Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis

Memasuki abad ke-21 yang dikenal dengan abad pengetahuan atau abad

millenium diperlukan sumber daya manusia Indonesia dengan kualitas tinggi yang

memiliki berbagai kemampuan antara lain, kemampuan berpikir kritis. Berpikir

kritis merupakan satu diantara beberapa istilah penting yang harus ada pada

pendidikan. Menurut (Susilo, 2012: 59) salah satu kecakapan hidup (life skill)

yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan

berpikir. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara

lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya

memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Proses pembelajaran

disekolah berperan dalam membantu siswa untuk berkembang menjadi pemikir

yang kritis dan kreatif.

Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau

Higher Order thinking Skills/HOTS selain berpikir kreatif (creative thinking),

pemecahan masalah (problem solving), dan berpikir reflektif (reflective thinking)

(Hidayah, Salimi, & Susiani, 2017).

Menurut (Gotoh, 2016) “Critical Thinking as the set of skills and

dispositions which enable one to solve problems logically and to attempt to reflect

autonomously by means of metacognitive regulation on one’s own problem-

solving” artinya seperangkat keterampilan dan kecendrungan yang

memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah secara logis dan berusaha


untuk merefleksikan secara mandiri dengan cara regulasi metakognitif pada

pemecahan masalah sendiri.

Menurut Paul, Fisher dan Nosich berpikir kritis adalah mode berpikir

mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, si pemikir akan meningkatkan

kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang

melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya

(Fisher, 2017).

Glaser dalam (Hidayah, Salimi, & Susiani, 2017), mendefinisikan critical

thinking skill sebagai suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-

masalah dan hal- hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang,

pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, dan

keterampilan untuk menerapkan metode- metode tersebut.

Menurut Screven dan paul serta Angelo dalam (Afrizon, Ratnawulan, &

Fauzi, 2012) memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari

konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan

berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi,

pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun

menuju kepercayaan aksi

Tabel 2.1 Indikator-indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Aspek Indikator

1. Memberikan penjelasan a. Memfokuskan pertanyaan


sederhana (Elementary b. Menganalisis pertanyaan
clarification) c. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang
suatu penjelasan atau tantangan.
2. Membangun keterampilan dasar a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat
(Basic support) dipercaya atau tidak
b. Mengamati atau mempertimbangkan suatu
laporan hasil penelitian
3. Menyimpulkan (Interference) a. Mendeduksi dan mempertimbangkan
hasil deduksi
b. Menginduksi dan mempertimbangkan
hasil induksi
c. Membuat dan menentukan nilai
pertimbangan
4. Memberikan penjelasan lanjut a. Mendefinisikan istilah dan
(Advance clarification) mempertimbangan definisi
b. Mengidentifikasi asumsi
5. Mengatur strategi dan teknik a. Menentukan tindakan
(Strategi and tactics) b. Berinteraksi dengan orang lain
( Sumber : Arthur & Costa, 1991: 80)

Menurut Ennis dalam (Arthur & Costa, 1991: 80) menyatakan bahwa

indikator memfokuskan pertanyaan terdapat mengidentifikasi atau merumuskan

pertanyaan, mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk menilai

kemungkinan jawaban dan menjaga kondisi berpikir. Pada indikator mengamati

atau mempertimbangkan suatu laporan hasil penelitian yaitu melibatkan sedikit

dugaan, menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan,

melaporkan hasil observasi, merekam hasil observasi, menggunakan bukti-bukti

yang benar, menggunakan akses yang baik, mempertanggungjawabkan hasil

observasi. Pada indikator membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi

yaitu mengemukakan kesimpulan dan hipotesis, merancang eksperimen, menarik

kesimpulan sesuai fakta, menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki. Pada

indikator mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi yaitu membuat

bentuk definisi, strategi membuat definisi, bertindak dengan memberi penjelasan

lanjut, membuat isi definisi. Pada indikator memutuskan suatu tindakan yaitu

mengungkapkan masalah, memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang

mungkin, merumuskan solusi alternatif, menentukan tindakan sementara,

mengulang kembali, mengamati penerapannya.


Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah

sebuah proses yang terarah dan jelas untuk memperoleh pengetahuan yang

meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan

pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi sehingga mampu membuat

keputusan, pertimbangan, tindakan dan keyakinan.

2.1.2 Kemampuan Berpikir Kreatif

2.1.3 Kemampuan Kolaboratif

2.1.4 Kemampuan Komunikatif

Menurut (Zubaidah, 2016) Kemampuan Komunikasi mencakup keterampilan

dalam menyampaikan pemikiran dengan jelas dan persuasif secara oral

maupun tertulis, kemampuan menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas,

menyampaikan perintah dengan jelas, dan dapat memotivasi orang lain melalui

kemampuan berbicara. kemampuan komunikasi yang baik merupakan

keterampilan yang sangat berharga di dunia kerja maupun sehari-hari.

Menurut The Organisation for Economic Co-operation and Development

(OECD) dalam (Noviyanti, 2011), keterampilan berkomunikasi termasuk

mengekspresikan diri dalam berbagai cara, secara lisan maupun dalam bentuk

tertulis, serta memahami secara lisan maupun tertulis isi dari penyataan orang

lain. Keterampilan berkomunikasi menjadi sangat penting karena setiap orang

mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, membantu dalam proses

penyusunan pikiran, juga merupakan dasar untuk memecahkan masalah.

Komunikasi adalah penting untuk ilmu pengetahuan. Jika dihubungkan

dengan keterampilan, komunikasi akan menjadi keterampilan yang penting atau


keterampilan dasar. Para ilmuwan harus menguasai keterampilan ini dalam

mengkomunikasikan temuan dan ide-ide dengan peserta didik (Noviyanti, 2011).

Pada keterampilan ini peserta didik dituntut mampu: (1) memahami,

mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif, (2) menyampaikan

pikiran dan ide-ide secara efektif dalam berbagai bentuk dan isi yang baik

secara lisan, tertulis, dan multimedia, (3) mendengarkan secara efektif untuk

memahami makna, termasuk pengetahuan, nilai, sikap, dan minat. (4)

menggunakan komunikasi untuk berbagai tujuan (misal untuk memberi

informasi, instruksi, motivasi, dan persuasi), (5) memanfaatkan media

komunikasi dan teknologi, dan tahu bagaimana menilai efektifitas dan

dampaknya, (6) berkomunikasi secara efektif dalam berbagai lingkungan

(termasuk multibahasa dan multikultural) (Mahanal, 2014).

Indikator keterampilan berkomunikasi yaitu ada dua keterampilan

berkomunikasi secara lisan, dan keterampilan berkomunikasi secara tulisan

(Oktaviani & Hidayat, Profil Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA

Menggunakan Metode Fenetik Dalam Pembelajaran Klasifikasi Arthropoda,

2010). Keterampilan komunikasi lisan diartikan sebagai keterampilan untuk

menyampaikan temuan yang didapat dalam praktikum, kemudian

mendiskusikan baik dalam anggota kelompok maupun kelompok lain.

Keterampilan komunikasi tulisan merupakan keterampilan siswa dalam

membuat beberapa bagian dari laporan praktikum yakni menyajikan data hasil

percobaan dalam bentuk tabel, membuat pembahasan, kesimpulan dan saran

yang benar (Putri, Eny Enawaty, & Lestari, Deskripsi Keterampilan


Komunikasi Siswa SMA Negeri 9 Pontianak Melalui Metode Praktikum Pada

Materi KSP, 2016).

2.1.5 Student Center Learning


DAFTAR PUSTAKA

Afrizon, R., Ratnawulan, & Fauzi, A. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter Dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang Mata
Pelajaran IPA Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. Jurnal
Penelitian Pembelajaran Fisika.

Fisher, A. (2017). Berpikir Kritis . Jakarta : Erlangga .

Gotoh, Y. (2016). Development Of Critical Thinking Whit Metacognitive Regulation.


International Conference On Cognition and Exploratory Learning in Digital Age
(CELDA).

Hidayah, R., Salimi, M., & Susiani, T. S. (2017). Critical Thinking Skill : Konsep Dan
Indikator Penilaian . Jurnal Taman Cendekia , 128.

Mahanal, S. (2014). Peran Guru Dalam Melahirkan Generasi Emas Dengan Keterampilan
Abad 21. Seminar Nasional Pendidikan HMPS Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Halu Oleo, (hal. 2). Malang .

Noviyanti, M. (2011). Pengaruh Motivasi dan Keterampilan Berkomunikasi Terhadap


Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Tutorial Online Berbasis Pendekatan
Kontesktual Pada Mata Kuliah Statistika Pendidikan. Jurnal Pendidikan.

Oktaviani, F., & Hidayat, T. (2010). Profil Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA
Menggunakan Metode Fenetik Dalam Pembelajaran Klasifikasi Arthropoda.
Jurnal Pengajaran MIPA.

Putri, A., Eny Enawaty, & Lestari, I. (2016). Deskripsi Keterampilan Komunikasi Siswa
SMA Negeri 9 Pontianak Melalui Metode Praktikum Pada Materi KSP. Jurnal
pendidikan Dan Pembelajaran Untan .

Zubaidah, S. (2016). Keterampilan Abad 21 : Keterampilan Yang Diajarkan Melalui


Pembelajaran. Seminar Nasional Pendidikan Dengan Tema "Isu-Isu Strategis
Pembelajaran MIPA Abad 21, (hal. 4). Kalimantan Barat.

Anda mungkin juga menyukai