Anda di halaman 1dari 6

Aspek diagnosis utama stroke adalah membedakan antara stroke iskemik dan hemorrhagik,

karena keduanya memiliki terapi yang berbeda. Diagnosis stroke dapat diawali dengan
anamnesis, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang

Aspek diagnosis utama stroke adalah membedakan antara stroke iskemik


dan hemorrhagik, karena keduanya memiliki terapi yang berbeda.
Diagnosis stroke dapat diawali dengan anamnesis, dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
Anamnesis

Melakukan anamnesis untuk menentukan jenis stroke merupakan langkah


yang sangat penting. Beberapa hal yang dapat ditanyakan adalah sebagai
berikut:
 Faktor risiko
 Kejadian sebelumnya
 Riwayat trauma
 Onset
 Perkembangan tanda dan gejala
Defisit Neurologis
Defisit neurologis merupakan keluhan yang selalu ada pada stroke. Hal ini
menunjukkan bagian otak mana yang rusak. Defisit neurologis ditunjukkan
dengan keluhan seperti dibawah ini:
 Parese atau kelemahan pada setengah badan, salah satu ekstremitas,
atau keempat ekstremitas
 Berkurangnya penglihatan / kebutaan pada 1 atau kedua mata
 Afasia
 Diartria
 Ataksia
 Kelemahan pada wajah (facial droop)
Jenis Stroke
Untuk membedakan stroke iskemik dan hemoragik, dapat ditanyakan hal
yang mengarah ke peningkatan tekanan intrakranial, apabila terdapat
tanda-tanda tersebut, stroke hemorrhagik atau adanya stroke iskemik
yang luas lebih dipertimbangkan. Beberapa hal yang dapat ditanyakan
adalah sebagai berikut:
 Penurunan kesadaran
 Muntah (normal atau proyektil)
 Sakit kepala
 Mual
 Kejang[4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada stroke dimulai dari penentuan status kesadaran
dan pemeriksaan tanda vital.
Kesadaran
Penentuan status kesadaran pada pasien stroke sangat penting.
Penurunan kesadaran pada penderita stroke terjadi mengarah pada
peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan penekanan
bagian ascending reticular activating system (ARAS) yang merupakan
pusat kesadaran.
Tekanan Darah
Salah satu faktor risiko dari stroke adalah hipertensi. Pengukuran tekanan
darah sebaiknya dibandingkan dengan tangan di sebelahnya. Jika terdapat
perbedaan yang besar maka kemungkinan terjadi kelainan pembuluh
darah.
Detak Jantung dan Nadi
Pengukuran detak jantung merupakan hal yang sangat penting, jumlah
kontraksi jantung yang dihitung dibandingkan dengan nadi yang di ukur.
Pulsus defisit terjadi apabila perbedaan detak jantung dan nadi ≥20
x/menit. Pulsus defisit dapat ditemukan pada atrial fibrilasi yang
kemungkinan menjadi pencetus stroke.
Status Gizi
Berperan dalam menentukan keadaan fisik dari pasien apakah termasuk
golongan obesitas, yang merupakan faktor risiko dari stroke.
Kepala
Apakah terdapat sianosis pada wajah dan lidah karena kemungkinan
akibat kelainan jantungnya maka dapat berkomplikasi menjadi stroke.
Leher
Peningkatan JVP dan bruit harus diperiksa. Apabila ada, hal ini
menunjukkan terdapat gangguan aliran pada pembuluh darah yang dapat
menjadi faktor pencetus stroke (emboli).
Paru-paru
Pemeriksaan fisik paru-paru penting pada pasien stroke yang sedang
dirawat untuk memantau komplikasi pulmonologi stroke, seperti
pneumonia dan edema paru.
Jantung
Pembesaran jantung, murmur, kelainan katup jantung merupakan tanda-
tanda dari kelainan jantung. Kelainan jantung seperti ini merupakan faktor
risiko terjadinya stroke.
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis bertujuan untuk menemukan defisit neurologis
yang dapat membantu melokalisir lokasi lesi stroke. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan nervus kranialis, motorik, sensorik, fungsi
luhur dan keseimbangan.
Nervus Kranialis
Pada pemeriksaan nervus kranialis, dapat ditemukan paresis pada nervus
fasialis dan hipoglosus, yang ditandai dengan bicara pelo dan deviasi
lidah. Terdapat pula gangguan lapang pandang, atau yang disebut juga
hemianopia.
Motorik
Pada pemeriksaan motorik terdapat hemiparesis. Hemiparesis dapat
menunjukkan letak kelainan pembuluh darah. Hemiparese kontralateral
merupakan parese motorik saraf otak yang sejajar dengan parese
ekstremitas, menunjukkan adanya gangguan pada sistem karotis.
Sedangkan, hemiparese alternans merupakan parese motorik saraf otak
yang berlawanan dengan parese ekstremitas, dan menunjukkan adanya
gangguan sistem vertebrobasilar.
Sensorik
Terdapat hemihipestesi atau parestesia kontralateral atau alternans.
Fungsi Luhur dan Keseimbangan
Afasia, gangguan berbahasa, menunjukkan adanya lesi pada hemisfer
yang dominan, biasanya kiri, ataupun agnosia, pada lesi hemisfer yang
nondominan. Gangguan keseimbangan seperti vertigo juga dapat
ditemukan.[4,15,16]
Skor

Diagnosis stroke hemorrhagik atau iskemik dapat dilihat dari perhitungan


skor pada pasien stroke. Perhitungan skor dapat menggunakan Siriraj
Stroke Score (SSS) atau menggunakan Skor Gajah Mada.
Siriraj Stroke Score
Sebuah penelitian oleh Weir, menunjukkan sensitivitas sebesar 70% dan
spesifisitas sebesar 64% dengan akurasi sebesar 64% untuk mendiagnosis
stroke hemorrhagik. [17] Selain itu, penelitian lain juga menunjukkan
sensitivitas sebesar 50% untuk perdarahan dan 58% untuk infark, dan
akurasi 54,2% pada diagnosis stroke.[18]
Poi Sko
Jenis Pemeriksaan Hasil
n r

Kesadaran Kompos Mentis 0 x2.


5
Somnolen & 1
Stupor
2
Koma
Muntah dalam 2 jam Tidak ada 0 x2
terakhir
Ada 1
Nyeri kepala dalam 2 jam Tidak ada 0 x2
terakhir
Ada 1

Atheroma Tidak ada 0 x3


Ada 1
x0.
Tekanan Diastolik
1

Konstanta -12

Jumlah

Tabel 1. Siriraj Stroke Score (SSS). Sumber: dr. Rainey, 2018.


Cara perhitungan: (2.5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)
+(0.1 x tekanan diastolik)-(3 x atheroma) – 12. Apabila didapatkan hasil
>1, terjadi stroke hemorrhagik. Apabila didapatkan hasil <-1,
kemungkinan terjadi stroke iskemik. Namun, bila didapatkan hasil
-1<skor<1, diagnosis masih meragukan dan memerlukan pemeriksaan
penunjang.
Skor Gajah Mada
Pada suatu penelitian di Indonesia, Skor Gajah Mada tidak memiliki
akurasi yang begitu tinggi. Pada penelitian tersebut, sensitivitas sebesar
73,33%, spesifisitas 89,47%, dan akurasi 80,72%. [19] Perhitungan Skor
Gajah Mada berdasarkan tiga variabel, yaitu:
 Penurunan kesadaran
 Nyeri kepala
 Refleks Babinski
Penurunan Nyeri Refleks
Diagnosis
Kesadaran Kepala Babinski

Stroke
Terdapat dua atau tiga gejala (+) hemorrhagik

Stroke
(+) (-) (-)
hemorrhagik
Stroke
(-) (+) (-)
hemorrhagik

(-) (-) (+) Stroke iskemik

(-) (-) (-) Stroke iskemik

Tabel 2. Skor Gajah Mada. Sumber: dr. Rainey, 2018.


Diagnosis Banding

Diagnosis banding utama stroke adalah jenis stroke lainnya karena


penatalaksanaan yang jauh berbeda antara stroke iskemik dan stroke
hemorrhagik. Sebuah meta analisis menunjukkan bahwa koma, kaku
leher, kejang dengan defisit neurologis, diastolik >110 mmHg, muntah,
dan sakit kepala meningkatkan kemungkinan stroke hemorrhagik.[20]
Stroke mimics adalah kondisi nonvaskular yang memiliki kemiripan tanda
dan gejala, diakibatkan oleh beberapa penyakit, seperti migraine,
hipoglikemia, dan atypical posterior reversible encephalopathy syndrome.
[21] Transient ischemic attack (TIA) merupakan kelainan neurologis yang
dapat kembali normal dalam waktu kurang dari 24 jam, tetapi tidak
melibatkan infark pada otak. TIA biasanya selesai dalam 60 menit.
Penyebab TIA dapat sama dengan stroke iskemik, akan tetapi hal ini tidak
sampai merusak komponen otak.[4-6]
Kondisi lain yang menyebabkan gejala seperti stroke dapat dibedakan
antara kondisi defisit neurologis fokal dan global.
Defisit Neurologis Fokal
Kondisi yang menyebabkan defisit neurologis fokal di antaranya adalah:
 Tumor otak
 Kelainan pembuluh darah otak (malformasi vaskular)
 Cerebral palsy
 Penyakit saraf degeneratif, seperti multiple sclerosis
 Infeksi otak, seperti meningitis atau ensefalitis
 Cedera otak traumatik
 Vertigo posisional
 Bell’s palsy. Bell’s palsy yang merupakan lesi pada lower motor
neuron perlu dibedakan dengan facial droop akibat gangguan pada upper
motor neuron melalui pemeriksaan nervus fasialis
 Migrain yang berat
Defisit Neurologis Global
Kondisi yang menyebabkan penurunan kesadaran secara global yang
dapat menjadi diagnosis banding stroke di antaranya adalah:
 Epilepsi. Pada epilepsi atau gangguan kejang lainnya, setelah kejang
dapat terjadi Todd’s paresis, yaitu kelemahan transien pada area yang
mengalami kejang fokal
 Infeksi sistemik
 Hiponatremia & hipoglikemia
 Kelainan konversi
 Hipertensi emergensi
 Koma akibat hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
 Hematoma subdural[21-25]

Anda mungkin juga menyukai