Askep TN.N TB Paru Krajan Curahmalang
Askep TN.N TB Paru Krajan Curahmalang
N
DENGAN TB PARU DI DSN.KRAJAN DS.CURAHMALANG
SUMOBITO JOMBANG
Kelompok 2 :
1. Nurul Hasanah (7116002)
2. Ardina Dita Anggraini (7116005)
3. Wiji Suwanti (7116008)
4. Rahmawati Ardiani P. (7116011)
5. Reza Nur Fitriani (7116017)
6. M. Agung Setiawan (7116018)
7. Indri Novitasari (7116023)
8. M. Zaenal Abidin (7116025)
9. Novita Sari (7116027)
1
BAB 1
KONSEP MEDIS
1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
1
3. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
4. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi
positif
Risiko menjadi sakit TB
1. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata- rata
terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi
sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA
positif.
2. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk).
3. HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB
menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya
tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi
penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah
orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat,
dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
Pasien TB yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:
1. 50% meninggal
2. 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi o 25%
menjadi kasus kronis yang tetap menular
1.4 Patofisiologi
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang
terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi
oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit
kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB.
Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan
kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam
makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di
2
tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus
Primer GOHN.
3
- Penurunan nafsu makan dan berat badan
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah
2. Gejala khusus:
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
- Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.
Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan
– 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa
dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.
1.6 Penatalaksanaan
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
1. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
4. Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
5. Rontgen dada (thorax photo).
6. Uji tuberkulin.
4
Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang
lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai
seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada
pasien anak.\
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan
yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada
saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua.
P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan
5
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak
dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu
menunjukkan aktifitas penyakit.
6
metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks, dan lain-lain.
Uji Tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat
untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan
sering digunakan dalam “Screening TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi
TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang
dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2
tahun 92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari
persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji
tuberkulin semakin kurang spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada
½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam
kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan
diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:
1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium
atypikal atau pasca vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
1.7 KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan
suatu “definisi kasus” yang meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif
atau BTA negatif;
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati
7
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah:
1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai
2. Registrasi kasus secara benar
3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif
4. Analisis kohort hasil pengobatan
Beberapa istilah dalam definisi kasus:
1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau
didiagnosis oleh dokter.
2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk
Mycobacterium tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-
kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
3. Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik
sangat diperlukan untuk:
- Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga
mencegah timbulnya resistensi
- Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga
meningkatkan pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-
effective)
- Mengurangi efek samping
Klasifikasi berdasarkan ORGAN tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin,
dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan DAHAK mikroskopis, yaitu
pada:
1. TB Paru:
Tuberkulosis paru BTA positif
8
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif.
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
- Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
- Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
1. TB paru BTA negatif foto toraks positif
Dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau
keadaan umum pasien buruk.
2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran
kemih dan alat kelamin.
Catatan:
Bila seorang pasien TB ekstra paru juga mempunyai TB paru, maka untuk
kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.
9
Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa
tipe pasien, yaitu:
1. Kasus Baru
Adalah pasien yang BELUM PERNAH diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus Kambuh (Relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3. Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)
Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
4. Kasus Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain
untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal,
default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan
secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis
spesialistik.
10
1.8 Patofisiologi
11
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Data Fokus
1. Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari anak sampai
dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Biasanya dapat ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah
dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari
kedalam rumah sangat minim.
2. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antar lain :
- Demam : subfebris, febris (40ᵒ-41ᵒ) hilang timbul.
- Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang / mengeluaran produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai batuk purulent (sputum).
- Sesak nafas
- Keringan malam
- Nyeri dada
- Malaise, ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot.
- Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tapi
merupakan penyakit infeksi menular.
3. Riwayat kesehatan dahulu
- Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
- Pernah berobat tapi tidak sembuh
- Pernah berobat tapi tidak teratur
- Riwayat kontak dengan penderita TB paru
- Daya tahan tubuh menurun
- Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
- Riwayat putus OAT.
12
4. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB paru,.
Dan ada juga yang menderita penyakit keturunan seperti HT, DM, Jantung
dll.
5. Pemeriksaan fisik
- KU : sedang/buruk
- Td : normal
- Nadi : pada umumnya nadi pasien meningkat
- Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-20x/menit)
- Suhu : biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Thorax
- Inspeksi : kadang terlihat reaksi intercostae dan tarikan dinding dada,
biasanya pasien kesulitan saat insipirasi.
- Palpasi : fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
- Perkusi : biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak.
- Auskultasi : biasanya terdengan suara wheezing atau ronki.
6. Pemeriksaan diagnostik
- Kultur sputum : mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
- Tes tuberkulin : Mantoux Test reaksi positif (area indurasi (10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
- Foto thorax : infiltrasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambar bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada
kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan
berck-bercak padat dengan intensitas tinggi.
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
tentang penyakit TB paru dan cara perawatannya.
2. Ketidakpatuhan mengonsumsi obat berhubungan dengan ketidakadekuatan
pemahaman (kurang motivasi)
3. Kesiapan meningkatkan koping keluarga berhubungan dengan
mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan gaya hidup \
13
2.3 Tahap Perencanaan Keperawatan Keluarga
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
tentang penyakit TB paru dan cara perawatannya.
a. Menggali pengetahuan mengenai kesehatan dan gaya hidup perilaku
saat ini pada individu dan keluarga.
b. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat
meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku yang sehat
dalam keluarga.
c. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku
yang tidak sehat atau bersiko dari pada memberikan saran atau
menghindari ataupun mengubah perilaku.
d. Menekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur, berolahraga dan
lain-lain bagi individu, keluarga dan kelompok yang meneladani nilai
dan perilaku ini dari orang lain, terutama pada klien yang mengalami
TB paru.
e. Merencanakan keluarga tindak lanjut jangka panjang untuk
memperkuat perilaku kesehatan atau adaptasi gaya hidup.
f. Melibatkan tenaga kesehatan dalam merencanakan tindakan dan
perencanaan gaya hidup/ modivikasi perilaku kesehatan dan
menganjurkan untuk memeriksakan kesehatan ke pelayanan terdekat
seperti puskesmas/ pustu.
14
BAB 3
KONSEP KELUARGA
15
4. Keluarga berantai (social family), keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian dan
/atau kematian pasangan yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.
7. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk
keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun,
lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
8. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai- nilai
global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk
keluarga yang tidak lazim. Misalnya anak perempuan menikah dengan
ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandungnya yang laki –laki,
paman menikah dengan keponakannya.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinanan, sedangkan
keluarga non tradisional tidak diikat oleh perkawinan.
3.3 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan ,memelihara
danmembesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
2. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman
bagikeluarga,memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga,serta memberikan identitas pada
keluarga.
3. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak,membentuk
normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing –
masing, dan meneruskan nilai-nilai budaya.
4. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber–sumber penghasilan
untukmemenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
16
5. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk
memberikanpengetahuan, keterampilan ,membentuk perilaku anak sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai
orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
3.4 Tumbuh Kembang Keluarga
Menurut duval (2011), daur atau siklus kehidupan kelurga terdiri dari
delapan tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada
tiap tahap perkembangan :
1. Tahap 1, pasangan baru menikah (keluarga baru)
Tugas perkembangankeluarga pada tahap ini adalah membina hubungan
perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis dengan
saudara dan kerabat dan merencanakan keluarga (termasuk merencanakan
jumlah anak yang diinginkan) .
2. Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertu
Adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam
keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga.
3. Tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5 tahun
sampai dengan 6 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan
kebutuhan masing –masing anggota keluarga ,antara lain ruang atau kamar
pribadi dan keamanan ,mensosialisasi anak-anak .
4. Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai
12 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasi anak-
anak termasuk membantu anak –anak mncapai prestasi yang baik
disekolah, membantu anak membina hubungan baik dengan teman sebaya.
5. Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua dengan berusia
13 sampai 20 tahun.
17
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan
remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
6. Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan).
Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah menambah anggota
keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan
anak-anaknya yang telah dewasa,menata kembali hubungan perkawinan,
menyiapkan datangnya proses penuaan.
7. Tahap 7, keluarga pertengahan
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan
kontak dengan anak dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan dan
meningkatkan usaha promosi kesehatan.
8. Tahap 8, keluarga usia lanjutTugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan
kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan
hubungan perkawinan.
3.5 Tugas Keluarga Dalam Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan. Freeman (2013) membagi 5 tugas dalam keluarga dalam bidang
kesehatan yang harus dilakukan yaitu :
1. Mengenali masalah kesehatan setiap anggotanya, perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya
perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang
terjadi dan seberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukakan tindakan yang tepat bagi
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
atau bahkan teratasi.
18
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke
pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Harnilawati,
2013).
19
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Data Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. N
RR : 20x
RR : 20x
20
BB: 9,5kg
- BCG,
BB :5,8 kg
Polio 1
LANJUTAN
2. Ny.S Istri -
3. An.A
Anak TB Paru
1
4. An.A
Anak TB Paru
2
4. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi : Baik, pasien dan keluarga dapat berkomunikasi dengan baik,
namun saat orang lain/ keluarga berbicara dengan Tn.N menggunakan bahasa
isyarat, karena Tn.N mengalami tuna rungu karena trauma ± sejak 2 tahun yang
lalu.
21
Peran Dalam Keluarga : Tidak Ada Masalah, pasien menjalankan peran sebagai
suami yang baik, Ny.S juga merawat dan menemani keluarga dengan sabar dan
tabah serta sudah melakukan peran sebagai istri dengan baik.
Nilai/Norma KLg : Tidak ada konflik nilai,dalam keluarga Ny.S mengatakan tidak
ada masalah besar kecuali hanya pertengkaran kecil antar suami dan istri dan
dapat diselesaikan dengan baik.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi Afektif : Berfungsi, keluarga Tn. N dapat menjalaknkan fungsi afektif
dengan baik, terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling
menghargai antar anggota keluarga.
Fungsi Ekonomi : Kurang Baik, Ny.S mengatakan Tn.N sudah tidak bekerja sejak
sakit untuk masa pemulihan.
22
7. Data Penunjang Keluarga
Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga (mengkaji fungsi
perawatan kesehatan keluarga)
Kondisi Rumah :
Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga
Kondisi rumah :
kesehatan : ya, An.A 1 dan An.A 2 dilahirkan di
a) Type rumah : Permanen
Puskesmas Sumobito.
b) Lantai : plester
Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : ya, Ny.s
c) Kepemilikan rumah : sendiri
mengatakan kedua anaknya asi eksklusif 6 bulan.
Ventilasi : kurang, di seluruh bagian
jika ada balita, Menimbang balita tiap bln : ya, Ny.S
rumah hanya ada 2 jendela dan rumah mengatakan setiap satu bulan sekali mengikuti posyandu
kurang terpapar sinar matahari, bagian dan menimbang BB anA 2 dan BB selalu naik.
dalam rumah cenderung gelap dan Menggunakan air bersih untuk makan & minum: ya,
lembab. Ny.S mengatakan menggunakan air PAM.
Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri : ya,
Jendela setiap hari dibuka: tidak.
Ny.S mengatakan menggunakan air bersih dari air PAM
Pencahayaan Rumah : Kurang, di salah dan saat lampu mati dengan air sumur.
satu jedela cahaya ada yang tidak dapat Mencuci tangan dengan air bersih & sabun : tidak,
masuk karena tepat di depan jendela ada Tn.N dan keluarga mengatakan cuci tangan hanya
rumah tetangga yang jaraknya sangat dengan sabun saat mandi dan saat tangan terlihat kotor,
Jamban Memenuhi Syarat : tidak rewel dan mau minum asi dengan baik.
Menggunakan jamban sehat : ya, Jamban di rumah
Kepemilikan jamban : ya Keluarga Tn.N menggunakan leher angkasa.
Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : tidak,
23
Jenis jamban : leher angsa saat observasi di kamar mandi rumah keluarga Tn.N ada
jentik-jentik, namun Ny.S mengatakan jarang sekali
Tempat Sampah: Kepemilikan menguras kamar mandi, selain itu juga tidak ada petugas
tempat sampah : ya. PSN yang memeriksa jentik.
Makan buah dan sayur setiap hari : ya, Tn.N
Rasio Luas Bangunan Rumah
mengatakan makan sayur hampir setiap hari namun
dengan Jumlah Anggota Keluarga makan buah jarang-jarang.
8m2/orang : jumlah anggota keluarga Melakukan aktivitas fisik setiap hari : tidak, pasien dan
yang tinggal di dalam rumah ada 5 keluarga mengatakan tidak ada aktivitas apapun saat
orang = 5 x 8m2= 40m2. dirumah, hanya sesekali pergi ke warung.
Tidak merokok di dalam rumah : tidak, Tn.N
mengatakan masih merokok walaupun tidak sering baik
di dalam rumah maupun di luar rumah.
Penggunaan alkohol dan zat adiktif : tidak. Tn.N
mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol dan zat adiktif.
24
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya: perlu berobat
ke fasilitas layanan kesehatan, Tn.N mengatakan berobat rutin dan ingin cepat sembuh.
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya
secara aktif : ya, Tn.N sudah sering berobat atas saran dan rujukan dari Puskesmas Sumobito.
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang
dialami anggota keluarganya : ya, Tn.N dan Keluarga berobat rutin.
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan
yang dialaminya: tidak, Tn.N dan keluarga hanya minum obat dengan rutin tapi tidak tau cara
penularan penyakitnya seperti apa serta jarang memakai masker.
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya: belum, Tn.N dan keluarga jarang menggunakan masker, apalagi Ny.S yang sering
berinteraksi dengan anak-anak, Tn.N saat batuk masih menutup dengan telapak tangan, serta
tempat meludah pasien masih di sembarang tempat.
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan : tidak, rumah pasien
ventilasinya kurang, pencahayaan juga kurang, rumah pasien juga masih lembab.
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarganya : ya, pasien dan keluarga mengatakan sakit pasien dapat
diobati di puskesmas.
KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA :
Kesimpulan:
25
LAMPIRAN
26
Frekuensi ±3x ±4x ±5x >4x
Retensi - - - -
Inkontinensia - - - -
Sistem muskuloskeletal Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
Tonus otot kurang - - - -
Paralisis - - - -
Hemiparesis - - - -
ROM kurang - - - -
Gangg.Keseimb - - - -
Sistem pencernaan: Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
Intake cairan kurang - - - -
Mual/muntah - - √ -
Nyeri perut - - - -
Muntah darah - - - -
Flatus √ √ √ √
Distensi abdomen - - - -
Colostomy - - - -
Diare - - - -
Konstipasi - - - -
Bising usus - - - -
Terpasang Sonde - - - -
Sistem persyarafan: Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
Nyeri kepala - - - -
Pusing √ - - -
Tremor - - - -
Reflek pupil anisokor - - - -
Paralisis : Lengan kiri/
Lengan kanan/ Kaki
- - - -
kiri/
Kaki kanan
Anestesi daerah perifer - - - -
Riwayat pengobatan Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
Alergi Obat - - - -
27
Jenis obat yang Rifampicin - Rifampicin Rifampicin
dikonsumsi 150 mg, 150 mg, 150 mg,
Isoniazid 75 Isoniazid 75 Isoniazid 75
mg, mg, mg,
Pyrazinamid Pyrazinamid Pyrazinamid
400 mg, 400 mg, 400 mg,
Eyhambutol Eyhambutol Eyhambutol
275 mg. 275 mg. 275 mg.
Pemeriksaan Kultur Mantoux Mantoux
Laboratorium Kultur Sputum
Sputum Test Test
GDP/2JPP/acak - - - -
Asam Urat - - - -
Cholesterol - - - -
Hb - - - -
PEMERIKSAAN ADL
No Pola Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
28
normal dan tidak BAB & BAK An.A BAK dalam sehari,
ada kendala. normal dan lancar, dan namun belum
tidak ada BAB 2 hari BAB sejak sakit.
kendala. sekali.
29
kotor.
30
ANALISA DATA
No. MASALAH
DATA
KEPERAWATAN
31
SKALA PRIORITAS
32
2. Masalah Keperawatan : Resiko penularan terhadap anggota keluarga Tn.N
dan tetangga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan.
33
4 Menjodohkan Skor : 0/2 x 1 = 0 Keluarga merasa penyakit ini
Masalah telah berlangsung lama jadi
tidak terlalu menghiraukan
Skala : masalah
perihal bagaimana tentang
tidak dirasakan
penyakit tersebut.
No TANGGAL TANGGAL
MASALAH TTD
DX MUNCUL TERATASI
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
1. 19-02-2019 27-02-2019 ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
kesehatan Tb paru.
Resiko penularan
terhadap anggota keluarga
Tn.N dan tetangga
2. 19-02-2019 27-02-2019
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan.
34
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tujuan
No Diagnosa Kriteria Standart Rencana Tindakan
Umum Khusus
1. Kurang Diharap setelah 1. Keluarga 1. Pasien dan keluarga 1. Berikan HE tentang definisi, tanda
pengetahuan 3x kunjungan mengetahui definisi, tahu dan paham dan gejala serta pengobatan TB Paru.
berhubungan rumah, pasien tanda dan gejala 2. Pasien dan keluarga 2. Anjurkan pasien dan keluarga untuk
dengan dan keluarga serta pengobatan TB menerapkan dengan meningkatkan nutrisi agar BB tidak
ketidakmampu dapat paru. baik turun dan juga anjuran untuk
an keluarga meningkatkan 2. Pasien dan keluarga 3. Pasien dan keluarga penggunaan masker.
mengenal pengetahuannya. dapat menjelaskan dapat meningkatkan 3. Anjurkan untuk memanfaatkan
masalah kembali dengan baik dengan baik fasilitas kesehatan dengan kontrol
kesehatan Tb saat ditanya. rutin tiap seminggu sekali.
paru. 4. Anjurkan pasien minum obat secara
teratur dengan didampingi (PMO)
sesuai jadwal.
35
2. Resiko Diharap setelah 1. Keluarga 1. Pasein dan keluarga 1. Berikan HE tentang cara penularan,
penularan 3x kunjungan mengetahui tentang paham pencegahan dan pengobatan Tb paru.
terhadap rumah, pasien cara penularan, 2. Pasien dan keluarga 2. Tanyakan kembali tentang he yang
anggota dan keluarga pencegahan dan dapat menerapkan sudah diberikan, evaluasi apakah
keluarga Tn.N dapat pengobatan Tb paru. HE yang diberikan keluarga sudah paham atau belum.
dan tetangga menurunkan 2. Keluarga dapat dengan baik. 3. Modifikasi lingkungan dengan pindah
berhubungan resiko memodifikasi 3. Pasien dan keluarga ke kamar dengan cukup ventilasi,
dengan penularan. lingkungan dengan dapat memodifikasi pintu dan jendela setiap hari sering
ketidakmampu baik. lingkungan. dibuka, menjemur kasur, anjurkan
an keluarga 3. Keluarga dapat buang dahak dengan tepat, posisi
memodifikasi memanfaatkan batuk juga harus benar, anjurkan
lingkungan. fasilitas kesehatan pemberian ikan di kamar mandi agar
dengan baik. tidak ada jentik, dan anjurkan untuk
pemberian genting kaca agar cahaya
cukup.
4. Manfaatkan layanan kesehatan dengan
kontrol rutin.
36
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
37
2. Menanyakan kembali 2. Klg dapat
tentang He yang sudah menjawab
diberikan untuk di sedikit tentang
evaluasi. pengobatan tb.
3. Memodifikasi 3. Klg mengatakan
lingkungan dengan paham dan akan
pindah ke kamar dengan seger
cukup ventilasi, pintu melakukan
dan jendela setiap hari anjuran yang
sering dibuka, menjemur sudah diberikan.
kasur, menganjurkan
buang dahak dengan
tepat, posisi batuk juga
harus benar,
menganjurkan pemberian
ikan di kamar mandi
agar tidak ada jentik, dan
menganjurkan untuk
pemberian genting kaca
agar cahaya cukup.
4. Memanfaatkan layanan 4. Klg mengatakan
kesehatan untuk kontrol kontrol rutin
rutin. satu minggu
sekali.Ny.S ke
pkm untuk cek
kultur sputum.
1. 25/02/2019 1 1. Memberikan HE tnetang 1. Klg mengatakan
definisi, tanda dan sudah lebih
gejala, serta pengobatan paham tentang
Tb paru. he yang
diberikan.
2. Mengajarkan keluarga 2. Klg mengatakan
38
untuk merawat px tb nafsu makan
paru dengan meningkat,
meningkatkan nutrisi namun untuk
serta tetap menggunakan penggunaan
masker. masker px
masih jarang
digunakan.
3. Memanfaatkan fasilitas 3. Klg mengatakan
kesehatan dengan kontrol rutin
menganjurkan kontrol dan follow up
rutin dan follow up pertama
pertama. hasilnya (-).
4. Menganjurkan px untuk 4. Klg patuh
minum secara teratur minum obat dan
agar cepat sembuh dan didampingi
tuntas. PMO.
2. 25/02/2019 2 1. Memberikan he tentang 1. Klg
cara penularan, mendengarkan
pencegahan dan dengan baik.
pengobatan kepada px
dan keluarga.
2. Menanyakan kembali 2. Klg sudah bisa
untuk validasi. menjawab
sebagian besar.
3. Memodifikasi 3. Saat kunjungan
lingkungan dengan kedua, klg
pindah ke kamar dengan belum pindah
cukup ventilasi, pintu ke kamar yang
dan jendela setiap hari cukup ventilasi,
sering dibuka, menjemur pintu dan
kasur, menganjurkan jendela sudah
buang dahak dengan sering dibuka,
39
tepat, posisi batuk juga px belum
harus benar, menjemur
menganjurkan pemberian kasur, sudah
ikan di kamar mandi mengetahui
agar tidak ada jentik, dan posisi batuk
menganjurkan untuk yang benar,
pemberian genting kaca buang dahak
agar cahaya cukup. belum tepat,
kamar mandi
sudah berisi
ikan, namun
genting kaca
belum
terpasang.
4. Pasien
4. Memanfaatkan fasilitas
melanjutkan
layanan kesehatan.
obat pada bulan
ke-3
40
CATATAN PERKEMBANGAN
P : Intervensi dilanjutkan.
41
jarang.
- px dan keluarga masih
berinteraksi dengan tentangga
lain tanpa menggunakan
masker.
A : Resiko penularan terhadap anggota
keluarga Tn.N dan tetangga
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan
belum teratasi.
P : intervensi dilanjutkan.
P : Intervensi dilanjutkan.
42
bingung belum bisa merubahnya.
P : intervensi dilanjutkan.
43
EVALUASI KUNJUNGAN TERAKHIR
44