Anda di halaman 1dari 6

Tersedia secara online Jurnal Pendidikan:

http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/ Teori, Penelitian, dan Pengembangan


EISSN: 2502-471X Volume: Nomor: Bulan-Tahun
DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI Halaman:…..-…..

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF ALOEVERA


TERHADAP KUALITAS SABUN TRANSPARAN
Zamakhsyari*, Mai Lisa Y*, Yudhi Utomo**
* Pendidikan Kimia, Pascasarjana Universitas Negeri Malang
** Jurusan Kimia, Universitas Negeri Malang

1
Ekstrak Kulit Jeruk Nipis terhadap Aktivitas Antibakteri 2

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Abstract: Toothache often found in Indonesian. Toothache is one of disease caused by
Riwayat Artikel: E. Colli bacteria. Citrus (Citrus aurantifolia L) has a variety of useful chemical
Diterima: compounds that can inhibit the growth of microbes that cause toothache. This study
Disetujui: aims to determine the inhibitory growth of E. Colli bacteria in terms of lime peel extract
with different types of solvents. Peel of citrus was extracted macerated with ethanol
96% and n-hexane solvents. Value of the inhibitory width of E. Colli bacteria is
obtained using the paper diffusion method. The results are extracts of peel of citrus in
Kata kunci: ethanol 96% and n-hexane had antibacterial activity against E. Colli. Ethanol 96% has
better antibacterial activity with 6.9 mm LDH with medium criteria than n-hexane,
which has antibacterial activity with 3.2 mm LDH with weak criteria. The research data
is supported by the results of phytochemical tests which is ethanol 96% was positive for
flavonoid and alkanoid compounds, but n-hexane only positive for flavonoids compund.

Abstrak: Sakit gigi adalah penyakit yang sering dijumpai pada masyarakat Indonesia.
Sakit gigi salah satunya disebabkan oleh Bakteri E. Colli. Jeruk nipis (Citrus
aurantifolia L) memiliki berbagai kandungan senyawa kimia yang bermanfaat yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba penyebab sakit gigi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui daya hambat pertumbuhan bakteri E. Colli ditinjau dari ekstrak kulit
jeruk nipis dengan perbedaan jenis pelarut. Kulit buah jeruk diekstraksi maserasi
dengan pelarut etanol 96% dan n-heksana. Nilai lebar daya hambat bakteri E. Colli
didapatkan dengan menggunakan metode difusi kertas cakram. Hasil penelitian
menunjukkan ekstrak etanol 96% dan ekstrak n-heksana kulit jeruk nipis memiliki
aktivitas antibakteri terhadap E. Colli pada rongga mulut. Ekstrak etanol 96% kulit
jeruk nipis memiliki aktivitas antibakteri lebih baik dengan nilai LDH 6,9 mm dengan
kriteria sedang terhadap E. Colli dibandingkan dengan ekstrak n-heksana, yaitu
memiliki aktivitas antibakteri dengan nilai LDH 3,2 mm terhadap E. Colli dengan
kriteria lemah. Data penelitian didukung oleh hasil uji fitokimia yang menunjukkan
bahwa pelarut polar etanol 96% positif terhadap senyawa flavonoid dan senyawa
alkanoid, sedangkan pelarut non polar n-heksana hanya positif terhadap senyawa
flavonoid saja.
Alamat Korespondensi:
Klaudia E. N.,
Pendidikan Kimia,
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang no 5, Malang
E-mail: ensryklau07@gmail.com
Ekstrak Kulit Jeruk Nipis terhadap Aktivitas Antibakteri 3

Do It Yourself (DIY) merupakan fenomena yang sedang populer pada akhir-akhir ini terutama di kalangan generasi baru,
yaitu generasi milenial dan generasi di bawahnya, yaitu generasi Z. Fenomena tersebut berupa suatu aktivitas yang
memanfaatkan bahan yang biasa di jumpai sehari-hari untuk diubah, atau dibentuk kembali, menjadi bentuk baru yang
bermanfaat secara praktis (Wolf dan McQuitty, 2011). Di dalam berbagai media sosial mudah kita temui berbagai panduan DIY
untuk banyak hal, mulai dari tutorial memperbaiki perabot rumah tangga sendiri, hingga tutorial membuat barang-barang yang
biasa digunakan, seperti membuat sabun sendiri, membuat kursi sendiri, atau membuat aksesoris perhiasan sendiri.
Fenomena DIY menjadi sangat populer, setidaknya didorong oleh dua faktor utama, yaitu kemudahan akses informasi
tentang berbagai tutorial dan prosedur dalam memperbaiki atau memproduksi suatu produk, serta adanya penghargaan tinggi
terhadap nilai kreativitas dan keunikan produk dibandingkan produk sejenis yang umumnya seragam. Misalnya dari media
seperti youtube kita dapat mengetahui bagaimana cara membuat furniture sendiri, atau bagaimana cara sebuah kendaraan
diproduksi hingga tahap yang sangat detail. Hal ini menimbulkan rasa penasaran untuk membuat sendiri, atau setidaknya
memodifikasi produk standar yang ada agar memiliki nilai kreativitas dan keunikan. Contoh yang nyata adalah maraknya
kustomisasi motor standar pabrikan sehingga memiliki nilai unik yang secara khas mencerminkan karakter pemiliknya.
Salah satu aktivitas DIY yang banyak kita jumpai adalah pembuatan bahan kosmetik sendiri, seperti sabun. Jika generasi
terdahulu merasa puas dengan sabun buatan pabrik dengan standar mutu yang sebaik-baiknya, maka generasi saat ini memiliki
keinginan yang lebih, dan merasa lebih puas jika mampu menciptakan produk sabun sendiri dengan kualitas yang setara atau
bahkan menambahkan aditif tertentu ke dalam sabun buatannya agar memiliki kualitas lebih dibandingan sabun standar buatan
pabrik.
Berbagai literatur telah memberikan prosedur pembuatan sabun yang relatif mudah dilakukan di rumah, yang bisa menjadi
rujukan pembuatan sabun secara DIY. Akan tetapi, terdapat kelemahan dalam prosedur tersebut, antara lain masih digunakannya
bahan yang relatif sulit didapatkan di lingkungan sekitar. Bahan tersebut tetap dimasukkan dalam prosedur untuk mendapatkan
kualitas standar sesuai SNI, antara lain penggunaan surfaktan seperti cocamid DEA (Rozi, 2013), sodium lauryl ether sulfate
dan cocamidopropyl betaine (Agustina 2017), BHA (Dimpudus, 2017), dan lain sebagainya. Prosedur yang lebih mudah dan
hanya menggunakan bahan yang tidak terlalu sulit dicari dalam jumlah kecil menjadi perlu untuk diteliti. Hal ini bertujuan
untuk memberikan kemudahan dalam proses DIY serta tetap memperhatikan beberapa aspek penting dalam sabun agar sesuai
dengan SNI.
Sabun padat transparan termasuk salah satu prosedur sabun yang banyak digunakan dalam proses DIY. Selain itu juga
penambahan berbagai zat alami yang bersifat antiseptik dan membuat kulit lebih higienis telah banyak dicoba. Terdapat banyak
penelitian tentang penambahan zat antiseptik alami ke dalam sabun, serta uji sifat anti bakterinya, seperti jeruk nipis, aloe vera,
ekstrak kemangi (Purwanti, et al., 2018; Setiawan, 2018). Namun, penelitian yang menguji pengaruh penambahan zat aditif
tersebut terhadap kualitas sabun masih kurang. Di dalam eksperimen ini akan diteliti pengaruh penambahan zat aditif aloe vera
trehadap kualitas sabun padat transparan.

METODE

Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan aquadest, NaOH 31%, Asam Stearat, Etanol, Gliserin, Asam Sitrat, Natrium Benzoat, Minyak
VCO, HCl 0,1 N, Indikator PP
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sentrifuge, spatula, bunsen, cetakan sabun, kaca arloji, kaki3, kasa asbes, labu
ukur, termometer, timbangan, cawan petri, pipet, corong Buchner, kertas saring, Erlenmeyer, Oven, Tabung reaksi, Burat, Statif
Pengambilan Gel Lidah Buaya

Pengambilan gel lidah buaya dilakukan dengan cara mengupas daun lidah buaya yang telah dibersikan, kemudian bagian
gelnya dihancurkan dengan menggunakan blender. Setelah intu dilakukan pemisahan serat dengan cara men sentrifuge setelah
itu, ditambahkan asam sitrat dan natrium benzoat sebesar 0,5% dari berat gel lidah buaya. Gel murni tersebut dipanaskan suhu
70-80oC selama 3-5 menit.
Pembuatan Sabun Transparan
Pembuatan sabun transparan ini dilakukan dengan mereaksikan Larutan NaOH 0,01 M dilarutkan dalam 15 mL larutan
campuran yang terdiri dari aquades dan aloe vera dengan perbandingan ( 5:15, 10:10 dan 15:5) kemudian dipanaskan hingga
suhu 50oC dan dinginkan. Kemudian, timbang asam stearat 1 gram (asam lemak bebas yaitu tidak terikat dalam gliserin, hal ini
dimaksudkan untuk menambah kekerasan sabun) minyak sawit dan gliserin selanjutnya, panaskan campuran sampai suhu 70oC
sampai seluruh asam stearat mencair, suhu yang terlalu panas akan mengoksidasi minyak sehingga warnanya akan menjadi
kecoklatan. biarkan larutan campuran ini sampai suhu 50 oC dan masukkan larutan campuran NaOH dan aduk terus. tambahkan
12 gram alkohol dan 4 gram gliserin, panaskan dan aduk hingga terbentuk larutan jernih. Biarkan campuran agak dingin
dipanaskan hingga suhu 70oC dan ditambahkan larutan NaOH kemudian, diaduk hingga proses saponifikasi berlangsung
Setelah itu, sebagian sabun dituangkan kedalam cetakan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ekstrak Kulit Jeruk Nipis terhadap Aktivitas Antibakteri 4

Karakterisasi produk sabun transparan bertujuan untuk mengetahui sifak fisik dan kimia produk yang dihasilkan dan
kesesuaiannya dnegan Standar Nasional Indonesia. Analisa yang dilakuka meliputi kadar air, kadar alkali bebas yang dihitung
sebagai NaOH, pH dan sifat emulsi sabun.
Formulasi sabun transparan dengan penambahan gel lidah buaya.

Bahan Baku
A1 A2 A3 A4 Satuan
Asam Stearat 1 1 1 1 gram
Minyak VCO 30 30 30 30 mL
Larutan NaOH 31% 5 5 5 5 mL

Gliserin 4 4 4 4 Gram
Etanol 12 12 12 12 mL
Gula 2 2 2 2 gram
Gel Lidah Buaya 0 5 10 15 mL

Air 15 10 5 0 mL

A1 : Formula sabun transparan tanpa penambahan gel lidah buaya


A2 : Formula sabun transparan dengan konsentarsi gel lidah buaya 5 mL
A3 : Formula sabun transparan dengan konsentarsi gel lidah buaya 10 mL
A4 : Formula sabun transparan dengan konsentarsi gel lidah buaya 15 mL
Sifat Emulsi Sabun
Kadar Air
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam sabun. Pengukuran kadar air perlu untuk dilakukan
karena akan berpengaruh terhadap kualitas dari sabun. Banyaknya air yang ditambahkan pada produk sabun juga akan
mempengaruhi kelarutan sabun dalan air pada saat digunakan. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun
akan semakin mudah menyusut atau habis pada saat digunakan. Kadar air maksimal menurut SNI 06-3532-1994 sebesar 15%.
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kadar air pada sabun transparan dengan konsentrasi lidah
buaya 0, 5, 10 dan 15 mL menunjukkan nilai yang berbeda-beda dengan kisaran antara 35-46 % secara berturut-turut sesuai
dengan grafik dibawah ini :

Sesuai dengan hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan gel lidah buaya berpengaruh nyata terhadap kadar air sabun
transparan yang dihasilkan. Dapat dilihat pada tabel bahwa penambahan gel lidah buaya membuat kadar air dalam sabun
meningkat.
Hal ini disebabkan adanya kandungan air yang sangar tinggi didalam gel lidah buaa, sehingga semakin tinggi penambaan
penambahan gel lidah buaya didalam sabun maka semakin besar pula kadar air yang terdapat dalam sabun yang dihasilkan.
pH
pH sabun umumnya berkisar antara 9,5-10,8 sedangkan kulit normal memiliki pH sekitar 5. Mencuci dengan sabun akan
membuat nilai pH dari kulit akan meningkat sementara. Akan tetapi kenaikan nilai pH pada kulit tidak akan melebihi 7
Ekstrak Kulit Jeruk Nipis terhadap Aktivitas Antibakteri 5

berdasarkann hasil analisa yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai pH pada sabun transparan yang dihasilkan berkisar
antara 10-10,3. Nilai pH dari sabun transparan dengan konsentrasi lidah buaya 0, 5, 10 dan 15 mL berturut-turut adalag 10,36,
10,094, 10,049 dan 10,027.
hasil analisa keragaman terhadap sabun transparan dengan konsentrasi lidah buaya yang berbeda menunjukkan bahwa
penambahan gel lidah buaya berpengaruh terhadap nilai pH sabun transparab yang dihasilkan. Berdasarkan uji lanjut terhadap
pH didapatkan bahwa antar konsentrasi lidah buaya berbeda memiliki kecenderungan nilai pH semakin menurun seurung
dengan bertambahnya konsentrasi dari gel lidah buaya. Penururnan pH yang terjadi seiring dengan penambahan konsentrasi gel
lidah buaya bersifat asam dengan nilai pH 4,4 sampai 3,7 (www.aloevera.com, 2013) cenderung menetralkan sabun oleh sebab
itu, semakin banyak lidah buaya yang ditambahkan kedalam sabun transparan maka semakin rendah pula pHnya.

Alkali bebas
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui jumlah alkali ebas yang terdaoat dalam sabun transparan ang dihasilkan. Kelebihan
alkali dapat disebabkan karena penamahan alkali yang berlebih dalam porse pembuatan sabun. Alkali bebas yang melebihi
standar akan menyebabkan iritasi pada kulit menurut SNI 06-3532-1994 kadar alkali bebas pada sabun maksimal adalah 0,1 %.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan diketahui bahwa kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH pada sabun
transparan dengan konsentrasi lidah buaya 0, 5, 10 dan 15 (mL) berturut-turut adalah 0,084, 0,093, 0,097 dan 0,098.
Berdasarkan hasil analisa keragaman terhadap sabun transparan dengan konsentrasi gel lidah buaya 0, 5, 10, dan 15
menunjukkan bahwa penambahan gel lidah buaya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar alkali bebas yang dihitung sebagai
kadar NaOH. Hal ini berarti bahwa pengaruh perlakuan penambahan gel lidah buaya pada formu-lasi sabun transparan adalah
sama untuk kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH dari sabun transparan yang dihasilkan.
No Larutan dengan % alkali bebas
penambahan aditif
1 0 0.084
2 5 ml 0.093
3 10 ml 0.097
4 15 ml 0.098

KESIMPULAN
Hasil praktikum ini menunjukkan bahwa ekstrak kulik jeruk nipis memiliki efektifitas sebagai antibakteri Escherichia Colli.

DAFTAR RUJUKAN
Gusviputri, Arwinda, Njoo Meliana P.S., Aylianawati dan Nani Indraswati. (2013). Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya
(Aloe vera) sebagai Antiseptik Alami. Widya Teknik vol. 12, no. 1. hal 11-21.
Hammer, K.A.,Carson, C.F., and Riley, T.V.. (1999). Antimicrobial Activity of Essensial Oils and Other Plant Extract. J. of App.
Micro, 86, 985-990.
Levinson W. (2008). Review of Medical Microbiology & Imunology, Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies,
Inc.
Maryati., Fauzia, R. S., & Rahayu, T. (2007). Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.)
Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 8 (1), 30-38.
Ekstrak Kulit Jeruk Nipis terhadap Aktivitas Antibakteri 6

Novitasari, D. A. (2014). Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.)
Dengan Basis Karbopol Dan Evaluasi Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus Aureus (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Penecilla, G.L., & Magno, C.P. (2011). Antibacterial Activity Of Extracs of Twelve Common Medicinal Plants From The
Philippines, Med. Plant. Res, 5 (16), 3975-3981.
Purwanti, A., & Ariani, L. (2018, March). Pembuatan Sabun Transparan dari Minyak Kelapa Dengan Penambahan Antiseptik.
In Prosiding Seminar Nasional ReTII.
Setiawan, L. (2018). Pembuatan Sabun Transparan Berbasis Minyak Kelapa dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe
vera) Sebagai Bahan Antioksidan.
Rozi, M. (2013). Formulasi Sediaan Sabun Mandi Transparan Minyak Atsiri Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dengan
Cocamid Dea Sebagai Surfaktan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Agustina, D. (2017). Optimasi formula sabun transparan dengan kombinasi sodium lauryl ether sulfate (sles) dan
cocamidopropyl betaine sebagai surfaktan (Doctoral dissertation, Widya Mandala Catholic University Surabaya).
Dimpudus, S. A. (2017). FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTISEPTIK EKSTRAK ETANOL BUNGA PACAR AIR
(Impatiens balsamina L.) DAN UJI EFEKTIVITASNYA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA In
Vitro. PHARMACON, 6(3).
Hernani, H., Bunasor, T. K., & Fitriati, F. (2016). FORMULA SABUN TRANSPARAN ANTIJAMUR DENGAN BAHAN
AKTIF EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga L. Swartz.). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 21(2),
192-205.
Hambali, E., Suryani, A., & Umiarti, E. I. (2004). Kajian Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Mutu Sabun
Transparan. Journal of Agroindustrial Technology, 14(2).

Anda mungkin juga menyukai