Chapter III-V PDF
Chapter III-V PDF
Kontrak atau Izin pengelolaan mineral dan batubara di indonesia saat ini
beraneka ragam, dikarenakan masih berlakunya berbagai jenis kontrak atau izin
Mineral dan Batubara. Kontrak atau izin pertambangan yang berlaku sebelum
1. Kontrak karya;
3. Kuasa Pertambangan;
Sementara itu, izin yang dikenal dalam undang-undang No. 4 Tahun 2009,
meliputi:
a. Kontrak Karya;
a. Kontrak Karya
juga dilakukan secara lisan. Dengan demikian, mazhab kontrak dapat termasuk
terlibatdidalamnya.
kontrak. 67Subjek hukum yang terlibat di dalam sebuah kontrak tidak terbatas
pada individu kodrati melainkan para pihak yang terdiri lebih dari
66
R.Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perjanjian,Intermasa,Jakarta,1983.hal. 1.
67
Sri Soemantri M.,Permasalahan Hukum Tata Negara (dan Politik) Dalam Perspektif
Penelitian,Pengembangan dan Pendidikan Hukum di Indonesia,Semarang: FH-UNDIP-Dikti -
Depdikbud,1996), hal 8
mengatur berbagai hak dan kewajiban kontraktor serta berbagai kemudahan yang
usahanya. 70Adanya kontrak karya pertambangan ini lahir dari amanat Undang –
68
Aminuddin Ilmar,Hukum Penanaman Modal di Indonesia ,(Jakarta:Preneda
Media,2005),hal 144
69
Ari wahyudi Hertanto,kontrak karya (suatu kajian hukum keperdataan),hukum dan
pembangunan 2, Jakarta, 2008. Hal 204
70
Joko Susilo dan Adi Prathomo,Sejarah Perkembangan Pertambangan Indonesia ( Kumpulan
Tulisan S.Sigit,1967-2004)”,Yayasan Minergy Informasi Indonesia,Jakarta, 2004. hal 91
1967,yaitu 71:
kuasapertambangan.
menyangkuteksploitasigolonganasepanjangmengenaibahan-bahangalian
71
Indonesia ,Undang – Undang Pokok Pertambangan,UU No.11 Tahun 1967,(LN No.22 Tahun
1967),pasal 10
batu bara di Indonesia diatur dalam pasal 8 ayat (1) Undang-undang No.1 Tahun
1967 dan pasal 10 ayat (1) dan ayat (3) Undang-undang No 11 Tahun 1967. Dari
dua dasar hukum tersebut dalam dipahami bahwa kontrak karya pada dasarnya
mengatur mengenai bentuk badan usaha yang dapat diberikan izin untuk
PT. Dengan demikian, bentuk badan usaha Perseroan Terbatas haruslah tunduk
Terbatas, yang menyatakan bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
72
Indonesia , Undang – undang Penanaman Modal Asing , UU No. 1 Tahun 1967, ( LN Tahun 1967
No 1,TLN Tahun 1967 No), Ps8.
modal asing maka disebut sebagai PT PMA atau Peseroan Terbatas Penanaman
Modal Asing.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.1614 Tahun 2004 tentang
Asing,yaitu:
73
Indonesia,Undang – undang Perseroan Terbatas,UU No 40 Tahun 2007,(LN No. 106 Tahun
2007,TLN No.4756),ps. 1 angka (1)
74
Indonesia,Undang – undang Perseroan Terbatas,UU No 40 Tahun 2007,(LN No. 106 Tahun
2007,TLN No.4756),ps. 1 angka (1)
75
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam Rangka Penanaman Modal Asing ,KepMen Energi
dan SDM No. 1614 Tahun 2004 ,Ps. 1 angka 1
perusahaaangabungan;
indonesia;
• Haknya, meliputi:
Sistem seperti yang dijelaskan diatas sebenarnya telah dikenal pada zaman
tambang seperti mineral dan logam yang ada di wilayah Indonesia. Peraturan
selama hal itu tidak bertentangan dengan hak – hak yang telah diberikan
dalam pasal 4 Undang –undang ini sesuai dengan perjanjian itu maka
yangdimaksud;
76
Mijnordonnantie adalah sistem hukum pertambangan pada masa kolonial Belanda yang
merupakan perbaikan dari sistem Indische Mijnwet.
77
Muhammad Chalid,”Studi Agenda Tersembunyi di Balik Kontrrak Karya dan Operasi Tambang
INCO”,disampaikan pada temu Profesi Tahunan (TPT) IX dan Kongres IV PerhimpunanAhli
Pertambangan Indonesia (PERHAPI)),(14 September200)
78
Abrar Saleng,Hukum Pertambangan ,Op.Cit,hal .65
jalan tengah antara sistem konsesi ini, dimana kontraktor asing mendapat hak
penuh terhadap mineral dan tanah,dengan model kontrak bagi hasil dimana
negara tuan rumah langsung mendapatkan hak atas peralatan dan prasarana
Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor untuk pekerjaan yang
belum mampu dikerjakan sendiri. Pemerintah dalam hal ini mengawasi dan
melandasi dan merupakan dasar hukumnya adalah berupa perjanjian yang harus
generasi KKP. 81
79
Salim H.S.,Hukum Pertambangan di Indonesia,Opcit hal143
80
Ari Wahyudi.Op.Cit. Hal 5
81
Joko Susilo dan Adi Prathomo, Opcit. hal28
lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu
hal. 82Dengan adanya perjanjian ini maka akan menimbulkan suatu hubugan
hubungan hukum antar dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
ikatan dua orang atau lebih yang mempunyai kepentingan – kepentingan yang
Kontrak karya ini adalah adanya motivasi untuk sama- sama mencari keuntungan
untuk kedua belah pihak. Melalui pendekatan ekonomi,jelas dapat terbaca bahwa
82
Subekti,Hukum Perjanjian,cetakan XX,(Jakarta,PT Intermasa,tahun 2004), hal 11
83
Ibid
84
Sutadi Pudjo Utomo,Prinsip-prinsip dalam Perjanjian Kerja sama,BPMIGA,jakarta. Hal 2
85
Ibid
menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 1614 Tahun
Asing, gubernur dan bupati/walikota tidak lagi menjadi salah satu pihak dalam
menandatangani adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dengan badan
dimana posisinya sama dengan posisi para pihak di dalam perjanjian keperdataan
pada umum. Para pihak memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum
perjanjian yang dibuat oleh para pihak dan tidak ada yang memiliki kedudukan
badan hukum keperdataan. 86Hal ini dilakukan bukan untuk merendahkan posisi
badanhukumswasta.Haliniuntukmewujudkankesejahteraanumumdansebesar-
86
Bagir Manan,Bentuk – Bentuk Perbuatan Keperdataan yang Dapat Dilakukan oleh Pemerintah
Daerah,Journal Padjajaran University,( Bandung :LP.Unpad,1996),hal.24
Badan Hukum atau pribadi kodrati, oleh karena itu, suatu negara jika ingin
melakukan suatu kegiatan keperdataan harus diwakili oleh badan hukum yang
maupun tidak langsung dengan menggunakan Badan Usaha Milik Negara atau
Pemerintah dalam hal ini mewakili negara dapat memasukan unsur hukum
dengan mitranya atau (lawan kontraknya) tidak berada di dalam kedudukan yang
merupakan:
87
Abrar Saleng,”Kepastian Hukum dan Status Hukum Pemerintah dalam Kontrak Karya
Pertambangan”,Buletin Mimbar Hukum, 2010 hal .75
asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk
1967 Tentang penanaman modal asing serta undang-undang No.11 Tahun 1967
swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka
PMA);
• Kewajibannya, meliputi:
kepada pemerintah;
− Menyerahkan sebesar 13,50 % (tiga belas dan lima puluh perseratus) hasil
produksi batubara kepada pemerintah secara tunai atas harga pada saat
berada di atas kapal (free on board) atau harga setempat (at sale point);
88
I b i d Hal 55
mendapatkan persetujuan;
pertambangan batubara;
Wewenang merupakan hak dan kekuasaan yang diberikan oleh hukym kepada
adalah:
bupati/walikota;
• Perusahaan negara;
• Perusahaan daerah;
Tahun 2001 tentang perubahan kedua atas peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
dan golongan bahan galian vital, baru dapat dilaksanakan apabila terlebih dahulu
• Kewenangan bupati/walikota
• Kewenangan Gubernur
provinsi, dan/atau diwilayah laut yang terletak antara 4 sampai dengan 12 mil laut.
• Kewenangan Menteri
kerja sama antar provinsi, dan/atau diwilayah laut yang terletak diluar 12 mil laut.
syarat dan ketentuan yang berlaku pada saat itu yang terdapat dalam surat
c. Kuasa Pertambangan
b. PerusahaanNegara;
c. PerusahaanDaerah;
89
Indonesia,Undang-Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan,UU Nomor11
Tahun 1967,LN No.22 Tahun 1967 ,Ps. 2 huruf i.
90
Indonesia,Undang – Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan,UU Nomor
11 Tahun 1967,LN No.22 Tahun 1967.Ps 5.
memenuhi persyaratan;
h. Pertambanganrakyat.
Tahun 1967 Tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Pertambangan mengatur lebih rinci
pembagian pihak – pihak lembaga,badan usaha atau perseorangan yang dapat melakukan
usaha pertambangan khususnya bahan galian strategis dan bahan galian vital.
Konsep Kuasa Pertambangan memiliki tiga jenis yang diatur lebih lanjut di dalam
Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
pertambangan secara kecil – kecilan dan dengan luas wilayah yang sangat terbatas.
swasta atau perorangan untuk meliputi usaha pertambangan yang meliptu tahap
geologi umum atau untuk mentepkan tanda – tanda adanya bahan galian
pada umumnnya;
b. Kuasa PertambanganEksplorasi
91
Indonesia,Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 32 Tahun
1969 tentang Pelaksanaan Undang – undang No 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan – ketentuan
Pokok Pertambangan, PP No 75 Tahun 2001,LN Nomor 151 Tahun 2001.Ps 7 ayat 2
galian;
c. Kuasa PertambanganEksploitasi
tersebut;
untuk memindahkan bahan galian dan hasil pengelolahan dan pemurnian bahan
lapangan untuk pertambangan yang terpisah harus diajukan secara terpisah pula
permohonan berkas – berkas yang diajukan. Hal ini diatur dalam lampiran Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 1453 K/29/MEM/2000 tentang Pedoman
berwenang untuk memberikan Kuasa Pertambangan tersebut untuk para pihak pemohon.
92
Istilah izin pertambangan rakyat berasal dari terjemahan bahasa inggris,
yaitu small-scale mining permit. Sedangkan dalam bahasa belanda disebut dengan
istilah mijnbouw mogelijk te maken, dan dalam bahasa jerman disebut bergbau.
undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang
menjelaskan bahwa :
• adanya izin;
92
Salim HS. Loc cit. hal 89
• investasi terbatas.
diberikan pada wilayah penambangan yang tidak begitu luas. Adapun jenis
antara lain:
• pertambangan batubara.
93
Untuk pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan IPR pada dasarnya
tidak setiap orang atau seorang diri yang dapat mengajukan permohonan IPRnya.
• perorangan;
• kelompok; dan
• koperasi.
Namun diantara klasifikasi ini tetap didasarkan kepada orang perorangan atau
masyarakat yang mendiami suatu tempat, apakah itu dalam suatu kampung nagari
93
Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara
untuk luas wilayah pertambangan rakyat bagi pemohon perorangan paling banyak
1 hektar, untuk pemohon masyarakat adalah paling banyak 5 hektar dan untuk
Istilah izin pertambangan rakyat berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu
istilah mijnbouw mogelijk te maken, dan dalam bahasa jerman disebut bergbau.
undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang
menjelaskan bahwa :
investasi terbatas”
• adanya izin;
• investasi terbatas.
94
Pasal 68 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara
diberikan pada wilayah penambangan yang tidak begitu luas. Adapun jenis
antara lain:
• pertambangan batubara.
95
Untuk pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan IPR pada dasarnya
tidak setiap orang atau seorang diri yang dapat mengajukan permohonan IPRnya.
• perorangan;
• kelompok; dan
• koperasi.
Namun diantara klasifikasi ini tetap didasarkan kepada orang perorangan atau
masyarakat yang mendiami suatu tempat, apakah itu dalam suatu kampung nagari
95
Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara
untuk luas wilayah pertambangan rakyat bagi pemohon perorangan paling banyak
1 hektar, untuk pemohon masyarakat adalah paling banyak 5 hektar dan untuk
pemohon koperasi paling banyak 10 hektar. Hak dan Kewajiban Izin Usaha
Pertambangan
berasal dari terjemahan bahasa ingris yaitu Special Mining Permit atau Special
Mining License sedangkan dalam bahasa belanda disebut dengan istilah Speciale
Mijnbouwlicentie.
97
IUPK merupakan izin yang diberikan penerbit izin kepada pemegang IUPK
a. penyelidikan umum;
b. eksplorasi;
c. studi kelayakan;
d. konstruksi;
e. penambangan;
h. pascatambang.
Adapun yang menjadi kekhususan dari izin ini adalah sebagai berikut:
ESDM.
BUS.
e. WIUPK nya cukup luas. Untuk WIUPK eksplorasi mineral logam adalah
98
Pasal 74 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara
Apabila kita analisis defenisi ini, maka ada dua unsur yang paling penting dalam
IUP, yaitu:
2. Usaha pertambangan.
99
Pasal 1 Angka 7 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batubara.
100
Pasal 1 Angka 6 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batubara
Maka dapat disimpulkan bahwa setiap mereka yang ingin mendapatkan izin
usaha pertambangan harus melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan itu antara
lain adalah :
• Penyelidikan Umum
mengetahui :
− Kelayakan ekonomis;
− Perencanaan pascatambang.
dampak lingkungan.
ikutan.
pertambangan.
berkedudukan dalam wilayah NKRI. 101 Ciri badan usah yang dapat
• orang perorangan;
perseroannya 105;
secara secara otomatis membuat UU No.11 Tahun 1967 dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku. Maka berakhirlah rezim KP,SIPD,PKP2B dan kontrak karya akan
104
Pasal 16 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
105
Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
106
Pasal 19 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
No.4 Tahun 2009 tetap dihormati sampai masa berlakunya berakhir. Berikut
Dari penjelasan diatas terdapat perbedaan yang sangat jelas antara kontrak izin
dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan IUP, IUPK dan IPR. Adapun
syarat dan ketentuan untuk memiliki setiap izin tersebut adalah berbeda cara,
menjadi dua yaitu IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. Adapun syarat
a. Administratif;
b. teknis;
c. lingkungan; dan
d. finansial.
yaitu:
a. syarat untuk permohonan IUP yang bergerak dibidang mineral logam dan
batubara, yaitu:
• surat permohonan;
yaitu:
• surat permohonan;
• surat permohonan;
• surat permohonan;
• profil koperasi;
• keterangan domisili.
sebagai berikut:
batuan, yaitu:
• surat permohonan;
memenuhi syarat teknis. Syarat teknis untuk mengajukan IUP eksplorasi yang
nasional;
produksi; dan
lingkungan yang harus dipenuhi oleh pemohon IUP eksplorasi yaitu dengan
perundang-undangan.
keuangan. Pemohon IUP, baik IUP Eksplorasi dan IUP produksi harus
meliputi:
WIUP logam atau batubara dengan nilai penawaran lelang atau bukti
Produksi, meliputi:
a. laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik;
yang wajib dimuat dalam IUP Eksplorasi dan IUP Produksi. Hal-hal yang wajib
a. nama perusahaan;
d. jaminan kesungguhan;
e. modal investasi;
pertambangan;
k. perpajakan;
l. penyelesaian perselisihan;
n. AMDAL.
a. nama perusahaan;
b. luas wilayah;
c. lokasi penambangan;
l. perpanjangan IUP;
pertambangan;
o. perpajakan;
p. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran
produksi;
q. penyelesaian perselisihan;
s. konservasi mineral;
negeri;
baik;
mineral.
apabila dalam pelaksanaannya telah ditentukan jenis mineral yang akan dikelola,
namun berikutnya ditemukan jensi mineral yang baru. Maka untuk menjawab hal
e. IUP untuk mineral lain dapat diberikan kepada pihak oleh menteri,
baru dapat melakukan usahanya setelah mendapat izin usaha pertambangan (IUP).
Sejak adanya IUP, maka sejak itulah timbul hak dan kewajiban bagi pemegang
IUP.
undangan;
perundang-undangan.
Adapun kewajiban pemegang IUP ditentukan dalam pasal 112, yaitu: 108
melaksanakan:
107
Pasal 90-94 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batubara
108
Pasal 112 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara
dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standart baku
g. menjada kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang
negeri;
kewenangnya;
kewenangnya;
keuntungan bersih.
c. hibah.
Pajak dalam negeri dalah semua penerimaan pajak yang berasal dari:
a. pajak penghasilan;
b. pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah;
f. pajak lainnya.
pemerintah pusat yang diterima dalam bentuk penerimaan sumber daya alam,
bagian pemerintah atas laba BUMN, penerimaan pajak lainnya, serta pendapatan
a. iuran tetap;
b. iuran eksplorasi;
a. pajak daerah;
undangan.
Oleh karena itu sudah barang tentu Undang-Undang Minerba dibuat dengan
Sudah barang tentu bahwa mahudat di indonesia masih lazim kita jumpai
Istilah masyarakat hukum adat sendiri adalah istilah resmi yang tercantum
Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria (yang selanjutnya disebut UUPA),
oleh pakar hukum adat yang lebih banyak difungsikan untuk keperluan
itu sudah dikenal luas dan telah disebutkan dalam sejumlah kesepakatan
sekelompok orang yang hidup dalam suatu wilayah (ulayat) tempat tinggal dan
menjaga kepentingan kelompok (keluar dan kedalam), dan memiliki tata aturan
masing yang telah ada ratusan tahun yang lalu. Masyarakat hukum adat adalah
hukum adat masing-masing dan mempunyai kekayaan sendiri baik berupa benda
yang berwujud ataupun tidak berwujud serta menguasai sumberdaya alam dalam
sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga
bersama suatu persekutuan karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar
keturunan.
111
Konsep masyarakat hukum adat untuk pertama kali diperkenalkan
olehCornelius van Vollenhoven. Ter Haar sebagai murid dari Cornelius van
kekuasaan sendiri, dan mempunyai kekayaan sendiri baik berupa benda yang
terlihat maupun yang tidak terlihat, dimana para anggota kesatuan masing-masing
mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat
alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau
meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan itu untuk selama-
110
IBID
111
Husen Alting, Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum
Adat Atas Tanah ,LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2010. hlm. 30.
yang timbul secara spontan diwilayah tertentu, berdirinya tidak ditetapkan atau
diperintahkan oleh penguasa yang lebih tinggi atau penguasa lainnya, dengan
sebagai orang luar dan menggunakan wilayahnya sebagai sumber kekayaan yang
berdiri sendiri yang mempunyai kesatuan hukum, kesatuan penguasa dan kesatuan
lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua
3. terdapat kelembagaan;
112
Ibid.hal 44
113
Hazairin. Demokrasi Pancasila. Tintamas, Jakarta, 1970.Hal 44
114
Dalam buku De Commune Trek in bet Indonesische Rechtsleven, F.D.
yaitu magis religious, komunal, konkrit dan kontan. Hal ini terungkap dalam
1. Sifat magis religious diartikan sebagai suatu pola pikir yang didasarkanpada
nyata dan alam batin (dunia gaib). Setelah masyarakat mengenal sisitem
bentuknya akan selalu mendapat imbalan dan hukuman tuhan sesuai dengan
derajat perubahannya.
114
Husein Alting, OP cit. hal.46
sertamerta/seketika.
bangsa Indonesia, keberadaannya tidak dapat dipungkiri sejak dahulu hingga saat
115
Hendra Nurtjahjo dan Fokky Fuad, Legal Standing Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam
Berperkara di Mahkamah Konstitusi. Salemba Humanika.Jakarta, 2010. hlm. 12.
sidang lainnya tidak terlihat secara tegas ada yang memberikan pemikiran
konseptual berkaitan dengan posisi hukum adat dalam negara republik yang
kecakapan bangsa Indonesia dalam mengurus tata negara dan hak atas tanah
sudah muncul beribu-ribu tahun yang lalu. Beliau tidak menjelaskan lebih jauh
adanya berbagai macam susunan persekutuan hukum adat itu dapat ditarik
bahwa :
menyampaikan bahwa:
“hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa harus diperingati
juga. Daerah-daerah yang bersifat istimewa itu ialah, pertamadaerah
kerajaan (kooti), baik di Jawa maupun di luar Jawa, yang dalam bahasa
Belanda dinamakan zelfbesturendelanschapen. Kedua, daerah-daerah kecil
yang mempunyai susunan rakyat asli, ialah dorfgemeinschaften, daerah-
daerah kecil yang mempunyai susunan rakyat asli seperti desa di Jawa,
nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, huta dan kuria di
116
Taqwaddin, Op. Cit., hlm. 71.
117
Soepomo. Bab-Bab tentang Hukum Adat, Pradya Paramita, Jakarta,1977.hal 49-50
118
Tim Kerja Dibawah Pimpinan Dr. Herlambang P Wiratraman, S.H., MA, LAPORAN AKHIR TIM
PENGKAJIAN KONSTITUSI TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT HUKUM
ADAT, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum
Nassional Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2014.Hal 29
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam pasal 18B ayat 2 dan pasal
yuridis yakni :
berikut: 119
119
Hendra Nurtjahjo dan Fokky Fuad, Loc. Cit., Hlm. 97.
secara bebas.
ingin mengatur ranahnya sendiri dan merasa cakap untuk itu telah gagal
XVII/MPR/1998Pasal 41.
120
Ricardo Simarmata, Op Cit. Hal.51
Tidak dapat disangsikan lagi bahwa suasana keterbukaan serta semangat anti
hukum positif, kandungan ketetapan MPR masih harus dituangkan dalam bentuk
undang-undang.
Pasal 6.
Ayat 1
“dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam
masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum,
masyarakat, dan pemerintah.”
Ayat 2
“identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat
dilindungi, selaras dengan perkembangan zaman”.
Dimana dalam penjelasan pasal 6 ayat 1 dan 2 dijelaskan hak adat yang secara
nyata masih diakui dan dijunjung tinggi di dalam lingkungan masyarakat hukum
adat harus dihormati dan dilindungi dalam rangka penegakan dan perlindungan
rangka penegakan HAM identitas budaya masyarakat hukum adat, hak-hak adat
yang masih secara nyata dipegang teguh oleh masyarakat hukum adat setempat,
No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria, dimana hukum
UUPA:
yang modern dan dalam hubugannya dengan dunia internasional serta disesuaikan
121
Penjelasan undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Perlindungan dan Penegakan Hak
Asasi Manusia pasal 6 ayat 1 dan 2, LN Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165
122
Dapat dilihat dalam Penjelasan Umum III angka 1 UUPA
123
Penjelasan umum undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Dasar Agraria,
LN nomor104 Tahun 1960.
Sehingga dengan kata lain, hukum adat maupun tanah adat pada akhirnya dapat
“kalah” dengan izin–izin usaha pertambangan maupun izin untuk membuka usaha
di sektor sumber daya alam yang berada di kawasan tanah ulayat masyarakat
hukum adat.
124
Menurut Boedi Harsono, pernyataan mengenai kedudukan hukum adat
• Pasal 5;
• Penjelasan Pasal 5;
• Pasal 58.
“Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah
hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan
Negara, yang berdasaran atas persatuan bangsa, dengan sosialisme
Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam undang-
undang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu
dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.”
Achmad Sodiki menyatakan bahwa pemberian persyaratan
kemungkinan, yakni:
124
Boedi Harsono,Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, Penerbit Djambatan, Jakarta,
2008. Hlm.177
bagi penggarapterhadap pemilik tanah, hak gadai yang tidak ditasi masa
kemampuannya.
Selain itu, masih dalam alam payung hukum UUPA. Pengertian masyarakat
adat secara Konkrit dituangkan dalam Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Nomor 5
Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Adat
“masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan
hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena
kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan”.
keberadaan masyarakat hukumadat yang tertuang di dalam Pasal 67 ayat (1) yang
memenuhi unsur:
125
Terdapat dua hal utama dalam undang-undang ini mengenai masyarakat
Pertama, bahwa sumber daya hutan dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
dan hak kepada pihak lain untuk melakukan kegiatan di bidang kehutanan. Hak
oleh masyarakat hukum adat ke dalam hutan negara. Dengan demikian, cakupan
hutan negara bukan hanya hutan yang tidak dibebani hak-hak atas tanah menurut
UUPA, tetapi juga mencakup hutan yang dikuasai oleh masyarakat hukum adat
hukum adat sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, untuk
125
Ricardo Simarmata, Loc Cit. Hal 94
konstitusi secara langsung turut serta dalam penegakan hak-hak asasi manusia.
Hal ini merupakan hakikat pengertian dari konstitusi itu sendiri sebagai dokumen
politik dan dokumen ekonomi yang melindungi hak-hak asasi manusia yang
dimiliki oleh setiap warga negara maupun orang yang hidup dalam negara
tersebut. Oleh karena fungsi konstitusi pada essensinya adalah untuk membatasi
langsung sebagai aparatur penegak hak asasi manusia secara menyeluruh. Salah
1945 yang diajukan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Kesatuan
hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yng diatu dalam Undang-
undang”. Norma ini juga terdapat dalam Pasal 3 Peraturan Mahkamah Konstitusi
Kesatuan RI.
kewajiban dari pada hak. Hubungan tersebut baru dikategorikan sebagai hak bila
mereka berhubungan dengan pihak luar, baik itu komunitas lain, pengusaha
konsepsi tentang hak kemudian menjadi sesuatu yang bermuatan politis yang
Hak Asasi Manusia dan Konvensi International Labour Organization (ILO) Tahun
1986 meliputi:
• hak anak;
• hak pekerja;
Hak atas tanah dan sumber daya alam merupakan salah satu hak
palingpenting bagi masyarakat adat sebab keberadaan hak tersebut menjadi salah
satu ukuran keberadaaan suatu komunitas masyarakat adat. Oleh karena itu, di
dalam deklarasi PBB tentang hak-hak masyarakat adat, persoalan hak atas tanah
adatnya;
• Hak untuk mengatur diri sendiri sesuai dengan hukum adat (termasuk
masyarakat adat;
kepengurusan/kelembagaan adat;
Hutan negara ialah hutan yang berada pada tanah yang tidakdibebani hak-
tentang Sumber DayaAir dalam Pasal 6 ayat (3) tetap diakui sepanjang
setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjangmasih hidup dan
Republik Indonesia.
dalam Pasal 63 ayat (1) huruf t yang berbunyi Pemerintah bertugas dan
hidup. Kemudian di dalam Pasal 63 ayat (2) huruf n juga dinyatakan bahwa
lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan
tradisional, dan kearifan lokal atas wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
masyarakat hukum adatyang ada berpotensi dilanggar. Oleh karena itu, kesatuan
hukum, yaitu :
peraturan perundang-perundangan.
yangdikelompokaan atas dua, yakni hak atas tanah masyarakat hukum adat dan
ekonomis umpa manya: sebidang tanah itu dibakar, diatasnya dijatuhkan bom-
bom, tentutanah tersebut tidak akan lenyap; setelah api padam ataupun setelah
tanahseperti semula. Kalau dilanda banjir, misalnya setelah airnya surut, tanah
yang hidup di atas tanah itu, juga berburu terhadap binatang-binatang yang hidup
disitu. Hak masyarakat hukum adat atas tanah itu disebut hak pertuanan atau hak
ulayat, dan dalam literature hak ini oleh Van Vollenhoven disebut
beschikkingsrecht.
126
Menurut Bushar Muhammad, istilahbeschikkingsrecht dalam bahasa
Indonesia merupakan suatu pengertian yang baru. Hal tersebut karena dalam
masyarakathukum dan tanah itu sendiri. Kini lazimnya dipergunakan istilah hak
persekutuan yang pada asasnya bersifat tetap, artinya perpindahan hak milik atas
126
Dominikus Rato, Hukum Adat di Indonesia (suatu pengantar),laksbang justitia Suarabaya,
Surabaya, 2014. Hal.84
bersifat tetap.
mempunyai kewenangan hak asal usul, yang berupa kewenangan dan hak-hak:
hukum yang dimaksud adalah hukum nasional dan hukum adat yang berlaku di
sering kali terkikis oleh adanya pemberlakuan hukum negara yang tidak jarang
mengabaikan hak-hak kaum adat (hukum adat). Hal ini disebabkan karakteristik
hukum negara yang sentralistik dan memaksa. Ideologi pembangunan seperti ini
dikenal sebagai adanya model pembangunan hukum yang seperti ini (sentralistik)
ruang yang diberikan terhadap hukum adat di dalam hukum nasional kurang
lokal (adat). Salah satu contohnya adalah pengaturan dalam hukum agraria.
dalamkonteks tersebut yang dikatakan “hukum adat” adalah hukum adat yang
tidak bertentangan dengan dengan hukum nasional. Jadi, jika terdapat hukum adat
yang bertentangan dengan orientasi hukum nasional sering kali hal ini dianggap
adat,sekalipun ketentuannya pun masih perlu dikaji dan di judicial review (UU
Batubara adalah negara dalam hal ini pemerintah Indonesia, memosisikan diri
lebih tinggidibanding pelaku usaha. Artinya apabila pemegang IUP, IPR, maupun
Secara teoritis, operasi tambang dibagi menjadi dua bentuk yakni open
jenis pengelolaan dan pengusahaan tambang yang pada akhirnya juga turut
sosial yangdimaksud salah satunya adalah berkaitan dengan efek yang akan
dialami olehmasyarakat hukum adat serta hak ulayatnya yang berada di kawasan
sebagai konflik sumber daya alam dengan luas lahan seluas 197.365,90 ha.
dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan
dan memerlukan luas tanah yang tidak sempit. Sehingga terkait dengan kegiatan
Pasal 135
lebih lanjuthak atas tanah apa saja yang dapat dimintai persetujuan. Pasal 135
tanggung jawab dari penyelesaian sengketa tanah hak ulayat yang akan
wajar, karena hak ulayat beserta masyarakat hukum adat telah ada
yang tidak bisa dihilangkan, namun di sisi lain tanah juga menjadi syarat wajib
regulasi tentang hubungan antarahak atas tanah dan penggunaan tanah ulayat
ulayat adalahmasyarakat hukum adat. Hal ini terlihat dalam Pasal 3 UUPA yang
hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas
dengan jelas bahwa hak ulayat adalah milik masyarakat hukum adat. Pemahaman
serupa juga dianut oleh UUPA dengan mengatakan bahwa masyarakat hukum
adat yang memiliki hak ulayat dilarang untuk menghalang-halangi pemberian hak
guna usaha (HGU) atau menolak pembukaan hutan untuk keperluan penambahan
masyarakat hukum adat selaku subyek yang memiliki hak ulayat (obyek). Hak
ulayat sebagai obyek tidak mungkin ada tanpa keberadaan masyarakat hukum adat
sebagai subyek.
Pada pasal 135 dengan tegas telah disampaikan bahwa terdapat syarat
cukupataukah melalui persetujuan tertulis pula. Namun hal ini dapat diserakan
dalam Pasal 16 UUPA yakni hak milik, hakguna usaha, hak guna bangunan, hak
pakai, hak sewa, hak membuka tanah, dan hakmemungut hasil hutan. Serta dalam
Pasal 3 yakni hak ulayat dan hak-hak yang serupaitu dari masyarakat hukum adat.
untuk menyelesaikan hak atas tanah dengan para pemegang hak. Apabila hak atas
tanah itu berupa hak milik, maka tidak terlalu sulitbagi perusahaan pertambangan
Namun, apabila berupa tanah ulayat yang tidak memiliki bukti administratif,
Masalah Hak UlayatMasyarakat Hukum Adat yakni dengan cara pelepasan hak.
atastanah masyarakat hukum adat yang telah kuat dalam tataran yuridis, menjadi
yangmana dalam hal ini dijalankan oleh Pemerintah, dalam menetapkan Wilayah
yaitu WUP, WPR, dan WPN tersebut tidak boleh saling tumpang
WPN,kemudian WUP;
Kini telah terdeteksi sebanyak 324 daerah memiliki cakupan luas lahan
Setidaknya dalam hal pengakuan hak–hak adat atas tanah serta penyelesaian
sengketa tumpangtindih lahan dalam sektor agraria dan sumber daya alam, Pasal 5
ayat (1) poin a dand, serta ayat (2) poin a s/d e TAP MPR Nomor
Huruf a
Huruf a
“melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dalam
rangka sinkronisasi kebijakan antarsektor yang berdasarkan prinsip-prinsip
sebagaimana dimaksud Pasal 4 Ketetapan ini”.
Huruf b
“Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber daya alam melalui
identifikasi dan inventarisasi kualitas dan kuantitas sumber daya alam
sebagai potensi pembangunan nasional”.
Huruf c
“memperluas pemberian akses informasi kepada masyarakat mengenai
potensi sumber daya alam di daerahnya dan mendorong terwujudnya
tanggung jawab sosial untuk menggunakan teknologi ramah lingkungan
termasuk teknologi tradisional”.
Huruf d
“memperhatikan sifat dan karakteristik dari berbagai jenis sumber daya
alam dan melakukan upaya-upaya meningkatkan nilai tambah dari produk
sumber alam tersebut”.
Huruf e
“menyelesaikan konflik-konflik pemanfaatan sumber daya alam yang
timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa
mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukumdengan
didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 4 Ketetapan
in”i.
huruf f
“mengupayakan pemulihan ekosistem yang telah rusak akibat eksploitasi
sumber daya alam secara berlebihan”.
Huruf g
“menyusun strategi pemanfaatan sumber daya alam yang didasarkan pada
optimalisasi manfaat dengan memperhatikan potensi, kontribusi,
alam. Hal ini menjadi relevan dalam kaitannya dengan melakukan pengkajian
dengan agraria dan pengelolaan sumber daya alam. Kedua, ketetapan MPR No.
masyarakat adat dan keragaman budaya bangsa atas sumber daya agraria/sumber
daya alam sebagai salah satu prinsip yang menjadi tolak ukur dalam melakukan
negara melalui pemerintah sebagai pihak yang turut mengambil peran dalam
dayaalam yang lain di masa kini serta antisipasinya di masa mendatang sehingga
lingkar tambang.
127
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI,Laporan akhir tim pengkajian konstitusi
tentang perlindungan hukum terhadap masyarakat hukum adat,Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum
Dan Hak Asasi Manusia RIJakarta, 2014.Hal 35
dapat dinikmati oleh masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik lagi dari
tersebut secara merata (adil). Inti dari konsep kesejahteraan adalah pemenuhan
(welfare state) tidak mampu berjalan secara berkelanjutan pada saat negara krisis
Apalagi di negara yang lebih miskin, konsep ini sulit dijalankan. Kalau pada
akan beragam, yang biasanya memiliki paling tidak lima (5), yaitu:
Development), yaitu:
kegiatan dengan melihat potensi sumberdaya (alam, manusia) yang ada; dan
Sekitar Pertambangan.
ekonominasional;
di Indonesia adalah:
danpelabuhan;
baik dari adanya industri penambangan batu bara. Dampak negatif penambangan
memperhatikankelestarian lingkungan;
pertambanganmasih kurang.
b. kurang berpengalaman;
c. tidak terlatih;
kekurangannya masih dapat dipekerjakan pada tahap bulan madu (tahap kontruksi
pertambangan) yang membutuhkan tenaga kerja semi skilled and unskilled yang
cukup banyak. Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana setelah tahap
128
Abrar Saleng, Hukum Pertambangan,UII Press Yogyakarta, yogyakarta, 2004. Hal.192
pengerjaannya harus ditunjang oleh tenaga ahli pertambangan dan tenaga ahli
non-pertambangan yang secara bersama hidup dalam satu komunitas yang serba
berbeda dengan masyarakat sekitar baik dari pola hidupnya dan tingkat emosional
bahkan konflik.
masyarakat sekitarnya terbatas bahkan tertutup. Pada saat itu pula muncul
kutai disekitar PT. Kaltim Prima Coal dan Masyarakat Luwu disekitar INCO.
Ditemukan suatu fenomena yang menarik, yaitu disetiap lokasi yang relatif
terpencil (daerah yang baru dibuka), masyarakat pendatang jauh lebih maju dan
tinggi, ketimbang masyarakat asli setempat. Menurut beliau, hal ini disebabkan
oleh kebijakan dan penanganan yang keliru oleh pemerintah daerah dan
129
Abrar saleng. OP cit.hal 98
penggunaan dana atau barang yang diberikan perusahaan, sehingga pemberian itu
umum adalah profit oriented, namun juga dibebani tanggung jawab community
pemerintah (govermen take) atas hasil dari produk pertambangan baik dari pajak
1945.
Untuk hal ini, maka terlihat adanya kemajuan dimana 10% dari keuntungan
percentage pembagian yang jelas antara pemerintah daerah dan pusat. Begitu pula
Dalam Undang- Undang pertambangan Mineral dan Batu Bara, total royalti
yang harus dibayar oleh pengusaha tambang sebesar 10%. Pemerintah provinsi
Batubara.Apa lagi kalau bukan bagi–bagi dana royalti. Baik pemerintah pusat
besar.Apalagi kini zaman nya otonomi daerah.Setiap daerah pengthasil tentu ingin
dan BatuBara. Total royalti ynag harus diberikan pengusaha tambang kepada
perintah sebesar 10%. Pasal 129 ayat (1) menyebutkan, Pemegang Izin Usaha
logam dan Batu bara, wajib membayar 4% kepada pemerintah dan 6% kepada
provinsi mendapat jatah 1%, pemerintah kabupaten/ kota penghasil 2,5%, dan
pemerintah kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang sama 2,5% (pasal 129
ayat (2)). Penjatahan itu memperlihatkan bahwa pemerintah pusat tetap mendapat
Terlepas dari penjatahan tersebut, kewajiban ini bisa menjadi kabar buruk
bagi pengusaha tambang. Pasalnya, dana 10% dari dari hasil keuntungan tidaklah
kecil. Belum lagi mereka harus membayar biaya–biaya lain yang diatur Undang–
Undang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Makanya ada yang mengatakan
pasal tersebut juga bukan inisiatif dari pemerintah. Sebagaimana diketahui bahwa
pembayaran royalti selama ini masuk kategoris jenis Penerimaan Negara Bukan
2003 tentang jenis PNBP yang berlaku pada Departemen EnergiSumber Daya
mengenai besaran tarif iuran tetap untuk Kuasa Pertambangan (KP), Kontrak
(PKP2B). Lalu, besaran tarif iuran produksi (royalti) untuk KP dan KK. Royalti
dihitung berdasarkan tarif dikalikan harga jual bahan galian. Sedangkan Dana
Hasil Produksi Batu Bara (DHPB) diatur dalam Keppres No.75 Tahun 1996
Bara(PKP2B). Dalam keppres ini kontraktor wajib menyerahkan 13,5 persen dari
hasil produksi batu bara nya kepada pemerintah secara tunai atas harga free on
Dana hasil produksi Batu Bara (DHPB) sebesar 13,5% yang merupakan
dan keselamatan kerja pertambangan, dan pembayaran iuran eksplorasi dan iuran
Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang baru juga mewajibkan perusahaan
tambang yang telah memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha
daerah lainnya (pasal 128). Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak dan
130
Abrar Saleng.Op cit. Hal 100
penelitian ini, telah disajikan sumber konflik dan faktor penyebab terjadinya
masyarakat, yaitu:
masyarakat;
kepemilikan;
dan
132
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh H.Salim HS, dkk dan
dengan perusahaan. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Salim HS, dkk
bahwa :
131
Selengkapnya dapat dibaca dalam bukum ”Abrar Saleng, Op cit.Hal 101”
132
Salim HS., Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Sinar Grafika, jakarta, 2012. Hal.244
Sumbawa belum dilakukan oleh PT NNT. Ini disebabkan wilayah kontrak karya
Elang Dodo, masih dalam tahap kegiatan eksplorasi, yaitu tahap untuk
keterlibatan masyarakat dari pada satu kategori yang lebih spesifik mengenai
mineral dan batubara seringkali membutuhkan tanah yang lebih luas bila
sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya
yang berada ditengah masyarakat, dimana tentunya kegiatan ini akan berinteraksi
masyarakat sangat penting oleh karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan
hasil wawancara tersebut jelas agar perusahaan tidak hanya memberikan bantuan
secara langsung seperti (uang tunai), tanpa memberikan pelatihan khusus dan
akan cenderung semakin konsumtif dan lebih parahnya akan dapat membuat
timbul dari kegiatan usaha pertambangan tersebut. Seperti apa yang diutarakan
adanya batasan jarak dengan rumah penduduk, dan lokasi kegiatan usaha tambang
perbedaan budaya dan juga teknologi, serta status ekonomi. Orang-orang yang
gaya hidup cenderung glamour dan mewah, teknologi yang dipakai juga canggih
dan modern, serta kondisi ekonomi orang-orang perusahaan tambang biasanya ada
perusahaan tambang, mereka biasanya adalah penduduk asli dan sudah tinggal di
penggunaan tanah tertentu untuk kegiatan minyak dan gas bumi dalam UU Migas.
perundang-undangan. Hal ini menjadi lebih kabur karena tidak tahu kepada
harus berpatokan.
rakyat seperti yang tercatum dalam Pasal 2 huruf a UU yang menyebutkan bahwa
lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar
Memang pada awalnya, masyarakat akan merasa gembira ketika suatu lahan
rakyat hanya sebatas gagasan ideal atau das solen saja. Seharusnya hukum
hukum dapat tercapai dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Akibat dari kenyataan ini maka didalam masyarakat selalu timbul kesan
dan pada gilirannya juga dirasakan kurang mampu menjawab tuntutan rasa
antara yang diatur dengan kenyataan yang ada di masyarakat, hal demikian
menurut Hadjon mengutip pendapat seorang ahli hukum ternama Lon Luvois
133
Mochtar Kusumaatmadja,Hukum, Masyarakat, dan pembinaan hukum, Binacipta,
Bandung.1976. hal.17
adalah (i) tidak ada aturan atau hukum yang menimbulkan ketidakpastian; (ii)
masyarakat; (iii) Aturan berlaku surut yang diterapkan secara tidak pantas. (iv)
aturan yang kontradiksi satu sama lain; (vi) Pembentukan aturan yang
(sebagaimana sudah dibahas dalam bagian A sub-bab ini), serta hak atas tanah
penduduk. Cebakan bahan galian seperti minyak, batubara, emas, perak, nikel,
tembaga, timah hitam dan mineral ekonomis lainnya untuk sekarang berguna
dimana cebakan bahan galian berada, merupakan harta karun yang sampai saat ini
sangat sedikit diketahui nilai ekonomis yang tinggi diatasnya dikarenakan dapat
134
Pusat Data dan Informasi.Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
2014.Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.2015.Hal 72
seluas 495.008,57 Ha dan pertambangan 52.209,60 Ha. Dari hasil data tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kawasan hutan sudah dimasuki oleh bidang lain yang
alasan utama dari pergeseran penggunaan lahan hutan ini menjadi perkebunan dan
Ayat 1 ”kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan,
kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu”.
Ayat 2 “hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Karena
hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya”.
a. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
yaitu kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam dan
tamanbaru;
kondisi yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan fisik, topografi, flora dan
dijelaskan “fungsi pokok hutan adalah fungsi utama yang diemban oleh suatu
hutan.”
135
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Abrar Saleng,
permasalahan tumpang tindih lahan ini semakin kompleks bahkan dapat menjadi
tahun 1976, tumpang tindih ini sudah masuk dalam tahap Resolusi dengan
pekerjaan umum. Dimana dalam lampiran INPRES ini yaitu pada bagian II/angka
11/ii disebutkan :
Maka pemegang hak tersebut harus mengeluarkan izin penggunaan areal tersebut
135
Abrar Saleng. Op cit. hal 108
apabila terdapat bahan galian pertambangan dalam kawasan hutan, maka izin
Ketentuan ini sangat jelas dan tegas mengatur mengenai jika terjadi sesuatu
tumpang tindih termasuk segala skala prioritas utama dari suatu sektor tertentu
terhadap sektor lainnya. Skala prioritas tersebut tidak termasuk dalam wilayah
yang sudah ditetapkan sebagai suaka alam dan kawasan hutan wisata (Taman
pemegang hak IUP atau IUPK mendapatkan haknya jika telah diberikan oleh
Minerba dan Peraturan Menteri ESDM No. 28 Tahun 2009 Pasal 5. Selain
pemegang IUP atau IUPK harus memohonkan izin Pinjam Pakai kepada Menteri
Kehutanan. Izin yang dimohonkan adalah Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010, Pasal 7 ayat (1) yang
undangan, selalu berhungan dengan Teori Stuffen Bow karya Hans Kelsen
”Hubungan antara norma yang menentukan penciptaan norma lain dan norma
yang diciptakan sesuai dengan determinasi ini, bisa divisualisasikan dengan
menggambarkan pengorganisasian norma di tingkat di tingkat tinggi dan rendah.
Norma yang menentukan penciptaan adalah norma yang lebih tinggi, norma yang
diciptakan sesuai dengan determinasi ini adalah norma di tingkat yang lebih
rendah. Sistem hukum bukan sebuah sistem yang terdiri dari norma-norma hukum
bertingkat, dengan kata lain, berdampingan satu sama lain; rupanya, sistem
hukum merupakan urutan hierarkis berbagai strata norma-norma hukum.”
Di Indonesia Teori Aquo ini dijadikan hukum tertulis atau hukum positif dan
undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan
Daerah.
No.10 Tahun 2004 mengatur Teori Aquo pada bagian jenis dan hierarki peraturan
136
Indonesia, Undang-Undang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan, UU No.12
Tahun 2011, LN No. 82 Tahun 2011, TLN No. 5234, Pasal 7
Pemerintah berada pada posisi atau tingkat yang lebih tinggi dari Peraturan
Presiden. Apabila kita kaitkan dengan asas hukum LEX SUPERIOR DEROGAT
produk hukum lembaga yang lebih tinggi dalam susunan hirarki peraturan
lebih rendah.
Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut berupa
Peraturan Presiden. Menurut Teori Aquo yang juga telah di kukuhkan sebagai
Peraturan Pemerintah yang merupakan norma hukum yang lebih tinggi dari
Peraturan Presiden. Menurut Hans Kelsen bahwa norma hukum yang memiliki
tingkat yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan norma hukum yang
lebih tinggi. Dalam Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 mengatakan bahwa
Menteri Kehutanan tidak diperbolehkan untuk memberikan izin baru terkait izin
No.24 Tahun 2010 Pasal 7 ayat (1) dikatakan bahwa Menteri Kehutanan dapat
merupakan kecacatan secara hukum dan jelas mencederai kepastian hukum dalam
sebagai pihak yang bertanggung jawab atas terbitnyaInstruksi Presiden ini. Hal
Indonesia.
A. Kesimpulan
dengan pertambangan belum efektif. Ini bisa kita lihat dalam Pasal 135
dan Pasal 136 UU No. 4 Tahun 2009 seperti yang telahdipaparkan dalam
sayangnya, Pasal 135 dan 136UU No 4 Tahun 2009 menjadi bukti bahwa
untuk memberikan izin baru terkait izin kawasan hutan pada hutan
kemakmuran rakyat.
bukan hanya dalam waktu yang singkat, namun dapat digunakan untuk
jangka waktu yang lama. Adapun hal yang perlu diberkan oleh