Anda di halaman 1dari 28

Referat

Aneurisma Serebral

Pembimbing :

Dr. Yesaya Yunus, SpBS

Penulis :

Exi Indriastuti / 07120110094

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UPH – SILOAM HOSPITAL LIPPO


VILLAGE
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang telah
diberikanNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan referat mengenai “Aneurisma
Serebral” dalam pembuatannya. Penulis juga berterima kasih kepada dr. Yesaya Yunus,
SpBS yang telah bersabar membimbing penulis dalam penyusunan tugas referat ini di tengah
kesibukan beliau. Penulis juga berterima kasih kepada keluarga dan rekan – rekan yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungan dalam proses pembuatan
tugas referat ini.

Referat ini berisi hasil studi pustaka penulis mengenai aneurisma serebral , berbagai
komplikasi yang mungkin timbul dan cara mengatasinya. Penjelasan mengenai anatomi
pembuluh darah, definisi aneurisma serebral, epidemologi, etiologi, tipe-tipe aneurisma
serebral, diagnosis, tatalaksana, dan komplikasi aneurisma serebral dikupas secara runut
dalam referat ini.

Akhir kata, penulis memohon agar dapat dimaklumi apabila terdapat kekurangan
dalam referat ini. Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna
menambah ilmu pengetahuan dalam ruang lingkup Ilmu Bedah khususnya sehubungan
dengan referat ini.

Semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.


PENDAHULUAN

Aneurisma serebral merupakan kondisi abnormal dimana terjadi dilatasi lokal pembuluh
darah otak. Aneurisma ada dua macam yaitu unrupture aneurysm dimana aneurisma masih utuh
dan belum pecah, dan rupture aneurysm yaitu kondisi dimana aneurisma sudah pecah.

Sebagian besar penderita aneurisma tidak menimbulkan gejala, dan gejala biasanya
timbul apabila aneurisma tersebut sudah pecah, dan kondisi ini bisa sangat fatal. Gejala yang
ditimbulkan biasanya sangat mendadak dan bisa berujung pada kematian. Penanganan unrupture
aneurysma lebih mudah dan lebih tidak berisiko dibandingkan dengan rupture aneurysm. Namun
sebagian besar penderita aneurisma datang setelah terjadi rupture atau pecahnya aneurisma.
Pecahnya aneurisma dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang berbahaya , oleh sebab itu
sangat penting dilakukannya penanganan awal pada aneurisma sebelum pecah.

Berdasarkan penelitian, angka kejadian unrupture aneurysm di United States yaitu sekitar
1 dari 50 orang, sedangkan angka terjadinya rupture aneurysm sehingga mengakibatkan
subarachnoid hemorrhage (SAH) yaitu sekitar 8-10 dari 100.000 orang per tahun, sehingga kira-
kira terdapat 30.000 penderita rupture aneurysm per tahun. Jadi terdapat banyak penderita
aneurisma yang berisiko mengalami komplikasi yang lebih berbahaya.

Oleh karena itu, tujuan dari pembuatan refrat ini adalah untuk mengetahui secara
keseluruhan dari gejala, faktor risiko, bahaya yang ditimbulkan akibat aneurisma dan cara
penanganan dari aneurisma. Sehingga sebagai dokter umum, dapat dengan segera mengetahui
tanda-tanda pecahnya aneurisma sehingga penanganannya tidak terlambat, dan dapat meberikan
saran kepada masyarakat akan pentingnya screening awal pada orang yang memiliki faktor risiko
tinggi untuk timbulnya aneurisma, sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih luas bahkan
kematian.
PEMBAHASAN

Anatomi Pembuluh Darah

Manusia memiliki empat tipe pembuluh darah yaitu arteri, arteriole, kapiler, venule dan
vena. Arteri merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh,
kemudian darah melewati arteriole (cabang dari arteri) kemudian melewati percabangan dari
arteriole yaitu kapiler. Didalam kapiler terjadi pertukaran substansi dengan jaringan yang
diperdarahi. Kemudian darah yang sudah bercampur dengan substansi dari jaringan kembali ke
jantung dengan melewati venule (cabang dari vena), kemudian melewati vena dan menuju ke
jantung. Secara histologi dinding pembuluh darah terdiri atas tunika intima, tunika media dan
tunika adventitia, namun modifikasi dari tiga lapisan dasar tersebut berbeda, sesuai dengan
fungsi dari masing-masing pembuluh darah. 1

Pada referat ini, saya akan lebih fokus untuk membahas arteri, dimana arteri merupakan
pembuluh darah tersering untuk terjadi aneurisma. Secara histologis, dinding arteri terdiri dari 3
lapisan yaitu tunika interna (intima), tunika media, dan tunika eksterna (adventia). Arteri
memiliki tunika media yang tebal, dan kaya akan jaringan elastis sehingga membuat arteri
mudah mengikuti tekanan dari lumen. Apabila tekanan tinggi dari lumen, arteri tidak akan
mudah robek.

Lapisan dinding pembuluh darah arteri dari dalam ke luar meliputi:

• Tunika intima merupakan lapisan pembuluh darah yang paling dalam dimana
berhubungan langsung dengan darah, terdiri dari: Selapis endotel + subendotel dan
lamina elastika interna

• Tunika media merupakan lapisan yang berada ditengah yaitu diantara tunika intima dan
adventitia, terdiri dari: Pilinan otot polos dan lamina elastika eksterna. Otot polos pada
tunika media berfungsi untuk mengatur diameter pada pembuluh darah. Apabila stimulus
simpatetik meningkat, maka otot polos akan terstimulasi untuk vasokonstrik dan
sebaliknya apabila stimulus parasimpatetik meningkat maka akan terjadi vasodilatasi.
Lamina elastika eksterna sebagai pembatas antara tunika media dengan adventia

• Tunika adventia merupakan lapisan terluar dari dinding pembuluh darah dimana terdiri
dari sel otot polos, fibroblast, berbagai ujung saraf otonom dan vasa vasorum. Vasa
vasorum merupakan pembuluh darah kecil yang mensuplay darah untuk jaringan pada
dinding pembuluh darah. Vasa vasorum biasa terlihat pada dinding pembuluh darah yang
besar seperti aorta.3

Nutrisi pada arteri

Pada pembuluh darah arteri, oksigen dan nutrisi diperoleh dari darah didalam
lumen (direct difusi) sedangkan dua pertiga dari dinding terluar mendapatkan oksigen
dan nutrisi dari vasa vasorum.

Secara histologi, dinding arteri dan vena sama-sama terdiri atas tunika intima, media dan
adventitia, namun memiliki modifikasi yang berbeda. Tidak seperti arteri, vena memiliki dinding
yang sangat tipis yaitu kurang lebih sepersepuluh dari total diameter vena. Tunika intima pada
vena lebih tipis, tunika media jauh lebih tipis dibanding arteri yaitu dengan sedikit otot polos dan
sedikit serat elastis, tunika adventitia vena merupakan lapisan yang paling tebal yaitu terdiri atas
kolagen dan serat elastis. Pada vena, tidak memiliki lamina elastika interna dan eksterna seperti
pada arteri, karena vena tidak dirancang untuk menahan tekanan tinggi pada lumennya. 3

Perbedaan lapisan dinding arteri dengan vena

Vaskularisasi Otak

Suplay darah serebral berasal dari dua arteri carotid interna dan dua arteri vertebral, dimana
keempat arteri ini terletak didalam subarachnoid space. Hubungan keempat arteri ini disebut
dengan Sirkulus Arteriosus Willisi yang berfungsi sebagai pemasok darah di otak. Arteri karotis
interna bercabang menjadi Medial Cereberal Arteri dan Anterior Cereberal Arteri (sirkulasi
anterior), sedangkan arteri vertebralis kanan dan kiri bergabung menjadi arteri basilaris (sirkulasi
posterior). Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan yang lainnya melalui
Sirkulus Arteriosus Willisi.
Regio otak yang diperdarahi oleh Anterior Cerebral Arteri, Middle cerebral Artery dan Posterior
Cerebral Artery:

Masing-masing arteri serebralis memiliki fungsi yaitu:

• Optalmic artery  menyuplai isi orbita, sinus sfenoidalis, selulae etmoidales, mukosa
nasal, dura mater fosa kranialis anterior, kulit dahi, pangkal hidung, dan kelopak mata.
• Posterior Comunicating Arteri (PCA)
• Choroidal Artery  menyuplai plexus khoroideus kornus temporale ventrikuli lateralis
dan traktus piramidalis
• Anterior Cerebral Arteri (ACA)  berjalan kearah rostromedial sampai tepi medial gyrus
rektus dan kemudian berlanjut ditepi korpus kalosum. ACA bercabang untuk
mempersarafi lobus frontalis medius dan lobus parietalis
• Medial Cerebral Arteri (MCA): memperdarahi korteks motoric, sensory primer (kecuali
bagian parasagittal dan medial), area Broca, Wernicke, korteks auditori primer, dan
korteks gustatorik primer
• Psterior Cerebral Artery (PCA)  menyuplai visual cortex pada occipital lobe dan
inferomedial dari temporal lobe.
• Pontine artery  memperdarahi pons
• Basilar artery  ,e,perdarahi serebellum, brainstem dan lobus accipital.

Definisi Aneurisma

Kata Aneurisma berasal dari bahasa latin yaitu Aneurysma yang artinya dilatasi.
Aneurisma merupakan kondisi yang abnormal dimana terjadi dilatasi secara lokal pada dinding
pembuluh darah yaitu lebih dari 50% dari diameter semula. Apabila dilatasinya kurang dari 50%
maka disebut ectasia. Aneurisma lebih sering terjadi pada arteri, terutama arteri besar dan
percabangan arteri. Hal ini dapat terjadi karena kongenital maupun didapat. 1

Aneurisma serebral atau intrakranial adalah suatu kantong yang terbentuk akibat dilatasi
lokal pada dinding pembuluh darah di otak akibat melemahnya lapisan pembuluh darah.
Aneurisma intrakranial pertama kali diperkenalkan oleh Morgagni (1761) dan Biumi (1778) dan
dengan semakin berkembangnya metode radiodiagnostik, Egaz Moniz (1933) mampu
memperlihatkan aneurisma melalui angiografi serebral 11.
Terdapat dua jenis aneurisma sereberal yang paling sering terjadi yaitu saccular atau
sering disebut dengan “berry aneurysm”, dan fusiform, tergantung pada lokasi pembuluh darah
yang mengalami aneurisma. 2,4
Epidemiologi

Meskipun belum ada pendataan yang jelas mengenai epidemiologi aneurisma di


Indonesia, menurut suatu studi diperkirakan 6 juta orang di Amerika Serikat memiliki aneurisma
tidak pecah (unrupture aneurysm) yaitu sekitar 1 dari 50 orang. Sedangkan tingkat kejadian
pecahnya aneurisma (rupture aneurysm) sehingga mengakibatkan subarachnoid hemorrhage
(SAH) yaitu sekitar 8-10 dari 100.000 orang per tahun, sehingga kira-kira terdapat 30.000
penderita rupture aneurysm per tahun. Terdapat rupture aneurisma setiap 18 menit, dan kurang
lebih 40% dari kasus rupture aneurisma bersifat fatal. Dari mereka yang bertahan hidup, sekitar
66% mengalami defisit neurologis permanen. Dan sekitar 15% pasien yang berkembang menjadi
SAH(Subarachnoud Haemorhage) meninggal sebelum mencapai rumah sakit. 5, 11

Sebagian besar aneurisma berukuran kecil, dan diperkirakan 50-80 persen dari semua
aneurisma tidak pecah selama seumur hidup seseorang. Namun pada aneurisma yang lebih dari 1
inci (giant aneurisma) dapat menimbulkan risiko yang berbahaya.

Aneurisma serebral dapat terjadi pada semua usia namun paling sering terjadi pada usia
35 - 60 tahun. Wanita berisiko lebih besar untuk terjadi pecahnya aneurisma dibandingkan laki-
laki dengan perbandingan 3: 2. 6

Etiologi

Penyebab dari terbentuknya aneurisma serebral masih kontroversial. Berbeda dengan


arteri ekstrakranial, arteri serebral memiliki tunika media yang terdiri atas sedikit serat elastis
dan sedikit otot polos, tunika adventitia yang tipis dan sedikit serat elastis, namun memiliki
lamina elastika interna yang lebih tebal. Dan fakta bahwa sebagian besar pembuluh darah
serebral terletak di ruang subarachnoid dengan sedikit jaringan penyokong merupakan
predisposisi dari perkembangan aneurisma. 7

Aneurisma cenderung muncul pada daerah dimana ada percabangan baik pada arteri
besar maupun cabang arteri. Etiologi aneurisma meliputi:

 Kongenital yaitu adanya kecacatan pada lapisan dinding pembuluh darah


 Atherosclerosis dan hipertensi
 Emboli, seperti pada atrial myxoma
 Infeksi, yang disebut dengan "mycotic aneurysms"
Mycotic aneurysm merupakan aneurisma yang terjadi akibat adanya infeksi baik
bakteri maupun jamur. Sebagian besar, Mycotic aneurisma diawali dengan bekteri
yang menginfeksi tunika adventitia lalu menyebar ke bagian intima. Biasanya
terjadi pada orang dengan riwayat subacute bacterial endocarditis (SBE). Dan
prevalensi meningkat pada penderita immunocompromised.
 Traumatik

Tipe-tipe Aneurisma

Secara garis besar, ada 2 tipe aneurisma 1,4,5

1) True aneurima
Merupakan aneurisma yang terjadi akibat melemahnya tiga lapisan dinding
pembuluh darah secara keseluruhan yaitu tunika intima, media dan adventitia. True
aneurisma juga dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu saccular, dan fusiform.
Lokasi tersering dari aneurisma fusiform adalah aorta, arteri abdominalis, ateri carotid
dll, sedangkan aneurisma saccular lebih sering terjadi pada daerah intracranial.

Pathogenesis

Secara garis besar, aneurisma disebabkan karena degenerasi pada dinding arteri
sebagai akibat dari gangguan metabolism pada elastin dan kolagen. Enzim yang
berpengaruh dalam terjadinya aneurisma adalah matrix metalloproteinases (MMPs),
dimana mendegradasi enxtraselular matrix secara berlebih. Secara histopatologi,
aneurisma juga dapat disebabkan oleh adanya infiltrasi inflamasi kronik pada dinding
pembuluh darah.
Dengan adanya MMP yang mendegradasi protein pada arterial media, yang
mungkin dapat menghasilkan respon inflamasi, kemudian diperparah dengan adanya
tekanan hemodinamik lokal yang meningkat maka dapat terbentuk aneurisma. Faktor
risiko yang dapat meperparah terjadinya aneurisma adalah merokok, hipertensi dan
hypercholesterolaemia.

2) False aneurisma adalah aneurisma yang terjadi akibat adanya hematoma ekstravaskuler
yang berhubungan dengan ruang intravaskuler. Aneurisma ini biasanya terjadi akibat
iatrogenik seperti : angiografi
Tipe Aneurisma Berdasarkan Presentasinya:

 Unrupture Aneurisma
Aneurisma tipe ini biasanya asimptomatik sehingga sering ditemukan secara
kebetulan atau tidak disengaja. Berdasarkan penelitian, pecahnya aneurisma sangat
berhubungan erat dengan besarnya ukuran. Semakin besar maka akan semakin mudah
pecah. Risiko pecahnya aneurisma dengan ukuran >7 mm lebih tinggi dibandingkan
ukuran <5 mm. Oleh karena itu, aneurisma kecil (<5mm) biasanya jarang diobati
terutama pada pasien dengan usia dibawah 60 tahun. Pada aneurisma dengan ukuran >10
mm, akan langsung ditangani meskipun pada pasien usia <60 th. Pertumbuhan aneurisma
susah untuk dideteksi meskipun menggunakan CTA atau MRA.
Pada aneurisma yang tidak pecah, biasanya akan membesar sehingga dapat menekan
jaringan otak disekitarnya sehingga dapat timbul gejala seperti diplopia, sakit dibelakang
mata, gangguan saraf cranial. Seperti pada aneurisma posterior communicating artery
yang dapat menimbulkan gejala kelemahan pada saraf kranial 3 secara tiba-tiba. 8
Gejala yang dapat timbul karena efek massa unrupture aneurisma:
– Pada giant aneurisma, akan menekan jaringan sekitar aneurisma, sehingga dapat
menimbulkan sesuai dengan lokasi penekanan. Apabila penekanan terjadi di brain
stem, maka dapat menimbulkan hemiparesis dan cranial neuropathies.
Cranial neuropathies ( kira-kira muncul 110 hari setelah gejala SAH), meliputi:
(a) Oculomotor palsy: terjadi pada aneurisma p-comm: ptosis, extraocular muscle
palsy (eye deviates “down and out”, diplopia), dilatasi pupil.
(b) Kehilangan penglihatan karena: arteri ophthalmic menekan optic nerve
sehingga timbul gejala khas yaitu nasal quadrantanopsia.
(c) Chiasmal syndrome karena adanya aneurisma pada arteri ophthalmic, a-comm
dan apex basilar
– Facial pain syndrome pada saraf ophthalmic atau maxillary.
– Intra atau suprasellar aneurisma yang dapat mengganggu produksi endokrin,
karena adanya kompresi pada kelenjar pituitary atau stalk.

 Rupture Aneurisma
Kondisi dimana aneurisma menjadi pecah dan darah dari aneurisma biasanya mengisi
ruangan di sekitarnya yaitu ruangan subarachnoid. Tipe perdarahan seperti ini biasa
dikenal dengan perdarahan subarachnoid. Dapat juga menyebabkan perdarahan
intraventrikular apabila arteri terletak di ventrikel. 7
IVH (intraventricular Haemorhage) sering terjadi pada 13-28% dari pecahnya
aneurisma.
– Rupture aneurisma pada distal PICA, dapat menyebabkan perdarahan pada
ventrikel empat kemudian foramen Luschka
– Ruptur aneurisma pada a-comm dapat menyebabkan perdarahan pada
ventrikel tiga dan ventrikel lateral.
– Ruptur pada distal basilar arteri dapat menyebabkan perdarahan pada
ventrikel tiga (jarang terjadi)
Pecahnya aneurisma biasanya menyebabkan sakit kepala berat yang tiba-tiba, mual,
muntah, kekakuan pada leher dan bahkan kehilangan kesadaran. Perdarahan ini juga
dapat merusak sel-sel otak, menyebabkan peningkatan tekanan di otak dan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah yang disebut dengan vasospasm. Vasospasm dapat
menyebabkan stroke apabila penyempitan arteri terjadi sampai darah tidak dapat
mencapai jaringan otak.
Apabila terdapat banyak darah bercampur dengan cairan serebrospinal, maka dapat
menghambat jalannya cairan serebrospinal sehingga tekanan di dalam otak meningkat,
kondisi ini disebut dengan hidrosefalus.

Aneurisma serebral dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran dan lokasi,


yaitu:

1) Berdasarkan bentuk
a) Aneurisma saccular (sac-like)
Aneurisma saccular sering dikenal dengan “berry aneurisma” karena bentuknya
seperti buah arbei yang menggelembung seperti balon, dan memiliki leher yang
menghubungkan antara aneurisma dengan pembuluh darah utama. Namun terdapat juga
aneurisma saccular yang tidak memiliki leher. Ini merupakan jenis aneurisma serebral
yang sering pecah atau mengalami perdarahan pada pasien dengan umur 20-50 tahun,
dan jarang terjadi pada usia anak-anak. Aneurisma saccular dapat terjadi akibat adanya
defek pada tunika muskularis pada arteri. Lamina elastika interna mengalami
kelemahan atau bahkan hilang sehingga membuat dinding arteri menjadi kurang tahan
menghadapi perubahan tekanan intralumen7.
Aneurisma saccular pada umumnya terletak pada ujung dari percabangan arteri
besar, dimana dilalui tekanan intraluminal yang tinggi. Lokasi tersering:
 85-95 % terletak di system Carotid:
– 30% pada ACoA dan ACA (lebih sering terjadi pada pria)
– 25% pada p-comm
– 20% pada MCA
 5-15% terletak pada sirkulasi posterior yaitu vertebra-basilar
– 10% pada basilar arteri
– 5% pada vertebral arteri : paling sering terletak pada pertemuan
antara vertebral arteri dengan PICA
 20-30% orang memiliki aneurisma multiple

b) Aneurisma Fusiform (giant aneurisma)


Berdasarkan definisi, ini merupakan jenis aneurisma dengan diameter >25mm. 5
% dari pasien aneurisma adalah pasien dengan jenis aneurisma fusiform. Terjadi akibat
adanya perubahan aterosclerotik yang sering terjadi pada arteri basilar dan bagian ujung
dari arteri carotid internal. Aneurisma fusiform sering disebut dengan atherosclerotic
aneurysm.
Lokasi tersering terbentuknya aneurisma fusiform adalah pada arteri
vertebrobasilar.
c) Dissecting
Merupakan aneurisma yang disebabkan oleh adanya akumulasi darah yang
diakibatkan oleh trauma atau sobeknya tunika dan lamina elastika interna. Jika terjadi
robekan pada lamina elastika interna, maka akumulasi darah terdapat di subintima
sehingga akan mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah dan bahkan bisa
menjadi oklusi. Namun apabila robekan terjadi pada subadventitial, maka akan
terbentuk benjolan seperti kantong pada pembuluh darah (pseudoaneurism). Aneurisma
Dissecting lebih sering terjadi pada pasien dengan riwayat trauma, post operasi otak
atau pasien yang setelah melakukan pemeriksaan angiografi. Pengobatan yang
dilakukan bisa dengan antikoagulan dan apabila sudah pecah dan menjadi SAH maka
dapat dilakukan oprasi.
2) Berdasarkan ukuran 9
 Small aneurysms ukurannya kurang dari 5 mm (1/4 inch)
 Medium aneurysms ukurannya 6–15 mm (1/4 to 3/4 inch).
 Large aneurysms ukurannya 16–25 mm (3/4 to 1 1/4 inch).
 Giant aneurysms ukurannya lebih dari 25 mm (1 1/4 inch).

3) Berdasarkan lokasi
Sebagian besar aneurisma sereberal terletak pada cabang utama arteri di otak, sedangkan
aneurisma yang terletak pada perifer pada umumnya disebabkan oleh infeksi atau trauma.
Terdapat 7 lokasi tersering terjadinya aneurisma serebral, meliputi 10:
 Anterior Communicating Artery Aneurysms
Merupakan lokasi tersering terjadinya aneurisma dimana sering berkembang menjadi
SAH dan disertai tanda-tanda Diabetes Insipidus dan gangguan hypothalamus lainnya.
SAH merupakan kondisi yang paling sering timbul. Pada CT scan akan tampak
perdarahan pada interhemispheric anterior
 Middle Cerebral Artery Aneurysms
 Posterior Communicating Artery Aneurysms
Aneurisma jenis ini terjadi pada bagian terahir dari p-comm yaitu percabangan antara p-
comm dengan PCA atau lebih sering terjadi pada percabangannya dengan carotid.
Aneurisma ini sering menyebabkan gangguan pada saraf cranial 3(ptosis, mydriasis)
 Ophthalmic Artery Aneurysms
 Pericallosal Artery Aneurysms
 Basilar Artery Bifurcation Aneurysms
 Posterior Inferior Cerebellar Artery Aneurysms .
Patofisiologi

Mekanisme terjadinya aneurisma dipengaruhi oleh beberapa faktor baik genetic maupun
didapat. Aneurisma dapat terjadi karena adanya lapisan pembuluh darah yang tidak normal
seperti menipisnya lapisan endotel, lapisan lamina elastika yang menipis atau menhilang
menyebabkan lapisan pembuluh darah menjadi tipis sehingga kurang kuat untuk menahan
perubahan tekanan pada intralumen sehingga terbentuklah aneurisma.

Selain itu aneurisma juga dapat disebabkan oleh perubahan aterosklerotik, stress
hemodinamik yang diperburuk dengan adanya riwayat hipertensi. Pada pasien hypertensi kronik,
aneurisma dapat terjadi akibat perubahan arteriosklerotik pembuluh darah terutama cabang-
cabang dari arteri serebri media yang mensuplai ke dalam bangsal ganglia dan kapsula interna.
Pembuluh darah ini menjadi lemah sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada lamina interna,
hialinisasi lapisan media dan ahirnya terbentuk aneurisma kecil yang biasa dikenal dengan
Charcot-Bouchard.
Lokasi Aneurisma Serebral

Lokasi tersering aneurisma sereberal terjadi adalah pada circle of willis yaitu pada
percabangan dari pembuluh darah utama seperti percabangan arteri carotid interna, atau berasal
dari pembuluh darah kecil seperti posterior communicating arteri atau ophthalmic arteri.

Sekitar 85% aneurisma sereberal berasal dari sirkulasi anterior dari otak (carotid) dan
15% berasal dari sirkulasi posterior otak (vertebrobasilar). 2

Arteri yang sering mengalami aneurisma adalah terletak di ruang subarachnoid, dimana
didalam ruang subarachnoid terdapat cairan serebrospinal (CSF) sehingga apabila pecah maka
darah akan bercampur dengan CSF, kondisi ini disebut dengan Subarachnoid Haemorhage
(SAH). Terdapatnya darah pada CSF atau dipermukaan otak, akan mengenai parenchyme otak
sehingga membentuk gumpalan darah. Karena lapisan meningeal sangat sensitive, maka SAH
biasanya terjadi secara cepat, tiba-tiba, sakit kepala hebat “thunderclap headache”, dan pasien
dapat coma sampai meninggal tiba-tiba.

Prevalensi sereberal aneurisma berdasarkan lokasi 4:

Prevalensi Lokasi Aneurisma


Sirkulasi anterior (85%) 30% Anterior Communicating Artery (A-comm)
25% Posterior Communicating Artery (P-comm)
20% Middle Cerebral Artery Bifurcation
10 % Other
Sirkulasi posterior (15%) 10% Basilar artery
5 % vertebral artery, biasanya pada Posterior Inferior
Cerebellara Artery

Tanda dan Gejala

Aneurisma sering tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik pada awalnya, biasanya
pada aneurisma yang berukuran kecil. Pada aneurisma yang berukuran besar, dapat menekan
jaringan otak sekitar sehingga muncul gejala-gejala neurologi. Beberapa gejala yang timbul tidak
spesifik, seperti sakit kepala, dilatasi pupil, penglihatan kabur atau ganda (diplopia), nyeri diatas
atau dibelakang mata, kelemahan pada anggota tubuh (parese).

Pada aneurisma serebral yang pecah, biasanya akan menyebabkan perdarahan


subarachnoid (SAH), yaitu darah memenuhi ruangan subarachnoid sehingga dapat menimbulkan
gejala yang tiba-tiba, seperti: 5

 Sakit kepala hebat (thunderclap headache)


 Penurunan kesadaran
 Mual/ muntah
 Kaku pada leher
 Penglihatan kabur secara tiba-tiba
 Nyeri tiba-tiba di atas atau dibelakang mata
 Gangguan motoric
 Photophobia

Karena gejala aneurisma asimptomatik dan apabila timbul gejala tidak spesifik maka diperlukan
alat untuk mendiagnosis aneurisma secara pasti.
Diagnosis

Cara untuk mendiagnosis aneurisma ada beberapa cara 11:

 CT (computerized tomography) scan kepala


Dilakukan apabila curiga terjadi pecahnya aneurisma. CT scan akan memperlihatkan
letak terjadinya perdarahan pada kepala.
 CTA (computerized tomography angiography).
Merupakan tehnik dimana menyuntikkan contras kedalam pembuluh darah, sehingga
pembuluh darah di otak yang dilalui oleh contras akan terlihat lebih jelas didalam foto.
Tehnik ini bagus untuk mendiagnosis pecahnya aneurisma.
 Angiogram (arteriogram)
Merupakan teknik dengan memasukkan contras melalui kateter yang dipasang pada
arteri femoralis atau brachialis, kemudian difoto dengan x-ray. Arteri yang berisi
contras akan terlihat lebih terang
 Magnetic resonance imaging (MRI) dan magnetic resonance angiography (MRA)
Teknik ini biasa dipake untuk melihat aneurisma yang belum pecah. Teknik ini
memiliki kelebihan karena menggunakan magnetic sehingga pasien tidak berisiko
terkena radiasi.
Tatalaksana

Penanganan aneurisma dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu observasi dengan
mengontrol faktor risiko, teknik endovascular dan teknik operasi terbuka. Untuk menentukan
metode mana yang akan dipakai, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
tindakan yaitu5:

 Usia pasien
 Ukuran aneurisma
 Lokasi aneurisma
 Bentuk dan jenis aneurisma
 Ada dan tidaknya kondisi defisit neurologis
 Riwayat penyakit lain
 Riwayat SAH dan aneurisma sebelumnya

Apabila aneurism belum pecah, ada pilihan untuk tetap observasi atau dapat juga melakukan
oprasi. Pada aneurisma yang sudah pecah, tatalaksana terbaik adalah dengan melakukan oprasi,
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan berulang.

Beberapa cara atau metode yang dipakai sebagai pengobatan aneurisma

1. Observasi dengan mengontrol faktor risiko


Manajemen konservatif merupakan pilihan yang masuk akal untuk beberapa pasien
aneurisma - terutama pasien yang lanjut usia atau memiliki kondisi lemah (memiliki
banyak riwayat penyakit) dan pasien yang memiliki aneurisma kecil ( <7 mm). Hal-hal
yang dijaga pada manajemen konservatif meliputi:
 Menghentikan atau menghindari merokok
 Menjaga tekanan darah di bawah kontrol yang sangat baik
 Menghindari alcohol.

Hal-hal tersebut cenderung mengurangi risiko perkembangan aneurisma atau pecahnya


aneurisma. Beberapa dokter juga merekomendasikan pencitraan otak yang berulang
melalui CT angiography (CTA), MR angiography (MRA), atau kateter angiography. Jika
aneurisma berkembang menjadi besar maka dapat melakukan tidakan operasi dan
endovascular.

2. Teknik Endovaskular 7,11


– Thrombosing aneurisma dengan coiling dan Onyx HD 500
 Coiling
Proses coiling ini dilakukan secara microsurgery dengan menggunakan teknik
radiografi yaitu menggunakan x-ray visualitation. Teknik ini dilakukan ketika
angiogram sedang dilakukan. Dengan memasukkan kateter melalui arteri
femoralis, kemudin dimasukkan hingga mencapai lokasi aneurisma.
Kemudian platinum coil dilepaskan pada lokasi aneurisma sampai mengisi
seluruh ruangan. Tiap kateter berisi satu platinum coil, sehingga mungkin
dibutuhkan beberapa coil untuk mengisi seluruh ruangan pada aneurisma.
Kemudian kontras disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk melihat secara
jelas kondisi aneurisma yang berisi platinum coil.
Terdapat beberapa jenis coil yang dipakai untuk proses ini, yang paling sering
digunakan adalah berasal dari platinum, namun beberapa ada yang terbuat dari
gel-like dan suture-like. Coil yang dipakai fleksibel, lembut, dan bentuknya
akan melingkar-lingkar sesuai dengan bentuk aneurisma.
 Onyx HD 500
Merupakan zat cair (ethylene vinyl alcholol copolymer yang dilarutkan
dalam dimethyl sulfoxide) yang dapat digunakan dalam tatalaksana
aneurisma. Onyx HD 500 adalah cairan yang akan membeku ketika kontak
dengan darah, dengan demikian, dalam pengobatan aneurisma otak, Onyx HD
500 disuntikkan melalui microcatheter di dalam kantung aneurisma, dan
membeku di dalam kantung aneurisma. Kemudian Sebuah balon ditempatkan
pada leher aneurisma kemudian dikembangkan untuk sementara dengan
tujuan mencegah Onyx HD 500 keluar dari kantung aneurisma.
Cara pemasangan:
Sebuah microcatheter dan kawat dimasukkan kedalam pembuluhdarah
(biasanya pada arteri femoralis di paha) dengan menggunakan visualisasi x-
ray, cateter dimasukkan hingga mencapai lokasi aneurisma. Kemudian balon
dikembangkan sehingga mencakup leher aneurisma sehingga memblokir
leher aneurisma. Kemudian dimetil sulfoksida disuntikkan untuk mengisi
bagian dalam microcatheter, diikuti oleh Onyx HD 500 yang mendorong
campuran keluar ke kantung aneurisma. Setelah kontak dengan darah,
campuran ini membeku dan mengisi kantung aneurisma. Balon mengempis
berkala untuk memungkinkan pemulihan aliran darah di arteri induk. Setelah
aneurisma diisi dengan Onyx HD 500, prosedur ini selesai.

– Proximal Ligation
Digunakan untuk giant aneurisma, apabila dipakai pada aneurisma kecil dapat
menyebabkan tromboemboli.

3. Teknik Operasi terbuka (clipping)


 Kliping
Kliping merupakan teknik yang sering dipakai dalam penanganan aneurisma
serebral. Tujuan dari kliping adalah menempatkan klip logam kecil pada leher
aneurisma, sehingga darah tidak dapat masuk kedalam kantung aneurisma
sehingga tidak dapat lagi menimbulkan risiko perdarahan. Setelah aneurism
dipasang klip, klip tersebut tetap dipasang seumur hidup. Aneurisma akan
menyusust dan bekas luka akan hilang setelah kliping.
Pemasangan kliping dapat dilakukan dengan membuka tulang cranium yang
berdekatan dengan lokasi aneurisma, kemudian memasang klip pada leher
aneurisma, biasanya pada aneurisma tipe saccular.
Kapan kita harus memakai coiling dan kapan harus memakai klipping adalah tergantung
pada beberapa faktor.
 Kliping lebih dipilih apabila:
– Aneurisma pada usia muda
– MCA bifurcatio aneurysm
– Giant aneurisma
– Terdapat gejala karena efek adanya massa (giant aneurisma) pada otak
– Aneurisma berukuran kecil (<1,5 – 2 mm).
– Aneurisma dengan leher luas (wide neck)
 Coiling lebih dipilih apabila:
– Pasien berumur tua ( >75 tahun ).
– Aneurisma dengan luas leher < 5 mm
– Aneurisma yang terletak di sirkulasi posterior
– Pasien yang mengkonsumsi plavix (pengencer darah)
– Aneurisma yang letaknya susah dicapai dengan kliping .

Komplikasi
Perdarahan Subaraknoid Nontraumatik Akut
Biasanya disebabkan oleh adanya rupture spontan aneurisma sakuler, dengan aliran
darah ke dalam ruang subarachnoid. 12
Gejala:
- Sakit kepala tiba-tiba yang sangat hebat
- Iritasi meningeal oleh darah subarachnoid (kaku kuduk)
- Gangguan kesadaran
- Gangguan saraf kranial (tergantung pada lokasi)
Evaluasi:
- CT scan merupakan alat yang sensitive mendeteksi perdarahan subaraknoid
akut, namun semakin lama interval antara kejadian akut dengan CT scan,
semakin mungkin temuan CT scan menjadi negative
- Lumbal pungsi
- Digital substraction angiography
Perdarahan subarachnoid biasanya berhenti secara spontan, kemungkinan karena
terbendung oleh peningkatan tekanan intracranial. Hanya pasien dengan aneurisma yang
telah berhenti berdarah yang dapat selamat dirujuk ke rumah sakit, kematian pra-rumah
sakit sering terjadi (35%).
Setelah kejadian akut, pasien menghadapi tiga risiko komplikasi yang dapat berakibat
fatal:
- Hidrosefalus
Apabila terdapat banyak darah bercampur dengan cairan serebrospinal, maka
dapat menghambat jalannya cairan serebrospinal (gangguan resorbsi LCS)
sehingga tekanan di dalam otak meningkat, kondisi ini disebut dengan
hidrosefalus.
- Vasospasm7
Vasospasm terjadi setelah beberapa hari kemudian (6-8 hari post SAH)yaitu
melalui efek zat vasoaktif yang terkandung didalam darah subarachnoid,
menyebabkan kerusakan sel-sel otak, menyebabkan peningkatan tekanan di
otak dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang disebut dengan
vasospasm. Vasospasm dapat menyebabkan stroke apabila penyempitan arteri
terjadi sampai darah tidak dapat mencapai jaringan otak.
- Perdarahan berulang
Risiko terjadinya perdarahan berulang sekitar 20% pada 14 hari pertama
setelah SAH, 50 % setelah 6 bulan pertama apabila aneurisma belum
ditangani. Tidak seperti SAH awal, perdarahan berulang sering menimbulkan
hematoma intraparenkimal yang besar, karena ruang subarachnoid disekitar
aneurisma sebagian tertutup oleh adhesi yang disebabkan oleh perdarahan
awal.

Anda mungkin juga menyukai