Syukur kami naikkan kepadaMU ya Bapa di dalam surga, E kami bersyukur atas
penyertaanMU sepanjang hari ini, dan kami jg bersyukur kepada-Mu karena Engkau
mengundang kami ikut serta dalam ibadat ini. Dengan rendah hati kami datang,
membawa serta pujian, syukur, sukaduka, dan segala kekurangan serta dosa-dosa
kami. Kami meluhurkan nama-Mu, karena lewat ibadat ini kami boleh mengenang
peristiwa keselamatan dalam sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus dan juga
mengenang bunda pelindung kami Maria.
Kami mohon penerangan Roh Kudus-Mu agar segala perhatian, perasaan, dan akal
budi kami senantiasa terarah kepada-Mu.
Doa Penutup.
Allah Bapa kami yang mahamurah. Kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah
menguatkan kami melalui kehadiran-Mu dalam ibadat Rosario malam ini.
Persembahan atau kolekta yang kami kumpulkan malam ini, kiranya Engkau
berkenan memberkati agar kami dapat mempergunakannya untuk memuliakan
namaMU lewat persekutuan di kombas kami ini.
Bapa, kami mohon rahmat-Mu bagi mereka yang tidak bisa hadir dalam ibadat pada
malan ini. Semoga mereka semua tetap dalam naungan kasih-Mu. Sebentar lagi kami
akan berpisah dari rumah ini. Tinggal bersama keluarga di rumah ini, dan berkatilah
mereka. Dan lindungilah kami semua agar tiba dengan selamat di rumah kami masing-
masing, Doa ini kami haturkan kepadaMu melalui PutraMu Tuhan kami Yesus
Kristus yg hidup dan berkuasa selama-lamanya Amin.
Semoga kita semua yg hadir malam ini, dan juga keluarga yg kita kunjungi dan
keluarga kita dimanapun berada selalu di berkati, Dalam nama Bapa dan Putra dan
Roh Kudus.
Dengan demikian ibadat rosario kita malam ini telah selesai. Syukur kepada Allah
Marilah kita pergi kita diutus., Amin
Lagu Penutup.
Bapa/ibu dan anak2 yg dikasihi Tuhan, kita sudah sering mendengar beberap cerita
dalam kitab suci tentang orang samaria. Khususnya dalam bacaan injil yg baru saja
kita dengar. Apa yang bisa kita pelajari dari “Kisah Orang Samaria yang Murah Hati”
tadi ?. . Biasanya kita mendengar nasihat untuk berbuat baik tanpa membeda-bedakan
latar belakang orang yang ditolong. Namun, ketika kita dengarta injil tentang orang
samaria yg baik hati tadi, ternyata ada banyak hal menarik yang bisa kita pelajari.
Menarik untuk kita renungkan, bahwa kisah ini ternyata merupakan sebuah
perumpamaan yang diceritakan Yesus sebagai jawaban atas “pertanyaan yg
tidak tulus” dari seorang ahli Taurat tadi. Pakar Kitab Suci itu sengaja hendak
mencobai Yesus, Ia tidak benar-benar ingin tahu tentang apa arti kebenaran, ia
hanya ingin menguji Yesus di depan banyak orang. Malam ini, kita pun bisa
mengartikan tentang kebenaran dengan motivasi yg keliru ketika kita simak
percakpan Yesus dengan Ahli Taurat tadi. Kita tidak sungguh-sungguh ingin
tahu tentang kebenaran, tetapi mungkin hanya ingin memuaskan hasrat dan
pikiran kita, dan adakalanya menjebak lawan bicara kita, atau bahkan
mempermalukannya di depan orang.
Dari percakapan yang kita denar tadi, bahwa sang ahli Taurat sangat
menguasai isi Kitab Suci-nya. Ia bisa mengutip dengan benar hukum yang
utama, yang merangkum semua hukum lainnya bahkan mugkin dia dpt
menghapal isi dari semua kitab suci. Namun, ketika ia diminta menerapkan
apa yang diketahuinya, ia malah berkelit. “Siapakah sesamaku manusia?”
katanya “untuk membenarkan diri” . Ada banyak orang yg demikian, sudah
mendengar kebenaran berkali-kali, namun terus mencari pembenaran diri untuk
tidak melakukannya.
Sang ahli Taurat mungkin terperangah dengan jawaban yang diberikan Yesus.
Dua tokoh dalam perumpamaan Yesus adalah orang-orang terkemuka dalam
komunitas Yahudi. Seorang imam, dan seorang Lewi, suku yang dikhususkan
untuk melayani Bait Allah. Mereka tahu betul tentang hukum-hukum Allah,
bahkan selalu memperkatakan kebenaran di depan umat Allah. Sayangnya,
keterlibatan aktif dalam pelayanan tidak berarti seseorang menaati Firman
Tuhan. Ketika diperhadapkan pada kebutuhan sesamanya, baik sang imam
maupun orang Lewi, sama-sama tidak mau mempraktikkan kebenaran yang
mereka ketahui dan beritakan. Mungkin mereka takut mengambil risiko
menolong orang yang belum mereka kenal. Lagipula, mungkin mereka sangat
sibuk dan sedang terburu-buru. Bukankah kita pun kerap demikian? Keaktipan
kita melayani bukan jaminan bahwa kita selalu menaati Firman Tuhan.
4. Tuhan menghendaki kita mengasihi sesama manusia, bukan manusia
yang sama dengan kita.
Perumpamaan ini adalah jawaban Yesus atas pertanyaan sang ahli Taurat:
“Siapakah sesamaku manusia?” Ia mungkin berharap Yesus akan
menyebutkan kriteria tertentu, yang kemudian bisa disanggahnya. Tetapi,
Yesus malah memberikan perumpamaan yang mengejutkan. Orang Samaria
adalah keturunan Yahudi yang sudah berdarah campuran, sehingga dihindari
oleh orang Yahudi asli. Namun, ketika mendapati seorang Yahudi yang
sekarat, justru orang Samaria yang memberikan pertolongan. Sungguh sebuah
contoh yang dramatis! Orang yang ditolongnya bukan hanya berasal dari kaum
yang berbeda, tetapi yang selama ini juga menghina dan mengasingkan
kaumnya!
Inilah yg sering terjadi di negara kita, Kita bisa melihat dr banyaknya kejadian
atau bencana yg terjadi di negara kita, tetapi orang2 yg sering dihujat, yg sering
mengatakan Kafir, mereka yg duluan memberikan pertolongan.
Bapa ibu dan anak2 yg diberkati Tuhan, Sebagai pengikut Kristus, kita pun
dipanggil melakukan hal yang sama. Mengasihi sesama manusia bukan karena
mereka sama dengan kita, atau berbuat baik kepada kita, tetapi karena Tuhan
menghendaki kita menyatakan kasih-Nya kepada sesama kita yg sgat
membutuhkan, misalnya orang yg sakit, kena bencana, berduka, anak2 kecil
yg ada di panti. Jadi Kasih itu jg harus tepat kita berikan, contoh sy lebih
berbelas kasih kepada orang yg buta yg duduk di depan toko-toko dari pada
orang muda peminta2, yg sehat tubuhnya, sempurna matanya, sempurna
tangannya, sempurna kakinya dan bisa bekerja degan baik.
Yesus meminta sang ahli Taurat meneladani perbuatan orang Samaria yang
murah hati (ayat ke 37). Sebuah perintah yang tidak mudah. Jangankan
mengasihi belum tentu mudah untuk dikasihi. Betapa kita semua butuh kasih
karunia Tuhan untuk dapat menaati perintah-Nya. Kupikir, sulit untuk benar-
benar mengasihi jika kita sendiri belum mengalami kasih Allah . Barangkali
kita hanya akan baik kepada orang yang juga baik terhadap kita, atau karena
kita punya kepentingan tertentu. Karena ada banyak orang yg seperti ini, ..
Namun, ketika kita mengingat kasih Allah kepada kita yang berdosa—Kristus
mati ganti kita yang seharusnya mendapat hukuman kekal—kita pun
digerakkan dan dimampukan untuk mengasihi sesama dengan tidak tanggung-
tanggung, termasuk mereka yang dalam pandangan dunia tidak layak untuk
dikasihi.