Disusun Oleh :
1. Dede Lilian 1843700443
2. Edwin Apriansyah 1843700455
3. Misfani Diari Ayasha 1843700449
4. Muhammad Arifin 1843700470
5.Novianti Listiani 1843700481
6. Yulia Mila Sari 1843700462
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami mengharapkan saran yang membangun dari pembaca sehingga dapat memberi
manfaat bagi semua pihak. Semoga penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang memerlukan.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
diagnosa, memantau perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau
keluhan pasien.
Idealnya pemeriksaan laboratorium harus teliti, tepat, sensitif, spesifik cepat dan tidak
mahal. Namun karena keterbatasan pengetahuan, teknologi dan biaya, keadaan ideal tidak
selalu terpenuhi. Adapun penjelasaan syarat-syarat keadaan tersebut adalah :
1. Teliti berarti kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama pada pemeriksaan
berulang-ulang dengan metode yang sama.
2. Akurat atau tapat berati kemampuan untuk mendapatkan nilai benar yang di inginkan,
tatapi untuk mencapai mungkin membutuhkan waktu yang lama dan mahal.
3. Cepat berati tidak memerlukan waktu lama
4. Spesifik berarti kemampuan mendeteksi substansi yang ada pada penyakit yang
diperiksa dan tidak menentukan substansi yang lain.
2
5. Ketepatan pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat
akan menghemat pembiayaan.
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasi cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine
sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
4
amonia yang dihasilkan dari urea. Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak
menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
2.4 Sejarah
Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda.
Fungsi dari urine yang di kenal dimasyarakat menjadi lebih sering kita jumpai meski punya
kontrofersi dan menjadi hal yang tabu. Namun dibelahan negara lain juga tidak kalah dengan
hal yang ada di indonesia sepertii:
Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai pencegah
infeksi dan diminum untuk meredakan sakit lambung dan usus.
Bangsa Romawi Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian.
Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsi fly agaric
(sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian) atau
sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh halus.
Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk.
Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, di antara mereka
adalah Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve McQueen.
5
Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya
pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika
seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.
Untuk berbagai jenis pemeriksaan urine, diperlukan bahan pemeriksaan yang berbeda
sesuai dengan jenis tes yang diperiksa. Pada umumnya yang paling sering digunakan adalah
urine sewaktu. Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan kapan saja saat diperlukan
pemeriksaan kuantitatif zat tertentu di dalam urine misalnya protein. Pada keadaan demikian,
diperlukan pengumpulan urine 24 jam.
Berikut ini akan dijelaskan berbagai jenis bahan urine yang sering diminta untuk
urinalisis:
6
disediakan wadah yang dapat memuat 2-3 urine dan diberi pengawet toluene 1 ml/liter
urine. Penderita harus dijelaskan jam pertama saat pemeriksaan dimulai, urine yang
dikeluarkan tidak ditampung. Berikutnya, setiap kali berkemih urine harus ditampung
dalam satu wadah dan dikocok/digoyang agar tercampur rata. Keesokan harinya tepat 24
jam setelah saat pemeriksaan, urine ditampung dalam wadah tersebut dan dikocok dengan
baik.
f. Urine 2 jam postprandial
Digunakan untuk pemeriksaan glukosa urine pada penderita diabetes mellitus. Pada
umumnya penderita diminta untuk beerkemih sesaat sebelum makan dan 2 jam setelah
makan. Hasil pemeriksaan ini pada umumnya digunakan untuk pemantauan terapi
diabetes mellitus.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah identitas penderita yaitu nama, nomor
rekam medis, tanggal dan jam pengambilan bahan. Identitas ini ditulis pada label di wadah
urine dan harus sesuai dengan formulir permintaan. Pada formulir permintaan juga
dicantumkan hal seperti di atas ditambah dengan jenis tes yang diminta untuk diperiksa.
Bahan pemeriksaan urine rutin yang terbaik adalah urine segar, kurang dari 1 jam
setelah dikeluarkan. Urine yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu kamr, akan
menyebabkan bebrapa perubahan. Jumlah bakteri yang ada dalam urine akan bertambah,
menyebabkan peningkatan glukolisis oleh bakteri sehingga produksi NH3 dan CO2
meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan bau amoniak dan pH urine menjadi alkalis,
sehingga unsure sedimen dalam urine seperti eritrosit, leukosit, silinder, ataupun sel menjadi
pecah atau hancur. Selain itu, fosfat yang ada dalam urine akan mengendap, sehingga urine
menjadi keruh. Peningkatan jumlah bakteri dapat juga menyebabkan penurunan jumlah
glukosa yang ada dalam urine, karena digunakan untuk metabolism oleh bakteri. Urine yang
dibiarkan lama pada suhu kamar juga dapat mengakibatkan kadar bilirubin dan urobilinogen
hilang atau berkurang akibat teroksidasi serta esterase meningkat.
Apabila terpaksa menunda pemeriksaan, urine harus disimpan dalam lemari es suhu
2-80C. penyimpanan dalam lemari es mencegah dekomposisi urine oleh bakteri. Urine yang
telah disimpan dalam lemari es akan menyebabkan presipitasi fosfat dan urat amorf serta
memiliki berat jenis lebih tinggi bila diukur dengan urinometer. Oleh sebab itu, sebelum
7
pemeriksaan dilakukan urine harus dibiarkan dahulu mencapai suhu kamar dan
dicampur/dikocok. Pada keadaan tertentu sehingga urine harus dikirim ke tempat yang jauh
dan atau tidak ada lemari es, biasanya digunakan pengawet urine.
Penampung urine biasanya terbuat dari platik. Yang terpenting adalah wadah harus
bermulut lebar, bersih, kering, dan bertutup. Wadah steril hanya diperlukan untuk
pemeriksaan biakan urine. Untuk bayi tersedia kantong plastic polyethylene bag dengan
perekat. Wadah penampung urine hanya digunakan sekali pakai. Tidak dianjurkan untuk
memakai ulang wadah urine, karena adanya kemungkinan kontaminasi akibat pencucian yang
tidak bersih.
8
Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut
poliuri. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri,
keadaan ini mungkin didapat pada diare, muntah -muntah, deman edema, nefritis
menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300
ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.
b) Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat
menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning
muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan
sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun
makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang
disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
Warna Urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen dan endogen
serta pH.
d) Bau urin
bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan
dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau
buah-buahan seperti pada ketonuria.
e) Buih
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan bahwa
urine tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna
kuning, hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.
f) Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan
menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan
terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap.
Sebab – sebab urine keruh dari mula-mula :
Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar, mungkin terjadi sesudah orang
makan banyak.
Bakteri.
Unsur sedimen dalam jumlah besar, seperti eritrosit, leukosit dan sel epitel.
Cylus dan lemak.
Benda-benda koloid.
Sebab – sebab urine keruh menjadi keruh setelah dibiarkan :
Nubecula.
Urat-urat amorf.
Fosfat amorf dan karbonat.
Bakteri.
10
g) pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat
memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antara 4,8 - 7,4.
pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Selain
itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi.
Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa , misalnya : diet
vegetarian, setelah makan, muntah hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus
atau Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan
proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi
rendah atau asam dapat dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik,
terapi obat-obatan tertentu.
a. Cara pemeriksaan
Sebanyak 5-10 ml urine dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge kemudian ditutup
dengan paraffin dan dipekatkan dengan cara sentrifugasi pada kecepatan 1500 rpm
selama 15 menit. Setelah sentrifugasi dilakukan lapisan supernatant/lapisan atas urine
dibuang sehingga didapatkan sedimen urine. Kemudian teteskan 1 tetes sedimen urine di
atas objek glass, ditutup dengan cover glass. Selanjutnya preparat diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10x untuk melihat lapang pandang kemudian
perbesaran lensa objektif 40x untuk identifikasi.
Macam – macam Sedimen Urine
Sedimen urine terdiri dari unsur organik dan anorganik.
Unsur Organik
a. Epitel
Ada 3 macam epitel yang mungkin terdapat pada sedimen urine yaitu epitel
yang berasal dari ginjal biasanya berbentuk bulat berinti 1, epitel yang berasal
11
dari kandung kemih yang disebut sel transisisonal dan epitel gepeng yang
berasal dari uretra bagian distal, vagina dan vulva.
b. Leukosit
Tampak sebagai benda bulat yang mengandung granula halus dengan inti yang
Nampak jelas. Biasanya leukosit ini adalah sel polimorfonuklear. Dalam
keadaan normal, jumlah leukosit dalam urine adalah 0 – 4 sel. Peningkatan
jumlah leukosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor.
c. Eritrosit
Dalam urine yang pekat eritrosit akan mengkerut, dalam urine yang encer
eritrosit akan membengkak sedangkan dalam urine yang alkalis eritrosit
mengecil. Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam urine.
Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau
perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
d. Silinder (torak)
Silinder adalah cetakan protein yang terjadi pada tubulus ginjal. Silinder terdiri
dari glikoprotein disebut protein Tamm-Horsfall yang merupakan rangka dari
silinder, terbentuk pada ascending loop of Henle. Untuk terjadinya silinder
diperlukan protein Tamm-Horsfall, albumin, pH urine yang asam, konsentrasi
garamyang tinggi dalam filtrate glomeruli dan aliran urine yang lambat.
Silinder terdiri dari silinder hialin, silinder seluler (silinder eritrosit, leukosit,
dan epitel), silinder granula/korel, silinder lilin, dan silinder lemak.
e. Spermatozoa
Bisa ditemukan dalam urine pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik.
f. Parasit
Parasit yang biasanya ditemukan dalam urine yaitu Trichomonas vaginalis
atau Schistosoma haematobium.
g. Bakteri
Bakteri yang dijumpai bersama leukosit yang meningkat menunjukkan adanya
infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan
biakan (kultur) urine untuk identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen
“bersih” kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja.
12
Unsur Anorganik
a. Zat amorf
Biasanya terdiri dari urat dalam urine yang asam dan fosfat dalam urine yang
alkalis.
13
jingga hingga kuning kehijauan dan hijau kebiruan. Rentang pemeriksaan pH meliputi
pH 5,0 sampai 8,5.
14
b. Metode Benedict
Prinsip : Glukosa dalam urine akan mereduksi garam-garam kompleks yang
terdapat pada pereaksi benedict (ion cupri direduksi menjadi cupro) dan
mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O.
Interpretasi hasil pada metode Fehling dan Benedict:
(-) : tetap biru, biru kehijauan.
(+1) : hijau kekuning-kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5 – 1 % glukosa)
(+2) : kuning keruh (1 – 1,5 % glukosa)
(+3) : jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5 % glukosa)
(+4) : merah bata (lebih dari 3,5 % glukosa)
15
segera diperiksa dalam setengah jam karena urobilinogen urine dapat teroksidasi
menjadi urobilin.
Pemeriksaan urobilinogen dalam urine berdasarkan reaksi antara urobilinogen
dengan reagen Ehrlich (paradimethylaminobenzaldehyde, serta buffer asam).
Intensitas warna yang terjadi dari jingga hingga merah tua, dibaca dalam waktu 60
detik, warna yang timbul sesuai dengan peningkatan kadar urobilinogen dalam urine.
Urine yang terlalu alkalis menunjukkan kadar urobilinogen yang lebih tinggi,
sedangkan urine yang terlalu asam menunjukkan kadar urobilinogen yang lebih
rendah dari seharusnya. Kadar nitrit yang tinggi juga menyebabkan hasil negative
palsu.
16
Hasilnya dilaporkan sebagai negative, +1 (30 mg/dl), +2 (100 mg/dl), +3 (300 mg/dl)
atau +4 (2000 mg/dl). Selain mengunakan carik celup, pemeriksaan protein urine
dapat juga menggunakan:
a. Metode Rebus
Prinsip : Untuk menyatakan adanya urine yang ditunjukkan dengan adanya
kekeruhan dengan cara penambahan asam akan lebih mendekatkan ke titik
isoelektris dari protein. Pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi sehingga
terjadi presipitasi yang dinilai secara semi kuantitatif.
b. Metode Sulfosalisilat
Prinsip dari metode sulfosalisilat sama dengan metode Rebus. Interpretasi hasil
metode Rebus dan Sulfosalisilat:
(-) : tetap jernih.
(+1) : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01 – 0,05 g/dl)
(+2) : kekeruhan mudah dilihat dan tampak butir-butir (0,05 – 0,2 g/dl)
(+3) : urine jelas keruh dan kekeruhan itu jelas berkeping-keping (0,2 – 0,5 g/dl)
(+4) : urine sangat keruh dan bergumpal (lebih dari 0,5 g/dl)
c. Metode Heller
Prinsip : Adanya protein dalam urine akan bereaksi dengan HNO3 pekat
membentuk cincin putih.
17
diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari coklat muda menjadi warna
ungu. Banyaknya esterase menggambarkan secara tidak langsung jumlah leukosit di
dalam urine. Apabila urine tidak segar, pH urine menjadi alkalis, neutrofil mudah
lisis sehingga jumlah neutrofil yang dijumpai dalam sedimen urine berkurang
dibandingkan dengan derajat positifitas pemeriksaan esterase leukosit. Hasilnya
dilaporkan sebagai negative, trace (15 leu/µL), +1 (70 leu/µL), +2 (125 leu/µL), atau
+3 (500 leu/µL). jika terdapat glukosa dan protein dalam konsentrasi tinggi atau pad
urine dengan berat jenis tinggi, dapat terjadi hasil negative palsu, karena leukosit
mengkerut dan menghalangi penglepasan esterase.
18
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Secara
umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan
ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan diberbagai
organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-
lain.
2. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari
darah atau cairan interstisial. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa
seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
3. Pemeriksaan laboratorium urine ada 3 yaitu pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan
mikroskopik dan pemeriksaan kimia.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih, Tri. 2009. KDPK Kebidanan : Teori dan
Aplikasi.Yogyakarta : Nuha Medika
Uliyah, Musrifatul dan Alimul, Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika
Wilmar, Musram. 2000. Praktikum Urine Penuntun Praktikum Biokimia. Widya Medika :
Jakarta.
20