oleh karena itu, kita selaku Mahasiswa harus memperhitungkan dan mengatisipasinya. Janganlah anda
puas dengan materi yang telah ada. Katakanlah jenis pakaian, “celana jeans” yang semula merupakan
pakaian pengembala sapi(cowboy), para mekanik bengkel, dewasa ini telah menjadi mode dimana-mana
termasuk di Indonesia, kenyataan yang demikian itu merupakan hal yang harus diperhatikan pada
pembelajaran IPS yaitu Globalisasi, selain itu pula kita sebagai Generasi penerus harus bisa
mempertahankan serta menjaga kelestarian aneka ragam jenis kebudayaan yang telah ada di Indonesia
dengan cara mencintai produk dalam negeri dan tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh luar, serta
mengenalkan dan mengajarkan kepada Anak-anak bahwa pentingnya menjaga kebudayaan Indonesia.

Dengan demikian kita akan membahas mengenai isu-isu dan masalah sosial budaya dalam pembelajaran
IPS khususnya tentang Trend Globalisasi, masalah-masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya
terhadap pembelajaran IPS, juga akan dibahas hal-hal yang berkenaan dengan masalah-masalah
lingkungan, hukum keterkaitan, kesadaran hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga negara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS SD ?

2. Apa saja masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan dalam pembelajaran IPS SD?

3. Apa saja masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum dalam pembelajaran IPS SD?
4. Apa saja masalah-masalah kesadaran, hukum, dan pendidikan kesadaran hukum warga negara
dalam pembelajaran IPS SD?

5. Bagaimana pluralisme budaya dan keanekaragaman etnis dalam pendidikan IPS SD ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS SD.

2. Untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan dalam pembelajaran


IPS SD.

3. Untuk mengetahui masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum dalam pembelajaran
IPS SD.

4. Untuk mengetahui masalah-masalah kesadaran, hukum, dan pendidikan kesadaran hukum warga
negara dalam pembelajaran IPS SD.

5. Untuk mengetahui pluralisme budaya dan keanekaragaman etnis dalam pendidikan IPS SD.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tren Globalisasi dan Keragaman Budaya

2.1.1 Globalisasi

Globalisasi inti katanya adalah global, yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi artinya suatu keadaan
atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah yang ada menyangkut berbagai bangsa dan negara atau
bahkan seluruh dunia. Pengertian lain berasal dari kata global yang bermakna keseluruhan.

Pemahaman terhadap globalisasi merupakan suatu proses cara memandang dunia dengan hubungan-
hubungan yang terjadi di dalamnya. Pemahaman tersebut menurut King harus mengandung hal-hal
berikut.
Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian jari jaringan yang memiliki keterkaitan.

Kepedulian bahwa terdapat pilihan-pilihan yang bersifat individu, nasional maupun universal. Namun
demikian, keputusan yang diambil haruslah demi tatanan dunia yang lebih baik di masa datang.

Menerima bahwa bangsa-bangsa lain memiliki pandangan-pandangan yang berbbeda dan mungkin lebih
senang pada pilihan-pilihan yang lain.

Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa mereka adalah bagian dari
masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah
bangsa. Demikian pula sebaliknya, sebagai warga negara yang baik seharusnya bisa menjadi warga dunia
yang baik.

Pendidikan global mencoba lebih banyak mengangkat persamaan daripada perbedaan-perbedaan yang
dimiliki oleh berbagai bangsa. Di samping itu, berusaha memberikan penekanan untuk berpikir tentang
kesetiaan terhadap bumi tempat kita semua hidup dan tidak hanya berpikir tentang negerinya sendiri,
terutama berkenaan dengan masalah-masalah dan isu-isu yang mampu melintasi batas-batas negara.
Contoh-contoh masalah dan isu yang sifatnya global sebagai berikut:

Krisis energy, baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, masalah harga maupun penelitian
tentang sumber sumber energy pengganti.

Jurang antara Negara kaya dan miskin.

Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta terjangkitnya penyakit-penyakit yang diakibatkan
oleh kelaparan dan kemiskinan.

Populasi yang meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan, pencemaran akibat
industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang semakin menipis.

Perang nuklir

Perdagangan internasional

Komunikasi

Perdaganagn obat terlarang

Pendidikan harus dikaitkan denga penelitian tentang sebab-sebab, akibat-akibat, dan kemungkinan
penyelesaia tentang isu-isu global saat ini. Para siswa harus mengetahui bagaimana mereka
memengaruhi dan dipengaruhi oleh masalah-masalah dan isu-isu ini. Sehingga, mereka berhak
mengetahui bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi dalam proses penyelesaiannya itu.

Ciri isu-isu dan masalah global

Ruang lingkupnya bersifat transnasional. Asal-usul dan akibat dari masalahnya melintasi lebih dari satu
negara.
Isu-isu dan masalah-masalah hanya dapat diselesaikan melalui tindakan multilateral: penyelesaian dan
perbaikaan tidak dapat dicapai hanya oleh tindakan satu negara.

Konflik berasal dari ketidaksepakatan tentang hakikat dan sebab masalah dalam membedakan nilai dan
tujuan tentang jasil dan cara , dan dalam kesulitan menemukan tindakan yang tepat yang diperlukan
untuk menjamin hasil yang diharapkan.

Masalah dan isu-isu mempunyai sifat terus menerus (persistence). Masalah dan isu telah berkembang
sebagai masalah dan isu yang berkelanjutan.

Isu dan masalah terkait dengan hal lain.

2.1.2 Keragaman Budaya

Keragaman budaya mengandung arti, yaitu keragaman artinya ketidaksamaan, perbedaan dan budaya
berarti dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Dengan
demikian, keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat
memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya. Keanekaragaman budaya di
antaranya mengambil wujud perbedaan ras dan etnik yang dimiliki oleh sebuah masyarakat.

Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar, di Indonesia sejak kelas 3, dimulai
dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa di kelasnya. Misalnya, perbedaan
jenis kelamin, latar belakang pekerjaan orang tua. Pelajran IPS akan menarik jika para siswa didorong
mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan
sebagai anggota kelas tersebut. Dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya timbul
berbagai masalah dan isu0isu diantaranya adalah pembauran, prasangka dan ethnocentrism (melahirkan
superioritas dan inferioritas).

Pembauran adalah proses sosial yang timbul apabila ada hal-hal berikut:

Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.

Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama.

Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-
unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

Faktor-faktor yang menghambat proses pembauran, antara lain:

Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.

Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas.

Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah terhadap kebudayaan
lain atau perasaan superioritas.
Pendidikan tentang keanekaragan budaya akan mampu membebaskan siswa-siswi kita dari cara berpikir
dan memandang yang sempit terhadap perbedaan kebudayaan sehingga melalui pendidikan pula
diharapkan mampu dikembangkan sikap toleran yang didasari simpati dan kasih sayang.

2.1.3 Globalisasi dan Keragaman Budaya di Indonesia

Indonesia sebagai dari masyarakat dunia merasakan gelombang globalisasi yang semakin lama semakin
terasa menerpa segala segi kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, teknologi, politik, sosial,
dan budaya.

Berkembangnya karakter global daari teknologi masalah lingkungan, keuangan, telekomunikasi, dan
media menyebabkan lahirnya umpan balik budaya baru, yakni kebijakan suatu pemerintah, termasuk
pemerintah Indonesia menjadi perhatian bagi negara lain. Implikasinya adalah tidak ada negara
manapun di dunia yang dengan sendirinya bisa menyimpan atau menutupi fakta dari negara lain.

Indonesia tidak hanya strategis dari segi geografis dan ekonomis, tetapi juga dalam sumber daya manusia
dan telekomunikasi. Indonesia lebih dulu menyadari pentingnya telekomunikasi dalam membina
persatuan dan kesatuan bangsa. Luas Indonesia yang demikian, mampu dieratkan dan jaraknya
diperpendek dengan teknologi komunikasi satelit. Dalam dekade 70-an Indonesia adalah satu-satunya
negara Asia Tenggara yang mempercayakan sistem komunikasi dengan menggunakan satelit Palapa,
bahkan berlangsung sampai dekade tahun 80-an dan Indonesia tidak menggunakan jasa satelit
negaralain, tetapi milik sendiri.

Langkah lain yang diambil Indonesia dalam menyikapi globalisasi adalah diizinkannya beroperasi stasiun
televisi, sebagai pengakuan bahwa bangsa Indonesia sudah waktunya menerima informasi yang lebih
banyak sehingga tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain, dalam hal pengetahuan tentang peristiwa-
peristiwa penting di belahan bumi lain dalam waktu yang bersamaaan.

Derasnya arus informasi yang masuk ke Indonesia memberikan keuntungan-keuntungan, misalnya


penyerapan ilmu pengetahuan lebih cepat dilakukan. Peristiwa penting di seluruh dunia bisa diketahui
dengan cepat karena jarak menjadi tidak begitu berarti, terutama bagi yang menggunakan parabola.
Mereka dapat mengetahui berita buruk atau baik dari seluruh dunia. Misalnya,masalah mode pakaian
yang sedang trend di Paris. Di Paris sedang musim baju mini dan ketat maka kita akan melihat
kecemderungan yang sama di seluruh pelosok dunia, para gadis mengenakan model yang serupa baik
tatanan pakaian maupun corak warna. Masalah tersebut dapat berjangkit di Jakarta, Bandung, Medan,
bahkan Papua.

Masalah globalisasi yang melanda Indonesia adalah penggunaan jaringan internet dalam telekomunikasi.
Individu yang menjadi anggota atau mempunyai akses dalam jaringan tersebut tidak lagi mengenal batas
kepentingan. Orang Indonesia bisa mengetahui informasi tentang negara dan bangsa lain. Sebaliknya,
bangsa lain pun bisa memperoleh informasi yang berkaitan dengan Indonesia.

Media global telah banyak memberikan manfaat bagi Indonesia sekaligus dampak negatifnya, terutama
di kalanga generasi muda. Beberapa media surat kabar menyebutkan berbagai hasil penelitian yang
menunjukkan adanya keterkaitan antara pola tingkah laku generasi muda, umumnya di perkotaan
sebagai masyarakat urban dengan sajian televisi, baik televisi nasional maupun internasional.

Masalah global lainnnya yang sangat populer meningkat akhir-akhir ini yaitu narkoba dan jenis obat
ectasy. Kebanyakan para penggunanya adalah kalangan muda di kota-kota, bahkan orang yang lebih tua
pun menjadi pengguna obat terlarang tersebut.

Salah satu masalah yang menjadi perhatian khusus yaitu tentang pembauran dalam masyrakat. Masalah
pembauran menjadi salah satu program pemerintah maka usaha ke arah itu patut mendapat dukungan
dari kita semua.

Berabad-abad yang lalu orang cina telah datang ke Indonesia. Kedatangan mereka lebih teratur lagi
ketika VOC (persekutuan dagang orang-orang Belanda) dalam awal abad ke-18 membutuhkan banyak
tenaga kerja untuk mengelola perkebunan tebu di Batavia. Pasang surut peranan mereka di tengah-
tengah masyarakat telah banyak ditulis oleh para ahli sehingga saat ini para ahli masih melihat proses
pembauran belum berjalan dengan baik.

Kelambanan proses pembauran tersebut meurut Koentjaraningrat dilatarbelakangi oleh belum cukupnya
sikap saling bertoleransi dan bersimpati. Hasil penelitian dari hariyono tentang pemahaman menuju
asimilasi kultural orang Cina. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut.

Di beberapa lingkungan hubungan sosial antara masyarakat Cina dan jawa kurang begitu harmonis
sehingga terbentuk stereotype-stereotype kuat tentang orang Cina di Indonesia. Stereotype adalah
karakteristik yang dimiliki oleh individu-individu berupa ciri khas perilaku dan emosi yang sama dalam
suatu kelompok primordial (kesamaan kedaerahan, misalya sama-sama orang jawa). Stereotype dapat
menumbuhkan fanatisme dan kecurigaan yang akhirnya menutup diri masing-masing kelompok dan
memperkuat stereotypenya sendiri-sendiri. Ketertutupan ini menyebabkan pembauran menjadi lamban.
Di harapkan dengan adanya pertukaran pengetahuan dan pengertian stereotype dapat menumbuhkan
rasa salinh menghormati dan mengahargai antara kedua belah pihak.

Dengan melihat keuntugan dan kerugian yang diakibatkan globalisasi, seharusnya kita patut mewaspadai
hal tersebut, karena kita tidak akan bisa menolaknya. Kita harus dapat memahami arti globalisasi secara
baik agar dapat diperkenalkan oleh siswa agar meraka dapat menjadi warga negara yang efektif. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan pendidikan formal.

2.1.4 Pembelajaran IPS Dalam Era Globalisasi Dan Keragaman Budaya

Fungsi pengajaran IPS, antara lain membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan
pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai
masyrakat global dengan keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan
pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam mengambil
keputusan untuk masa datangdan berpartiipasi dalam aktivitas di masyrakat.
Pengajaran keanekaragaman dalam IPS harus mengandung tujuan, yaitu:

Mampu mentransformasikan bahwa “sekolah” akan memberikan pengalaman dan kesempatan yang
sama kepada semua siswa baik putra maupun putri sekalipun mereka memiliki perbedaan budaya,
sosila, ras, dan kelompok etnik.

Membimbing para siswa utnuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam mendekati masalah
perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok agama.

Mendorong siswa untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan dengan cara memberikan ketrampilan dalam
mengambil keputusan dan mengembangkan sikap-sikap sosial.

Membimbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami saling keterhubungan dan


ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari pandangan yang berbeda-beda.

Sementara pengajaran globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan sebagai berikut:

Mampu menanamkan pengertin bahwa sekalipun mereka berbeda tetapi sebagai manusia memiliki
kesamaan-kesamaan.

Membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman bahwa bumi dihuni oleh
manusia yang memiliki saling ketergantungan dan lebih banyak memiliki kesamaan budaya daripada
perbedaannya.

Membantu para siswa memahami kenyataan bahwa ada masalah-masalah yang dihadapi bersama.

Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap masalah-masalah dunia dan
keterampilan menganalisis informasi yang diterimanya.

Dari tujuan-tujuan yang dijelaskan di atas melalui pengajaran IPS diharapkan lahir generasi muda yang
penuh pengertian akan keragaman budaya dan ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah
dan isu global sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan.

2.2 Masalah-Masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPS SD

Manusia dalam kehidupannya, baik secara individu maupun kelompok tidak bisa dilepaskan dari
lingkungan sekitar dimana ia hidup. Lingkungan sekitar memberikan wahana bagi manusia untuk
mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, seperti
kenyamanan, kesejahteraan, dan ketenangan dalam kehidupannya. Manusia merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari lingkungan sekitar, maka corak hubungan keduanya lebih bersifat fungsional, yaitu
saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya untuk memainkan fungsi dan perannya masing-
masing. Corak hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan. Sesuai
dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban manusia, maka ada usaha-usaha yang dilakukan
manusia untuk mengubah, mengolah, dan menaklukkan alam. Usaha-usaha yang dilakukan oleh
manusia itu pada gilirannya membawa dampak pada perubahan tatanan lingkungan alam yang ada.
Seringkali dampak yang ditumbuhkan oleh lingkungan alam itu sedemikian rupa sehingga tidak
menguntungkan juga bagi kehidupan manusia. Bencana alam, seperti banjir, bahaya kekeringan,
kelaparan, tanah yang tandus, polusi udara, tanah, dan air, baik secara langsung mauoun tidak langsung
bersumber dari ulah manusia juga.

Adapun aspek-aspeek yang termasuk ke dalam konsep lingkungan hidup yaitu:

1) Lingkungan abiotik: yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar mahluk hidup yag bukan berupa
organisme hidup. Seperti mineral, udara, gas, air, dan energi.

2) Linkungan biotik: yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar mahluk hidup yang berupa organism
hidup. Seperti mikro organism, binatang, tumbuhan, manusia, dan mahluk hidup lainnya.

3) Lingkungan alam: yaitu kondisi alamiah baik secara abiotik maupun biotic yang belum banyak
dipegaruhi oleh tangan-tangan manusia. Seperti sumber-sumber alam yang belum trgali, udara yang
masih segar, tanah yang belum digarap, hutan yang masih perawan, binatang yang masih liar, dan
sebagainya masuk kategori lingkungan alam itu.

4) Lingkungan sosial: yaitu manusia baik secara individu maupun kelompok yang ada diluar dirinya.
Seperti keluarga, teman, dan tetangga.

5) Lingkungan budaya: yaitu segala sesuatu baik secara materi maupun non materi yang dihasilkan
manusia melalui proses penciptaan rasa, karsa, dan karyanya. Lingkungan ini dapat berupa bangunan,
peralatan, senjata, pakaian, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan budaya non materi dapat berupa tata
nilai, norma, peraturan hukum, sistem politik, kesenian, dan sebaginya.

Perubahan alam dan lingkungan sekitar yang membawa dampak tak terduga adalah berkenan dengan
semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan IPTEK manusia di satu sisi
dapat menjelajahi, mengungkap cakrawala, dan menakklukan alam dengan cara-cara yang eksplosif,
tetapi di sisi lain dengan Iptek pula manusia dihadapkan pada masalah-masalah baru sehubungan
dengan semakin rusaknya dan terganggunya lingkungan untuk keperluan industri perkayuan,
penyerobotan lahan-lahan pertanian untuk keperluan pembangunan pabrik maupun perumahan, dan
akibat-akibat dari proses industrilisasi, seperti populasi, urbanisasi, dan sanitasi yang tidak sehat
merupakan dampak-dampak yang kurang menguntungkan dalam pengalaman hidup manusia.
Mengingat demikian seriusnya masalah-masalah lingkungan maka diperlukan semacam usaha
penyadaran dan pendidikan tentang lingkungan hidup.

Pendidikan Ekologi, yaitu pendidikan yang mengkaji dan memfokuskan dirinya pada masalah lingkungan
hidup, termasuk di dalamnya, menjadi snagat penting kedudukan dan fungsinya. Dengan Pendidikan
Ekologi diharapkan tumbuh kesadaran, pengetahuan, pemahaman, sikap, dan perilaku yang akan lebih
mencintai, mewarisi, memelihara, dan memanfaatkan lingkungan hidup manusia secara efisien dan
efektif.

Dalam perkembangannya Ekologi memiliki cakupan studi yang sangat luas. Dilihat dari bidang yang
dikajinya, maka dikenal cabang-cabang ekologi seperti:
1) Auteknologi: yaitu ekologi yang mempelajari suatu jenis organism yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini ada ekologi yang khusus mengkaji ekologi alang-alang dan ekologi asli.

2) Sinekologi: yaitu ekologiyang mengkaji tentang berbagai kelompok organisme sebagai suatu
kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Dalam hal ini dikenal ada ekologi
populasi, ekologi komunitas dan ekologi ekosistem.

3) Ekologi Habitat: yaitu ilmu lingkungan yang mempelajari habitat atau tempat suatu jenis atau
kelompok jenis tertentu. Dalam hal ini dikenal ada ekologi bahari, atau kelautan, ekkologi terrestrial atau
daratan, ekologi padang rumput, dan sebagainya.

4) Ekologi Taksonomi: yaitu ilmu lingkungan yang objek kajiannya sesuai dengan sistematika mahluk
hidup. Dalam hal ini dikenal ada ekologi tumbuhan, ekologi hewan, ekologi mikroba, dan sebagainya.

Dengan demikian, pendidikan Ekologi memiliki tujuan yang tidak hanya pada tataran
konseptualisasi, yaitu untuk pengembangan disliplin ilmu itu sendiri, tetapi juga memiliki fungsi
aktualisasi, yaitu untuk pengalaman ilmu itu dalam konteks praktis sehingga dapat bermanfaat secara
langsung untuk kepentingan keselamatan, kesejahteraan, dan keharmonisan manusia di satu sisi dalam
hubungannya dengan lingkungan alam sekitar disisi lain.

Kedudukan dan peranan yang dimainkan oleh manusia dalam konteks ruang dan waktu itu sangat sentral
maka perlu juga mengaitkan Pendidikan Ekologi itu dengan Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).
Bagaimanapun IPS meruppakan disiplin ilmu yang mengkaji tentag manusia dan pola-pola interaksi
dengan lingkungan di dirinya. Pemahaman dan penghargaan terhadap manusia yang lain, mengapresiasi,
dan mewarisi peninggalan peradaban manusia, dan yang lebih penting dalam hubungannya dengan
masalah ekologi melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam secara rasional dan wajar.,
merupakan pilar-pilar dari tujuan pembelajaran Pendidikan IPS. Oleh karena itu, seyogyanyalah
Pendidikan IPS diberikan di tingkat sekolah dengan materi yang tidak terpisahkan dengan masalah-
masalah ekologi.

2.3 Masalah-Masalah Hukum Ketertiban dan Kesadaran Hukum Dalam Pembelajaran IPS SD

Sebagai makhluk sosial manusia akan saling berinteraksi satu sama lain. Di dalam interaksi tersebut akan
ada benturan-benturan kepentingan antara individu, apabila dibiarkan akan menimbulkan suasana yang
tidak aman dan tertib. Oleh karena itu, perlu adanya aturan-aturan, baik tertulis maupun tidak yang
bersifat mengikat dan memaksa agar individu atau anggota masyarakat menaatinya. Kumpulan aturan-
aturan tersebut kemudian dikenal dengan istilah hukum.

Apabila di antara individu tersebut tidak mengindahkan kaidah-kaidah hukum yang berlaku maka akan
muncul masalah hukum. Masalah-masalah hukum adalah suatu keadaan yang memperlihatkan
ketidakselarasan antara kepentingan satu individu/kelompok dengan individu/kelompok lain, yang
ditandai adanya pelanggaran terhadap tatanan hukum yang berlaku. Di sinilah pentingnya kesadaran
hukum dimiliki oleh setiap individu atau anggota masyarakat sehingga suasana tertib, aman dan damai
dapat terwujud.

Di dalam menanamkan dan mendistribusikan nilai-nilai yang dikandung dalam aspek-aspek hukum
diperlukan suatu sarana atau cara yang efektif. Salah satunya ialah melalui pengintegrasian aspek-aspek
hukum dengan bidang IPS. Penggabungan kedua aspek ini akan memberikan kontribusi yang besar
terhadap pembentukan warga negara yang baik karena pada hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk
warga negara yang baik, melalui pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam
berinteraksi secara positif dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan lingkungan itulah,
aspek-aspek tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum penting dimiliki oleh siswa sebagai
angota masyarakat.

2.4 Masalah-Masalah Kesadaran, Hukum, dan Pendidikan Kesadaran Hukum Warga Negara Dalam
Pembelajaran IPS SD

2.4.1 Masalah-Masalah Kesadaran Hukum

Manusia merupakan makhluk sosial, artinya makhluk yang senangtiasa berhubungan dengan makhluk
lainnya. Manusia tidak bisa hidup menyendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia sejak dilahirkan
memerlukan proses interaksi dengan manusia lain. Dalam melakukan interaksinya, manusia selalu
menghadapi dua lingkungan, yaitu lingkungan fisik atau alam dan lingkungan sosial atau masyarakat.
Contoh lingkungan fisik, yatu bagaimana manusia berinteraksi dengan pendayagunaan laut, hutan,
sungai dan lain-lain, sedangkan contoh lingkungan sosial, yaitu bagaimana manusia berinteraksi dengan
sesama manusia dalam suatu masyarakat.

Ketika manusia melakukan interaksi dengan kedua lingkungan tersebut maka dihadapkan pada aturan-
aturan atau hukum-hkum yan tertulis maupun tidak tertulis. Interaksi dalam suatu kelompok masyarakat,
baik interaksi di antara sesama anggota kelompok masyarakat tersebut maupun dengan alam sktarnya
yang diikat oleh hukum yang berlaku dalam masyarakat tersebut akan terbentuk suatu masyarakat
hukum.

Dengan adanya hukum yang mengikat, bagi setiap anggota masyarakat harus memiliki kesadaran hukum.
Keadaran hukum ini yang dimaksud adalah dia mengetahui mana yang boleh dia lakukan dan mana yang
tidak boleh dilakukan menurut dasar hukum yang telah digariskan. Selain itu, kesadaran dapat pula
menimbulkan pemahaman individu anatara hak dan kewajiban yang dimiliki oleh individu tersebut.

Terbangunnya kesadaran hukum dalam masyarakat sangat penting karena tujuan hukum memberikan
peraturan-peraturan (petunjuk, pedoman) dalam pergaulan hidup, untuk melindungi individu dalam
hubungannya dengan masyarakat.

Hukum memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.

Penertiban (penataan) masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.

Penyelesaian pertikaian.
Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu dengan kekerasan.

Pengubahan tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian pada kebutuhan-kebutuhan dari
masyarakat.

Pengaturan tentang perubahan hukum harus mewujudkan fungsi-fungsi tersebut di atas agar ia dapat
memenuhui tuntutan keadilan, hasil guna dan kepastian hukum.

Setiap hukum senantiasa ada sanksi. Biasanya bentuk hukum seperti ini adalah hukum tertulis atau
hukum positif. Contohnya, peraturan lalu lintas, peraturan di sekolah, peraturan ketatanegaraan. Hukum
tersebut sudah memiliki kebakuan yang sangat mutlak.

Selain itu, terdapat pula dalam kehidupan bermasyarakat terdapat hukum yang tidak tertulis dan tidak
ada sanksinya apabila ada yang melanggar. Walaupun demikian, hukum wajib ditaati oleh masyarakat
dan memiliki kekuatan mengikat. Hukum dinamakan juga norma.

Besar kecilnya kekuatan mengikat norma, secara sosiologis dapat dibedakan dalam empat pengertian
sebagai berikut.

Cara (usage)

Kebiasaan (folkways)

Tata kelakuan (mores)

Adat istiadat (custom)

Cara (usage) lebih menonjol di alam hubungan antarindividu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan
terhadapnya, tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari
individu yang dihubunginya. Misalnya, orang mempunyai cara masing-masing untuk minum pada waktu
bertemu, ada minum tanpa mengeluarkan unyi, ada pula yang mengeluarkan bunyi sebagai pertanda ras
kepuasannya menghilangkan kehausan. Dalam hal yang terakhir, cara tersebut dianggap sebagai
perbuatan yang tidak sopan. Apabila cara tersebut diperlukan juga maka paling banyak orang-orang yang
diajak min um bersama-sama akan merasa tesinggung dan mencela cara minum demikian.

Kebiasaan (folkways)mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan yang
diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam betuk yang sama, merupakan suatu bukti bahwa
orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Sebagai contoh, orang yang mempunyai kebiasaan untuk
memberi hormat kepada orang lain yang lebih tua usianya, apabila perbuatan tadi tidak dilakukan maka
hal tadi dianggap sebagai suatu penyimpangan terhadap kebiasaan umum dalam masyarakat. Kebiasaan
menghormati orang-orang yang lebih tua usianya, merupakan suatu kebiasaan masyarakat dan setiap
orang akan menyalahkan penyimpangan terhadap kebiasaan tersebut.

Apabila kebiasaan tersebut tidak semata-mata dianggap sebagai cara berprilaku saja, bahkan diterima
sebagai norma-norma pengatur maka kebiasaan tersebut mores atau tata laku. Tata kelakuan tersebut,
di suatu pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lai pihak melarangnya sehingga secara langsung
merupakan suatu alat agar supaya anggota-anggta masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatan
dengan tata kelakuan tersebut.

Tata kelakuan memberikan batas-batas pada kelakuan individu-individu. Setiap masyarakat mempunyai
tata kelakuan masing-masing yang mungkin bisa berbeda dengan yang lainnya. Contohnya, ada suatu
masyarakat yang memiliki aturan-aturan yang tegas melarang pergaulan antara pemuda dan pemudi,
ada pula masyarakat yang sebaliknya. Akan tetapi, ada perbuatan-perbuatan yang seraa universal
dilarang, seperti perkawinan antara orang-orang yang memiliki hubungan darah yang dekat, umpamanya
anatara dua saudara kandung.

Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan perikelakuan masyarakat, dapat mengikat
kekuatan, mengikatnya menjadi custom atau adat-istiadat. Anggota-anggota masyarakat yang melanggar
adat-istiaadat akan mendapat sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung diperlukan.
Misalnya, adat istiadat atau hukum adat yang melarang terjadinya perceraian antara suami istri, yang
berlaku pada umumnya di daerah Lampung. Suatu perkawinan dinilai sebagai kehidupan bersama yang
sifatnya abadi yang hanya dapat terputus apabila salah satu meninggal dunia (cerai mati). Apabila terjadi
suatu perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan yang tercemar namanya, tetapi seluruh
keluarganya dan bahkan seluruh sukunya. Untuk menghilangkan pencemaran tersebut diperlukan suatu
upacara adat khusus yang membutuhkan biaya besar sekali.

2.4.2 Pendidikan Kesadaran Hukum Warga Negara

Manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat memperlihatkan sifat-sifat yang paradoks. Sifat-sifat
tersbut, misalnya di satu pihak ia menjadi produk masyarakat, sedangkan di pihak lain ia juga menjadi
produser masyarakat, di satu pihak ia menjadi pengendali masyarakat (controller), sedangkan di pihak
lain ia merupakan objek yang dikendalikan masyarakat (controlled).

Sifat paradoksnya tersebut terjadi pula dalam hal hukum, satu sisi manusia memiliki kebijakan
menentukan hukum dan pada sisi lain manusia harus pula memiliki kesadaran untuk mematuhi hukum
yang telah menjadi kesepakatan bersama. Dengan sifat yang paradoks, lebih baik manusia mampu
membangun suasana yang seimbang antara dirinya sebagai objek dan sebagai subjek atau antara hak
dan kewajiban yang dimilikinya.

Begitu pula peran warga negara, pada satu sisi ia menjadi penentu kebijakan dan pada sisi lain ia harus
tunduk terhadap kebijakan yang telah digariskan. Jangan sampai seorang warga negara yang merasa
status dirinya lebih tinggi dari yang lainnya tidak mau tunduk, bahkan melanggar hukum yang telah
ditetapkan.

Untuk membangun kesadaran hukum terhadap warga negara, dapat dilakukan dengan pendidikan.
Pengenaian dan penanaman nilai, mana yang baik dan tidak mana yang boleh dan tidak mana hak dan
kewajiban akan lebih mudah dilakukan dengan proses pendidikan. Jadi, pendidikan nilai sangat berperan,
bahkan penanaman nilai harus ditanamkan sedini mungkin.
Pendidikan tidak hanya dipahami sebagai transfer ilmu pengetahuan saja. Sebab kalau hal ini saja
dilakukan akan membuat kecenderungan siswa yang hanya sekedar menghafal dan tidak berdampak
pada sikap. Perlu ditanamkan nilai dan skill yang mampu membangkitkan kesadaran hukum dalam diri
siswa.

Antara pengetahuan, nilai, dan skill harus terintegrasi dalam proses pendidikan. Sudah barang tentu
penerapan pendidikan, dapat bertitik tolak dari patokan nilai atau standar yang sudah diterima oleh
warga negara secara umum. Dengan cara ini, siswa akan mengetahui, apabila terjadi pelanggaran hukum
baik menurut tata peraturan negara maupun menurut norma masyarakat.

Dengan terjadinya pelanggaran hukum, siswa dapat diajak melihat fakta sosial maupun fenomena alam,
misalnya banjir. Dalam hal ini, guru dapat melihat sebab-sebab terjadiya banjir sebagai suatu
pelanggaran hukum. Banjir dapat terjadi sebagai akibat penggundulan hutan. Orang yang menggunduli
hutan dianggap melanggar hukum atau norma. Dari segi hukum tertulis bahwa orang yang menggunduli
hutan telah melanggar undang-undang tentang perlunya diadakan reboisasi atau penghijauan kembali
dengan menanam tanaman yang baru, sedangkan dari segi norma bahwa penggunduan hutan
menggangu keseimbangan alam, dalam hal ini manusia tidak bersikap baik terhadap lingkungan alam.
Dilihat dari hubungan lingkungan sosial, penggundulan hutan mengganggu hajat orang banyak karena
banjir dapat membawa malapetaka bagi orang banyak.

Dengan cara memperkenalkan fenomena alam atau fenomena sosial yang terjadi, pendidikan kesadaran
hukum dapat dilakukan. Dengan contoh tersebut, pada satu sisi siswa memiliki ketrampilan menilai
bahwa telah terjadi pelanggaran hukum dengan terjadinya banjir tersebut.

2.4.3 Keterkaitan Pendidikan IPS dengan Masalah-Masalah Kesadaran Hukum dan Pendidikan Kesadaran
Hukum Negara

Memasuki abad modern kehidupan manusia sangat kompleks. Kemajuan kemajuan yang dicapai oleh
manusia sebagai akibat dari penemu-penemu baru yang dari waktu ke waktu semakin berkembang,
pada satu sisi memberikan keuntungan dan pada sisi lain menimbulkan kerugian atau bermasalah.
Masalah yang muncul sangat kompleks penyebabnya.

Begitu pula dalam masalah hukum, faktor penyebabnya sangat kompleks. Permasalahan yang sangat
kompleks tersebut sudah barang tentu memerlukan pemecahan yang terpadu. Dengan demikian, IPS
memiliki peran yang peting dalam memecahkan permasalahan yang sangat kompleks tersebut. IPS
merupakan perwujudan dari satu pendekatan interdisiplin dari pelajaran ilmu-ilmu sosial yang
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti Sosiologi, Antropologi Budaya,
Psikologi Sosial, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik, Ekologi.

Menurut E. Wesley, IPS bukan ilmu sosial, tetapi bidang perhatiannya sama, yaitu hubungan timbal balik
di kalangan manusia. IPS hanya terdapat pada pengajaran program sekolah semata-mata. Ilmu-ilmu
sosial dipolakan untuk menggambarkan human knowledge melalui penelitian, penemuan, eksperimen,
dan sebagainya, dengan materi dan permasalahan yang kompleks. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan
instruksioanl dengan materi sesederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.
Untuk dapat melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya apabila guru pengajar
ilmu sosial mengetahui benar-benar akan tujuan pengajaran, di samping pengorganisasian bahan
pelajaran dan metode yang dipakai dalam pelaksanaan proes belajr mengajar.

2.5 Pluralisme Budaya dan Keanekaragaman Etnis dalam Pendidikan IPS SD

Keragaman budaya menurut Koenjaraningrat (1980) mengandung dua arti kata yaitu keragaman yang
artinya ketidaksamaan, perbedaan dan budaya yang berarti dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar. Dengan demikian keanekaragaman budaya dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana satu masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan tindakan dan
hasil karya.

Keanekaragaman budaya diantaranya mengambil wujud perbedaan ras dan etnik yang dimiliki
oleh masyarakat, contoh: masyarakat atau bangsa Amerika Serikat berdiri dari berbagai ras dan etnik
seperti masyarakat berkulit hitam dan berkulit putih serta kulit berwarna. Kulit hitam biasanya disebut
orang negro berasal dari Afrika, kulit putih umumnya berasal dari Eropa dan kulit berwarna umumnya
dari Asia seperti Cina dan Jepang. Dengan demikian bangsa Amerika Serikat adalah masyarakat muli
budaya atau memiliki lebih dari satu budaya. Selain itu ada pula kelompok yang menggunakan budaya
Spanyol, sementara bahasa resminya adalah bahasa inggris.

Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar di Indonesia sejak kelas tiga
dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan yang ada pada kelasnya, misalnya perbedaan
jenis kelamin, latar belakang orang tua kemampuan belajar dan sebagainya. Pelajaran IPS akan sangat
menarik jika para siswa didorong mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa
melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut.

Dalam masyarakat memiliki keanekaragaman budaya tibul berbagai masalah dan isu diantaranya
adalah pembaharuan, prasangka dan ethnocentrisme yang dapat melahirkan superioritas dan enpioritas
dua hal yang terakhir sebenarnya lebih bersifat bagian yang tak terpisahkan dari proses pembaharuan
(asimilasi).

Menurut Koentjaraningrat pembaruan adalah prose sosial yang timbul bila:

Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda

Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan tadi
masing-masing berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Biasanya golongan-
golongan yang tersangkut dalam rose asmilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan
minoritas. Dalam hal ini golongan minoritas itulah yang merubah sifat yang khas dari unsur-unsur
kebudayaannya, dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan mayoritas sedemikian rupa,
sehingga lambat laun kehilangan kepribadiannya dan masuk kedalam kebudayaan mayoritas.
Proses pembaharuan itu sering mengalami hambatan disebabkan oleh:

1. Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.

2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas

3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah terhadap
kebudayaan lain atau perasaan superioritas.

Sebagai akibat dari perkembangannya hambatan-hambatan tersebut dalam proses pembaharuan maka
sering timbul kecurigaan dan ketidak percayaan diantara individu-individu pendukung kebudayaan
tersebut. Akibat lainnya adalah sulit menanamkan sikap toleransi yang didasari simpati. Sehingga di
beberapa lingkungan masyarakat, hubungan sosial kurang begitu harmonis, hal ini menunjukan adanya
sikap seteriotipe-seteriotipe kuat dikalangan masyarakat. Seteriotipe adalah karakteristik yang dimiliki
oleh individu berupa ciri khas prilaku dan emosi yang sama dalam suatu kelompok primordial (kesamaan
kedaerahan misalnya sama-sama orang jawa). Stereotipe terbentuk b erdasarkan suatu pendapat yang
sudah ada, kemudian diperkuat oleh pengamatan pribadi secara sepintas dan biasanya berkonotasi
negatif. Contonya: orang gemuk malas dan kurang memiliki disiplin pribadi semua ibu tiri kejam, orang
jepang dan Amerika cerdas-cerdas dan sebagainya.

Steriotipe bisa menumbuhkan fanatisme dan kecurigaan yang akhirnya akan menutup diri masing-
masing kelompok dan memperkuat steoriotif itu sendiri. Ketertutupan itu tentu saja penghambat
pembaruan dalam bernegara. Komunikasi merupakan slah satu syarat terjadinya interaksi sosial yang
harmonis. Pertukaran pengetahuan dan pengertian dibaalik steriotipe diharapkan dapat menumbuhkan
rasa saling menghormati dan menghargai antara dua belah pihak.

Indonesia sebagai bagaian dari masyarakat dunia merasakan gelombang globalisasi yang semakin lama
semakin terasa menerpa segala segi kehidupan masyarakat, baik dari dalam bidang ekonomi, teknologi,
politik sosial dan tentu saja budaya. Berkembangnya karakter global dan teknologi, masalah lingkungan,
keuangan, telekomunikasi, dan menia menyebabkan lahirnya umpan balik budaya yang baru yakni
kebijakan suatu pemerintas, termasuk pemerintah Indonesia, menjadi perhatian bagi Negara lain.
Implikasinya adalah tidak ada Negara menutupi fakta dari Negara lain. Indonesia tampaknya tidak hanya
strategi dari segi giografis dan ekonomi tetapi juga sumber daya manusia dan telekkumunikasi. Indonesia
lebih dulu menyadari pentingnya telekomunikasi dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Luas
Indonesia yang demikian mampu dieratkan dan jaraknya di perpendek dengan teknologi komunikasi
satelit. Bahkan dalam decade 70-an Indonesia adalah saatu-satunya Negara di asia tenggara yang
mempercayakan system komunikasinya dengan menggunakan satelit Phalapa, bahkan berlangsung
hingga decade tahun 80-an dan Indonesia tidak menggunakan jasa satelit Negara lain tetapi milik sendiri.

Detasnya arus informasi yang masuk di Indonesia memberikan keuntungan-keuntungan misalnya


penyerapan ilmu pengertahuan lebih cepat dilakukan. Peristiwa penting diseluruh dunia bisa diketahui
dengan cepat, karena jarak tidak begitu berarti, terutama yang menggunakan parabola, apakah bisa itu
berita baik atau buruk. Mode yang sedang trend di Paris, London atau ameriika bisa berjangkit pula di
Jakarta, Bandung, medan, bahkan Biak Irian Jaya.

Trend globalisasi terakhir yang melanda Indonesia adalah pengggunaan jaringan internet dalam
telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau mempunyai akses dalam jaringan tersebut tidak lagi
mengenal batas Negara, budaya, bahkan tidak mengenal batas kepentingan. Orang Indonesia bisa
mengetahui papun tentang Negara dan bangs lain, sebaiknya bangsa lain pun bisa memperoleh
informasi yang berkaitan dengan Indonesia.

Dengan melihat keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh gencarnya globalisasi, rasanya kita
sepakat bahwa kita harus mewaspadai perkembangan lebih lanjut demi kelangsungan generasi muda
kita di masa mendatang. Kita tidak akan menolak arus globalisasi. Dengan lebih memahaminya agar
dapat diperkenalkan kepada siswa kita, berbagai kemungkinan yang akan ditemukan dalam fungsinya
kelak sebagai warga Negara yang baik sekaligus menjadi warga dunia yang efektif.

Pembentukan sebagai warga ngara yang baik bisa dilakukan melalui antara lain : pendidikan formal,
pendidikan yang bagaimana mampu menghasilkan siswa menghormati dan menghargai keragaman
budaya. Bahkan perbedaan budaya harus di anggap sebagai suatu modal untuk memperkaya budaya itu
sendiri.

Fungsi pelajaran IPS menurut Skell (1995) antara lain membantu para siswa untuk mengembangkan
kemauan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk mampu mengetahui dan
menghargai masyarakat global keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi,
memberika pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau atau masa kini dalam
mengambil keputusan untuk masa datang, mengembangkan keterampilann menganalisis dan
memecahkan masalah dalam membimbing pertumbuhan dan mengembangkan partisipasi dalam
aktifitas di masyarakat. (dalam Jschak, 1997: 4.11)

Pengajaran keanekaragaman budaya dalam IPS haruslah mengandung tujuan, antara lain sebagai
berikut :

Mampu mentransformasikan bahwa sekolah akan memberikan pengalaman dan kesempatan yang sama
kepada semua siswa baik putra maupun putri sekalipun mereka memiliki perbedaan budaya, sosial, ras,
dan kelompok etnik.

Membimbing para siswa untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam mendekati masalah
perbedaan budaya, ras, etnik dan kelompok agama.

Mendorong siswa untuk tidak menjadi kelompok yang dirugikan dengan cara memberikan keterampilan
dalam mengambil keputusan dan mengembangkan sikap-sikap sosial.

Membimbbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami saling keterhubungan dan


ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari pandangan yang berbeda-beda.
Pendidikan keanekaragaman budaya merupakan sebuah pendekatan dalam proses belajar dan
pengajaran yang didasarkan pada nilai-nilai yang demokratis demi terpeliharanya pluralism budaya yang
dimiliki oleh masyarakat-masyarakat dan menjaga kelangsungan adanya saling ketergantungan yang ada
di dunia ini. meningkatkan perkembangan intelektuan, sosial dan kepribadian para murid sehingga
mereka mampu mencapai potensinya yang terbaik. Dalam hal ini guru memegang peranan penting,
karena guru dapat membuat suatu perubahan dalam kehidupan rapa muridnya, dan perubahan ini bisa
positif maupun negative. ( Umi Oktyari Retnaningsih : 1998: 231).

Sementara John U.Michealis ( 1980) menjabarkan tujuan pendidikan keanekaragaman budaya dan
etnis adalah sebagai berikut :

1. Murid mempunyai kesadaran diri sebagai penghuni pelanet bumi, warga Negara dari masyarakat
yang beraneka ragam budaya. Hidup dalam dunia yang makin kompleks interaksinya, mampu belajar
berpikir, peduli, memilih dan bertindak sehingga bisa menikmati kehidupan di dunia ini sekaligus mampu
menghadapi tantangan- tantangan yang datang padanya.

2. Murid mampu menghargai hasil karya orang lain dan menerima pendapat atau keyakinan orang
yang berbeda dengan dirinya. Bila orang mempunyai sifat yang demikian maka sifat-sifat etnosentrisme
akan makin menghilang.

3. Murid mampu memahami kebutuhan, perasaan, dan kementingan orang lain.

4. Mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kelompok etnis yang
berbeda, untuk berkomunikasi dengan kelompok minoritas dan mayoritas, untuk memecahkan masaahh
komplik dan mengambil tindakan untuk meningkatkan kondiri yang baru.

5. Mengembangkan sikap, nilai, tingkah laku yang sportif terhadap berbagai kebudayaan atau
berbedaan etnis, keinginan untuk memerani rasialisme, dan prasangka, setiap siswa dapat menghormati
perbedaan antar individu, sadar terhadap keberhasilan politik atau menghargai berbagai faktor dalam
meningkatkan kebudayaan.

Dari tujuan- tujuan yang terumuskan diatas, jelas bahwa melalui pengajaran IPS diharapkan akan lahir
generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman budaya da ikut bertanggung jawab dan peduli
terhadap masalah dan isu global sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan siswa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS meliputi (1) masalah tren globalisasi dan keragaman
budaya, (2) masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan, (3) masalah-masalah hukum,
ketertiban dan kesadaran hukum, (4) masalah-masalah hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga
negara.

Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah yang ada menyangkut
berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia. keanekaragaman budaya dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakiuan,
dan hasil karya. Fungsi pengajaran IPS, antara lain membantu para siswa untuk mengembangkan
kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk mampu mengetahui dan
menghargai masyrakat global dengan keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi,
memberikan pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam
mengambil keputusan untuk masa datangdan berpartiipasi dalam aktivitas di masyrakat.

Pembelajaran IPS bagaimana pun merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang manusia dan pola-pola
interaksi dengan lingkungan di luar dirinya. Pemahaman dan penghargaan terhadap manusia yang lain,
mengapresiasi, dan mewarisi khasanah peninggalan peradaban manusia, dan yang lebih penting dalam
hubungannya dengan masalah ekologi melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam secara
rasional dan wajar, merupakan pilar-pilar dari tujuan pembelajaran Pendidikan IPS.

Hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, melalui pemahaman terhadap
pengetahuan dan kemampuannya di dalam berinteraksi secara positif dan aktif dengan lingkungannya. Di
dalam interaksi dengan lingkungan itulah, aspek-aspek tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum
penting dimiliki oleh siswa sebagai angota masyarakat.

Penanaman kesadaran hukum warga negara dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Dalam proses
pendidikan dilakukan dengan mengintegrasikan antara pengetahuan nilai dan skill pada diri siswa.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan IPS, penanaman kesadaran hukum dapat dilakukan dengan
pendekatan multidisipliner. Kurikulum yang ditetapkan, yaitu dengan pendekatan integrasi dan korelasi
terhadap permasalahan-permasalahan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.

3.2 Saran

Dalam isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS, guru harus dapat memahami arti globalisasi
secara baik agar dapat diperkenalkan oleh siswa agar meraka dapat menjadi warga negara yang efektif.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan pendidikan formal.
Dari tujuan-tujuan yang dijelaskan dalam pembahasan makalah tersebut, melalui pengajaran IPS
diharapkan lahir generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman budaya dan ikut bertanggung
jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan.

Dalam memecahkan masalah mengenai lingkungan, seharusnya pendidikan IPS diberikan di tingkat
sekolah dengan materi yang tak terpisahkan dengan masalah-masalah ekologi. pendidikan Ekologi
memiliki tujuan tidak hanya pada tataran konseptualisasi, yaitu untuk pengembangan disiplin ilmu itu
sendiri, tetapi juga memiliki fungsi aktualisasi, yaitu pengalaman ilmu itu dalam konteks praktis sehingga
dapat bermanfaat secara langsung untuk kepentingan keselamatan, kesejahteraan, dan keharmonisan
manusia di satu sisi dalam hubungannya dengan lingkungan alam sekitar di sisi lain.

Anda mungkin juga menyukai