Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP MEDIS


2.1.1 Definisi
Autisme adalah kumpulan kondisi kelainan perkembangan
yang ditandai dengan kesulitan berinteraksi sosial, masalah
komunikasi verbal dan nonverbal, disertai dengan pengulangan
tingkah laku dan ketertarikan yang dangkal dan obsesif.
Autisme merupakan suatu gangguan spektrum, artinya gejala
yang tampak bisa sangat bervariasi. Tidak ada dua anak yang
memiliki diagnosis yang sama yang menunjukkan pola dan variasi
perilaku yang sama persis.
Autisme sesungguhnya adalah sekumpulan gejala klinis atau
sindrom yang dilatar belakangi oleh berbagai faktor yang sangat
bervariasi dan berkaitan satu sama lain dan unik karena tidak sama
untuk masing-masing kasus.

2.1.2 Etiologi
Penyebab autisme adalah multifaktorial. Faktor genetik
maupun lingkungan diduga mempunyai peranan yang signifikan.
Sebuah studi menggemukakan bahwa apabila 1 keluarga memiliki 1
anak autis maka risiko untuk memiliki anak kedua dengan kelainan
yang sama mencapai 5%, risiko yang lebih besar dibandingkan dengan
populasi umum. Di lain pihak, lingkungan diduga pula berpengaruh
karena ditemukan pada orang tua maupun anggota keluarga lain dari
penderita autistik menunjukkan kerusakan ringan dalam kemampuan
sosial dan komunikasi atau mempunyai kebiasaan yang repetitif. Akan
tetapi penyebab secara pasti belum dapat dibuktikan secara empiris.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Biasanya tidak ada riwayat perkmbangan yang jelas, tetapi
jika di jumpai abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun. Selalu
dijumpai hendaknya kualitatif dalam interaksi sosialnya yang berupa
tidak adanya apresiasi adekuat terhadap isyarat sosio-emosional, yang
tampak sebagai kurangnya respon terhadap emosi orang lain dan atau
kurang modulasi terhadap perilaku dalam konteks sosial,buruk dalam
menggunakan isyarat sosial dan lemah dalam integrasi perilaku sosial,
emosionl dan komunikatif dan khususnya kurang respon timbal balik
sosio-emosionl.
Selain itu juga terdapat hendaknya kualitatif dalam komunikasi
yang berupa kurangnya penggunan sosial dari kemampuan bahasa
yang ada, hendaknya dalam permainan imiginatif dan iminatasi sosial,
buruknya keserasian dan kurangnya interaksi timbal balik dlm
percakapan, buruknya fleksibilitas dalam bahasa ekspresif dan relatif
kurang dalam kretivitas dan fantasi dalam proses fikir, kurangnya
respon emosional terhadap ungkapan verbal dan non verbal orang lain,
hendaknya dalam menggunakan variasi irama atau tekanan modulasi
komuniktif, dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau
mengartikan kmunikasi lisan.
Kondisi ini juga ditandai juga pola perilaku, minat dan
kegiatan yang terbatas, pengulangan dan stereotipik ini berupa
kecenderungan untuk bersifat kaku dan rutin dalam aspek kehidupan
sehar-hari, ini biasanya berlaku untuk kegitasn baru atau kebiasaan
sehari-hari yang rutin pola bermain. Terutama sekali dalam masa dini
anak,terdapat kelekatan yang aneh terhadap benda yang tidak lembu.
Anak dapat memaksakan suau kegaiatan rutin seperti ritual dari
kegiatan yang sepertinya tidak perlu, dapat menjadi preokuasi yang
streotipik dengan perhatian pada tanggal, rute dan jadwal, sering
terdapat streotipik motorik, serimg menunjukan perhatian khusus
terhadap unsur sampinan dari benda (seperti bau dan rasa), dan
terdapat penolakan terhadap dari rutinitas atau tata ruang dari
kehidupan pribadi (perpindahan dari mebel atau hiasan dalam rumah).

2.1.4 Prognosis
Intervensi dini yang tepat dan perogram pendidikan
terspesialisasi serta pelayanan pendukung mempengaruhi hasil pada
penderita autisme. Autisme tidak fatal dan tidak mempengaruhi
harapan hidup normal. Penderita autis yang dideteksi dini serta
langsung mendapat perawatan dapat hidup mandiri tergantung dari
jenis gangguan autistik apa yang diderita dan berapa umurnya saat
terdeteksi dan ditangani sebagai penderita autis.

2.1.5 Klasifikasi
Autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian
berdasarkan gejalanya. Sering kali pengklasifikasian disimpulkan
setelah anak di diagnosa autis. Klasifikasi ini dapat diberikan melalui
Childhood Autism Rating Scale (CARS). Klasifikasinya adalah
sebagai berikut :
1) Autis Ringan
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanya
kontak mata walaupun tidak berlangsung lama. Anak autis ini
dapat memberikan sedikit respon ketika dipanggil namanya,
menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan dalam berkomunikasi
dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali.
2) Autis Sedang
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikit
kontak mata namun tidak memberikan respon ketika namanya
dipanggil. Tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri,
acuh, dan gangguan motorik yang stereopik cenderung agak sulit
untuk dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan.
3) Autis Berat
Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan
tindakan-tindakan yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak
autis memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara berulang-
ulang dan terus menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha
mencegah, namun anak tidak memberikan respon dan tetap
melakukannya, bahkan dalam kondisi berada di pelukan orang
tuanya, anak autis tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak
baru berhenti setelah merasa kelelahan kemudian langsung
tertidur (Mujiyanti, 2011)

2.1.6 Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima
impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang
berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin,
terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu
sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan 3 – 7 bulan. Pada
trisemester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai
pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak
berusia sekitar 2 tahun, setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan
pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson,
dendrit dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui
sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai growth factor dan proses
belajar anak. Makn banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas.
Pembentukan akson, dendrit dan sinaps sangat tergantung pada
stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar
menunjukkan pertambahan akson,dendrit dan sinaps. Sedangkan
bagian otak yang tidak digunakan menunjukkan kematian sel,
berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps. Kelainan genetis, keracunan
logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Diketahui pertumbuhan abnormal pada penderit autis dipicu
oleh berlebihannya neurotropin dan neuropeptida otak yang
merupakan zat kimia otak yng bertanggung jawab untuk mengatur
penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan
perkembangan jalinan sel saraf.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan
pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada ganggua autisme
terjadi kondisi growth without guidance, dimana bagian – bagian otak
tumbuh dan mati secara tak beraturan.
Partus Lama Genetik Keracunan logam

Gangguan nutrisi >>> neutropin dan


dan oksigenasi neuropeptida

Gangguan pada Kerusakan pada sel


otak purkinje dan
hippocampus

Abnormalitas Gangguan keseimbangan


pertumbuhan sel saraf serotonin dan dopamin

Peningkatan neurokimia Gangguan otak kecil


secara abnormal

Reaksi atensi lebih lambat

AUTISME
Keterlambatan dalam Mengabaikan dan Faktor Organik dan non- Penglihatan dan
berbahasa/komunikasi menghindari orang lain organik tidak adekuat pendengaran
abnormal

Bicara monoton dan Acuh tak acuh terhadap Tumbuh kembang Sensitif terhadap
tidak dimengerti orang lingkungan dan orang terhambat cahaya, menutup telinga
lain lain bila mendengar suara

DX.
Gangguan Komunikasi Perilaku yang aneh DX.
GANGGUAN
TUMBUH DAN GANGGUAN
KEMBANG PERSEPSI
SENSORI
DX. GANGGUAN DX. GANGGUAN
KOMUNIKASI INTERAKSI
VERBAL SOSIAL
2.1.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul pada penderita autis
antara lain (Kim, 2015 dalam Amni,2015):
1) Masalah sensorik
Pasien dengan autis dapat sangat sensitif terhadap input
sensorik. Sensasi biasa dapat menimbulkan ketidaknyamanan
emosi. Kadang-kadang pasien autis tidak berespon terhadap
beberapa sensasi yang ekstrim, antara lain panas, dingin, atau
nyeri.
2) Kejang
Kejang merupakan komponen yang sangat umum dari
autisme. Kejang sering dimulai pada anak-anak autis muda atau
remaja.
3) Masalah kesehatan Mental
Menurut National Autistic Society, orang dengan ASD
rentan terhadap depresi, kecemasan, perilaku impulsif, dan
perubahan suasana hati.
4) Tuberous sclerosis
Gangguan langka ini menyebabkan tumor jinak tumbuh di
organ, termasuk otak. Hubungan antara sclerosis tuberous dan
autisme tidak jelas. Namun, tingkat autisme jauh lebih tinggi di
antara anak-anak dengan tuberous sclerosis dibandingkan mereka
yang tanpa kondisi tersebut.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Penegakan diagnosis Autis adalah melalui diagnosis klinis atau
hanya berdasarkan pengamatan langsung dan tidak langsung (melalui
wawancara orang tua atau anamnesa). Sehingga dalam penegakkan diagnosis
autis sebenarnya tidak harus menggunakan pemeriksaan laboratorium yang
sangat banyak dan sanngat mahal. Tidak ada satupun pemeriksaan medis
yang dapat memastikan suatu diagnosis Autism pada anak. Tetapi terdapat
beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis yang dapat
digunakan sebagai dasar intervensi dan strategi pengobatan. Sehingga
pemeriksaan penunjang laboratorium hanyal untuk kepentiangan strategi
penatalaksanaan semata dan bukan sebagai alat diagnosis.
Bila terdapat gangguan pendengaran harus dilakukan beberapa
pemeriksaan Audiogram and Typanogram. EEG untuk memeriksa
gelombang otak yang mennujukkan gangguan kejang, diindikasikan
pada kelainan tumor dan gangguan otak. Pemeriksaan lain adalah
skrening gangguan metabolik, yang dilakukan adalah pemeriksaan
darah dan urine untuk melihat metabolisme makanan di dalam tubuh
dan pengaruhnya pada tumbuh kembang anak. Beberapa spectrum
autism dapat disembuhkan dengan diet khusus.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CAT Scans
(Computer Assited Axial Tomography): sangat menolong untuk
mendiagnosis kelainan struktur otak, karena dapat melihat struktur
otak secara lebih detail. Pemeriksaan genetic dengan melalui
pemeriksaan darah adalah untuk melihat kelainan genetik, yang dapat
menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa penelitian
menunjukkkan bahwa penyandang autism telah dapat ditemukan pola
DNA dalam tubuhnya.

2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada autisme harus secara terpadu, meliputi
semua disiplin ilmu yang terkait: tenaga medis (psikiater, dokter anak,
neurolog, dokter rehabilitasi medik) dan non medis (tenaga pendidik,
psikolog, ahli terapi bicara/okupasi/fisik, pekerja sosial). Tujuan terapi
pada autis adalah untuk mengurangi masalah perilaku dan
meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya terutama
dalam penguasaan bahasa. Dengan deteksi sedini mungkin dan
dilakukan manajemen multidisiplin yang sesuai yang tepat waktu,
diharapkan dapat tercapai hasil yang optimal dari perkembangan anak
dengan autisme.2 Manajemen multidisiplin dapat dibagi menjadi dua
yaitu non medikamentosa dan medika mentosa.
1) Non medikamentosa
a. Terapi edukasi
Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial,
keterampilan sehari-hari agar anak menjadi mandiri. Tedapat
berbagai metode penganjaran antara lain metode TEACHC
(Treatment and Education of Autistic and related
Communication Handicapped Children) metode ini
merupakan suatu program yang sangat terstruktur yang
mengintegrasikan metode klasikal yang individual, metode
pengajaran yang sistematik terjadwal dan dalam ruang kelas
yang ditata khusus
b. Terapi perilaku
Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan pada
autisme. Apapun metodenya sebaiknya harus sesegera
mungkin dan seintensif mungkin yang dilakukan terpadu
dengan terapi-terapi lain. Metode yang banyak dipakai adalah
ABA (Applied Behaviour Analisis) dimana keberhasilannya
sangat tergantung dari usia saat terapi itu dilakukan (terbaik
sekitar usia 2 – 5 tahun).
c. Terapi wicara
Intervensi dalam bentuk terapi wicara sangat perlu
dilakukan, mengingat tidaks emua individu dengan autisme
dapat berkomunikasi secara verbal. Terapi ini harus diberikan
sejak dini dan dengan intensif dengan terapi-terapi yang lain.
d. Terapi okupasi/fisik
Intervensi ini dilakukan agar individu dengan autisme
dapat melakukan gerakan, memegang, menulis, melompat
dengan terkontrol dan teratur sesuai kebutuhan saat itu.
e. Sensori integrasi
Adalah pengorganisasian informasi semua sensori
yang ada (gerakan, sentuhan, penciuman, pengecapan,
penglihatan, pendengaran)untuk menghasilkan respon yang
bermakna. Melalui semua indera yang ada otak menerima
informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya,
sehingga diharapkan semua angguan akan dapat teratasi.
f. AIT (Auditory Integration Training)
Pada intervensi autisme, awalnya ditentukan suara
yang mengganggu pendengaran dengan audimeter. Lalu
diikuti dengan seri terapi yang mendengarkan suara-suara
yang direkam, tapi tidak disertai dengan suara yang b. Terapi
perilaku Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan pada
autisme. Apapun metodenya sebaiknya harus sesegera
mungkin dan seintensif mungkin yang dilakukan terpadu
dengan terapi-terapi lain. Metode yang banyak dipakai adalah
ABA (Applied Behaviour Analisis) dimana keberhasilannya
sangat tergantung dari usia saat terapi itu dilakukan (terbaik
sekitar usia 2 – 5 tahun).
g. Intervensi keluarga
Pada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu
bantuan keluarga baik perlindungan, pengasuhan, pendidikan,
maupun dorongan untuk dapat tercapainya perkembangan
yang optimal dari seorang anak, mandiri dan dapat
bersosialisai dengan lingkungannya. Untuk itu diperlukan
keluarga yang dapat berinteraksi satu sama lain (antar anggota
keluarga) dan saling mendukung. Oleh karena itu pengolahan
keluarga dalam kaitannya dengan manajemen terapi menjadi
sangat penting, tanpa dukungan keluarga rasanya sulit sekali
kita dapat melaksanakan terapi apapun pada individu dengan
autisme.
2) Medikamentosa
Individu yang destruktif seringkali menimbulkan suasana
yang tegang bagi lingkungan pengasuh, saudara kandung dan guru
atau terapisnya. Kondisi ini seringkali memerlukan medikasi
dengan medikamentosa yang mempunyai potensi untuk mengatasi
hal ini dan sebaiknya diberikan bersama-sama dengan intervensi
edukational, perilaku dan sosial.
1) Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi, manajemen
terbaik adalah dengan dosis rendah antipsikotik/neuroleptik
tapi dapat juga dengan agonis alfa adrenergik dan antagonis
reseptor beta sebagai alternatif.
a. Neuroleptik
b. Neuroleptik tipikal potensi rendah-Thioridazin-dapat
menurunkan agresifitas dan agitasi.
c. Neuroleptik tipikal potensi tinggi-Haloperidol-dapat
menurunkan agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan
stereotipik.
d. Neuroleptik atipikal-Risperidon-akan tampak perbaikan
dalam hubungan sosial, atensi dan absesif.
e. Agonis reseptor alfa adrenergik
f. Klonidin, dilaporkan dapat menurunkan agresifitas,
impulsifitas dan hiperaktifitas.
g. Beta adrenergik blocker
h. Propanolol dipakai dalam mengatasi agresifitas terutama
yang disertai dengan agitasi dan anxietas.
2) Jika perilaku repetitif menjadi target terapi Neuroleptik
(Risperidon) dan SSRI dapat dipakai untuk mengatasi perilaku
stereotipik seperti melukai diri sendiri, resisten terhadap
perubahan hal-hal rutin dan ritual obsesif dengan anxietas
tinggi.
3) Jika inatensi menjadi target terapi Methylphenidat (Ritalin,
Concerta) dapat meningkatkan atensi dan mengurangi
destruksibilitas.
4) Jika insomnia menjadi target terapi Dyphenhidramine
(Benadryl) dan neuroleptik (Tioridazin) dapat mengatasi
keluhan ini.
5) Jika gangguan metabolisme menjadi problem utama Ganguan
metabolisme yang sering terjadi meliputi gangguan
pencernaan, alergi makanan, gangguan kekebalan tubuh,
keracunan logam berat yang terjadi akibat ketidak mampuan
anak-anak ini untuk membuang racun dari dalam tubuhnya.
Intervensi biomedis dilakukan setelah hasil tes laboratorium
diperoleh. Semua gangguan metabolisme yang ada diperbaiki
dengan obatobatan maupun pengaturan diet.

2.2 KONSEP KEPERAWATAN


2.2.1 Pengkajian
a) Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, No.RM
b) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan
otak janin terganggu.gangguan pada otak inilah nantinya
akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak
nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme pada
otak.gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya autism adalah:pemotongan tali pusat terlalu cepat,
asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah <6),
komplikasi selama persalinan, letak presentasi bayi saat lahir
dan erat lahir rendah (<2500 gram)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan
anak anak yang lain, tertawa atau cekikikan tidak pada
tempatnya, menghindari kontak mata, menunjukkan
ketidakpekaan terhadap nyeri, lebih senang menyendiri,
menarik diri dari pergaulan, tidak membentuk hubungan
pribadi yang terbuka, jarang memainkan permainan khayalan,
memutar benda, terpaku pada benda tertentu,sangat
tergantung kepada benda yang sudah dikenalinya dengan
baik, secara fisik terlalu.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dilihat dari faktor keluarga apakah keluarga ada yang
menderita autisme.
c) Pemeriksaan fisik
1) Tidak ada kontak mata pada anak
2) Anak tertarik pada sentuhan
3) Tidak ada ekspresi non verbal
4) Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh
5) Tedapat ekolalia
d) Psikososial
1) Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
2) Memiliki sikap menolak perubahan ekstrem
3) Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
1) Perilaku menstimulasi diri
2) Pola tidur tidak teratur
3) Permainan stereotif
4) Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
5) Tantrum yang sering
6) Peka terhadap suara- suara yang lembut bukan pada suatu
pembicaraan
7) Kemampuan bertutur kata menurun
8) Menolak mengkomsumsi makanan yang tidak halus
e) Neurologis
1) Respons yang tidak sesuai dengan stimulus
2) Reflexs menghisap buruk
3) Tidak mampu menangis ketika lapar
f) Gastroistestinal
1) Penurunan nafsu makan
2) Penurunan berat badan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Tumbuh Kembang (D. 0106)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Pertumbuhan Dan Perkembangan
2. Gangguan Persepsi Sensori (D. 0085)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Interaksi Ego
3. Gangguan Interaksi Sosial (D.0118)
Kategori : Relasional
Subkategori : Interaksi Sosial
4. Gangguan Komunikasi Verbal (D. 0119)
Kategori : Relasional
Subkategori : Interaksi Sosial

2.2.3 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional
1. Gangguan Tumbuh 1. Adaptasi anak terhadap Observasi Observasi
Kembang (D.0106) lingkungan sekitar 1. Identifikasi kebutuhan unik 1. Agar anak dapat
2. Pengetahuan: setiap anak dan tingkat menyesuaikan keadaan
Kategori : Psikologis Pengasuhan kemampuan adaptasi yang dirinya dengan lingkungan
Subkategori : Pertumbuhan 3. Kinerja pengasuhan: diperlukan tempat hidupnya
dan Perkembangan Anak Mandiri Mandiri
Setelah dilakukan tindakan 1. Bangun hubungan saling 1. Dengan rasa saling
Definisi : Kondisi individu keperawatan selama percaya dengan anak. percaya, anak dapat
mengalami gangguan ….x24jam diharapkan mengungkapkan
kemampuan bertumbuh dan Gangguan Tumbuh kembang perasaannya sehingga akan
berkembang sesuai dengan dapat teratasi. mempermudah melakukan
kelompok usia. 1. Pertumbuhan dan tindakan keperawatan.
perkembangan normal 2. Bantu integrasi anak dengan 2. Agar anak dapat
Gejala dan Tanda Mayor : 2. Menggambarkan penyakit kelompoknya beradaptasi dengan
Subjektif : - 3. Menggambarkan kelompoknya.
Objektif : pengobatan yang 3. Bantu anak untuk saling 3. Agar anak dapat
1. Pertumbuhan fisik disarankan berbagi dan saling bergiliran. meningkatkan rasa
terganggu 4. Respon terhadap tindakan- pedulinya pada orang lain.
Health Education
Gejala dan Tanda Minor tindakan kenyamanan
Subjektif : - 1. Ajarkan orangtua mengenai Health Education
Objektif : tingkat perkembangan 1. Agar orangtua dapat
1. Respon sosial lambat normal dari anak dan mengetahui perkembangan
2. Kontak mata terbatas perilaku yang berhubungan anaknya.
2. Ajarkan anak untuk
mengikuti petunjuk 2. Agar anak dapat
Kolaborasi mengetahui petunjuknya.
1. Fasilitasi orangtua untuk Kolaborasi
menghubungi bantuan 1. Untuk dapat membantu
komunitas, bila diperlukan orangtua mendapatkan
berbagai macam informasi
mengenai penyakit anak.
2. Gangguan Persepsi Sensori: 1. Fungsi sensorik: Observasi Observasi
Pendengaran Dan Pendengaran 1. Observasi tanda – tanda 1. Diagnose diri terhadap
Penglihatan (D.0085) 2. Fungsi sensori: awal kehilangan keadaan telinga atau
Kategori : Psikologis penglihatan pendengaran yang lanjut terhadap masalah –
Subkategori : Integritas Ego masalah pendengaran
Tujuan dan Kriteria Hasil: rusak secara permanen
Setelah dilakukan asuhan Mandiri
Definisi keperawatan … x24 jam, 1. Membantu Mandiri
Perubahan perepsi terhadap didapatkan kriteria hasil: pembelajaran dan 1. Memotivasi pasien agar
stimulus baik internal maupun 1. Klien mengalami penerimaan metode tetap semangat dan
eksternal yang disertai dengan peningkatan persepsi/ alternative untuk beraktivitas sepertinya
respon yang berkurang, sensoris pendengaran menjalani hidup dengan biasanya walaupun dengan
berlebihan atau terdistorsi. 2. Tidak ada pandangan kabur penurunan fungsi keterbatasannya sekarang
3. Tidak ada penglihatan yang pendengaran
Gejala dan tanda mayor terganggu Health education
Subjektif: 1. Instruksikan klien untuk Health education
1. Merasakan sesuatu melalui menggunakan teknik – 1. Apabila penyebab pokok
indera perabaan penciuman , teknik yang aman dalam ketulian tidak progresif,
perabaan atau pengecapan perawatan telinga (ex: maka pendengaran yang
Objektif : saat membersihkan tersisa sensitive terhadap
1. Distorsi sensori telinga dengan trauma dan infeksi
menggunakan cutton sehingga harus dilindungi
Gejala dan tanda minor bud secara hati – hati,
Subjektif : sementara waktu hindari
1.Tidak tersedia berenang atau kejadian
ISPA) sehingga dapat
Objektif : mencegah ketulian lebih
1.Tidak tersedia parah.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim
medis lain dalam Kolaborasi
pemberian antibiotik 1. Berkolaborasi dalam
pemberian antibiotik
sangat di perlukan untuk
Perawatan mata kesembuhan pasien
Observasi :
1. Monitor kemerahan, eksudat, Perawatan Mata
atauulserasi pada mata Observasi :
Mandiri 1. Untuk mengetahui keadaan
1. Anjurkan pasien untuk tidak mata klien.
menyentuh mata
Mandiri
2. Pakaikan penutup mata yang 1. Untuk ,menjaga kebersihan
sesuai mata dan menghindari
Health education : iritasi
1. Demonstrasikan Teknik 2. Agar pasien tetap merasa
bersihan mata nyaman
Health Education
Kolaborasi : 1. Teknik yang baik
1. Konsultasikan dengan mengurangi resiko
dokter pengobatan yang penyebaran bakteri dimata
tepat bagi klien Kolaborasi
1. Pengobatan dan
penanganan yang tepat
membantu proses
penyembuhan.
3. Gangguan Interaksi Sosial 1. Keterampilan Observasi Observasi
(D.0118) Interaksi Sosial 1. Identifikasi Keterampilan 1. Menngetahui keterampilan
Kategori : Relasional 2. Keterlibatan Sosial sosial yang spesifik yang sosial klien yang spesifik
Subkategori : Interaksi Sosial akan menjadi fokus latihan agar menjadi acuan dalam
Tujuan: latihan klien
Definisi : Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri
Kuantitas dan atau kualitas keperawatan selama ….x 24 1. Bantu pasien untuk 1. Mengetahui sejauh mana
hubungan sosial yang jam diharapkan Gangguan mengidentifikasi masalah masalah kurangnya
kurang/berlebih Interaksi Sosial dapat teratasi. dari kurangnya keterampilan keterampilan sosial
Gejala dan Tanda Mayor Dengan Kriteria Hasil : sosial sehingga perawat dapat
Subjektif 1. Secara kosisten merencanakan tindakan
1. Merasa tidak nyaman menunjukan penerimaan selanjutnya
dengan situasi sosial 2. Dapat bekerjasama dengan 2. Dukung pasien untuk 2. pengungkapan perasaan
2. Merasa sulit menerima orang lain verbaliisasi perasaannya dalam suatu lingkungan
atau 3. Menunjukkan sensitivitas berkaitan dengan masalah yang tidak mengancam
mengkkomunikasikan kepada orang lain interpersonal akan menolong pasien
perasaan 4. Menggunakan perilaku untuk sampai kepada akhir
Obektif asertif secara tepat penyelesaian persoalan.
1. Kurang responsif atau 5. Menunjukkann perhatian 3. Bantu pasien bermain peran 3. bermain peran yaitu dapat
tertarik pada orang lain 6. dapat terlibat dengan orang dalam setiap langkah dalam melatih daya tangkap,
2. Tidak berminnat lain berperilaku berbicara dengan lancar,
melakukan kontak konsentrasi anak agar
emosi atau fisik dapat lebih fokus,
membuat kesimpulan,
Gejala dan tanda minor mengembangkan kognitif
Subjektif anak, menciptakan suasana
1. Sulit mengungkapkan yang menyenangkan,
kasih sayang mengembangkan
Objektif keterampilan dan sikap
1. Kontak mata kurang dalam memecahkan
2. Ekspresi wajah tidak masalah yang dihadapi.
responsif 4. Sediakan umpan balik 4. Meningkatkan harga diri
3. Tidak kooperatif dalam (penghargaan atau reward) klien berani bergaul
bermain dan berteman bagi pasien jika mampu dengan lingkungan
dengan sebaya menunjukkan kemampuan sosialnya
4. Perilaku tidak sesuai keterampilan sosial yang
usia ditergetkan
Kolaborasi Kolaborasi
1. Didik SO pasien (keluarga, 1. Keluarga dapat
gruo, dan pimpinan) dengan mengetahui tujuan dan
cara yang tepat mengenai proses training
tujuan dan proses training keterampilan sosial agar
keterampilan sosial dapat membntu proses
penyembuhan
2. Libatkan SO dalam sesi 2. Sebagai upaya latihan
kegiatan latihan klien sebelum berada di
keterampilan sosial rumah
(bermainn peran) dengan
Pasien, dengan cara yang
tepat.
4. Gangguan Komunikasi Proses komunikasi klien dapat Observasi Observasi
Verbal (D. 0119) berfungsi secara optimal 1. Perhatikan kesalahan 1. Umpan balik
Kategori : Relasional setelah dilakukan tindakan dalam berkomunikasi membantu klien
Subkategori : Interaksi Sosial keperawatan selama 1x24 jam, dan berikan umpan balik berespon
dengan criteria hasil : Health Education Health Education
Definisi : 1. Klien mampu 1. Ajarkan klien bicara 1. Mengurangi kecemasan dan
Penurunan, perlambatan, merespon setiap dengan pelan kebingungan
ketiadaan kemampuan untuk komunikasi secara 2. Anjurkan kepada 2. Meningkatkan komunikasi
menerima, memproses, verbal keluarga untuk tetap yang efektif
mengirim, dan atau berkomunikasi dengan
menggunakan symbol. klien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan 1. Melatih klien belajar
Gejala Dan Tanda Mayor
fisioterapi untuk latihan bicara secara mandiri
Subyektif :
wicara dengan baik dan benar
Tidak tersedia
Obyektif :
1. Tidak mampu
mendengar berbicara
atau mendengar
2. Menunjukan respon
yang tidak sesuai

Gejala Dan Tanda Mayor


Subyektif :
Tidak tersedia
Obyektif :
1. Afasia
2. Disfasia
3. Apraksia
4. Disleksia
5. Disertria
6. Afonia
7. Dislalia
8. Pelo
9. Gagap
10. Tidak ada kontak mata
11. Sulit memahami
komunikasi
12. Sulit mempertahan kan
komunikasi
13. Sulit menggunakan
ekspresi wjah
14. Sulit mnyusun kalimat
15. Verbalisasi tidak tepat
16. Sulit mengungkapkan
kata kata
17. Disorientasi
orang,ruang,wktu
18. Deficit penglihatan
19. Delusi

Anda mungkin juga menyukai