Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik
> 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes).Tekanan Darah (TD)
didistribusikan terus menerus, tidak ada definisi absolut untuk hipertensi (Davey).Obat
antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga
mencapai tekanan darah normal.Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih
tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal
regulasi TD. EKG. Jakarta 1996.

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan satu
dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas
dan morbidotas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan
selain oleh etiologi tidak jelas , jiiga oleh perawatan dalam persalinan masih dtangani oleh
petugas nonmedik dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan
dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan
hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik pusat
maupun daerah.

Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh pada
janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin tergantung dari
bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi, metabolisme, dan ekskresi
(pengeluaran sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui saluran cerna, saluran napas, kulit,
atau melalui pembuluh darah (suntikan intravena). Kehamilan sendiri mengganggu
penyerapan obat karena lebih lamanya pengisian lambung yang dikarenakan peningkatan
hormon progesteron.

Volume distribusi juga meningkat selama kehamilan, estrogen dan progesteron


mengganggu aktivitas enzim dalm hati sehingga berpengaruh dalam metabolisme obat.
Ekskresi oleh ginjal juga meningkat selama kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan dapat
dialami oleh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi
dalam kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik pusat maupun
daerah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang Dimaksud Dengan Hipertensi dan Hipertensi pada kehamilan?


2. Apa Jenis Obat Antihipertensi Yang Aman Bagi Ibu Hamil?
3. Pengobatan Hipertensi Pada Ibu Hamil dan Tingkat keamanan menurut FDA
4. Klasifikasi “OBAT ANTI HIPERTENSI” didasarkan pada tempat regulasi utama atau
titik tangkap kerjanya dan Tingkat keamanan obat (FDA)

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Hipertensi Pada Kehamilan.


2. Mengetahui Jenis Obat Antihipertensi Yang Aman Bagi Ibu Hamil
3. Mengetahui Pengobatan Hipertensi Pada Ibu Hamil.Memahami Klasifikasi
Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya
4. Memahami Pengobatan Farmakologis
5. Memahami Klasifikasi “OBAT ANTI HIPERTENSI” didasarkan pada tempat
regulasi utama atau titik tangkap kerjanya dan Tingkat keamanan obat (FDA)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas 140/90mmHg
(WHO).
Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal <120 <80


Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-100

Hipertensi Tingkat 2 >160 >100


(Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003)

Masa kehamilan adalah kondisi yang memerlukan perhatian khusus akan kesehatan ibu
dan janin atau bayi. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah hipertensi.Hipertensi
merupakan penyakit umum yang didefinisikan secara sederhana sebagai peningkatan tekanan
darah. Penyakit tersebut dapat menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian
baik pada ibu dan janin/ bayi yang dilahirkan. Wanita hamil dengan hipertensi memiliki
resiko terjadinya komplikasi lebih, seperti penyakit pembuluh darah dan organ, sedangkan
janin atau bayi berisiko terkena komplikasi penghambatan pertumbuhan. Oleh karena itu,
perlu adanya penatalaksanaan khusus pada ibu hamil.Sebagian besar ibu hamil tidak
menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi karena ibu hamil terlihat sehat dan tidak
menunjukkan gejala yang spesifik.

Oleh karena itu diperlukan monitoring terhadap tekanan darah, yang dapat diukur
menggunakan tensimeter. Pada kehamilan normal tekanan sistolik sedikit berubah, sedangkan
tekanan diastolik menurun kurang lebih 10 mmHg pada awal kehamilan (minggu ke 13-20)
dan akan naik kembali pada trimester ketiga. Anief, Moh, 1996

Hipertensi pada kehamilan digambarkan sebagai kondisi dengan variasi tekanan darah
yang besar. Dalam melakukan penatalaksanaan ini, perlu dipahami klasifikasi hipertensi pada
kehamilan. “Menurut laporan National High Blood Pressure Education Program Working
Group tahun 2000” tentang hipertensi pada kehamilan, terdapat klasifikasi hipertensi pada
ibu hamil yaitu hipertensi kronik, hipertensi gestasional, dan preeklamsia. Diagnosis
hipertensi kronik didasarkan pada riwayat hipertensi sebelum kehamilan atau kenaikan
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg sebelum kehamilan minggu ke-20
dengan minimal dua kali pengukuran menunjukkan hasil yang relatif sama.

Hipertensi kronik sendiri dibagi menjadi dua yaitu hipertensi kronik ringan dengan
tekanan diastolik kurang dari 110 mmHg dan hipertensi kronik parah dengan tekanan
diastolik 110 mmHg atau lebih.

Wanita hamil dengan hipertensi kronik ini dapat meningkatkan resiko terjadinya
preeklamsia, pengasaran plasenta, morbiditas dan mortalitas bayi, penyakit kardiovaskuler
dan ginjal. Hipertensi gestasional sendiri merupakan perkembangan peningkatan tekanan
darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg tanpa gejala preeklamsia, setelah
kehamilan minggu ke-20. Umumnya tekanan darah akan kembali normal tanpa terapi obat.
Preeklamsia digambarkan sebagai kejadian hipertensi, udem, dan proteinuria (protein dalam
urin) setelah kehamilan minggu ke-20 dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

Preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan parah. Preeklamsia


disebabkan oleh kegagalan perpindahan trompoblastik ke arteri uterus sehingga terjadi
kerusakan pada plasenta dan kegagalan adaptasi sistem kardiovaskuler (peningkatan volume
plasma dan penurunan resistensi pembuluh sistemik). Perubahan tersebut menyebabkan
pengurangan perfusi pada plasenta, ginjal, liver, dan otak. Resiko preeklamsia pada ibu hamil
adalah kejang, hemoragi otak, pengasaran plasenta, udem pada paru, gagal ginjal, hemoragi
hati dan kematian. Pada bayi dapat beresiko pertumbuhan yang lambat, hipoksemia, asidosis,
prematur, dan kematian. Oleh karena hipertensi kronik ini dapat berkembang menjadi
preeklamsia atau lebih parah, maka deteksi dini dan pengobatan pada keadaan ini diperlukan.
Sasaran terapi dalam pengobatan hipertensi kronik pada kehamilan adalah tekanan darah.
Tujuan terapi adalah untuk menurunkan tekanan darah pada level tekanan darah
diastolik dibawah 110 mmHg, yang akan mengurangi morbiditas dan mortalitas, menurunkan
insiden preeklamsia, pengasaran plasenta, kematian janin/ bayi dan ibu, komplikasi strok dan
kardiovaskuler. Strategi terapi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi maupun terapi
farmakologi. Terapi nonfarmakologis merupakan terapi tanpa obat yang umum dilakukan
pada wanita hamil, terutama pada hipertensi kronik ringan (tekanan diastolik kurang dari 110
mmHg). Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain pembatasan aktivitas, banyak istirahat,
pengawasan ketat, pembatasan konsumsi garam, mengurangi makan makanan berlemak,
tidak merokok, dan menghindari minuman beralkohol.

Dari beberapa obat yang telah disebutkan diatas, metildopa merupakan obat pilihan
utama untuk hipertensi kronik parah pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg)
yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini
termasuk golongan α2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan
menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik
dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik
akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma,
dan refleks baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam
jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.

C. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya

1. Hipertensi Esensial/ Primer Usia, stress psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar
90%.
2. Hipertensi Sekunder Kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit adrenal. Sekitar 10%.

D. Klasifikasi “OBAT ANTI HIPERTENSI” dan berdasarkan pada tempat regulasi


utama atau titik tangkap kerjanya
1. DIURETIK
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan
menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air.
Khasiat antihipertensi diuretik :
adalah berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan air,
sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. TD turun akibat
berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal
terapi. Pada pemberian kronik, volume plasma kembali tetapi masih kira-kira 5%
dibawah nilai sebelum pengobatan. Curah jantung kembali mendekati normal.TD
tetap turun karena sekarang resistensi perifer menurun. Vasodilatasi perifer yang
terjadi kemudian tampaknya bukan efek langsung tiazid tetapi karena adanya
penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap pengurangan volume plasma yang
terus-menerus. Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume cairan interstisial
berakibat berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya
lentur (compliance) vaskular.
a. Diuretik Tiazid
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle
tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan
karena efeknya yang boros kalium.
1) ( TABLET HYDROCLOROTHIAZIDE ( HTC )
Golongan obat antihipertnsi ini merupakan obat antihipertensi yang prosesnya
melalui pengeluaran cairan tubuh via urin. Golongan antihipertensi ini cukup cepat
menurunkan tekanan darah namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran
cairan, ada kemungkinan besar potassium ( kalium ) terbuang.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga
volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan
menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dalam pars asendens ansa henle
tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl- menyebabkan
peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya
GFR.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi
keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis
hati, gagal ginjal kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi,
edema kronik, hiperkalsuria idiopatik. Digunakan untuk menurunkan
pengeluaran urin pada diabetes inspidus (GFR rendah menyebabkan
peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet
rendah garam)
Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi
pada kehamilan, hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan,
penurunan aliran plasenta, alergi sulfonamide, gangguan saluran cerna.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr
Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/ 12 – 24 jam
b) Loop Diuretic
Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hati-hati
untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan hipokalemia,
sehingga kadar kalium harus dipantau ketat. (Furosemid/Lasix)
1) FUROSEMIDE
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
Sediaan obat : Tablet,capsul, injeksi.
Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke
dalam intersitium pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi
klorida dalam pars asendens ansa henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin.
Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan
kedaruratan hipertensi. Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan
banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar kalium
serum.Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung kongesti,
sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia,
hipokalemia, dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia,
ototoksisitas, alergi sulfonamide, hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik,
hipovolemia.
Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit
meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan
bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan
bersamaan.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
b. Diuretik Hemat Kalium
Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat-obat ini
dipasarkan dalam gabungan dengan diuretic boros kalium untuk memperkecil
ketidakseimbangan kalium. (Spirinolactone)
1) AMILORID (MIDAMOR)
Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi
K+ dalam tubulus kontortus distal.
Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat K+ mengurangi efek
hipokalemik. Dapat mengoreksi alkalosis metabolik.
Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air. Pasien dengan
diabetes militus dapat mengalami intoleransi glukosa.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
2) SPIRONOLAKTON (ALDACTONE)
Mekanisme Kerja : antagonis aldosteron (aldosteron menyebabkan retensi Na+).
Juga memiliki jerja serupa dengan amilorid.
Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung kongestif),
sirosis, dan sindrom nefrotik. Juga untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-
steronisme.
Efek tak diinginkan : seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan
endokrin (jerawat, kulit berminyak, hirsutisme, ginekomastia).
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
3) TRIAMTERIN (DYRENIUM)
Mekanisme Kerja : secara langsung menghambat reabsorpsi Na+ serta sekresi K+
dan H+ dalam tubulus koligentes.
Indikasi : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-lain seperti
Spironolakton.
Efek tak diinginkan : dapat menyebabkan urin menjadi biru dan menurunkan aliran
darah ginjal. Lain-lain seperti amilorid.
c. Diuretik Osmotik
Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorpsi ion dalam ginjal.
(Manitol/Resectisol)
1) MANITOL (MIS. RESECTISOL)
Mekanisme kerja : secara osmotic menghambat reabsorpsi natrium dan air. Awalnya
menaikkan volume plasma dan tekanan darah.
Indikasi : gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut, edema otak, untuk
menghilangkan kelebihan dosis beberapa obat.
Efek tak diinginkan : sakit kepala, mual, muntah, menggigil, pusing, polidipsia,
letargi, kebingungan, dan nyeri dada.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C

2. ANTI ADRENERGIK
Agonis adrenergik meningkatkan tekanan darah dengan merangsang jantung
(reseptor ß1) dan/atau membuat konstriksi pembuluh darah perifer (reseptor α1). Pada
pasien hipertensi, efek adrenergik dapat ditekan dengan menghambat pelepasan
agonis adrenergik atau melakukan antagonisasi reseptor adrenergik.
a. Penghambat pelepasan adrenergik prasinaptik;
dibagi menjadi antiadrenergik “sentral” dan “perifer”. Antiadrenergik sentral
mencegah aliran keluar simpatis (adrenergic) dari otak dengan mengaktifkan
reseptor α2 penghambat. Antiadrenergik perifer mencegah pelepasan norepinefrin
dari terminal saraf perifer (misal yang berakhir di jantung). Obat-obat ini
mengosongkan simpanan norepinefrin dalam terminal-terminal saraf.
b. Blocker alfa dan beta
bersaing dengan agonis endogen memperebutkan reseptor adrenergik. Penempatan
reseptor α1 oleh antagonis menghambat vasokontriksi dan penempatan reseptor ß1
mencegah perangsangan adrenergik pada jantung.
1) Antagonis Reseptor Beta
Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan
curah jantung.
a) ASEBUTOL (BETA BLOKER)
Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
Sediaan obat : tablet, kapsul.
Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas
renin, menurunka outflow simpatetik perifer.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma,
kardiomiopati obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus,
bradikardia, depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama
insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila
diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA meningkat bila
diberikan bersama dengan penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) Atenolol (Beta Bloker)
Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan
darah bekerja dengan melalui proses memperlambat kerja jantung dan
memperlebar pembuluh darah.
Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer,
efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi
adrenoseptor di ginjal.
Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia
Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi,
bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit
kemerahan, impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama
insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia
perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot.
Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3) METOPROLOL (BETA BLOKER)
Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer,
efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi
adrenoseptor beta 1 di ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya
pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan
simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat
beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok
kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
Dosis : 50 – 100 mg/kg
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
4) Propranolol (Beta Bloker)
Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung,
menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat
vasomotor otak.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya
pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan
dengan protein dan akan bersaing dengan obat – obat lain yang juga sangat
mudah berikatan dengan protein.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan
simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat
beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik
hepertrofi, miokard infark, feokromositoma
Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok
jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian pada
penderita biabetes mellitus, wanita haminl dan menyusui.
Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme,
agranulositosis, depresi.
Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena
menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan
penekanan kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan
bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan
obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol menurukan
absorbsinya.
Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

3. ANTAGONIS RESEPTOR-ALFA
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon
terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
OBAT ANTI ADREGERNIK SENTRAL:
a. Metildopa
Nama Dagang: Dopamet (Alpharma), Medopa (Armoxindo), Tensipas
(Kalbe Farma), Hyperpax (Soho)
Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak
diperlukan efek segera.
Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria,
dan hipersensitifitas
Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi
cairan, kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus
eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat
Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal
pada gagal ginjal, disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji
fungsi hati, riwayat depresi
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Metildopa memiliki faktor
resiko B pada kehamilan
Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis
maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam
jika diperlukan.
OBAT ANTIADRENERGIK PERIFER:
a. Reselpin misalnaya resepalin
Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada
system saraf perifer dan mungkin pada SSP. Menurunkan resistensi perifel
total, frekuensi jantung, dan curah jantung.
Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak
dianjurkan pada kelainan psikiatri.
Efek tak diinginkan : “dominan parasimpatik” (brakikardi, diare,
bronkokonstriksi, peningkatan sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah
jantung, hipotensi postural (mengosongkan norepinefrin sehingga menghambat
vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi, dan depresi bunuh diri, gangguan
ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik rendah karena durasi kerja
lama.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
b. Guanetidin misalnya etimel
Mekanisme kerja : ditempatkan ke dalam ujung saraf adrenergic. Awalnya
melepaskan norepinefrin (meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung).
Lalu mengosongkan norepinefrin dari terminal dan mengganggu
pelepasannya. Kemudian tidak terjadi refleks takikardi karena kosongnya
norepinefrin.
Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang digunakan.
Efek tak diinginkan : peningkatan awal frekuensi jantung dan tekanan darah
(disebabkan pelepasan norepinefrin). Hipotensi ortostatik dan saat istirahat.
Brakikardi, menurunnya curah jantung, dispnea pada pasien PPOM, kongesti
hidung berat.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
c. Guanedrel misalnya hyrorel
Mekanisme kerja : seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan
norepinefrin pada awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan
mempunyai aktivitas sedikit.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan ; seperti guanetidin tapi kurang berat.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
d.Pargilin misalnya Eutonyl
Mekanisme kerja : menghambat monoamine oksidase dalam saraf
adrenergik. Menghambat pelepasan norepinefrin.
Indikasi : karena efek berbahaya, obat ini merupakan obat antihipertensi
pilihan terakhir.
Efek tak diinginkan : efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi,
infark miokardial, aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan
(produk fermentasi, keju) dan obat-obat (pil diet, obat-obat flu) yang
mengandung simpatomimetik. ]
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

4. ANTAGONIS KALSIUM
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan
mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat
kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan denyut jantung.
Volume sekuncup dan resistensi perifer.
a. Diltiazem (Kalsium Antagonis)
Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow
cannel calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek
terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan
digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
b. NIFEDIPIN (ANTAGONIS KALSIUM)
Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.
Sediaan obat : Tablet, kaplet
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme
arteri coroner.
Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung
refrakter.
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau
eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu
protombin bila diberikan bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya
dalam plasma.
DOSIS : 3 X 10 MG/HR
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
c. Verapamil (Antagonis Kalsium)
Nama paten : Isoptil
Sediaan obat : Tablet, injeksi
Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung dan
vaskuler sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan menurunkan
resistensi perifer sehingga menurunkan penggunaan oksigen.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.
Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung
tingkat II dan III, hipersensivitas.
Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea,
bradikardia, kulit kemerahan.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek negative
pada denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam
darah. Pemberian bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat.
Meningkatkan kadar karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan
efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi bersama flekaind dan
penurunan tekanan darah yang berate bila diberi bersama kuinidin. Fenobarbital
nemingkatkan kebersihan obat ini.
Dosis : 3 x 80 mg/hr
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

5. VASODILATOR
a. Ace Inhibitor
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang
diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini
menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer.
Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan
meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume plasma dan
curah jantung menurun.
b. KAPTOPRIL
Nama paten : Capoten, Zestril
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan
aldosterone.dan menghambat ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis
vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis.
Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin).
Indikasi : hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi
dengan rennin tinggi. Obat yang disukai untuk pasien hipertensi dengan
nefropatidiabetik karena kadar glukosa tidak dipengaruhi.
Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan riwayat
angioedema dan wanita menyusui. Dan semua penghambat ACE : dosis pertama
hipotensi, pusing, proteinuria, ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang
menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia.
Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Meskipun ACE Inhibitor dan ARBs
memiliki factor resiko kategori C pada kehamilan trimester satu, dan kategori D
pada trimester dua dan tiga
Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia,
pandangan kabur, myalgia.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak
boleh diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat
nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya menurunkan efek obat ini.
Meningkatkan toksisitas litium.
c. Ramipril
Nama paten : Triatec
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan menurunnya
aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati –
hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
Dosis : awal 2,5 mg/hr
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : kategori C pada kehamilan trimester
satu, dan kategori D pada trimester dua dan tiga .namun obat tersebut berpotensi
menyebabkan tetatogenik.
Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung, susah
tidur.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika.
Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.

6. Vasilidator lansung
Merelaksasi sel-sel otot polos yang mengelilingi pembuluh darah dengan mekanisme
yang belum jelas, tetapi mungkin melibatkan pembentukan nitrik oksida oleh endote
vascular.
a. Hidralazin
Nama paten : Aproseline
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi perifer
menurun, meningkatkan denyut jantung.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) :
Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka merah,
kulit kemerahan.
Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.

· Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C


b. Diazoksid (Hyperstat)
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vascular perifer, mungkin dengan
mengantagonis kalsium. Juga meningkatkan kadar glukosa serum dengan
menekan pelepasan insulin dan meningkatkan pelepasan glukosa hati.
Indikasi : kontrol jangka pendek hipertensi berat di rumah sakit. Hipoglikemia
akibat hiperinsulinisme yang refrakter terhadap bentuk pengobatan lain.
Efek tak diinginkan : retensi air dan natrium dan efek kardiovaskular yang
disebabkannya. Hiperglikemia, gangguan saluran cerna, hirsurisme, efek samping
skstrapiramidal.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

5 NAMA OBAT ANTI HIPERTENSI YANG BEREDAR DI PASARAN

Tabel (Deuritik)

GolonganOb Merek Efek tak


Indikasi Kontraindikasi
at dagang diharapkan

Hipokalemia,
Ideal untuk
Tiazid Hydrodiuril hipertensi, dan Ibu hamil, anuria Hiperglikemi,Oligur
edema-kronik ia, anuria,
hiperkalsemia

Untuk darurat Dehidrasi,


Lasik hipertensi, Kekurangan hipokalemia,
Loop diuretic
(furosemid) edema, dan elektrolit, anuria hiperglikemi,
edema paru hipovolemia
Dapat Hiperkalemia
Antagonis Hiperkalemia,
Midamor mengoreksi berat dengan
reseptor kekurangan natrium
(amilorid) alkalosis suplemen
aldosteron atau air
metabolik kalsium

Tabel (Simpatolitik)

Golongan
Efek tak
Merek dagang indikasi kontraindikasi
diharapkan
Obat

Mulut kering,
Klonidin Baik untuk Bradikardi,hipotensi, hipotensi,
α – blocker
(Catapresan) hipertensi sindrom simpul sinus bradikardi,
sedasi

Baik untuk
Diabetes berat, Depresi dan
Atenolol hipertensi
β – blocker bradikardi, gagal sedasi susunan
(Tenormin) ringan dan
jantung, asma saraf pusat
sedang

Tabel (Penghambat Angiotensin)

Merek
Efek tak
GolonganObat indikasi kontraindikasi
diharapkan
Dagang

Kaptopril Hipertensi Hipotensi,


ACE inhibitor dengan renin pusing, ruam,
(Capoten) tinggi, takikardi
Gangguan
Vertigo, ruam
fungsiginjal,
Losartan Hipertensi kulit,
ARB anak-anak,
(Lozaar) esensial gangguan
kehamilan, masa
ortostatik
menyusui

Tabel (Vasodilatator)

Golongan
Merek Efek tak
indikasi kontraindikasi
dagang diharapkan
Obat

Retensi cairan,
Penyakit jantung
Hidralazin Apresoline Hipertensi sedang palpitasi, refleks
iskemik
takikardi

Lesi otot jantung,


Hipertensi yang Penyakit jantung
Monoksidil Loniten hidralazin,
belum terkontrol iskemik
hirsutisme,

Hipotensi berat,
Nitroprusid Nipride Krisis hipertensi
hepatotoksisitas
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes). Obat antihipertensi adalah obat yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.

Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek
tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.

Pengobatan Farmakologis
1. Diuretik
2. Antagonis Reseptor- Beta
3. Antagonis Reseptor-Alfa
4. Kalsium Antagonis
5. ACE inhibitor
6. Vasodilator

B. Saran

Agar kiranya makalah ini digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu, terutama
tentang obat antihipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Bertam G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2 Ed.8. Jakarta : Salemba
Medika Glance.
Mycek, Merry J dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Ed2.Jakarta : Media medika.
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Ed. 5. Jakarta : Erlangga.
Setiawati, Arini dkk. 2001. Farmakologi dan Terapi ed. 4. Jakarta : FKUI.
Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
Anief, Moh, 1996, Penggolongan Obat berdasarkan khasiat dan penggunaan, UGM Press;
Yogakarta
Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press; Jakarta
http://www.docstoc.com/docs/7804134/DIURETIK; diakses hari selasa tanggal 20 maret
2012

Anda mungkin juga menyukai