PEMBAHASAN
Untuk mengakhiri perbincangan ini dapat dikemukakan bahwa penerapan Teori Belajar
dalam MP-BTIK, membawa konsekuensi bahwa implementasinya harus mampu menfasilitasi
pembelajaran dalam berbagai kondisi dan latar belakang pesrta didik, baik secara horisontal
maupun vertikal. Untuk itulah MP-BTIK yang secara sengaja dan kreatif dirancang untuk
membantu memecahkanpermasalahan pendidikan/pembelajaran, kiranya akan banyak dapat
mengambil peran. Agar supaya pesan pembelajaran dapat diterima dengan baik dan mudah,
dan berbagai bentuk pengalaman belajar, baik yang dapat dicapai di dalam kelas maupun di
luar kelas, perlu dikemas dengan memperhatikan kaidah serta prinsip teori belajar.
Pembelajar (learner)memerlukan kemasan mediapembelajaran yang didesain dengan
menerapkan teori serta prinsip belajaran dan pembelajaran.Penerapan teori belajar dalam MP-
BTIKbukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, pihak-pihakterkait harus
mempersiapkan berbagai hal untuk memperlancar keberhasilannya.Tim pengembang
sebagaimana diamanahkanPeraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2013,
Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran, bertanggung
jawab dalam pengembangan MP-BTIK. Di samping itu, satuan pendidikan perlu menjalin
kerjasama dengan unsur-unsur lain, seperti TimPengembang Teknologi Pembelajarn pada
tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan juga dari Perguruan Tinggi.Untuk keberhasilan
penerapan teori belajar dalam MP-BTIKjuga memerlukan sejumlah prasyarat,di mana semua
pihak perlu memiliki komitmen, memahami berbagai permasalahan terkait dengan penerapan
teori belajar dalam MP-BTIK,seperti sarana dan prasarana pendukung yang memadai, serta
mampu & mau memanfaatkan MP-BTIKtermasuk yang tersedia di dunia maya. Semoga
dengan penerapan teori belajar dalam MP-BTIKbenar-benar dapat meningkatkan kualitas
pendidikan
Kesimpulan
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya. Dengan kata lain,
siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung
bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya
tercapai.
Beberapa tokoh penganut aliran humanistik di antaranya:
1) Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar yaitu: pengalaman konkret,
pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
2) Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu: aktifis, reflektor, teoris
dan pragmatis.
3) Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu: belajar teknis, belajar praktis,
dan belajar emansipatoris.
4) Bloom dan Krathwol, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu: kognitif, psikomotor dan
afektif.
5) Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitifisme, ia terkenal dengan
konsepnya belajar bermakna (Meaningful Learning).
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk
berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar.