Anda di halaman 1dari 8

Pengalaman Orangtua Yang Memiliki Anak Dengan Hidrosefalus

PENGALAMAN ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK


DENGAN HIDROSEFALUS
Mawar Oktaviani1, Lina Dewi Anggraini2, Chatarina Indriati Kusumaningsih2
1
Mahasiswa S-1 Keperawatan, STIK Saint Carolus, Jakarta, 10440, Indonesia
2
Dosen Keperawatan, STIK Saint Carolus, Jakarta, 10440, Indonesia
E-mail: mawaroktaviani11@ymail.com, linadewiam@gmail.com, todearindri@gmail.com

ABSTRAK
Hidrosefalus adalah salah satu penyakit kongenital pada anak yang menyebabkan gangguan
pada fase tumbuh kembang. Anak dengan hidrosefalus tentu membuat orangtua merasa khawatir
dan memberikan perhatian lebih. Kekhawatiran ini akan memengaruhi orangtua. Pengobatan dan
perawatan yang panjang menambah beban orangtua yang memiliki anak hidrosefalus. Tujuan
penelitian: mengeksplorasi pengalaman orangtua yang memiliki anak dengan hidrosefalus di
Semarang. Metode: metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif, dilakukan mulai
tanggal 22 Januari 2016–30 Januari 2016 pada orangtua yang memiliki anak dengan hidrosefalus
di Semarang. Cara pengumpulan data dengan teknik wawancara dan alat pengumpulan data dalam
penelitian ini ialah peneliti sendiri yang akan dibantu oleh alat perekam wawancara (tape recorder),
field note, alat tulis, dan pedoman wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis Colaizzi
dan diolah dengan program Nvivo versi 10. Jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang.
Metode triagulasi yang digunakan adalah membandingkan hasil wawancara dengan sumber terkait.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan lima tema, yaitu proses berduka, proses perawatan, mekanisme
koping orangtua, upaya kesehatan, dan perubahan nilai. Diskusi: Penelitian ini menyarankan untuk
dapat meminimalkan masalah orangtua yang memiliki anak dengan hidrosefalus.
Kata Kunci: hidrosefalus, pengalaman orangtua.

ABSTRACT
Hydrocephalus is one of the congenital diseases in children which causes disorder in their phases of
growth and development. A child with hydrocephalus certainly makes parents worried and needs more
attention. Such worry will affect parents. Long treatment and care increase burden of the parents
who have a child with hydrocephalus. Objective: This study is aimed at exploring the experience
of parents who have children with hydrocephalus in Semarang. Methods: This study employed a
qualitative method with descriptive phenomenology approach. It was conducted from January 22,
2016 until January 30, 2016 on parents who had children with hydrocephalus in Semarang. Date were
collected through interview and using instruments, including tape recorder, field notes, stationery
and interview guidelines. Date were analyzed Colaizzi’s method and processed using NVivo 10.
The number of respondens in this study was 8 people. Triangulation method was used to compare
the results of interviews with relevant sources. Results: This study generated 5 themes, namely
grieving process, treatment process, parents’ coping mechanisms, health efforts, and changes in
values. Discussion: It is expected thath this study could minimize problems encountered by parents
who have children with hydrocephalus.
Keywords: hydrocephalus, parent’s experience.

137
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

LATAR BELAKANG Data statistik dari Hydrocephalus


Menurut Departemen Kesehatan Association (2013) menyebutkan sekitar
Republik Indonesia (2014), anak merupakan 1–2 per 1.000 kelahiran bayi di Amerika
anugerah bagi setiap orangtua, merupakan lahir dengan hidrosefalus. Hal itu tidak
aset bangsa dan generasi penerus yang jauh berbeda dengan kejadian hidrosefalus
akan menentukan masa depan bangsa. di Indonesia yang berkisar antara 0,2–4
Setiap orangtua memiliki harapan yang setiap 1.000 kelahiran (Maliawan, 2008).
sangat besar dapat memiliki anak yang sehat Berdasarkan data di RSU dr. Soedarso
dan sempurna sehingga dapat dibanggakan Pontianak, sepanjang tahun 2008 dan 2009
dan didambakan untuk melanjutkan terdapat kasus hidrosefalus sebanyak 100
keturunannya. Namun, nyatanya banyak anak (Edikta, 2011). Kejadian hidrosefalus
penyakit kronis yang dialami anak seperti juga banyak terjadi di perkotaan. Angka
epilepsi, diabetes, cacat mental, cacat fisik, kejadian kasus hidrosefalus di RSUP
dan hidrosefalus. Penyakit hidrosefalus Fatmawati Jakarta selama 3 bulan dari
yang diderita oleh salah satu anak akan Januari–Maret 2013 sebanyak 22 anak. Di
memengaruhi orangtua. Jika anak mulai Semarang terdapat 21 anak lahir dengan
menunjukkan tanda dan gejala hidrorosefalus, hidrosefalus selama tahun 2014–Januari
keluarga, khususnya orangtua dituntut untuk 2016.
dapat mengambil keputusan dengan cepat Saat dihadapkan pada kondisi anak
ke mana akan merawat anggota keluarga yang mengalami hidrosefalus, pada
yang sakit (Santun dan Agus, 2008). umumnya orangtua akan mengalami
Istilah hidrosefalus berasal dari kata hidro perasaan takut, khawatir, marah, sedih
yang berarti ‘air’ dan chepalon yang berarti bercampur syok (Hunt dan Marshall, 1994
‘kepala’. Menurut World Health Organization dalam Handayani, 2008). Kekhawatiran dan
(2012) dan Ball (2012), hidrosefalus adalah perasaan sedih tersebut dapat terjadi karena
sebuah kondisi saat terjadi gangguan cairan ketidakmampuan anak dalam pencapaian
serebrospinal (CSF) yang diakibatkan fase pertumbuhan dan perkembangan,
reaksi tubuh terhadap keseimbangan seperti tidak dapat melakukan kontak sosial
produksi dan reabsorbsi sehingga terjadi yang paling sederhana (Marijani, 2003). Saat
penumpukan di dalam kepala, menyebabkan orangtua mengharapkan dapat mendengar
tekanan meningkat, dan tulang tengkorak suara dan celotehan dari anaknya, dapat
berkembang menjadi lebih besar dari ukuran berkomunikasi dengan anaknya, serta
normal sehingga membutuhkan perawatan melihat anak sehat seperti anak lain, anak
dan pengobatan khusus. tidak dapat melakukannya. Hal itu dapat
Mutaqqin (2011) mengungkapkan bahwa membuat orangtua merasa tidak berharga.
anak-anak dengan hidrosefalus biasanya Perasaan ini juga muncul akibat anak
mengalami penurunan pada pencapaian tidak merespons stimulus yang diberikan
tumbuh kembang jika dibandingkan dengan (Marijani, 2003).
perkembangan anak normal seusianya. Hasil observasi peneliti menunjukkan
Hal ini terjadi karena adanya penekanan orangtua mengalami kecemasan terhadap
pada otak akibat gangguan sirkulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
cairan di kepala. Penurunan pencapaian Walaupun mengalami perasaan cemas,
tumbuh kembang ini dapat menyebabkan orangtua selalu tersenyum dan gembira
perubahan secara permanen yang tentunya mengajak anak bermain. Beberapa orangtua
memengaruhi kualitas hidup anak. bahkan memutuskan tidak bekerja untuk

138
Pengalaman Orangtua Yang Memiliki Anak Dengan Hidrosefalus

fokus merawat anak. Berdasarkan fenomena pengalaman orangtua yang memiliki anak
tersebut, pertanyaan penelitian ini adalah dengan hidrosefalus. Strategi wawancara
bagaimana pengalaman orangtua yang dalam penelitian ini ialah dengan pertanyaan
memiliki anak dengan hidrosefalus? terbuka. Alat pengumpulan data ialah peneliti
sendiri yang dibantu oleh alat perekam
METODE wawancara (tape recorder), field note, alat
Metode penelitian yang digunakan pada tulis, dan pedoman wawancara. Sebelum
penelitian ini ialah metode penelitian kualitatif melakukan wawancara kepada informan,
dengan analisis pendekatan fenomenologi peneliti melakukan uji coba wawancara
deskriptif. Jenis penelitian ini dipilih karena untuk berlatih teknik wawancara mendalam.
peneliti ingin mengeksplorasi pengalaman Pada hasil uji coba wawancara, peneliti
orangtua yang memiliki anak dengan menghindari pertanyaan tertutup dan
hidrosefalus. Peneliti menggunakan desain memakai 5W + 1 H.
penelitian fenomenologi karena merupakan Analisis data dalam penelitian ini
bentuk investigasi yang sistematis, kritis, menggunakan pendekatan metode Colaizzi
dan teliti terhadap sebuah fenomena yang dengan analisis menggunakan perangkat
bertujuan untuk mendalami sebuah struktur lunak N-Vivo. Setelah hasil wawancara
atau inti sari dari suatu fenomena dalam dianalisis menggunakan metode Colaizzi,
hidup dan menggambarkan secara akurat untuk meningkatkan kepercayaan hasil
pengalaman hidup setiap hari (Rose dkk., data, dilakukan pengabsahan data/validitas
2001 dalam Wasis, 2008). (trustworthiness) dan reliabilitas, yaitu usaha
Teknik pengambilan sampel dalam untuk meningkatkan derajat kepercayaan
penelitian ini ialah non-probability sampling, data sehingga penelitian ini benar-benar
yaitu dengan cara purposive sampling. ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan
Purposive sampling adalah dipilih dengan dari segala segi. Validitas dan reliabilitas
kriteria dan tujuan tertentu sehingga dapat menjelaskan berbagai teknik
memberikan data yang diperlukan (Susilo operasional yang mendukung ketepatan
dkk., 2015). Kriteria yang dipakai ialah data yang dihasilkan dari penelitian
orangtua yang memiliki anak dengan kualitatif, yaitu kredibilitas, dependabilitas,
hidrosefalus. Jumlah sampel dalam konfirmabilitas, transferabilitas (Afiyanti,
penelitian ini sebanyak 8 informan. 2008). Uji keabsahan data dapat dilakukan
Proses pengumpulan data berlangsung dengan member check, dengan cara
di Semarang mulai 22 Januari 2016–30 informan yang telah diwawancara diminta
Januari 2016. Penelitian dilakukan di untuk membaca transkrip yang telah dibuat
Semarang karena terdapat yayasan yang oleh peneliti. Selanjutnya, validasi data
membantu pengobatan dan perawatan dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi
anak-anak dengan hidrosefalus yang adalah teknik pemeriksaan data melalui
membutuhkan bantuan kesehatan dan sumber. Proses triangulasi dalam penelitian
dukungan. Berdasarkan data yang didapat, ini ialah dengan membandingkan hasil
ada 75 anak hidrosefalus yang mendapat wawancara dengan hasil penelitian yang
penanganan sejak tahun 2014–Januari dilakukan mengenai orangtua yang memiliki
2016. Cara pengumpulan data dalam anak dengan hidrosefalus serta ditambah
penelitian ini ialah dengan wawancara dan dengan sumber teori terkait tema-tema hasil
catatan lapangan (field note). Wawancara wawancara.
mendalam digunakan untuk menggali

139
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

Selama pengumpulan data, peneliti tergambar dalam skema berikut.


menerapkan etika penelitian untuk
melindungi hak dan kewajiban informan
sebagai sumber informasi yang dibutuhkan
untuk penelitian. Prinsip etika dalam metode
penelitian kualitatif pada ilmu keperawatan
meliputi manfaat (beneficence), menghormati
martabat (respect for human dignity), keadilan
(justice), bentuk persetujuan (informed
consent), kerahasiaan (confidentiality), dan
malefisiensi(Polit dan Beck, 2012).
Pada penelitian ini, semua etika
penelitian sudah diterapkan. Sebelum Gambar 1. Tema yang berkaitan dengan
melakukan wawancara, informan dijelaskan orang tua yang memiliki anak dengan
mengenai maksud, tujuan, manfaat, serta hidrosefalus
kerahasiaan penelitian. Jika informan setuju,
dilakukan wawancara. Informan diberikan Proses Berduka
surat persetujuan bersedia menjadi Saat pertama kali orangtua mendengar
informan. Tidak ada informan yang menolak anak didiagnosis hidrosefalus, semua
untuk dilakukan wawancara. Selama proses orangtua mengalami proses berduka.
wawancara, semua orangtua menangis saat “… waktu anak saya divonis ya kecewa
mengungkapkan pengalaman memiliki anak banget, kenapa Tuhan kasih anak saya
dengan hidrosefalus. Setelah menghentikan menderita seperti ini? Dosa saya apa? ....”
sejenak proses wawancara, semua orangtua (I1)
siap melanjutkan kembali wawancara. “… waktu itu dalam hati saya terus terang
sempat marah, sempat mengeluh sama
HASIL DAN DISKUSI Tuhan, kenapa Tuhan...kenapa Tuhan?” (I2)
Gambaran karakteristik informan pada Pada tema proses berduka ini terdapat
penelitian ini ialah orangtua yang memiliki lima subtema, yaitu mengingkari, marah,
anak dengan hidrosefalus, jumlah informan depresi, tawar-menawar dan penerimaan.
sebanyak 8 orang dengan rentang usia 18– Proses berduka merupakan suatu
45 tahun dan usia anak mulai dari 18 hari–4 proses psikologis dan emosional yang
tahun. Anak dalam penelitian ini didiagnosis dapat diekspresikan secara internal maupun
hidrosefalus saat di dalam kandungan dan eksternal setelah kehilangan (Puri, Laking,
setelah kelahiran; di dalam kandungan, dan Treasaden, 2011). Proses berduka
anak didiagnosis hidrosefalus saat usia memiliki lima tahapan untuk memahami
kandungan 8–9 bulan dan saat kelahiran bagaimana berduka memengaruhi kehidupan
anak didiagnosis hidrosefalus saat usia 3 seseorang yang dalam hasil pengamatan
minggu–3 bulan setelah kelahiran. Anak Kubler Ross (1969 dalam Chapman, 2013)
hidrosefalus dalam keluarga adalah anak antara denial (mengingkari), anger (marah),
bungsu dan anak tunggal. bargaining (tawar menawar), depression
Berdasarkan tujuan penelitian, (depresi) dan acceptance (penerimaan).
diperoleh lima tema yang berkaitan dengan Pada penelitian ini, saat pertama
pengalaman orangtua yang memiliki anak kali mendengar anaknya didiagnosis
dengan hidrosefalus. Tema yang dihasilkan hidrosefalus, semua orangtua mengalami

140
Pengalaman Orangtua Yang Memiliki Anak Dengan Hidrosefalus

proses berduka sesuai dengan pernyataan kebutuhan khusus membutuhkan kerja


Kubler Ross. Pada penelitian ditemukan ekstra, dibutuhkan waktu ekstra dan itu
tahapan yang sama, yaitu mengingkari, menyebabkan perhatian ekstra pada anak.
marah, tawar-menawar, depresi, dan Orangtua dengan anak berkebutuhan
penerimaan. Serupa dengan hasil penelitian khusus membutuhkan waktu yang panjang
yang dilakukan Koesoemo (2010), ditemukan untuk merawat anak.” Begitu juga dalam
bahwa ketika keluarga mengetahui bahwa penelitian ini, orangtua mengungkapkan
salah satu anggota keluarganya mengalami berusaha dalam upaya merawat anak
sakit dengan kebutuhan khusus, keluarga dengan hidrosefalus, orangtua merawat
mengalami proses berduka yang mendalam, anak dengan penuh perhatian ekstra, serta
menetap, dan berkepanjangan melalui merawat dengan penuh kasih sayang.
tahapan penyangkalan, kemarahan, depresi,
tawar-menawar, dan penerimaan. Koping Orangtua yang Positif
Tema koping orangtua yang positif
Proses Perawatan ditemukan pada penelitian ini.
Tema proses perawatan terdapat 8 “Diterima ajalah dengan ikhlas. Ya
subtema yaitu mencari informasi, biaya memang tadinya saya emang nggak ikhlas
minim, tindakan medis, tindakan non-medis, ya Mbak bener-bener tidak ikhlas, terus lama
memenuhi kebutuhan anak, upaya merawat, kelamaan dengan suami saya bilang udah
perubahan aktivitas dan keluhan fisik. diikhlasin aja.” (I6)
“Kan butuh biaya untuk operasi gitu Kondisi anak yang sakit tentu saja
Mbak. Kalau operasi sendiri ya gak mampu memberikan dampak perubahan pada
biayanya mahal, biayanya gak murah.” (I4) keluarga. Merawat anak yang sakit kronis
“…. sebisa mungkin saya rawat sebaik- seperti hidrosefalus tentu saja menimbulkan
baiknya, saya rawat sebisa mungkin gimana kecemasan dan stres terhadap orangtua.
biar tambah sehat, tambah sehat tak rawat Mekanisme koping sangat diperlukan
dengan kasih sayang” (I7) untuk dapat mengatasi dampak perubahan
Proses perawatan keluarga merupakan tersebut. Mekanisme koping orangtua
tugas keluarga dalam melindungi keamanan merupakan respons terhadap upaya
dan kesehatan seluruh anggota keluarga menerima kondisi anak yang sakit. Pada
serta menjamin pemenuhan kebutuhan tema mekanisme koping orangtua, terdapat
perkembangan dengan cara memelihara lima subtema, yaitu belajar ikhlas, bersabar,
dan merawat anggota keluarga yang sakit bersyukur, abaikan diri, dan pengharapan.
(Achar, 2010). Tugas keluarga di bidang Penggunaan mekanisme koping pada
kesehatan menurut Suprajitno (2004) yaitu orangtua yang memiliki anak dengan
mengenal gangguan kesehatan setiap hidrosefalus sangat penting dan berguna
anggota keluarga. untuk beradaptasi dengan kondisi anak
Pada perawatan anak hidrosefalus, yang mengalami gangguan perkembangan
tugas orangtua selanjutnya ialah (Krstic, T. dan Oros, 2012). Pada penelitian
memberikan perawatan kepada anak. Akan ini, saat merawat anak hidrosefalus,
tetapi, merawat anak dengan hidrosefalus ditemukan penggunaan respons positif, yaitu
tidaklah mudah, seperti ungkapan Corridan belajar ikhlas, bersabar, bersyukur dengan
(2014) mengatakan, “Saya dan istri tidak menerima apa yang telah Tuhan berikan,
bisa mengubah kondisi anak saya yang tidak peduli rasa sakit yang orangtua rasakan
sakit kronis. Membesarkan anak dengan dengan mengabaikan diri dan pengharapan

141
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

kesembuhan anak serta mendapat dukungan diungkapkan informan dalam penelitian ini
dari orang lain. bahwa selama proses perawatan, informan
mengalami kendala biaya yang minim.
Upaya Kesehatan Akibat biaya minim ini, upaya kesehatan
Pada tema upaya kesehatan ini terdapat yang dilakukan orangtua adalah mencari
dua subtema, yaitu pelayanan kesehatan Lembaga Swadaya Masyarakat.
dan mandiri. Pada subtema pelayanan
kesehatan terdapat sub-subtema, yaitu Perubahan Nilai
klinik, puksesmas, rumah sakit, dan lembaga Mengenai makna yang dirasakan
swadaya masyarakat (LSM). Sementara itu, orangtua yang memiliki anak dengan
pada subtema mandiri terdapat sub-subtema hidrosefalus, ditemukan tema perubahan
merawat di rumah. nilai. Pada tema ini ditemukan dua subtema,
“… terus saya dirujuk ke rumah sakit, N yaitu spiritualitas dan perubahan sikap.
didiagnosis hidrosefalus di rumah sakit.” (I4) Subtema spiritulitas terdapat sub-subtema
Salah satu fungsi keluarga menurut mendekatkan diri pada Tuhan dan berdoa,
Friedman (1998 dalam Andarmoyo, 2012) subtema perubahan sikap terdapat sub-
ialah memenuhi kebutuhan perawatan. subtema menjadi lebih baik, lebih bijak, dan
Ketika anak sakit, orangtua akan mencari keyakinan.
pelayanan kesehatan, membawa ke rumah Nilai adalah suatu sistem ide, sikap, dan
sakit, pusat kesehatan, apoteker, dokter, kepercayaan tentang suatu keseluruhan
bahkan ke pengobatan alternatif. Ketika atau konsep yang secara sadar maupun
keluarga memutuskan bahwa anggota tidak sadar terdapat dalam seluruh anggota
keluarganya sakit, keluarga akan mengambil keluarga. Nilai-nilai ini berfungsi sebagai
keputusan mengenai perawatan dan tindakan pedoman dalam keluarga, yaitu membimbing
kesehatan yang tepat. Upaya kesehatan perkembangan kehidupan keluarga (Parad
yang dipilih orangtua terhadap anak dan Caplan, 1965 dalam Andarmoyo, 2012).
hidrosefalus bertujuan untuk meningkatkan Sesuai dengan pengertian nilai Parad
kesehatan anak. Kondisi anak hidrosefalus dan Caplan, dalam penelitian ini ditemukan
sangat membutuhkan perawatan yang perubahan nilai yang menghasilkan sikap
optimal (Suprajitno, 2004). menjadi lebih baik dan meningkatnya
Berdasarkan asumsi peneliti, upaya spiritualitas orangtua dengan adanya anak
kesehatan yang dilakukan orangtua hidrosefalus. Orangtua mengungkapkan
menandakan bahwa anak memerlukan bahwa hidup mengalami perubahan dengan
perawatan yang optimal. Tidak hanya adanya anak hidrosefalus, yakni orangtua
menggunakan fasilitas kesehatan, orangtua merasa menjadi lebih baik dalam menjalani
juga mencari fasilitas kesehatan masyarakat hidupnya. Hal ini sejalan dengan penelitian
untuk memberikan perawatan pada anak Asyanti (2013) yang mengatakan dampak
hidrosefalus. Perawatan optimal dapat sakit kronis anak menjadikan orangtua dapat
dilakukan di institusi pelayanan kesehatan menguasai emosi dengan baik, orangtua
atau di rumah apabila keluarga telah memiliki bersikap baik dalam menghadapi setiap
kemampuan melakukan tindakan perawatan. perubahan pada kondisi penyakit anak.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga Menurut peneliti, perubahan nilai terjadi
menjadi upaya kesehatan orangtua. Orangtua karena orangtua sudah dapat menerima
mencari pihak-pihak yang dianggap mampu kondisi anak dengan hidrosefalus, orangtua
membantu perawatan anak, seperti yang menganggap bahwa anak hidrosefalus

142
Pengalaman Orangtua Yang Memiliki Anak Dengan Hidrosefalus

adalah rejeki yang diberikan Tuhan sehingga Ilmu.


harus dirawat dengan baik. Dengan hadirnya Asyanti, S. (2013). “Dinamika Permasalahan
anak hidrosefalus, orangtua merasa menjadi Pada Orang Tua yang Meiliki Anak
semakin baik dalam kehidupannya. Dengan Penyakit Kronis dan Tantangan
“Saya lebih rajin sholat 5 waktu untuk Dalam Mengantarkan Anak Menjadi
kelancaran dan kesembuhan S.” (I5) Pribadi Yang Lebih Sehat dan
“… hidup saya kayak dirubah gitu Berkarakter Tanguh”. Prosiding Seminar
lho walaupun anak saya kayak gini, tapi Nasional 2013, 214–224.
saya ngerasa jadi lebih baik lah dari yang Ball, J., Bindler, R. C., and Cowen, K. J.
kemaren-kemaren” (I2) (2012). Principles of Pediatric Nursing.
Adanya perubahan nilai yang dialami USA: Pearson Education.
orangtua menggambarkan bagaimana Chapman, A. (2013). Elisabeth Kubler-Ross-
penerimaan orangtua terhadap masalah Five Stages of Grief. Retrieved from
serta pengambilan sikap yang tepat terhadap http://www.businessballs.com.
masalah anak hidrosefalus (Handayani, Community, T.H. (2013). Who Develops
208). Hydrocephalus? Retrieved from
Hydrocephalus Association Website:
SIMPULAN http://www.hydroassoc.org.
Berdasarkan hasil penelitian, Corridan, K. (2014). What Is Really Means
penelitian ini memberikan gambaran dan To Have A Child With Special Needs.
pemahaman tentang pengalaman orangtua Retrieved from Parents: http://www.
yang memiliki anak dengan hidrosefalus. parents.com. Diakses 12 September
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh lima 2015.
tema yang mengungkapkan pengalaman Depkes, D.K. (2014). Kondisi Pencapaian
orangtua, antara lain proses berduka, Program Kesehatan Anak Indonesia.
proses perawatan, koping orangtua, upaya Jakarta: Pusat Data dan Informasi
kesehatan, dan perubahan nilai. Disarankan Kementerian Kesehatan RI.
kepada peneliti selanjutnya, perlu dilakukan Edikta. (2011). Hidrosefalus di RSU Dr.
penelitian yang lebih mendalam lagi tentang Soedarso Pontianak dalam Masa 1
pengalaman orangtua yang memiliki anak Januari 2008–31 Desember 2009.
dengan hidrosefalus, dengan berfokus pada Pontianak: Universitas Tanjungpura.
perawatan anak yang belum melakukan Handayani, M. D. (2008). Dampak Psikologis
operasi dan yang sudah operasi. Penelitian Ibu yang Memiliki Anak Hydrocephalus.
selanjutnya diharapkan tidak hanya Semarang: Universitas Katolik
menggunakan metode wawancara, tetapi Soegijapranata.
bisa digabungkan dengan teknik lain. Koesoemo, R.F. (2010). “Proses Berduka
dan Beban yang Dialami Keluarga dalam
DAFTAR PUSTAKA Merawat Anak Dengan Autisme”. Ners
Achjar, K.A. (2010). Asuhan Keperawatan Journal, 182–191.
Keluarga. Jakarta: Sagung Seto. Krstic, T. and M.O. (2012). Coping with Stress
Afiyanti, Y. (2008). Validitas Dan Reliabilitas and Adaptation in Mother of Children
Dalam Penelitian Kualitatif. Depok: UIjki. With Cerebral Palsy. NCBI.
Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Maliawan, S.D. (2008). “Perbandingan Tekhnik
Keluarga; Konsep Teori, Proses dan Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV)
Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha dengan Ventriculoperitoneal Shunting

143
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

(VPS) pada Hidrosefalus Obstruksi”. Polit, D.F. and Beck, C.T. (2012). Essentials
Marijani, L. (2003). Bunga Rampai Seputar of Nursing Research. Philadelphia:
Autisme dan Permasalahannya. Jakarta: Lippincott Williams & Wilkins.
Putrakembara Foundation. Puri, B. K., Laking, P. J., and Treasaden, I.
Mutaqqin, A. (2011). Pengantar Asuhan H. (2011). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
Keperawatan dengan Gangguan Sistem EGC.
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. Santun, S. dan Agus, D.C. (2008). Penuntun
Organization, W.H. (2012). Community- Praktis Asuhan Keperawatan. Jakarta:
based Support for Children with Trans Info Media.
Spina Bifida and Hydrocephalus in Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan
Uganda. Retrieved from World Health Keluarga; Aplikasi dalam Praktik.
Organization Website: http://www.who. Jakarta: EGC.
int Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk
Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

144

Anda mungkin juga menyukai