Anda di halaman 1dari 5

”Requirement Elicitation”

Dipersiapkan oleh:

Alsasian Atmopawiro (23509006)


Lovinta Happy Atrinawati (23509007)
Yuandra Ismiraldi (23509009)
Anggi Alisia Putri (23509035)
Irfan hanif (23509083)

Program Studi Pasca Sarjana Teknik Informatika (RPL)

Institut Teknologi Bandung

2009
1 Pendahuluan
Requirement elicitation merupakan salah satu aktivitas penting dalam proses requirement
engineering suatu sistem. Ide dari aktivitas ini adalah mengumpulkan kebutuhan para
stakeholder terhadap sistem yang akan dibangun. Berbagai teknik dan tools dikembangkan
untuk membantu proses requirement elicitation. Makalah ini akan membahas mengenai teknik-
teknik yang sesuai untuk digunakan serta tools yang akan memudahkan requirement
elicitation.

2 Analisis Bahasan
Terdapat empat sumber utama yang digunakan dalam penyusunan makalah ini. Literatur
pertama (Zhang, 2007) menjelaskan mengenai teknik-teknik yang dapat digunakan untuk
melakukan requirement elicitation. Literatur kedua(Belani, Pripuzic, & Kobas) dan ketiga
(Kassel & Malloy, 2003) berisi tools yang dapat membantu requirement elicitation. Literatur
keempat (Gotel & Finklestein) menjelaskan bahwa proses elisitasi kebutuhan harus dapat
ditelusuri. Berikut merupakan hasil analisis dari studi terhadap keempat literatur tersebut

2.1 Teknik Requirement Elicitation


Proses requirement elicitation melibatkan berbagai stakeholders dalam sistem. Requirement
didapatkan melalui proses interaksi antara requirement analyst dan stakeholder. Interaksi
tersebut dapat dikategorikan menjadi 4 metode komunikasi, yaitu observational,
conversational, analytic, dan synthetic. Conservational adalah proses mendapatkan
requirement dengan berkomunikasi dengan orang lain, contohnya adalah wawancara dan
melakukan diskusi berkelompok. Observational adalah memperhatikan cara kerja yang
dijalankan dalam domain masalah, contohnya adalah observasi cara kerja dan observasi aturan
yang ada. Analytic adalah proses mendapatkan requirement berdasarkan analisis dari seorang
ahli, contoh kegiatannya adalah dengan analisis dokumen yang ada. Syntetic menggabungkan
metode-metode conservational, observational, dan analytic dalam suatu sesi pengambilan
requirement, contohnya dalam satu sesi ada wawancara dilanjutkan dengan observasi
kemudian analisis dokumen.

Dalam memilih teknik requirement elicitation yang paling tepat, ada 4 faktor yang perlu
diperhitungkan: tingkat abstraksi requirement, sumber requirement, masalah komunikasi yang
mungkin muncul, dan tingkat kepastian requirement. Tingkat abstraksi requirement adalah
seberapa baik proses mendapatkan requirement dapat menggambaran secara umum pemecahan
masalah yang nantinya akan dimasukan ke dalam spesifikasi produk. Sumber requirement
adalah seberapa banyak sumber requirement yang mampu diambil oleh analis. Masalah

1
komunikasi diukur dari seberapa baik proses pengambilan requirement dapat menghadapi
masalah komunikasi antar stakeholder. Tingkat kepastian menandakan tingkatan pengetahuan
stakeholder mengenai visi dari sistem yang berpengaruh pada pengetahuan stakeholder
terhadap requirement.

Dengan mempertimbangkan faktor di atas, maka berikut merupakan saran penggunaan teknik
requirement elicitation.
1. Teknik conversational dapat digunakan untuk segala situasi pengambilan requirement.
Disarankan untuk digunakan apabila stakeholder memiliki tingkat kepastian yang tinggi,
dengan kebutuhan sistem sebagian besar melibatkan manusia .
2. Teknik observational dapat memberikan gambaran umum mengenai domain masalah pada
saat awal pengerjaan. Disarankan untuk digunakan apabila kebutuhan sistem sebagian
besar melibatkan sistem lain, dibandingakan manusia, atau apabila requirement analyst
diharapkan memiliki pengetahuan mengenai lingkungan organisasi.
3. Teknik analytic digunakan untuk mengambil pengetahuan dari dokumen dan domain
expert yang ada mengenai domain masalah. Disarankan digunakan apabila domain masalah
sudah jelas dan saat ini sudah ada sistem yang menangani masalah tersebut.
4. Metode sysntetic sangat komprehensif untuk mengambil requirement secara menyeluruh
namun membutuhkan sumber daya yang cukup besar.

2.2 Tools

2.2.1 Web-Survey
Web-survey menyediakan fungsionalitas berupa membuat survey, menjawab survey dan
menggali statistik survey. Dengan menggunakan web, sistem ini dapat diakses lebih mudah dan
sekuritas yang lebih baik. Survey yang dibuat pada web-survey ini memiliki satu pembuat dan
memiliki beberapa responden yang harus menjawab. Pertanyaan yang terdapat dalam survey
harus ditentukan jenisnya yaitu text-box, text-line, combo-box, radio-button atau check-box.
Tiga jenis pertanyaan yang terakhir disebut dapat memiliki beberapa pilihan. Setiap pertanyaan
juga dapat memunculkan pertanyaan yang hanya muncul jika menjawab pilihan spesifik.

Web-survey ini mengatasi permasalahan pertanyaan terlewat dengan tidak memperbolehkan


pengguna dalam melanjutkan pertanyaan sebelum menjawab pertanyaan yang sedang diajukan.
Kemungkinan jawaban yang tidak tervalidasi diatasi dengan antarmukanya. Keamanan dari
survey diterapkan dengan membuat akun untuk responden dan menggunakan SSL dalam
koneksi internetnya.

2
2.2.2 Automated Requirement Elicitation
Tools ini mengotomasi proses requirement elicitation.Dengan bantuan tools, domain experts
menyusun domain pengetahuan, yaitu dengan membuat pertanyaan (kuesioner tertutup) sesuai
dengan domain aplikasi untuk mendapatkan kebutuhan. Customer/user menjawab pertanyaan
sesuai dengan kebutuhan. Customer/user tidak dapat memodifikasi domain pengetahuan
namun dapat memberikan saran kepada domain expert melalui tools. Requirement analyst
menggunakan input tersebut untuk men-generate daftar spesifikasi kebutuhan secara otomatis.

Tools yang dibangun memanfaatkan format XML untuk penyimpanan dan representasi data.
Domain pengetahuan, template Software Requirement Specification (SRS), serta input dari
customer/user akan diproses oleh tools (VB). Tools secara otomatis akan men-generate SRS
yang kemudian dapat disimpan dalam beberapa format seperti .html atau .pdf.

2.3 Traceability
Untuk menjamin setiap kebutuhan akan terpenuhi dan perubahan akan tertangani, dibutuhkan
suatu mekanisme untuk menjaga dan mengelola keterhubungan antara informasi dari
customer, kebutuhan yang didefiniskan dari informasi tersebut, dan artifak dari kebutuhan
yang berhubungan. Kemampuan untuk mengumpulkan dan memenuhi kebutuhan customer
bergantung pada kebutuhan yang dapat ditelusuri asalnya (traceable) selama proyek berjalan.
Hal terpenting dari traceability kebutuhan adalah menemukan dan mengakses orang yang
menjadi sumber informasi kebutuhan, informasi yang berhubungan dengan kebutuhan, dan
pekerjaan terkait.

Terdapat dua tipe dasar dari traceability kebutuhan, yaitu traceability sebelum definisi
spesifikasi kebutuhan (post-RS) dan sesudahnya (pre-RS). Post-RS mengacu pada saat
deployment kebutuhan dan pre-RS mengacu pada produksi kebutuhan. Sebagian besar
permasalahan disebabkan karena tingkat kualitas traceability pre-RS yang rendah, seperti
permasalahan untuk menentukan asal kebutuhan tertentu dan mengintegrasikannya ke dalam
spesifikasi kebutuhan. Solusinya adalah mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisasi
detail-detail kebutuhan sehingga dapat ditelusuri asalnya.

3 Kerangka Requirement Elicitation


Dari hasil studi literatur yang dilakukan, dapat dirumuskan kerangka dari aktivitas requirement
elicitation. Kerangka requirement elicitation ini terdiri dari input, proses, dan output.

Yang menjadi input dari requirement elicitation adalah dokumen Vision and Scope. Dokumen
ini diperlukan sebagai pemahaman awal dari domain sistem yang akan dibangun. Kemudian

3
dilakukan pemilihan terhadap teknik apa yang akan digunakan (lihat bagian 2.1) dalam
requirement elicitation. Proses requirement elicitation dapat berupa survey, wawancara,
observasi, analisis dokumentasi, dan sebagainya sesuai dengan teknik yang dipilih. Proses ini
juga dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan tools yang sesuai, seperti web-survey atau
otomasi pembuatan SRS (lihat bagian 2.2). Selama proses requirement elicitation dilakukan,
perlu dijaga traceability dari setiap informasi yang didapat atau dihasilkan (lihat bagian 2.3).

Hasil dari proses requirement elicitation ini dielaborasi dan kemudian disusun menjadi suatu
dokumen, yaitu Use Case Document. Dokumen ini yang akan menjadi dasar dalam melakukan
langkah selanjutnya dalam requirement engineering.

4 Kesimpulan
Proses requirement elicitation merupakan proses yang dilakukan untuk mendapatkan
requirement dari para stakeholder. Dalam melakukan kegiatan requirement elicitation ini,
terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dengan keuntungan dan kerugiannya masing-
masing. Pemilihan teknik dalam requirement elicitation berdasarkan aspek yang akan ditangani
dari suatu requirement. Requirement elicitation dapat pula menggunakan tools untuk
memudahkan dalam mendapatkan kebutuhan. Traceability dari proses requirement elicitation
juga penting untuk menjaga dan mengelola keterhubungan antara informasi dari customer
dengan kebutuhan yang didefiniskan dari informasi tersebut. Setelah melalui kegiatan
requirement elicitation, diharapkan requirement yang benar-benar diinginkan oleh user dapat
diidentifikasi dengan baik oleh pengembang.

5 Referensi
[1] Katasonov, A. (2007). Lecture 5 : Requirements Elicitation. University of Jyvaskyla.
[2] Zhang, Z. (2007). Effective Requirement Development - A Comparison of Requirements
Elicitation Techniques. Finland: Departement of Computer Sciences University of
Tampere.
[3] Belani, H., Pripuzic, K., & Kobas, K. Implementing Web-Surveys for Software
Requirement Elicitation. Croatia: Department of Telecomunications UNSKA.
[4] Gotel, O., & Finklestein, A. Making Requirements Elicitation Traceable. London:
Departemen of Computing Imperial College of Science, Technology, & Medicine.
[5] Kassel, N. W., & Malloy, B. A. (2003). An Approach to Automate Requirements
Elicitation and Specification. Proceedings of The 7th IASTED International Conference
Software Engineering and Applications. California USA: IASTED.

Anda mungkin juga menyukai