Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TN.

N
DENGAN TB PARU DI DSN.KRAJAN DS.CURAHMALANG
SUMOBITO JOMBANG

Kelompok 2 :
1. Nurul Hasanah (7116002)
2. Ardina Dita Anggraini (7116005)
3. Wiji Suwanti (7116008)
4. Rahmawati Ardiani P. (7116011)
5. Reza Nur Fitriani (7116017)
6. M. Agung Setiawan (7116018)
7. Indri Novitasari (7116023)
8. M. Zaenal Abidin (7116025)
9. Novita Sari (7116027)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2019

1
BAB 1
KONSEP MEDIS
1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

1.2 Cara penularan


1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan
dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.

1.3 Risiko penularan


1. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko
penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
2. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of
Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko
Terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh)
orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.

1
3. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
4. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi
positif
Risiko menjadi sakit TB
1. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata- rata
terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi
sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA
positif.
2. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk).
3. HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB
menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya
tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi
penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah
orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat,
dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
Pasien TB yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:
1. 50% meninggal
2. 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi o 25%
menjadi kasus kronis yang tetap menular
1.4 Patofisiologi
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang
terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi
oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit
kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB.
Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan
kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam
makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di

2
tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus
Primer GOHN.

Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju


kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
lokasi focus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika focus
primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat
adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di apeks
paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan
gabungan antara focus primer, kelenjar limfe regional yang membesar
(limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).

Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya


kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini
berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu
yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa
inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang
waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga
mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons
imunitas seluler

1.5 Tanda dan gejala


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.
1. Gejala sistemik/umum:
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul

3
- Penurunan nafsu makan dan berat badan
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah
2. Gejala khusus:
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
- Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.
Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan
– 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa
dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.

1.6 Penatalaksanaan
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
1. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
4. Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
5. Rontgen dada (thorax photo).
6. Uji tuberkulin.

4
Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang
lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru, dan lain-lain.

Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai
seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada
pasien anak.\
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan
yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada
saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua.
P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan

5
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak
dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu
menunjukkan aktifitas penyakit.

Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks


Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun
pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan
indikasi sebagai berikut:
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru
BTA positif. (lihat bagan alur di lampiran 2)
Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon). (lihat bagan alur
lampiran 2)
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi
perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat
(untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).

Diagnosis TB Ekstra Paru


Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar
limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus)
pada spondilitis TB dan lain-lainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis bergantung pada

6
metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks, dan lain-lain.

Uji Tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat
untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan
sering digunakan dalam “Screening TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi
TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang
dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2
tahun 92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari
persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji
tuberkulin semakin kurang spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada
½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam
kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan
diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:
1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium
atypikal atau pasca vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
1.7 KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan
suatu “definisi kasus” yang meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif
atau BTA negatif;
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati

7
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah:
1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai
2. Registrasi kasus secara benar
3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif
4. Analisis kohort hasil pengobatan
Beberapa istilah dalam definisi kasus:
1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau
didiagnosis oleh dokter.
2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk
Mycobacterium tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-
kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
3. Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik
sangat diperlukan untuk:
- Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga
mencegah timbulnya resistensi
- Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga
meningkatkan pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-
effective)
- Mengurangi efek samping
Klasifikasi berdasarkan ORGAN tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin,
dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan DAHAK mikroskopis, yaitu
pada:
1. TB Paru:
Tuberkulosis paru BTA positif

8
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif.
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
- Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
- Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
1. TB paru BTA negatif foto toraks positif
Dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau
keadaan umum pasien buruk.
2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran
kemih dan alat kelamin.
Catatan:
Bila seorang pasien TB ekstra paru juga mempunyai TB paru, maka untuk
kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.

9
Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa
tipe pasien, yaitu:
1. Kasus Baru
Adalah pasien yang BELUM PERNAH diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus Kambuh (Relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3. Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)
Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
4. Kasus Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain
untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal,
default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan
secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis
spesialistik.

10
1.8 Patofisiologi

11
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Data Fokus
1. Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari anak sampai
dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Biasanya dapat ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah
dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari
kedalam rumah sangat minim.
2. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antar lain :
- Demam : subfebris, febris (40ᵒ-41ᵒ) hilang timbul.
- Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang / mengeluaran produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai batuk purulent (sputum).
- Sesak nafas
- Keringan malam
- Nyeri dada
- Malaise, ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot.
- Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tapi
merupakan penyakit infeksi menular.
3. Riwayat kesehatan dahulu
- Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
- Pernah berobat tapi tidak sembuh
- Pernah berobat tapi tidak teratur
- Riwayat kontak dengan penderita TB paru
- Daya tahan tubuh menurun
- Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
- Riwayat putus OAT.

12
4. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB paru,.
Dan ada juga yang menderita penyakit keturunan seperti HT, DM, Jantung
dll.
5. Pemeriksaan fisik
- KU : sedang/buruk
- Td : normal
- Nadi : pada umumnya nadi pasien meningkat
- Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-20x/menit)
- Suhu : biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Thorax
- Inspeksi : kadang terlihat reaksi intercostae dan tarikan dinding dada,
biasanya pasien kesulitan saat insipirasi.
- Palpasi : fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
- Perkusi : biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak.
- Auskultasi : biasanya terdengan suara wheezing atau ronki.
6. Pemeriksaan diagnostik
- Kultur sputum : mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
- Tes tuberkulin : Mantoux Test reaksi positif (area indurasi (10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
- Foto thorax : infiltrasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambar bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada
kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan
berck-bercak padat dengan intensitas tinggi.
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
tentang penyakit TB paru dan cara perawatannya.
2. Ketidakpatuhan mengonsumsi obat berhubungan dengan ketidakadekuatan
pemahaman (kurang motivasi)
3. Kesiapan meningkatkan koping keluarga berhubungan dengan
mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan gaya hidup \

13
2.3 Tahap Perencanaan Keperawatan Keluarga
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
tentang penyakit TB paru dan cara perawatannya.
a. Menggali pengetahuan mengenai kesehatan dan gaya hidup perilaku
saat ini pada individu dan keluarga.
b. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat
meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku yang sehat
dalam keluarga.
c. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku
yang tidak sehat atau bersiko dari pada memberikan saran atau
menghindari ataupun mengubah perilaku.
d. Menekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur, berolahraga dan
lain-lain bagi individu, keluarga dan kelompok yang meneladani nilai
dan perilaku ini dari orang lain, terutama pada klien yang mengalami
TB paru.
e. Merencanakan keluarga tindak lanjut jangka panjang untuk
memperkuat perilaku kesehatan atau adaptasi gaya hidup.
f. Melibatkan tenaga kesehatan dalam merencanakan tindakan dan
perencanaan gaya hidup/ modivikasi perilaku kesehatan dan
menganjurkan untuk memeriksakan kesehatan ke pelayanan terdekat
seperti puskesmas/ pustu.

14
BAB 3
KONSEP KELUARGA

3.1 Definisi Keluarga.


Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan di kemukan pengertian
keluarga:Keluarga adalah, perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain.Menurut Duvall, keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi,kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan
sosial dari setiap anggota.
Menurut WHO (1962), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah,adopsi,atau perkawinan. Menurut
Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunyai ikatan
perkawinan, keturunan / hubungan sedarah atau hasil adopsi, anggota tinggal
bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam
peran sosial serta mempunyai kebiasaan / kebudayaan yang berasal dari
masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri. Menurut Helvie (1981),
keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga
dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Mubarak,20011).
3.2 Bentuk Keluarga
1. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan
anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat
asal seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar (extended family), keluarga inti ditambah keluarga yang
lain (karena hubungan darah), misalnya kakek,nenek,bibi,paman, sepupu
termasuk keluarga modern,seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak,
serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families)

15
4. Keluarga berantai (social family), keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian dan
/atau kematian pasangan yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.
7. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk
keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun,
lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
8. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai- nilai
global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk
keluarga yang tidak lazim. Misalnya anak perempuan menikah dengan
ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandungnya yang laki –laki,
paman menikah dengan keponakannya.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinanan, sedangkan
keluarga non tradisional tidak diikat oleh perkawinan.
3.3 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan ,memelihara
danmembesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
2. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman
bagikeluarga,memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga,serta memberikan identitas pada
keluarga.
3. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak,membentuk
normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing –
masing, dan meneruskan nilai-nilai budaya.
4. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber–sumber penghasilan
untukmemenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.

16
5. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk
memberikanpengetahuan, keterampilan ,membentuk perilaku anak sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai
orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
3.4 Tumbuh Kembang Keluarga
Menurut duval (2011), daur atau siklus kehidupan kelurga terdiri dari
delapan tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada
tiap tahap perkembangan :
1. Tahap 1, pasangan baru menikah (keluarga baru)
Tugas perkembangankeluarga pada tahap ini adalah membina hubungan
perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis dengan
saudara dan kerabat dan merencanakan keluarga (termasuk merencanakan
jumlah anak yang diinginkan) .
2. Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertu
Adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam
keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga.
3. Tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5 tahun
sampai dengan 6 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan
kebutuhan masing –masing anggota keluarga ,antara lain ruang atau kamar
pribadi dan keamanan ,mensosialisasi anak-anak .
4. Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai
12 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasi anak-
anak termasuk membantu anak –anak mncapai prestasi yang baik
disekolah, membantu anak membina hubungan baik dengan teman sebaya.
5. Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua dengan berusia
13 sampai 20 tahun.

17
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan
remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
6. Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan).
Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah menambah anggota
keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan
anak-anaknya yang telah dewasa,menata kembali hubungan perkawinan,
menyiapkan datangnya proses penuaan.
7. Tahap 7, keluarga pertengahan
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan
kontak dengan anak dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan dan
meningkatkan usaha promosi kesehatan.
8. Tahap 8, keluarga usia lanjutTugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan
kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan
hubungan perkawinan.
3.5 Tugas Keluarga Dalam Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan. Freeman (2013) membagi 5 tugas dalam keluarga dalam bidang
kesehatan yang harus dilakukan yaitu :
1. Mengenali masalah kesehatan setiap anggotanya, perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya
perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang
terjadi dan seberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukakan tindakan yang tepat bagi
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
atau bahkan teratasi.

18
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke
pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Harnilawati,
2013).

19
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

Fasilitas Yankes Puskesmas No.


-
Sumobito Register

Nama Perawat Reza Nur Fitriani Tanggal


yang mengkaji Pengkajian 19 Februari 2019

1. Data Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. N

Alamat Rumah : Dsn. Krajan Ds. Curahmalang Sumobito Jombang

Agama & Suku : Islam & Jawa

Bahasa sehari-hari : Jawa

Jarak yankes terdekat : ± 3 km

Alat transportasi : Sepeda Motor

2. Data Anggota Keluarga


Status
Hub dgn PendidikaPekerjaaStatus Gizi (TB,
No Nama Umur JK Suku TTV Imunisasi
KK n n BB, BMI)
Dasar

1 Tn.N Suami 34 L Jawa SITP - TB : 170cm TD:100/9


0 mmhg
BB : 49 kg
Lengkap
N : 89x

RR : 20x

2 Ny.S Istri 27 P Jawa SITP IRT TB :155 cm TD : 110


/80mmhg
BB : 53 kg
Lengkap
N : 80x

RR : 20x

3 An.A I Anak 2,5 L Jawa - - TB :87 cm - Lengkap

20
BB: 9,5kg

4 An.A 2 Anak 3bln L Jawa - - TB : 62 cm HB,

- BCG,
BB :5,8 kg
Polio 1

LANJUTAN

Status Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU


No Nama Riwayat Penyakit
Kesehatan (untuk menentukan fokus asuhan)

1. Tn. N Sakit TB Paru

2. Ny.S Istri -

3. An.A
Anak TB Paru
1

4. An.A
Anak TB Paru
2

(analisis masalah umum isinya sesuai output laporan perkesmas)

3. Tahap dan Riwayat Perkembangan Keluarga


Tahap Perkembangan Klg Saat Ini : tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah
atau anak tertua 2,5 tahun sampai dengan 6 tahun.

Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan. Tugas perkembangan


keluarga pada tahap ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing anggota
keluarga, antara lain ruang dan keamanan serta mensosialisasi anak-anak.

4. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi : Baik, pasien dan keluarga dapat berkomunikasi dengan baik,
namun saat orang lain/ keluarga berbicara dengan Tn.N menggunakan bahasa
isyarat, karena Tn.N mengalami tuna rungu karena trauma ± sejak 2 tahun yang
lalu.

21
Peran Dalam Keluarga : Tidak Ada Masalah, pasien menjalankan peran sebagai
suami yang baik, Ny.S juga merawat dan menemani keluarga dengan sabar dan
tabah serta sudah melakukan peran sebagai istri dengan baik.

Nilai/Norma KLg : Tidak ada konflik nilai,dalam keluarga Ny.S mengatakan tidak
ada masalah besar kecuali hanya pertengkaran kecil antar suami dan istri dan
dapat diselesaikan dengan baik.

Pengambilan keputusan dalam keluarga : Ny.S mengatakan keputusan apapun


dapat dimusyawarahkan dan didiskusikan berdua dengan baik.

5. Fungsi Keluarga
Fungsi Afektif : Berfungsi, keluarga Tn. N dapat menjalaknkan fungsi afektif
dengan baik, terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling
menghargai antar anggota keluarga.

Fungsi Sosial : Berfungsi, keluarga Tn.N dapat membina hubungan sosial


dengan lingkungan sekitar dengan baik, terbukti dengan Tn.N sering
bercengkrama dengan tetangga, Ny.S juga mengikuti kegiatan posyandu untuk
anaknya, serta An.A 1 juga bermain dengan teman sebayanya.

Fungsi Ekonomi : Kurang Baik, Ny.S mengatakan Tn.N sudah tidak bekerja sejak
sakit untuk masa pemulihan.

Fungsi perawatan keluarga masuk dalam pengkajian tugas keluarga.

6. Pola Koping Keluarga :


Stressor yang dihadapi keluarga : Efektif, Ny.S mengatakan ada beberapa masalah
yang dihadapi keluarga Tn.N terutama tentang penyakit yang menyerang seluruh
keluarga, namun untungnya Tn.N dan Keluarga memiliki koping efektif yaitu
dapat mentoleransi dan dapat meneirma situasi/masalah yang sedang dihadapi.

22
7. Data Penunjang Keluarga
Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga (mengkaji fungsi
perawatan kesehatan keluarga)
 Kondisi Rumah :
 Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga
Kondisi rumah :
kesehatan : ya, An.A 1 dan An.A 2 dilahirkan di
a) Type rumah : Permanen
Puskesmas Sumobito.
b) Lantai : plester
 Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : ya, Ny.s
c) Kepemilikan rumah : sendiri
mengatakan kedua anaknya asi eksklusif 6 bulan.
 Ventilasi : kurang, di seluruh bagian
 jika ada balita, Menimbang balita tiap bln : ya, Ny.S
rumah hanya ada 2 jendela dan rumah mengatakan setiap satu bulan sekali mengikuti posyandu
kurang terpapar sinar matahari, bagian dan menimbang BB anA 2 dan BB selalu naik.
dalam rumah cenderung gelap dan  Menggunakan air bersih untuk makan & minum: ya,
lembab. Ny.S mengatakan menggunakan air PAM.
 Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri : ya,
Jendela setiap hari dibuka: tidak.
Ny.S mengatakan menggunakan air bersih dari air PAM

 Pencahayaan Rumah : Kurang, di salah dan saat lampu mati dengan air sumur.

satu jedela cahaya ada yang tidak dapat  Mencuci tangan dengan air bersih & sabun : tidak,

masuk karena tepat di depan jendela ada Tn.N dan keluarga mengatakan cuci tangan hanya

rumah tetangga yang jaraknya sangat dengan sabun saat mandi dan saat tangan terlihat kotor,

dekat. saat makan dll Tn.N dan keluarga mengatakan hanya


menggunakan air mengalir saja.
 Saluran Buang Limbah :  Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya : ya,
Ny.S mengatakan membuang sampah pada tempatnya
Terbuka, bagian belakang rumah untuk
dan mengajarkan pada anak-anaknya seperti itu juga.
pembuangan limbah seperti bekas cuci
 Menjaga lingkungan rumah tampak bersih: ya, rumah
piring, cuci baju dll, dan berbentuk got
pasien tampak bersih, hanya ada beberapa mainan An.A
yang terbuka serta tidak ada penutup.
di lantai.
 Air Bersih : (observasi dan validasi)
 Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari : ya, Ny.S
Sumber air bersih: sumur dan PAM.
mengatakan, Tn.N makan dengan baik, sedikit tapi
sering. Ny.S juga memiliki nafsu makan yang baik, tidak
Kualitas air: tidak berwarna, tidak
ada mual dan muntah. Ny.S juga mengatakan An.A 1
berbau, tidak berasa.
susah makan dan sering rewel bahkan menangis. An.A 2

 Jamban Memenuhi Syarat : tidak rewel dan mau minum asi dengan baik.
 Menggunakan jamban sehat : ya, Jamban di rumah
Kepemilikan jamban : ya Keluarga Tn.N menggunakan leher angkasa.
 Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : tidak,

23
Jenis jamban : leher angsa saat observasi di kamar mandi rumah keluarga Tn.N ada
jentik-jentik, namun Ny.S mengatakan jarang sekali
 Tempat Sampah: Kepemilikan menguras kamar mandi, selain itu juga tidak ada petugas
tempat sampah : ya. PSN yang memeriksa jentik.
 Makan buah dan sayur setiap hari : ya, Tn.N
 Rasio Luas Bangunan Rumah
mengatakan makan sayur hampir setiap hari namun
dengan Jumlah Anggota Keluarga makan buah jarang-jarang.
8m2/orang : jumlah anggota keluarga  Melakukan aktivitas fisik setiap hari : tidak, pasien dan
yang tinggal di dalam rumah ada 5 keluarga mengatakan tidak ada aktivitas apapun saat
orang = 5 x 8m2= 40m2. dirumah, hanya sesekali pergi ke warung.
 Tidak merokok di dalam rumah : tidak, Tn.N
mengatakan masih merokok walaupun tidak sering baik
di dalam rumah maupun di luar rumah.
Penggunaan alkohol dan zat adiktif : tidak. Tn.N
mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol dan zat adiktif.

8. Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota


Keluarga.
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit : ada, Ny.S mengatakan
Tn.N dan anak-anaknya kontrol rutin satu minggu sekali untuk mengambil obat.
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : ya,
seluruh keluaga tau jika keluarga Tn.N menderita penyakit TB paru, bahkan orang tua dari Ny.S
dan Tn.N juga mengalami sakit yang sama. Selain itu juga tetangga pasien sekitar rumah juga
mengetahui tentang sakit yang di derita keluarga Tn.N.
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya: tidak, Tn.N dan keluarga mengatakan tidak tau penyebabnya, pasien hanya
berspekulasi bahwa mungkin dari ibunya karena sudah dari dulu ibunya punya sakit TB paru.
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya : tidak, terbukti saat pengkajian keluarga Tn.N menanyakan tanda dan gejala awal
TB paru seperti apa.
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya bila tidak diobati/dirawat : ya, Tn.N dan Keluarga mengatakan orang lain bisa saja
tertular, Tn.N juga terlihat pulang dari warung tidak menggunakan masker/APD apapun.
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya: tenaga kesehatan, Tn.N dan keluarga mengatakan selalu mengambil obat di
puskesmas sumobito, Tn.N juga pernah dirawat juga di RSUD dr.Soetomo dan pernah x-ray di
RSUD Jombang serta wijaya kusuma.

24
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya: perlu berobat
ke fasilitas layanan kesehatan, Tn.N mengatakan berobat rutin dan ingin cepat sembuh.
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya
secara aktif : ya, Tn.N sudah sering berobat atas saran dan rujukan dari Puskesmas Sumobito.
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang
dialami anggota keluarganya : ya, Tn.N dan Keluarga berobat rutin.
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan
yang dialaminya: tidak, Tn.N dan keluarga hanya minum obat dengan rutin tapi tidak tau cara
penularan penyakitnya seperti apa serta jarang memakai masker.
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya: belum, Tn.N dan keluarga jarang menggunakan masker, apalagi Ny.S yang sering
berinteraksi dengan anak-anak, Tn.N saat batuk masih menutup dengan telapak tangan, serta
tempat meludah pasien masih di sembarang tempat.
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan : tidak, rumah pasien
ventilasinya kurang, pencahayaan juga kurang, rumah pasien juga masih lembab.
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarganya : ya, pasien dan keluarga mengatakan sakit pasien dapat
diobati di puskesmas.
KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA :
Kesimpulan:

1. Menerima petugas puskesmas □ Kemandirian I : Jika memenuhi


kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana
□ Kemandirian II : jika memenuhi
3. Menyatakan masalah kesehatan secara
kriteria 1 s.d 5
benar
□ Kemandirian III : jika memenuhi
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
kriteria 1 s.d 6
5. Melaksanakan perawatan sederhana
□ Kemandirian IV : Jika memenuhi
sesuai anjuran
kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan
secara aktif

7. Melaksanakan tindakan promotif secara


aktif

25
LAMPIRAN

PENGKAJIAN KESEHATAN INDIVIDU

Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2


Status mental:
Bingung √ - - -
Cemas √ - - -
Disorientasi - - - -
Depresi - - - -
Menarik diri - - - -
Nyeri spesifik:
Lokasi - - - -
Tipe - - - -
Durasi - - - -
Intensitas - - - -
Sistem integumen: Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
Cianosis - - - -
Akral Dingin - - - -
Diaporesis - - - -
Jaundice - - - -
Ada bekas Ada bekas
Luka - - mantoux di mantoux di
tangan kiri tangan kanan
Mukosa mulut kering lembab kering lembab
Kapiler refil time lebih
< 2 detik < 2 detik < 2 detik < 2 detik
2 detik
Sistem Pernafasan 20x 20x 24x 28x
Stridor - - - -
Wheezing - - √ -
Ronchi √ - - -
Akumulasi sputum - - √ √
Sistem perkemihan: Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
Disuria - - - -
Hematuria - - - -

26
Frekuensi ±3x ±4x ±5x >4x
Retensi - - - -
Inkontinensia - - - -
Sistem muskuloskeletal Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
Tonus otot kurang - - - -
Paralisis - - - -
Hemiparesis - - - -
ROM kurang - - - -
Gangg.Keseimb - - - -
Sistem pencernaan: Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
Intake cairan kurang - - - -
Mual/muntah - - √ -
Nyeri perut - - - -
Muntah darah - - - -
Flatus √ √ √ √
Distensi abdomen - - - -
Colostomy - - - -
Diare - - - -
Konstipasi - - - -
Bising usus - - - -
Terpasang Sonde - - - -
Sistem persyarafan: Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
Nyeri kepala - - - -
Pusing √ - - -
Tremor - - - -
Reflek pupil anisokor - - - -
Paralisis : Lengan kiri/
Lengan kanan/ Kaki
- - - -
kiri/
Kaki kanan
Anestesi daerah perifer - - - -
Riwayat pengobatan Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2
Alergi Obat - - - -

27
Jenis obat yang Rifampicin - Rifampicin Rifampicin
dikonsumsi 150 mg, 150 mg, 150 mg,
Isoniazid 75 Isoniazid 75 Isoniazid 75
mg, mg, mg,
Pyrazinamid Pyrazinamid Pyrazinamid
400 mg, 400 mg, 400 mg,
Eyhambutol Eyhambutol Eyhambutol
275 mg. 275 mg. 275 mg.
Pemeriksaan Kultur Mantoux Mantoux
Laboratorium Kultur Sputum
Sputum Test Test

GDP/2JPP/acak - - - -

Asam Urat - - - -

Cholesterol - - - -

Hb - - - -

PEMERIKSAAN ADL
No Pola Tn.N Ny.S An.A 1 An.A 2

Px mengatakan Ny.S Ny.S Ny.S mengatakan


makan sedikit mengatakan mengatakan An.A minum asi
tapi sering, ±4x makan 3x px An.A susah dengan baik dan
sehari dengan sehari dengan makan, sering tidak ada kendala.
lauk seadanya lauk seadanya dipaksa untuk
namun dengan dan minum air makan An.A
1. Makan/minum
sayur, buah putih ±1 liter baru mau
jarang-jarang perhari. makan, dan
dan minum air An.A juga
putih serta kopi mengkonsumsi
di pagi dan susu formula.
malam hari.

Eliminasi Px mengatakan Ny.S Ny.S Ny.S mengatakan


2.
BAB & BAK mengatakan mengatakan An.A BAK > 4x

28
normal dan tidak BAB & BAK An.A BAK dalam sehari,
ada kendala. normal dan lancar, dan namun belum
tidak ada BAB 2 hari BAB sejak sakit.
kendala. sekali.

Px mengatakan Ny.S Ny.S Ny.S mengatakan


sering insomnia, mengatakan mengatakan An.A tidur ±pukul
tidur ±pukul bisa tidur An.A tidur 21.00 s/d 05.00
3. Istirahat / tidur 23.30 s/d 05.00, nyenyak ±pukul 20.00 namun terkadang
saat siang px ±pukul 21.00 s/d 06.00 pada dini hari
tidak pernah s/d 04.30 An.A bangun dan
tidur siang. menangis.

Px mengatakan Ny.S Ny.S Ny.S mengatakan


tidak ada mengatakan mengatakan An.A hanya tidur
aktivitas apapun hanya An.A sesekali dan bermain
karna px sudah dirumah bermain dengannya, serta
tidak bekerja seperti IRT dengan teman diajak ke
semenjak sakit pada sebayanya. tetangganya untuk
4. Aktivitas
untuk masa umumnya, bersosisalisasi.
pemulihan. dengan
sehari-hari
mengurus
keluarganya
dirumah.

Px mengatakan Ny.S Ny.S Ny.S mengatakan


mandi 2x dalam mengatakan mengatakan An.A mandi 2x
sehari, keramas mandi 2x An.A mandi sehari dan dengan
2 hari 1x dan dalam sehari 2x sehari air hangat.
Personal untuk cuci dan keramas 2 dengan air
5.
higiene tangan saat hari sekali, hangat.
mandi saja. serta cuci
tangan saat
mandi dan
tagan terlihat

29
kotor.

Badan px kurus, Tidak ada An.A bergerak An.A juga


bb = 49 kg. Kulit gangguan atau aktif dan bergerak aktif dan
hitam masalah terdengar tidak ada
kecoklatan, tidak apapun pada suara gangguan . namun
ada lesi namun fisik Ny.S. tambahan ada bekas tes
hanya ada Wheezing (+) mantoux ±10mm
gangguan pada pada paru di tangan kanan.
Pemeriksaan kedua telinga kanan/dextra.
6.
fisik sejak 2 tahun
Selain itu juga
yang lalu hinga
ada bekas tes
px mengalami
mantoux
tuna rungu.
±16mm di
Pada auskultasi tangan kiri.
terdengan Ronki
(+)

22-11-2018 11-02-2019 01-02-2019 01-02-2019

Cek Thorax PA Foto thorax di X-Ray di X-Ray di RSUD


di RSUD wijaya RSUD Jombang.
dr.Soetomo. kusuma. Jombang. Kesimpulan =
kesimpulan : Kesimpulan = Kesimpulan = Bronkopneumonia
Bronchitis. Normal.
- Faringitis Tes Tuberkulosis/
Pemeriksaan kronis 21-02-2019 Tes Mantoux Test =
7.
penunjang - Tb paru Tuberkulosis/ (+)
Tes Kultur
- Otitis media Mantoux Test
Sputum = (-)
TB d.d = (+)
OMSK
- Hipoalbumin
±bulan desember
Tes Kultur
Sputum = (+)

30
ANALISA DATA

No. MASALAH
DATA
KEPERAWATAN

1. DS : pasien dan keluarga mengatakan tidak tahu Kurang pengetahuan


mengenai tanda dan gejala Tb paru. berhubungan dengan
ketidakmampuan
DO :
keluarga mengenal
- Kedua anak px tertular tb paru masalah kesehatan Tb
- Rumah lembab kurang ventilasi paru.
- Pencahayaan kurang
- Pasien jarang menggunakan masker
- Ny.S yang tidak terkena tb paru kontak
dekat dengan px Tb paru.
2. DS : Keluarga mengatakan kondisi rumah Resiko penularan
memang seperti ini, lembab, kasur tidak pernah terhadap anggota
dijemur. keluarga Tn.N dan
tetangga berhubungan
DO :
dengan
- Rumah lembab ketidakmampuan
- Kurang ventilasi keluarga memodifikasi
- Cahaya kurang lingkungan.
- Px jarang memakai masker
- Keluarga sering berinteraksi dengan
tetangga tanpa masker
- Cara perawatan = tempat meludah px dan
keluarga masih di sembarang tempat.
- Saat batuk, px dan keluarga masih
menutup dengan telapak tangan.
- Jarak rumah antar tetangga sangat dekat,
bahkan hampir berdempetan.

31
SKALA PRIORITAS

1. Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Tb paru.

KRITERIA PENGHITUNGAN PEMBENARAN


NO

1 Sifat Masalah Skor : 3/3 x 1 = 1 Keadaan yang kritis bagi


keluarga yang tinggal satu
Skala : tidak/
rumah dengannya, dan juga
kurang sehat
memerlukan tindakan yang
perlu segera diatasi.

2 Kemungkinan Skor : 2/2 x 1 = 12 Penyediaan sarana yang mudah


Masalah Dapat dijangkau. Ex : petugas
diubah kesehatan yang dekat dengan
rumah px. Bidan desa &
Skala : cukup
puskesmas sumobito.

3 Potensial Masalah Skor : 1/3 x 1 = 1/3 Beratnya penyakit yang


untuk dicegah diderita px & keluarga menjadi
masalah yang kemungkinan
Skala : rendah
kecil untuk dicegah. Jangka
waktu terjadinya masalah juga
panjang.

4 Menjodohkan Skor : 0/2 x 1 = 0 Keluarga merasa keadaan


Masalah tersebut telah berlangsung
lama jadi tidak terlalu
Skala : masalah
menghiraukan perihal
tidak dirasakan
bagaimana tentang penyakit
tersebut.

Jumlah Skor = 3 1/3

32
2. Masalah Keperawatan : Resiko penularan terhadap anggota keluarga Tn.N
dan tetangga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan.

KRITERIA PENGHITUNGAN PEMBENARAN


NO

1 Sifat Masalah Skor : 2/3 x 1 = 2/3 Penyakit tb yang dapat


mengancam kesehatan
Skala : ancaman
keluarga yang lain apabila
kesehatan
pasien tidak dapat menjaga
penularannya. Keluarga yang
lain juga harus belajar tentang
cara pencegahannya.

2 Kemungkinan Skor : 2/2 x 1 = 1 Penyakit tb memiliki banyak


Masalah Dapat cara sebagai penyebaran,
diubah apabila keluarga yang belum
terkena tb tidak menjaga diri
Skala : cukup
dengan baik akan mudah
tertular. Jadi, harus bisa
mengetahui pencegahannya.
Selain itu, sarana/faskes juga
mudah dijangkau saat dirasa
keluarga ada tanda-tanda tbc
ada baiknya untuk segera cek.

3 Potensial Masalah Skor : 2/3 x 1 = 2/3 Penyakit yang masih dapat


untuk dicegah dicegah selama orang/ keluarga
tersebut memiliki pengetahuan
Skala : cukup
dan kemampuan untuk
menjaga dan mengurangi
resiko penularan terhadap
penyakit tersebut.

33
4 Menjodohkan Skor : 0/2 x 1 = 0 Keluarga merasa penyakit ini
Masalah telah berlangsung lama jadi
tidak terlalu menghiraukan
Skala : masalah
perihal bagaimana tentang
tidak dirasakan
penyakit tersebut.

Jumlah Skor = 7/3

DAFTAR PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

No TANGGAL TANGGAL
MASALAH TTD
DX MUNCUL TERATASI

Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
1. 19-02-2019 27-02-2019 ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
kesehatan Tb paru.

Resiko penularan
terhadap anggota keluarga
Tn.N dan tetangga
2. 19-02-2019 27-02-2019
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan.

34
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan
No Diagnosa Kriteria Standart Rencana Tindakan
Umum Khusus

1. Kurang Diharap setelah 1. Keluarga 1. Pasien dan keluarga 1. Berikan HE tentang definisi, tanda
pengetahuan 3x kunjungan mengetahui definisi, tahu dan paham dan gejala serta pengobatan TB Paru.
berhubungan rumah, pasien tanda dan gejala 2. Pasien dan keluarga 2. Anjurkan pasien dan keluarga untuk
dengan dan keluarga serta pengobatan TB menerapkan dengan meningkatkan nutrisi agar BB tidak
ketidakmampu dapat paru. baik turun dan juga anjuran untuk
an keluarga meningkatkan 2. Pasien dan keluarga 3. Pasien dan keluarga penggunaan masker.
mengenal pengetahuannya. dapat menjelaskan dapat meningkatkan 3. Anjurkan untuk memanfaatkan
masalah kembali dengan baik dengan baik fasilitas kesehatan dengan kontrol
kesehatan Tb saat ditanya. rutin tiap seminggu sekali.
paru. 4. Anjurkan pasien minum obat secara
teratur dengan didampingi (PMO)
sesuai jadwal.

35
2. Resiko Diharap setelah 1. Keluarga 1. Pasein dan keluarga 1. Berikan HE tentang cara penularan,
penularan 3x kunjungan mengetahui tentang paham pencegahan dan pengobatan Tb paru.
terhadap rumah, pasien cara penularan, 2. Pasien dan keluarga 2. Tanyakan kembali tentang he yang
anggota dan keluarga pencegahan dan dapat menerapkan sudah diberikan, evaluasi apakah
keluarga Tn.N dapat pengobatan Tb paru. HE yang diberikan keluarga sudah paham atau belum.
dan tetangga menurunkan 2. Keluarga dapat dengan baik. 3. Modifikasi lingkungan dengan pindah
berhubungan resiko memodifikasi 3. Pasien dan keluarga ke kamar dengan cukup ventilasi,
dengan penularan. lingkungan dengan dapat memodifikasi pintu dan jendela setiap hari sering
ketidakmampu baik. lingkungan. dibuka, menjemur kasur, anjurkan
an keluarga 3. Keluarga dapat buang dahak dengan tepat, posisi
memodifikasi memanfaatkan batuk juga harus benar, anjurkan
lingkungan. fasilitas kesehatan pemberian ikan di kamar mandi agar
dengan baik. tidak ada jentik, dan anjurkan untuk
pemberian genting kaca agar cahaya
cukup.
4. Manfaatkan layanan kesehatan dengan
kontrol rutin.

36
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Tanggal No.Dx Tindakan Perawatan Respon Klien TTD


1. 19/02/2019 1 1. Memberikan He tentang 1. Tn.N & klg
definisi, tanda dan gejala mengatakan
serta pengobatan TB sedikit paham
paru. tentang He yang
diberikan
2. Menganjurkan pasien 2. Tn.N & klg
dan keluarga untuk mengatakan
meningkatkan nutrisi sudah makan
agar BB tidak turun dan banyak namun
menganjurkan untuk masih jarang
penggunaan masker saat menggunakan
berinteraksi dengan masker.
orang lain.
3. Memanfaatkan fasilitas 3. Tn.N & klg
kesehatan dengan paham, px
menganjurkan untuk kontorl
kontrol rutin dan tepat 1minggu 1x ke
waktu. puskesmas
sumobito.
4. Mengajarkan px untuk 4. Tn.N & klg
minum obat secara mengatakan
teratur agar cepat minum obat
smebuh dan tuntas. dengan rutin dan
sesuai jadwal.
19/02/2019 2. 1. Menjelaskan he tentang 1. Klg mengatakan
cara penularan, sedikit paham
pencegahan dan tentang he yang
pengobatan secara diberikan.
bertahap kepada
keluarga.

37
2. Menanyakan kembali 2. Klg dapat
tentang He yang sudah menjawab
diberikan untuk di sedikit tentang
evaluasi. pengobatan tb.
3. Memodifikasi 3. Klg mengatakan
lingkungan dengan paham dan akan
pindah ke kamar dengan seger
cukup ventilasi, pintu melakukan
dan jendela setiap hari anjuran yang
sering dibuka, menjemur sudah diberikan.
kasur, menganjurkan
buang dahak dengan
tepat, posisi batuk juga
harus benar,
menganjurkan pemberian
ikan di kamar mandi
agar tidak ada jentik, dan
menganjurkan untuk
pemberian genting kaca
agar cahaya cukup.
4. Memanfaatkan layanan 4. Klg mengatakan
kesehatan untuk kontrol kontrol rutin
rutin. satu minggu
sekali.Ny.S ke
pkm untuk cek
kultur sputum.
1. 25/02/2019 1 1. Memberikan HE tnetang 1. Klg mengatakan
definisi, tanda dan sudah lebih
gejala, serta pengobatan paham tentang
Tb paru. he yang
diberikan.
2. Mengajarkan keluarga 2. Klg mengatakan

38
untuk merawat px tb nafsu makan
paru dengan meningkat,
meningkatkan nutrisi namun untuk
serta tetap menggunakan penggunaan
masker. masker px
masih jarang
digunakan.
3. Memanfaatkan fasilitas 3. Klg mengatakan
kesehatan dengan kontrol rutin
menganjurkan kontrol dan follow up
rutin dan follow up pertama
pertama. hasilnya (-).
4. Menganjurkan px untuk 4. Klg patuh
minum secara teratur minum obat dan
agar cepat sembuh dan didampingi
tuntas. PMO.
2. 25/02/2019 2 1. Memberikan he tentang 1. Klg
cara penularan, mendengarkan
pencegahan dan dengan baik.
pengobatan kepada px
dan keluarga.
2. Menanyakan kembali 2. Klg sudah bisa
untuk validasi. menjawab
sebagian besar.
3. Memodifikasi 3. Saat kunjungan
lingkungan dengan kedua, klg
pindah ke kamar dengan belum pindah
cukup ventilasi, pintu ke kamar yang
dan jendela setiap hari cukup ventilasi,
sering dibuka, menjemur pintu dan
kasur, menganjurkan jendela sudah
buang dahak dengan sering dibuka,

39
tepat, posisi batuk juga px belum
harus benar, menjemur
menganjurkan pemberian kasur, sudah
ikan di kamar mandi mengetahui
agar tidak ada jentik, dan posisi batuk
menganjurkan untuk yang benar,
pemberian genting kaca buang dahak
agar cahaya cukup. belum tepat,
kamar mandi
sudah berisi
ikan, namun
genting kaca
belum
terpasang.
4. Pasien
4. Memanfaatkan fasilitas
melanjutkan
layanan kesehatan.
obat pada bulan
ke-3

40
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Jam No. Dx Catatan Perkembangan TTD

19/02/2019 14.00 1. S : pasien dan keluarga mengatakan


sudah lumayan paham tentang definisi,
tanda dan gejala serta pengobatan tb
paru

O : - px dan keluarga terlihat manggut-


manggut saat dijelaskan

- Pasien tampak mendengarkan


dengan baik.
- Pasien dapat mengulangi sedikit
he yang diberikan mengenai
definisi, tanda dan gejala, saat
ditanya cara penularannya px
terlihat bingung.
A : Kurang pengetahuan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan Tb paru
belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan.

19/02/2019 14.00 2. S : pasien dan keluarga mengatakan


tentang kondisi rumah dan keluarga
masih bingung harus seperti apa.

O : - px dan keluarga membuka jendela


dan pintu rumah.

- hanya Tn.N yang keluar


memakai masker namun masih

41
jarang.
- px dan keluarga masih
berinteraksi dengan tentangga
lain tanpa menggunakan
masker.
A : Resiko penularan terhadap anggota
keluarga Tn.N dan tetangga
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan
belum teratasi.

P : intervensi dilanjutkan.

25/02/2019 13.30 1. S : pasien dan keluarga mengatakan


sudah lebih paham tentang tb paru.

O : - px dan keluarga menanykan


apakah perlu menggunakan masker
setiap saat.

- Px dan keluarga tampak


mendengarkan dengan baik.
- Px dan keluarga dapat
mengulangi sebagian he yang
sudah diberikan.
A : Kurang pengetahuan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan Tb paru
teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan.

25/02/2019 13.30 2. S : pasien dan keluarga mengatakan


tentang kondisi rumah dan tetap masih

42
bingung belum bisa merubahnya.

O : - px dan keluarga membuka jendela


dan pintu rumah.

- Hanya tn.N yang memakai


masker saat keluar
rumah/berinteraksi dengan
orang lain.
- Px dan keluarga belum pindah
ke kamar yang lebih banyak
veltilasi
- Kasur belum dijemur
- Posisi dahak sudah benar
- Kamar mandi sudah diisi
dengan ikan
- Genting kaca masih belum ada.
A : Resiko penularan terhadap anggota
keluarga Tn.N dan tetangga
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan
teratasi sebagian.

P : intervensi dilanjutkan.

43
EVALUASI KUNJUNGAN TERAKHIR

No Tanggal Evaluasi TTD


1. 27/02/2019 S : pasien dan keluarga mengatakan sudah
paham dengan apa yang dijelaskan.
O:
- Px dan keluarga tampak
mendengarkan dengan baik.
- Px dan keluarga dapat mengulangi he
yang sudah diberikan.
A : Kurang pengetahuan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan Tb paru teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
2. 27/02/2019 S : pasien dan keluarga mengatakan sudah
dapat melakukan anjuran yang sudah
disampaikan.
O : - px dan keluarga membuka jendela dan
pintu rumah.
- Px dan keluarga belum pindah ke
kamar yang lebih banyak veltilasi
- Kasur sudah dijemur
- Posisi dahak sudah benar
- Kamar mandi sudah diisi dengan ikan
- Genting kaca masih belum ada.
A : Resiko penularan terhadap anggota
keluarga Tn.N dan tetangga berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan teratasi sebagian.
P : intervensi dilanjutkan.

44

Anda mungkin juga menyukai