Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH KEADILAN PAJAK, TARIF PAJAK, DISKRIMINASI

PERPAJAKAN DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP


PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PENGGELAPAN
PAJAK (TAX EVASION)
(Studi Empiris pada KPP Pratama Senapelan Pekanbaru 2015-2016)

Oleh :
Afri Anton
Pembimbing : Restu Agusti dan Lila Anggraini

Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia


Email : anton.afri@yahoo.co.id

The Effect Of Tax Fairness, Tax Rates, Tax Discrimination And Information
Technology To Taxpayer’s Perception Of Tax Evasion
(Empirical Study On KPP Pratama Senapelan Pekanbaru 2015-2016)

ABSTRACT

This study aims to examine and analyze the effect of tax fairness, tax rates,
tax discrimination and information technology to taxpayer’s perception of tax
evasion (tax evasion). The sample in this study is an individual taxpayer
conducting business with a turnover under 4.8 billion per year and listed on KPP
Pratama Senapelan Pekanbaru. The sampling technique used purposive sampling
method and the determination of the number of samples in this study are
calculated through a formula slovin obtained by 100 respondents. Data of this
study uses primary data directly through questionnaire and analyzed using SPSS
for Windows version 20. The data were analyzed to test the hypothesis using
multiple linear regression analysis approach. Results of research conducted
showed tax fairness has effect on the perception of tax evasion , the tax rate has
no effect, tax discrimination has no effect, and information technology has no
effect on the perception of tax evasion (tax evasion) in sig. t <0.05.

Keywords: Tax Fairness, Tax Rates, Tax Discrimination, Information


Technology, Perception Tax Evasion.

PENDAHULUAN untuk dapat bersaing dengan


berbagai negara lainnya terutama di
Indonesia sebagai suatu era globalisasi.
negara membutuhkan dana untuk Untuk meningkatkan
membiayai segala kegiatan yang kemandirian ekonomi suatu negara
dilakukannya, baik pengeluaran rutin maka dibutuhkan sumber-sumber
maupun pengeluaran pembangunan pendapatan bagi negara tersebut.
dalam menjalankan roda Salah satu pemasukan terbesar dalam
pemerintahan. Dalam hal ini, meningkatkan kemandirian ekonomi
Indonesia harus mempunyai sikap di Indonesia adalah dari sektor pajak.
kemandirian ekonomi yang tinggi Tidak dapat dipungkiri pajak
JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3067
merupakan salah satu komponen penghindaran pajak (Tax Avoidance)
penting dalam pembangunan di dan Penggelapan Pajak (Tax
Indonesia. Menurut Undang-Undang Evasion). Menurut Mardiasmo
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang (2009) dalam Ardyaksa (2014),
Ketentuan Umum dan Tata Cara penghindaran pajak (Tax Avoidance)
Perpajakan sebagaimana telah menurut Siahaan (2010) dalam
beberapa kali diubah terakhir dengan Suminarsasi dan Supriyadi (2012)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun adalah suatu usaha meringankan
2009 Pasal 1, ayat 1 menyatakan beban pajak dengan tidak melanggar
bahwa pajak adalah kontribusi wajib undang-undang yang ada. Sedangkan
kepada Negara yang terutang oleh Penggelapan pajak (tax evasion)
orang pribadi atau badan yang merupakan usaha yang digunakan
bersifat memaksa berdasarkan oleh wajib pajak untuk mengelak
Undang-Undang, dengan tidak dari kewajiban yang sesungguhnya,
mendapatkan imbalan secara dan merupakan perbuatan yang
langsung dan digunakan untuk melanggar undang-undang pajak.
keperluan negara bagi sebesar- Misalnya wajib pajak tidak
besarnya kemakmuran rakyat. Untuk melaporkan pendapatan yang
itu, sebagai warga Negara Indonesia sebenarnya.
tentunya dapat membayar pajak Seperti yang sekarang ini kita
sesuai dengan peraturan perundang- ketahui, di Indonesia sedang
undangan yang berlaku. Menurut maraknya kasus wajib pajak yang
Soemitro (1992) dalam Suminarsasi melakukan tindakan penggelapan
(2012) menyatakan pajak adalah pajak. Contohnya:
iuran wajib bagi seluruh rakyat yang Direktorat Jenderal Pajak, (3
harus dibayarkan kepada kas negara Januari 2014) dalam hal ini penyidik
menurut ketentuan undang-undang di Kanwil DJP Riau dan Kepulauan
yang berlaku sehingga dapat Riau, menjemput paksa “AP”
dipaksakan dan tanpa adanya imbal tersangka kasus pengelapan pajak
jasa (kontraprestasi) secara pada Hari Rabu, 18 Desember 2013
langsung, yang digunakan untuk di Pekanbaru Riau. Selanjutnya,
membiayai pengeluaran umum terhadap tersangka “AP” dilakukan
negara. Berdasarkan pengertian penangkapan dan penahanan dengan
diatas, dapat diambil kesimpulan bantuan Koordinator Pengawas
bahwa pajak adalah suatu kewajiban (Korwas) Penyidik Pegawai Negeri
dalam bentuk pembayaran kepada Sipil (PPNS) Polri.
kas negara yang wajib ditaati oleh Tindak pidana perpajakan
orang pribadi dan badan sesuai yang dilakukan oleh “AP”, Wajib
dengan undang-undang yang Pajak yang bergerak dalam bidang
berlaku. perdagangan alat-alat elektronik,
Namun terdapat suatu adalah sangkaan menyampaikan
fenomena bahwa wajib pajak dan Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi
badan melakukan perencanaan pajak isinya tidak benar, yaitu dengan cara
untuk mengurangi jumlah beban melaporkan omzet yang tidak sesuai
pajaknya. Sehingga diharapkan dengan keadaan yang sebenarnya
mereka mendapatkan keuntungan untuk Tahun Pajak 2005 s.d. 2008.
yang lebih besar. Perencanaan pajak Atas perbuatannya tersebut,
terbagi menjadi dua yaitu
JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3068
diperkirakan negara mengalami dalam Ardyaksa (2014) menyatakan
kerugian sebesar Rp 5 miliar. tarif pajak adalah persentase
ada beberapa faktor perhitungan yang harus dibayar oleh
berkemungkinan wajip pajak atau wajib pajak. Menurut Penelitian
pun pihak pemerintah melakukan Permatasari (2013) jika tarif pajak
penggelapan pajak dapat dipengaruhi tinggi maka penggelapan pajak juga
oleh diantaranya menurut Handayani akan tinggi. Jika dihubungkan
dan Nur (2015) faktor yang dengan teori Motivasi (Hilgard dan
mempengaruhi persepsi wajib pajak Atkinson, 1979) maka wajib pajak
mengenai penggelapan pajak adalah akan membuat motivasi penilaiannya
keadilan dan deskriminasi. Menurut sendiri terhadap tarif pajak yg
Kurniawati dan Toly (2014) faktor berlaku. Jika mereka merasa tarif
yang mempengaruhi persepsi wajib pajak yang berlaku terlalu tinggi
pajak mengenai penggelapan pajak maka akan berbanding lurus dengan
adalah keadilan pajak dan tarif pajak. tingkat penggelapan pajak. Ardyaksa
Sedangkan menurut Ardyaksa dan (2014) dalam penelitiannya
Kiswanto (2014) faktor yang menyatakan tarif perpajakan tidak
mempengaruhi penggelapan pajak berpengaruh terhadap penggelapan
adalah keadilan, tarif pajak, pajak di KPP Pratama Pati. Dan
teknologi dan informasi perpajakan. Kurniawati dan Arianto (2014)
Maka dari itu peneliti mengambil menyatakan tarif pajak berpengaruh
beberapa independen yang terhadap perpsepsi wajib pajak
mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak di
mengenai penggelapan pajak Surabaya Barat.
diantaranya: keadilan perpajakan, Berdasarkan pengertian
tarif pajak, diskriminasi perpajakan diskriminasi menurut Undang-
dan teknologi informasi. Keadilan Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
dalam pajak adalah pajak dikenakan Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat (3)
kepada orang pribadi harus adalah setiap pembatasan, pelecehan,
sebanding dengan kemampuan atau pengucilan yang langsung
dalam membayar pajak dan sesuai ataupun tidak langsung didasarkan
dengan manfaat yang diterima. perbedaan manusia atas dasar
Mardiasmo (2011) mengutarakan agama, suku, ras, etnik, kelompok,
bahwa sesuai dengan tujuan hukum golongan, status sosial, status
yakni mencapai keadilan, undang- ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan
undang dan pelaksanaan keyakinan politik, yang berakibat
pemungutan harus adil. Adil dalam pengangguran, penyimpangan atau
perundang-undangan diantaranya penggunaan hak asasi manusia dan
mengenakan pajak secara umum dan kebebasan dasar dalam kehidupan,
merata, serta disesuaikan dengan baik individual maupun kolektif
kemampuan masing-masing, dalam bidang politik, ekonomi,
sedangkan adil dalam hukum, sosial, budaya, dan aspek
pelaksanaannya yakni memberikan kehidupan yang lain. Apabila
hak kepada wajib pajak untuk dikaitkan dengan bidang
mengajukan keberatan, penundaan perpajakkan, diskriminasi yang
dalam pembayaran pajak, dan dimaksud pengurangan,
mengajukan banding kepada Majelis penyimpangan atau penghapusan
Pertimbangan Pajak. Ayu (2009) hak-hak wajib pajak, sehingga dapat
JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3069
menimbulkan kesenjangan sosial di keadilan terhadap persepsi wajib
dalam diri wajib pajak dan akan pajak mengenai penggelapan pajak
berpengaruh pada diri wajib pajak (tax evasion). 2) Mendapatkan bukti
dalam membayar pajaknya. Seperti empiris mengenai pengaruh tarif
Peraturan Pemerintah Nomor 46 pajak terhadap persepsi wajib pajak
Tahun 2013 dimana pajak final mengenai penggelapan pajak (tax
dikenakan sebesar 1% terhadap evasion). 3) Mendapatkan bukti
penghasilan bruto, karena persepsi empiris mengenai pengaruh
wajib pajak menganggap akan diskriminasi terhadap persepsi wajib
merugikan pengusaha kecil pajak mengenai penggelapan pajak
menengah yang belum mapan dalam (tax evasion). 4) Mendapatkan bukti
usahanya (Sanusi, 2014). Semakin empiris mengenai pengaruh
banyak peraturan perpajakan yang teknologi informasi terhadap
dianggap sebagai bentuk persepsi wajib pajak mengenai
diskriminasi yang merugikan, penggelapan pajak (tax evasion).
maka masyarakat akan cenderung
untuk tidak patuh terhadap aturan TINJAUAN PUSTAKA
Ketidakpatuhan ini dapat berakibat
pada masyarakat yang enggan Pengertian Pajak
membayar pajak (Ariyanti, 2013) Definisi pajak menurut
dalam Ningsih dan Porpusary Undang-undang No.28 tahun 2007,
(2014). Suminarsasi dan Supriyadi pasal 1 angka (1) pajak adalah
(2012), diskriminasi berpengaruh kontribusi wajib kepada Negara yang
negatif terhadap persepsi wajib pajak terutang oleh orang pribadi atau
mengenai etika penggelapan pajak di badan yang bersifat memaksa
Suraya Barat. Pusposari dan Ningsih berdasarkan Undang-undang, dengan
(2015) menyatakan diskriminasi tidak mendapatkan imbalan secara
berpengaruh positif terhadap langsung dan digunakan untuk
persepsi mengenai etika atas keperluan Negara bagi sebesar-
penggelapan pajak (tax evasion). besarnya kemakmuran rakyat
Rumusan masalah dalam (Frimandita, 2016 :2).
penelitian ini adalah : 1) Apakah
keadilan mempengaruhi persepsi Wajib Pajak
wajib pajak mengenai penggelapan Menurut Undang-Undang
pajak (tax evasion)? 2) Apakah tarif Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
pajak mempengaruhi persepsi wajib Ketentuan Umum dan Tata Cara
pajak mengenai penggelapan pajak Perpajakan sebagaimana telah
(tax evasion)? 3) Apakah beberapa kali diubah terakhir dengan
diskriminasi perpajakan Undang-Undang nomor 16 Tahun
mempengaruhi persepsi wajib pajak 2009 Pasal 1 ayat 2, wajib pajak
mengenai penggelapan pajak (tax adalah orang pribadi atau badan,
evasion)? 4) Apakah teknologi meliputi pembayar pajak, pemotong
informasi mempengaruhi persepsi pajak, dan pemungut pajak yang
wajib pajak mengenai penggelapan mempunyai hak dan kewajiban
pajak (tax evasion)? 1) Tujuan dari perpajakan sesuai dengan ketentuan
penelitian ini adalah: Mendapatkan peraturan perundang-undangan
bukti empiris mengenai pengaruh perpajakan.

JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3070


Persepsi Penggelapan Pajak (Tax Penggelapan pajak (tax
Evasion) evasion) mengacu kepada tindakan
Menurut Lubis (2010:45), yang tidak benar yang dilakukan
persepsi adalah bagaimana orang- wajib pajak terhadap kewajibannya
orang melihat atau dalam perpajakan. Penggelapan
menginterpretasikan peristiwa, pajak bisa terjadi karena lemahnya
objek, serta manusia. Persepsi juga hukum di Indonesia, sehingga tidak
merupakan pengalaman tentang ada efek jera terhadap kejahatan
objek atau hubungan-hubungan yang yang dilakukan. Biasanya karena
diperoleh dengan menyimpulkan tarif pajak yang terlalu tinggi yang
informasi dan menafsirkan pesan. membuat wajib pajak melakukan
Robbins (2009:27) mengartikan tindak pidana penggelapan pajak.
persepsi (perception) sebagai proses
dimana individu mengatur dan Keadilan Pajak
menginterpretasikan kesan-kesan Keadilan pajak adalah
sensoris mereka guna memberikan keadilan dalam menerapkan sistem
arti bagi lingkungan. Persepsi setiap perpajakan yang ada. Masyarakat
individu mengenai suatu objek atau menganggap bahwa pajak adalah
peristiwa sangat tergantung pada suatu beban bagi mereka, sehingga
kerangka ruang dan waktu. masyarakat memerlukan suatu
Perbedaan tersebut kepastian bahwa mereka
disebabkan oleh dua faktor, yaitu mendapatkan suatu perlakuan adil
faktor dalam diri seseorang (kognitif) dalam pengenaan dan pemungutan
dan faktor dunia luar (stimulus pajak oleh negara. Menurut
visual). Robbins (2009:33) Permatasari (2013) dalam Kiswanto
mengemukakan bahwa sejumlah semakin tidak adil sistem perpajakan
faktor berperan untuk membentuk yang berlaku menurut persepsi wajib
dan terkadang mengubah persepsi. pajak maka kepatuhan akan
Rangsangan fisik dan kecenderungan menurun dan cenderung memicu
individu tersebut akan tindakan penggelapan pajak. Teori
mempengaruhi persepsi seorang keadilan Rawls (1971) dalam
individu. Rangsangan fisik adalah Kiswanto mengatakan bahwa
input yang berhubungan dengan pemungutan pajak harus bersifat
perasaan seperti penglihatan dan final, adil dan merata.
sentuhan. Sedangkan kecenderungan
individu meliputi alasan, kebutuhan, Tarif Pajak
sikap, pelajaran dari masa lalu, Tarif pajak adalah persentase
harapan, keakraban, arti penting dan untuk menghitung pajak terutang
emosi. Sehingga persepsi wajib Kurniawaty dan Toli (2014).
pajak mengenai penggelapan pajak Menurut Waluyo (2011:17) tarif
adalah bagaimana wajib pajak pajak adalah tarif untuk menghitung
melihat dan menginterpretasikan besarnya pajak terutang (pajak yang
suatu peristiwa atau tindakan terkait harus dibayar). Dalam penghitungan
penggelapan pajak dimana persepsi pajak yang terutang digunakan tarif
tersebut dipengaruhi oleh pajak yang kemudian dikalikan
rangsangan fisik (faktor eksternal) dengan dasar pengenaan pajak.
dan kecenderungan wajib pajak Beberapa studi menunjukkan bahwa
tersebut (faktor internal). tarif pajak yang tinggi memicu
JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3071
penggelapan pajak. Penelitian akan menciptakan persepsi di
Permatasari (2013) dalam kiswanto kalangan wajib pajak bahwa dengan
(2014) jika tarif pajak tinggi maka adanya teknologi informasi akan
penggelapan pajak juga akan tinggi. semakin menurunkan resiko dari tax
Tarif pajak yang tinggi akan evasion.
meningkatkan beban pajak sehingga
menurunkan pendapatan dari wajib Kerangka Pemikiran
pajak (Alligham dan Sandmo, 1972).
Pengaruh Keadilan Pajak
Diskriminasi Pajak Terhadap Persepsi Waib Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Mengenai Penggelapan Pajak (Tax
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Evasion).
Asasi Manusia Pasal 1 ayat (3), UU Semakin tinggi keadilan
tersebut menyatakan bahwa yang dilakukan oleh pemerintah,
diskriminasi adalah setiap maka masyarakat akan semakin
pembatasan, pelecehan, atau percaya terhadap kinerja pemerintah
pengucilan yang langsung ataupun sehinga akan mendorong kemauan
tidak langsung didasarkan perbedaan masyarakat untuk membayar pajak
manusia atas dasar agama, suku, ras, dan mempercayai pemerintah dalam
etnik, kelompok, golongan, statu mengelola dana yang bersumber dari
sosial, status ekonomi, jenis kelamin, pajak (Rahman, 2013).
bahasa, dan keyakinan politik, yang Teori Planned Behavior
berakibat pengangguran, menjelaskan bahwa kecenderungan
penyimpangan atau penghapusan perilaku seseorang dipengaruhi oleh
pengakuan, pelaksanaan atau bagaimana keadaan lingkungan
penggunaan hak asasi manusia dan sekitar individu atau disebut juga
kebebasan dasar dalam kehidupan, keyakinan normatif. Apabila wajib
baik individual maupun kolektif pajak memperoleh perlakuan yang
dalam bidang politik, ekonomi, tidak adil, maka mereka akan
hukum, sosial, budaya, dan aspek mendapat tekanan sosial dan
kehidupan yang lain. persepsi wajib pajak mengenai
penggelapan pajak.
Teknologi Informasi Jadi dapat dikatakan bahwa,
Adanya teknologi informasi
tekanan sosial dapat juga
dalam layanan perpajakan
mempengaruhi persepsi wajib pajak
diharapkan dapat meningkatkan
mengenai penggelapan pajak.
kualitas layanan sehingga kepatuhan
Semangkin tinggi keadilan yang
wajib pajak akan semakin meningkat
dilakukan pihak pejabat pajak dalam
terkait dengan dipermudahnya cara
pelaporan dan pembayaran pajak. sistem perpajakan maupun dalam
ketersediaan teknologi yang pelayanan kinerja dan pengalokasian
berkaitan dengan perpajakan, dana wajib pajak maka semangkin
memadainya teknologi yang rendahnya persepsi wajib pajak
berkaitan dengan perpajakan, akses untuk melakukan penggelapan pajak.
informasi perpajakan yang mudah, Maka hipotesis yang pertama adalah:
pemanfaatan fasilitas teknologi H1 : Keadilan pajak berpengaruh
informasi perpajakan (Ayu dan terhadap persepsi wajib pajak
Hastuti (2008). Selain itu, hal ini mengenai penggelapan pajak.

JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3072


Pengaruh Tarif Pajak Terhadap merumuskan hipotesis sebagai
Persepsi Wajib Pajak Mengenai berikut:
Penggelapan Pajak (Tax Evasion). H2 : Tarif pajak berpengaruh
Besarnya tarif pajak yang terhadap persepsi wajib pajak
dikenakan atas penghasilan akan mengenai penggelapan pajak.
mengurangi penghasilan sebesar
pajak yang dipungut atau dipotong. PengaruhDiskriminasi Perpajakan
Menurut Penelitian Permatasari Terhadap Persepsi Wajib Pajak
(2013) jika tarif pajak tinggi maka Mengenai Penggelapan Pajak (Tax
penggelapan pajak juga akan tinggi. Evasion).
Jika dihubungkan dengan teori Beberapa peraturan
Motivasi (Hilgard dan Atkinson, perpajakan yang berlaku di
1979) maka wajib pajak akan Indonesia dinilai sebagai bentuk
membuat motivasi penilaiannya diskriminasi pemerintah, salah
sendiri terhadap tarif pajak yg satunya adanya Peraturan Pemerintah
berlaku. Jika mereka merasa tarif Nomor 46 Tahun 2013 dimana pajak
pajak yang berlaku terlalu tinggi final dikenakan sebesar 1% terhadap
maka akan berbanding lurus dengan penghasilan bruto juga dinilai
tingkat penggelapan pajak. sebagai bentuk diskriminasi karena
Berdasarkan uraian diatas, maka banyak merugikan pengusaha kecil
seorang individu yang menengah yang belum mapan dalam
mengutamakan tarif pajak akan usahanya (Sanusi, 2014). Semakin
melakukan penggelapan pajak jika banyak peraturan perpajakan yang
individu tersebut merasa tarif pajak dianggap sebagai bentuk
yang diterapkan memberatkannya diskriminasi yang merugikan,
Kurniawati dan Toli (2014). maka masyarakat akan cenderung
Sehingga kepatuhan wajib pajak untuk tidak patuh terhadap aturan
dalam membayar pajak akan Ketidakpatuhan ini dapat berakibat
menurun serta adanya kecenderung pada masyarakat yang enggan
wajib pajak untuk tidah membayar membayar pajak (Ariyanti, 2013)
pajak. Hasil penelitian Kurniawati dalam Ningsih dan Porpusary (2014).
dan Toly (2014) menyatakan tarif Berdasarkan hasil penelitian
pajak berpengaruh terhadap yang telah diuraikan diatas, maka
perpsepsi wajib pajak mengenai peneliti beranggapan bahwa, dengan
penggelapan pajak di Surabaya semakin banyak bentuk diskriminasi
Barat. perpajakan yang dilakukan oleh
Jadi peneliti mengembangkan fiskus atau penerbitan peraturan
bahwa, dengan semakin tinggi tarif pajak oleh pemerintah maka semakin
pajak yang ditetapkan pihak tinggi persepsi wajib pajak untuk
pemerintah maka semakin tinggi melakukan penggelapan pajak.
persepsi wajib pajak mengenai Karena diskriminasi salah satu faktor
penggelapan pajak. Karena wajib yang mempengaruhi persepsi
pajak menganggap tarif yang penggelapan pajak. Peneliti
dikenakan kewajib pajak tidak sesuai merumuskan hipotesis alternatif
dengan kemampuan wajib pajak sebagai berikut:
dalam membayar pajak. Sehingga H3 : Diskriminasi perpajakan
wajib pajak cenderung tidak mau berpengaruh terhadap persepsi wajib
membayar pajak. Peneliti dapat pajak mengenai penggelapan pajak.
JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3073
Pengaruh Teknologi Informasi METODE PENELITIAN
Terhadap Persepsi Wajib Pajak
Mengenai Penggelapan Pajak (Tax Populasi dalam Penelitian ini
Evasion). adalah seluruh wajib pajak yang
Teknologi adalah terdaftar di kantor pelayanan pajak
pengembangan dan aplikasi dari alat, (KPP) Pratama Sinapelan Pekanbaru
mesin material dan proses yang tahun 2016 yang berjumlah sebanyak
mendorong manusia untuk 87.333 diakhir bulan Februari (Data
menyelesaikan masalahnya. AR Kanwil Ditjen Pajak Provinsi
Modernisasi layanan perpajakan Riau dan Kepulauan Riau).Pemilihan
yang dilakukan pemerintah saat ini sampel dalam penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan menggunakan metode purposive
kualitas layanan, sehingga sampling. jumlah sampel yang
diharapkan persepsi wajib pajak digunakan dalam penelitian ini
dalam membayar pajak terhutangnya sebanyak 100 (seratus) Wajib Pajak
Orang Pribadi. Jenis data yang
meningkat dikarenakan
digunakan dalam penelitian ini
dipermudahkannya cara pembayaran
adalah data primer. Teknik
dan pelaporan pajak.
pengumpulan data dalam penelitian
Berdasarkan uraian tersebut
ini adalah metode survei.
peneliti menganggap, dengan Pengumpulan data primer diperoleh
semakin membaiknya atau semakin dengan memberikan kuesioner (mail
maju teknologi informasi dalam quesioner) yang berisi daftar
bidang perpajakan maka semangkin pertanyaan terstruktur yang
rendah persepsi pajak untuk ditujukan kepada responden. Alat
melakukan penggelapan pajak. analisis data yang digunakan adalah
Karena dapat memudahkan wajib regresi berganda.
pajak dalam pelaporan SPT pajak
dan memudahkan fiskus di segi Definisi Operasional dan
pelayanan pajak kepada wajib pajak. Pengukuran Variabel
Peneliti merumuskan hipotesis 1. Persepsi Penggelapan Pajak (Y)
sebagai berikut: Menurut Rahman (2013)
H4 : Teknologi Informasi dalam kiswanto (2014) penggelapan
berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak diukur dengan indikator
pajak mengenai penggelapan pajak. sebagai berikut:
Model Penelitian Penerapan tarif pajak dan
pentingnya kerja sama yang baik
Gambar 1 antara fiskus dan wajib pajak,
Model Penelitian penggelapan pajak dianggap
beretika karena pelaksanaan
hukum yang mengaturnya lemah
dan terdapat peluang terhadap wajib
pajak dalam melakukan penggelapan
pajak (tax evasion), integritas atau
mentalitas aparatur perpajakan/fiskus
dan pejabat pemerintah yang buruk
Sumber : Data Olahan, 2017 serta pendiskriminasian terhadap
JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3074
pelaksanaan pajak, konsekuensi diukur dengan menggunakan 5 skala
melakukan penggelapan pajak (tax Likert yang dimulai dari skala 1
evasion). Pertanyaan diukur dengan sangat tidak setuju sampai skala 5
menggunakan 5 Skala Likert yang menunjukkan sangat setuju.
dimulai dari skala 1 sangat tidak 5. Teknologi Informasi (X4)
setuju sampai skala 5 menunjukkan Menurut Ayu (2009)
sangat setuju. teknologi dan informasi perpajakan
diukur menggunakan indikator
2. Keadilan Pajak (X1) sebagai berikut: ketersediaan
Prinsip keadilan pajak teknologi yang berkaitan dengan
menurut Siahaan (2010) yang perpajakan, memadainya teknologi
pertama didasarkan pada keadilan yang berkaitan dengan pajak, akses
harus didasarkan pada prinsip informasi perpajakan yang mudah,
manfaat. Prinsip ini menyatakan pemanfaatan fasilitas teknologi dan
bahwa suatu sistem pajak dikatakan informasi perpajakan. Pertanyaan
diukur dengan menggunakan 5 skala
adil apabila kontribusi yang
Likert yang dimulai dari skala 1
diberikan oleh setiap wajib pajak
sangat tidak setuju sampai skala 5
sesuai dengan manfaat yang
menunjukkan sangat setuju.
diperolehnya dari jasa-jasa
pemerintah. Pertanyaan diukur HASIL PENELITIAN DAN
dengan menggunakan 5 skala Likert PEMBAHASAN
yang dimulai dari skala 1 sangat
tidak setuju sampai skala 5 Kuesioner dan Demografi
menunjukkan sangat setuju. Penelitian ini dilaksanakan
pada wajib pajak orang pribadi yang
3. Tarif Pajak (X2) terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak
Menurut Permatasari (2013) Pekanbaru Senapelan. Teknik
dalam kiswanto (2014) tarif pajak pengambilan sampel yang digunakan
diukur menggunakan indikator dalam penelitian ini adalah porpusive
prinsip kemampuan dalam sample method yaitu teknik
membayar pajak, tarif pajak yang pengambilan sampel dengan
diberlakukan di Indonesia. pertimbangan tertentu (Sugiyono,
Pertanyaan diukur dengan 2012:116). Kriteria sampel dalam
menggunakan 5 skala Likert yang penelitian ini adalah wajib pajak
dimulai dari skala 1 sangat tidak orang pribadi yang memiliki NPWP,
setuju sampai skala 5 menunjukkan dan memiliki usaha dengan omzet
sangat setuju. dibawah 4,8 miliyar pertahun.
Penyebaran kuesioner
dilaksanakan selama seminggu,
4. Diskriminasi Perpajakan (X3)
dimana kuesioner yang disebar
Dalam perpajakan di
sejumlah 115 kuesioner. Dari
Indonesia, terdapat beberapa
seluruh kuesioner yang disebarkan
kebijakan yang dianggap sebagai peneliti, jumlah kuesioner yang
bentuk diskriminasi, antara lain kembali berjumlah 115 (100%).
adanya Peraturan Pemerintah Nomor Tingginya tingkat pengembalian
46 Tahun 2013 dimana pajak final (respon rate) sebesar 100% tersebut,
dikenakan sebesar 1% terhadap dikarenakan kuesioner disebarkan
penghasilan bruto. Pertanyaan langsung kepada responden pada
JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3075
saat pelaporan pajak di Kantor Hasil Uji Reliabilitas
Pelayanan Pajak Senapelan Uji reliabilitas digunakan
Pekanbaru. Jumlah kuesioner yang utuk mengukur suatu kuesioner yang
dapat diolah adalah sebanyak 100 merupakan indikator dari variabel.
kuesioner atau (87%), sedangkan Suatu kuesioner dikatakan reliabel
kuesioner yang tidak dapat diolah jika jawaban seseorang terhadap
berjumlah 15 kuesioner atau (13%). suatu pernyataan pada kuesioner
adalah konsisten atau stabil dari
Statistik Deskriptif waktu ke waktu. Uji reliabilitas
Ringkasan statistik deskriptif hanya dilakukan atas data yang telah
dari variabel-variabel penelitian ini diuji validitasnya dan dinyatakan
disajikan dalam tabel berikut: valid. Suatu pengukur dapat
dikatakan dapat diandalkan apabila
Tabel 1 memiliki koefisien Cronbach Alpha
Deskripsi Variabel Penelitian lebih dari 0,6.

Hasil Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Gambar 2
Sumber : Data Olahan, 2017 Hasil Uji Normalitas

Hasil Uji Kualitas Data


Kualitas data yang dihasilkan
dari penggunaan instrumen
penelitian dapat di evaluasi melalui
uji validitas dan uji reliabilitas. Sumber : Data Olahan, 2017
Hasil Uji Validitas data
Pada grafik normal P-P Plot
Uji validitas data digunakan
untuk mengukur sah atau valid terlihat titik-titik menyebar di sekitar
tidaknya suatu kuesioner. Pengujian garis diagonal, serta penyebarannya
validitas dari instrumen penelitian mengikuti arah garis diagonal.
dilakukan dengan menghitung angka Kedua grafik ini menunjukkan
korelasi atau rhitung dari nilai bahwa model regresi layak dipakai
jawaban tiap responden untuk tiap karena asumsi normalitas (Ghozali
butir pertanyaan, kemudian 2013:163).
dibandingkan dengan rtabel. Jika rhitung
≥ rtabel, maka item-item pertanyaan Uji Multikolinieritas
dinyatakan valid. Nilai rhitung dalam Hasil uji multikolinearitas
uji ini adalah pada kolom Item-Total dalam penelitian ini dapat dilihat
Statistics (Corrected Item - Total pada tabel berikut:
Correlation). Sedangkan nilai r tabel Tabel 2
dapat dilihat pada tabel r dengan Hasil Uji Multikolinieritas
persamaan N-2 = 100-2 = 98 =
0,197. Setiap butir pertanyaan
dikatakan valid jika rhitung > rtabel dan
nilai positif maka butir pertanyaan
tersebut dinyatakan valid (Ghozali,
Sumber : Data Olahan, 2017
2013:53).
JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3076
Dari hasil perhitungan hasil Gambar 3
analisis data diatas, diperoleh nilai Hasil Uji Heterokedastisitas
VIF untuk seluruh variabel bebas <
10 dan tolerance >0,10. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa model regresi
tersebut bebas dari multikolinearitas.

Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi digunakan Uji
Durbin-Watson (DW test). Sumber : Data Olahan, 2017

Tabel 3 Analisis Regresi Linear Berganda


Berikut hasil analisis statistik
Hasil Uji Autokorelasi
yang dilakukan untuk model
penelitian regresi linear berganda:

Sumber : Data Olahan, 2017 Tabel 4


Hasil Regresi Linear Berganda
Berdasarkan tabel diatas
diperoleh nilai Durbin-Watson
sebesar 1.775.Nilai tersebut berada
diantara -2 sampai +2.Maka dapat
disimpulkan bahwa Uji Durbin-
Watson (DW test) terletak pada Sumber : Data Olahan, 2017
daerah yang tidak terdapat Hasil Uji Koefisien Determinasi
autokorelasi. (Adjusted R2)
Nilai koefisien determinasi
Uji Heterokedastisitas model analisis regresi dapat dilihat
Untuk mendeteksi ada tidaknya uji pada tabel berikut:
heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu Tabel 5
pada pola scatterplot antar SPRESID Hasil Uji Koefisien Determinasi
dan ZPRED. Dasar pengambilan
keputusannya jika ada pola tertentu,
seperti titik - titik yang ada
membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar, Sumber : Data Olahan, 2017
kemudian menyempit), maka
diindikasikan telah terjadi uji Nilai Adjusted R Square yang
heteroskedastisitas. Jika tidak ada diperoleh sebesar 0, 231 menunjukan
pola yang jelas, serta titik-titik bahwa kemampuan ke empat
menyebar di atas dan di bawah variabel independen, dalam
angka nol pada sumbu Y, maka tidak menjelaskan variabel persepsi
terjadi Uji Heteroskedastisitas penggelapan pajak (tax evasion)
(Ghozali, 2013:105). pada wajib pajak orang pribadi di
Pratama Senapelan Pekanbaru
sebesar 0,231 atau (23,1%) dan

JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3077


sisanya 0,769 atau (76,9%) demikian diterima dan ditolak.
dijelaskan oleh variabel lain. Dari hasil pengujian tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa
Pengujian Hipotesis diskriminasi perpajakan tidak
berpengaruh terhadap persepsi wajib
Hasil Pengujian Hipotesis Pertama pajak mengenai penggelapan pajak
Hasil pengujian hipotesis (tax evasion). Hal ini berarti bahwa,
pertama menunjukkan > tingkat diskriminasi perpajakan yang
yaitu (3.377) < t tabel (1.984) dan terjadi rendah maka persepsi wajib
sig.(0,001) < 0,05 dengan demikian pajak mengenai penggelapan pajak
ditolak dan diterima. Dari hasil (tax evasion) menurun.
pengujian tersebut, maka dapat
disimpulkan keadilan pajak Hasil PengujianHipotesis Keempat
berpengaruh terhadap persepsi wajib Hasil pengujian hipotesis
pajak mengenai persepsi
keempat menunjukkan nilai
penggelapan pajak (tax evasion). Hal
ini berarti bahwa semakin tinggi > yaitu 1,235 > t tabel
keadilan pajak maka kecenderungan 1,984 dan sig. (0,220) < 0,05 dengan
wajib pajak melakukan penggelapan demikian diterima dan ditolak.
pajak akan semangkin rendah. Dari hasil pengujian tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa teknologi
Hasil Pengujian Hipotesis Kedua informasi tidak berpengaruh
Hasil pengujian hipotesis terhadap persepsi wajib pajak
kedua menunjukkan nilai mengenai penggelapan pajak (tax
> yaitu 1,409 > t tabel evasion).
1,984 dan sig. (0,162) < 0,05 dengan
demikian diterima dan ditolak. SIMPULAN, KETERBATASAN
Dari hasil pengujian tersebut, maka PENELITIAN DAN SARAN
dapat disimpulkan bahwa tarif pajak
tidak berpengaruh terhadap persepsi Simpulan
wajib pajak mengenai penggelapan Dari hasil model penelitian
pajak (tax evasion). Hal ini berarti dan pengujian hipotesis yang
bahwa, walaupun semakin tinggi dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
tarif pajak yang ditetapkan sebagai berikut:
pemerintah maka persepsi wajib 1. Hasil pengujian hipotesis pertama
pajak tidak mempengaruhi wajib secara parsial membuktikan
pajak dalam melakukan penggelapan bahwa variabel keadilan pajak
pajak (tax evasion), karena tarif berpengaruh terhadap persepsi
pajak yang ditetapkan pemerintah wajib pajak mengenai
telah sesuai dengan kemampuan penggelapan pajak (tax evasion).
wajib pajak dalam membayar pajak. Semangkin tinggi keadilan pajak
maka kecenderungan wajib pajak
Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga melakukan penggelapan pajak
Hasil pengujian hipotesis akan semangkin rendah.
ketiga menunjukkan nilai 2. Hasil pengujian hipotesis kedua
> yaitu -0,476 > t tabel - secara parsial membuktikan
1,984 dan sig. (0,635) < 0,05 dengan bahwa variabel tarif pajak tidak
berpengaruh terhadap persepsi
JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3078
wajib pajak mengenai jawaban yang sesuai dengan
penggelapan pajak (tax evasion). penelitian ini.
Hal ini berarti walaupun semakin
tinggi tarif pajak yang ditetapkan Saran
pemerintah maka persepsi wajib Saran yang diberikan penulis
pajak tidak mempengaruhi wajib adalah sebagai berikut:
pajak dalam melakukan 1. Penelitian selanjutnya akan lebih
penggelapan pajak (tax evasion). baik lagi jika memperluas sampel
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga penelitian, seperti tidak hanya
secara parsial membuktikan wajib pajak orang pribadi yang
bahwa variabel diskriminasi terdaftar di Kantor Pelayanan
perpajakan tidak berpengaruh Pajak Senapelan Pekanbaru,
terhadap persepsi wajib pajak namun dapat diperluas wilayah
mengenai penggelapan pajak (tax penelitian sehingga menambah
evasion). Hal ini berarti bahwa, sebuah penelitian yang lebih baik
tingkat diskriminasi perpajakan dan hasilnya dapat digeneralisir .
yang terjadi rendah maka persepsi 2. Menambahkan jumlah variabel
wajib pajak mengenai independen yang dapat
penggelapan pajak (tax evasion) mempengaruhi persepsi
menurun. penggelapan pajak, seperti sistem
4. Hasil pengujian hipotesis keempat perpajakan , biaya kepatuhan, dan
secara parsial membuktikan ketepatan pengalokasian
bahwa variabel teknologi pemerintah.
informasi tidak berpengaruh 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat
terhadap persepsi wajib pajak menggunakan metode selain
mengenai penggelapan pajak (tax survei, yaitu metode eksperimen.
evasion).
DAFTAR PUSTAKA
Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan Ardyaksa, Theo Kusuma, dan
penelitian ini adalah sebagai berikut: Kiswanto, 2014, “Pengaruh
1. Penelitian ini menggunakan objek Keadilan, Tarif Pajak,
penelitian seluruh wajib pajak Ketepatan Pengalokasian,
orang pibadi yang terdaftar di Kecurangan, Teknologi Dan
Kantor Pelayanan Pajak Informasi Perpajakan
Senapelan Pekanbaru. Terhadap Tax Evasion”.
2. Penelitian ini hanya menggunakan Jurnal Akuntansi Universitas
variabel keadilan pajak, tarif Negeri Semarang
pajak, diskriminasi perpajakan
dan teknologi informasi hanya Ghozali, Imam.2013. Aplikasi
menggunakan sampel yang relatif Analisis Multivariate Dengan
sedikit yaitu 100 wajib pajak Program IBM SPSS21.
orang pribadi yang memiliki Semarang: Badan Penerbit
usaha. Universitas Diponegoro.
3. Ada kemungkinan jawaban yang
diberikan responden tidak jujur, Ghozali, Imam.2009. Aplikasi
sehingga tidak menghasilkan Analisis Multivariate Dengan
JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3079
Program SPSS. Edisi IV. bisnis/2014/03/26/pajak-
Badan Penerbit ukm-bakal-geruslaba-
Undip:Semarang. pengusaha-kecil).

Kurniawati, Meiliana, dan Agus Soemitro, Rochmat. 1992. “Dasar-


Arianto Toly. 2014. “Analisis Dasar Hukum Pajak dan
Keadilan Pajak, Biaya Pajak Pendapatan 1994”.
Kepatuhan, Dan Tarif Pajak Bandung, Eresco
Terhadap Persepsi Wajib
Pajak Mengenai Suminarsasi, Wahyu, dan Supriyadi,
Penggelapan Pajak Di 2012, “Pengaruh Keadilan,
Surabaya Barat”. Jurnal Sistem Perpajakan, Dan
Akuntansi Universitas Diskriminasi Terhadap
Kristen Petra. Persepsi Wajib Pajak
Mengenai Etika Penggelapan
Lubis, Arfan Ikhsan. (2010). Pajak (Tax Evasion)”. Jurnal
Akuntansi Keperilakuan Edisi Universitas Gadjah Mada.
Kedua. Jakarta: Salemba
Empat. Robbins, Stephen P dan Judge,
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Timothy A. (2009). Perilaku
Edisi Revis. Andi : Organisasi Edisi 12 Buku 1.
Yogyakarta. Jakarta: Salemba Empat.

M, Annisa’ul Handyani, dan Nur Undang-Undang Republik Indonesia


Cahyonowati.2014, “Analisis Nomor 6 Tahun 1983
Faktor-Faktor Yang Tentang Ketentuan Umum
Mempengaruhi Persepsi dan Tata Cara Perpajakan.
Wajib Pajak Mengenai
Penggelapan Pajak”. Jurnal Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Akuntansi Fakultas Ekonomi tentang Hak Asasi Manusia
Bisnis Universitas Pasal 1 ayat (3).
Diponogoro.
Waluyo. 2011. Perpajakan
Ningsih, Devi Nur Cahaya, dan Indonesia. Jakarta, Salemba
Pusposari, Devi, 2015, Empat.
“Determinan Persepsi www.harianterbit.com/hanterekono
Mengenai Etika Atas mi/read/2016/04/07/59665/21
Penggelapan Pajak (Tax /21/Tunggak-Pajak-Rp166-
Evasion)”. Jurnal Akuntansi Miliar-Dirjen-Pajak-Sandera-
Fakultas Ekonomi Bisnis Dirut-PT-ESI.
Universitas Brawijaya.
www.pajak.go.id/sites/default/files/i
Sanusi. 2014. Pajak UMKM Bakal nfo-
Gerus Laba Pengusaha Kecil pajak/BUKU%20BIJAK.pdf.
(http://www.tribunnews.com/

JOM Fekon Vol.4 No.1 (April) 2017 3080

Anda mungkin juga menyukai