Anda di halaman 1dari 18

RINGKASAN MATERI ASPEK EKONOMI DAN POLITIK DALAM PERENCANAAN KESEHATAN

MATA KULIAH

Dalam Mata Kuliah Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan

DOSEN PENGAJAR

dr. Grace E.C Korompis, MHSM., DrPH

OLEH

SEMESTER 4C

Kelompok 5

Gloria Joseph 17111101160

Saphero Lintong 17111101173

Winda Tatengkeng 17111101179

Merry Adilang 17111101182

Linovia Tiwa 17111101191

Margaretha Prisylvia 17111101204

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
ASPEK EKONOMI DALAM PERENCANAAN KESEHATAN

Definisi Ilmu Ekonomi

Ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu:


- Oikos = keluarga
- Nomos = aturan atau hukum

Menurut Samuelson, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana orang melakukan dan
menetapkan pilihan pada sumber daya produksi yang langka/terbatas untuk kemudian memproduksi berbagai
komoditi dan mendistribusikannya ke anggota masyarakat atau konsumen.
Seseorang harus melakukan pilihan karena adanya sumber daya yang terbatas, sementara kebutuhan
manusia sifatnya tidak terbatas.Kebutuhan (need) yang dibahas dalam ilmu ekonomi adalah kebutuhan
ekonomi.
Sifat kebutuhan ekonomi :
- Berbeda antara orang yang satu dengan yang lain
- Tidak sama sepanjang waktu
- Berkembang baik jumlah maupun kualitas
- Bisa bersifat saling melengkapi atau saling bertentangan
Tujuan ekonomi adalah agar individu/masyarakat menjadi makmur terpenuhi kebutuhan ekonominya
dan bukan kebutuhan non ekonomi.
Masalah-masalah Pokok Ekonomi :
- Barang dan jasa yang harus diproduksi dan berapa banyak ?konsumsi
- Bagaimana cara memproduksinya ?produksi
- Untuk siapa barang dan jasa dibuat ?distribusi
- Bagaimana caranya agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan ?
- Mengapa selalu terjadi masalah kenaikan harga barang dan jasa ?
- Mengapa pertumbuhan ekonomi di masyarakat tidak stabil ?, dll

Kajian Ilmu Ekonomi


Meski ruang lingkup ilmu ekonomi sangat luas, namun secara garis besar teori ekonomi dibagi 2 yaitu:

1. Teori Mikro Ekonomi


Didefinisikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisa mengenai bagian-bagian kecil dari
keseluruhan kegiatan perekonomian yang bersifat spesifik.
Teori Mikro Ekonomi membahas masalah ekonomi pokok, meliputi:

a. Penjelasan tentang proses penentuan tingkat harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan di
pasar. Analisa tersebut dinamakan teori harga.
Teori harga hanya menjelaskan bagaimana para pembeli dan para penjual bertindak dalam
pasar.Selanjutnya teori tersebut menjelaskaan bagaimana tindakan-tindakan mereka menentukan
jumlah jumlah barang yang diperjualbelikan dan tingkat harga dari barang tersebut.

b. Penjelasan tentang Teori Produksi, yaitu mekanisme penentuan tingkat produksi yang akan
memberikan keuntungan maksimal pada produsen.
Mekanisme pemilihan faktor-faktor produksi untuk meminimalkan biaya produksi dan
memaksimalkan keuntungan.Analisa tersebut disebut dinamakan teori produksi.
Teori ini hanya menunjukkan tentang cara seorang produsen menentukan tingkat produksi yang
memberikan keuntungan makasimal.
c. Penjelasan mengenai faktor-faktor yang menetukan pendapatan masing-masing fakta
produksi.Analisa tersebut dinamakan teori distribusi.
Dalam teori ini diterangkan tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat upah tenaga kerja,
tingkat bunga yang dibayar kepada modal yang digunakan, dan tingkat keuntungan yang diperoleh
para pengusaha.
2. Teori Makro Ekonomi
Merupakan analisis atas keseluruhan kegiatan ekonomi secara agregat.Analisisnya bersifat global dengan
tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian.

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Winslow menyatakan bahwa Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah “Art dan Science” dalam:

- Upaya pencegahan penyakit


- Upaya memperpanjang harapan hidup
- Upaya meningkatkan derajat kesehatan dan efisiensi

Melalui(Hanlon, 1969) :

- Penyehatan lingkungan
- Pencegahan dan pemberantasan penyakit
- Pendidikan kesehatan bagi masyarakat
- Pengorganisasian pelayanan kesehatan
- Pengembangan organisasi sosial untuk menjamin standar hidup yang cukup

Ilmu Ekonomi Kesehatan

Ilmu ekonomi kesehatan adalah penerapan teori, konsep dan teknik ekonomi dalam bidang Kesehatan. Integrasi
dari 2 cabang ilmu yaitu ilmu ekonomi dan ilmu kesehatan masyarakat
Berikut definisi ilmu ekonomi kesehatan menurut para ahli:
1. Klarman,1964
Ilmu Ekonomi Kesehatan merupakan aplikasi ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan.
2. PPEKI, 1989
Ekonomi Kesehatan adalah penerapan ilmu ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan optimal.

Ada tiga kata kunci dalam definisi tersebut :

1. Ilmu ekonomi : positive dan normative/welfare economics


2. Upaya kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Upaya kesehatan meliputi : upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Faktor yang mempengaruhinya : faktor genetik, faktor perilaku, faktor lingkungan (fisik, biologi, ipolek,
sosbud).

3. Derajat kesehatan yang optimal


Menurut WHO, derajat kesehatan optimal adalah keadaan sehat jasmani, rohani dan sosial sehingga
seseorang dapat menikmati hidupnya secara produktif.

Selama ini dimensi ekonomi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan masih
jarang atau sedikit mendapatkan perhatian. Perubahan mendasar terjadi selama dua dekade terakhir, yaitu ketika
sektor kesehatan menghadapi kenyataan bahwa sumber daya yang tersedia (khususnya dana) jumlahnya
semakin jauh dari mencukupi. Keterbatasan itu mendorong masuknya disiplin ilmu ekonomi dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sektor kesehatan.

Pembahasan dalam ekonomi kesehatan menyangkut pertanyaan-pertanyaan:

1. Pelayanan kesehatan apa yang perlu diproduksi ?


2. Berapa besar biaya produksinya ?
3. Bagaimana mobilitas dana kesehatan (siapa yang membayar dan berapa besar)?
4. Bagaimana utilisasi pelayanan kesehatan (Siapa yang menggunakan dan berapa banyak) ?
5. Berapa besar manfaat (benefit) investasi pelayanan kesehatan tersebut ?

Terdapat banyak definisi ekonomi kesehatan. Salah satunya mendefinsikan ekonomi kesehatan sebagai ilmu
yang mempelajari suplai dan demand sumber daya pelayanan kesehatan dan dampak sumber daya pelayanan
kesehatan terhadap populasi. Tentu saja definisi hanya merepresentasikan sebagian kecil topik yang dipelajari
dalam ekonomi kesehatan.
Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan
mempengaruhi kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Sebagai contoh:
1. Kesehatan yang buruk seorang menyebabkan biaya bagi orang tersebut karena menurunnya kemampuan
untuk menikmati hidup, memperoleh penghasilan, atau bekerja dengan efektif. Kesehatan yang lebih
baik memungkinkan seorang untuk memenuhi hidup yang lebih produktif.
2. Kesehatan yang buruk individu dapat memberikan dampak dan ancaman bagi orang lain. Sebagai
contoh:
- Seorang yang terinfeksi penyakit infeksi dapat menular ke orang lain. Misalnya, AIDS
- Kepala rumah tangga pencari nafkah yang tidak sehat atau sakit akan menyebabkan penurunan
pendapatan keluarga, makanan dan perumahan yang buruk bagi keluarga
- Anggota keluarga yang harus membantu merawat anggota keluarga yang sakit akan kehilangan
waktu untuk mendapatkan penghasilan dari pekerjaan
- Pekerja yang memiliki kesehatan buruk akan mengalami menurunan produktivitas

Jadi pelayanan kesehatan yang lebih baik akan memberikan manfaat bagi individu dan masyarakat keseluruhan
jika membawa kesehatan yang lebih baik. Status kesehatan penduduk yang baik meningkatkan produktivitas,
meningkatkan pendapatan per kapita, meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.

Ekonomi Kesehatan

1. Alokasi sumber daya pada berbagai kegiatan peningkatan kesehatan


2. Jumlah penggunaan sumber daya di bidang kesehatan
3. Pengorganisasian dan pendanaan institusi-institusi kesehatan
4. Efisiensi alokasi sumber daya dan penggunaannya untuk tujuan-tujuan kesehatan
5. Dampak terhadap pelayanan kesehatan preventif, kuratif, dan rehabilitatif baik individu maupun
masyarakat

Penerapan ilmu ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal

Ruang Lingkup Sasaran Ekonomi Kesehatan :

1. Konsumen
2. Pemerintah
3. Provider (public-private), termasuk profesional investor.
Ilmu ekonomi telah berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan kegiatan berkaitan dengan
pelayanan kesehatan, terutama menyangkut penggunaan sumber daya.

Dengan diterapkannya ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan maka segala kegiatan yang dilaksanakan
harus memenuhi kriteria esisiensi (cost-effective).

Penerapan Ilmu ekonomi (dengan fokus efisiensi) pada kesehatan (dengan fokus kepentingan individu)
terkadang sulit karena kekhasan sektor kesehatan. Misalnyam pada penyakit koma yang harus dibantu dengan
alat bantu pernafasan, menjadi tidak efisien secara ekonomi. Jadi penting untuk dapat diingat bahwa dalam
mempelajari ekonomi kesehatan, penggunaan ekonomi adalah sebagai tuntunan saja, dan tetap prioritasnya
adalah kesehatan.

Dalam penerapan ilmu ekonomi di bidang kesehatan, perlu memperhatikan sifat dan ciri khusus sektor
kesehatan.

Ekonomi Kesehatan sebagai Welfare Economics


Dalam ekonomi ada 2 bidang telaahan, yaitu :

1. Positive Economics
 Adalah suatu bidang ekonomi yang menggunakan efisiensi alokasi sumber daya sebagaimana adanya
seperti yang dihasilkan dari perhitungan-perhitungan kuantitatif, tanpa melihat apakah efisiensi alokasi
tersebut diingini masyarakat atau tidak
 Bersifat Value Free atau bebas nilai
2. Welfare Economics/Normative Economics
 Adalah sintesis positif ekonomi dan ilmu politik, dimana essensi positive economics dihubungan dengan
nilai-nilai yang ada di masyarakat
 Mencakup topik-topik :
- Eksternalitas
- Public goods
- Consumer ignorance

Ekonomi kesehatan merupakan aplikasi ilmu ekonomi untuk menentuan pilihan-pilihan dalam berbagai
upaya kesehatan.

- Pilihan bagaimana sumber daya dapat dimobilisasi (misal : pilihan antara peran pemerintah dan swasta,
antara sistem asuransi dan pembayaran langsung, dll)
- Pilihan jenis dan jumlah sumber daya yang dipergunakan
- Pilihan antara jenis dan volume upaya yang dilakukan
- Pilihan tentang distribusi dan utilisasi produk upaya tersebut oleh masyarakat

Filosofi Kesehatan Tidak ‘Bebas Nilai’


1. Sehat adalah hak asasi manusia
Bahwa sehat adalah hak asazi setiap manusia sudah menjadi kesepakatan umum, seperti yang dinyatakan
dalam Health for All 2000 yang dinyatakan oleh WHO, di Geneva, 1977.Dengan demikian, health for all
adalah ekadaan normatif yang menjadi tujuan upaya kesehatan.

2. Pemerataan (equity) adalah tujuan operasional upaya kesehatan


Dimana pemerataan pelayanan kesehatan dilaksanakan.Ini berarti kriteria efisiensi dan efektivitas, yang
merupakan parameter penting dalam ekonomi, senantiasa diwarnai oleh pertimbangan equity.

3. Motivasi Non Profit


Dalam pelayanan kesehatan boleh jadi ada pengumpulan keuntungan, akan tetapi keuntungan tersebut
dimanfaatkan kembali untuk pengembangan dan peningkatan upaya kesehatan.

Ketiga filosofi ini menunjukkan bahwa kesehatan tidaklah ‘bebas nilai’.Konsekuensinya, penilaian terhadap
masalah alokasi dan efisiensi sumber daya selalu dikaitkan dengan pertimbangan hak asazi, equity dan non-
profit.

Dengan perkataan lain, ekonomi kesehatan pada dasarnya mengandung pengertian welfare economics.

Ciri Khusus Sektor Kesehatan :

1. Kejadian penyakit tidak terduga


Orang tidak bisa menduga tentang penyakit yang akan dideritanya, oleh sebab itu tidak diketahui secara pasti
pelayanan kesehatan apa yang dibutuhkan. Dengan adanya ketidakpastian (uncertainty) berarti seseoarang
menghadapi suatu risiko (risk) sakit dan risiko harus mengeluarkan biaya pengobatan.
2. Consumer Ignorance
Konsumen sangat tergantung pada provider pelayanan kesehatan.Dimana konsumen tidak tahu banyak
tentang jenis pemeriksaan dan pengobatan yang dibutuhkannya  providerlah yang menentukan jenis dan
volume pelayanan yang perlu dikonsumsi oleh konsumen.

3. Sehat dan Pelayanan Kesehatan sebagai Hak


Makan, pakaian, tempat tinggal dan hidup sehat adalah elemen daar kebutuhan manusia yang senantiasa
harus dipenuhi, terlepas kemampuan seseorang untuk membayarnya. Hal ini menyebabkan distribusi
pelayanan kesehatan sering dilakukan atas dasar kebutuhan (needs) dan bukan atas dasar kemampuan
membayar (demand)
4. Eksternalitas
Efek dari eksternalitas memberikan dampak (positif/negatif) yang dialami orang lain sebagai akibat
perbuatan seseorang.

a. Public good

- Merupakan komoditi bagi masyarakat


- Social Marginal Benefit : Manfaat dirasakan oleh seluruh masyarakat
- Berbentuk pelayanan pencegahan
- Misal : Imunisasi
b. Private good
- Berbentuk pelayanan kuratif
- Private Marginal Benefit : manfaat dirasakan oleh individu
5. Motif Non Profit
Secara ideal mengambil keuntungan maksismum (profit maximization) bukanlah tujuan utama pelayanan
kesehatan. Pendapat yang dianut adalah “orang tidak layak mengambil keuntungan dari penyakit orang
lain“

6. Padat Karya
Adanya kecenderungan/trend tenaga kesehatan spesialis ke super spesialis menyebabkan komponen tenaga
dalam pelayanan kesehatan semakin besar.Komponen tenaga tersebut bisa mencapai 40-60% dari
keseluruhan biaya.

7. Mix Outputs
Sejumlah pelayanan kesehatan berupa: pemeriksaan, diagnosis, perawatan, terapi, nasehat kesehatan
menunjukkan keragaman antar individu tergantung dengan jenis penyakitnya.

8. Upaya Kesehatan sebagai Konsumsi dan Investasi


Upaya kesehatan dalam jangka pendek akan menunjukkan sifat konsumtif, dan tidak memberikan return on
investement secara jelas. Oleh sebab itu seringkali sektor kesehatan berada pada urutan bawah dalam skala
prioritas pembangunan, terlebi bila berat pembangunan adalah pembangunan perekonomian.Namun
sesungguhnya kesehatan merupakan adalah suatu investasi, untuk jangka panjang.

9. Restriksi Berkompetisi
Adanya pembatasan dalam praktek berkompetisi/bersaing. Ini menyebabkan mekanisme pasar dalam
pelayanan kesehatan tidak sesempurna mekanisme pasar untuk komoditi lain. Dalam mekanisme pasar,
wujud kompetisi adalah kegiatan pemasaran (promosi, iklan, dll) sedangkan sektor kesehatan tidak pernah
terdengar adanya promosi, discount, bonus atau banting harga dalam pelayanan kesehatan.

Bidang Kajian Ekonomi Kesehatan

1. Mikro
a. Menelaah isyu atau program spesifik sektor kesehatan, misalnya
menyangkut aspek produktif (supply) dan aspek konsumsi (utilization atau demand) pelayanan atau
program kesehatan.
b. Aspek produksi :
- Menelaah biaya dari berbagai input program kesehatan : fasilitas, bahan-bahan, tenaga kesehatan,dll.
Analisis biaya dari berbagai program dapat memberi gambaran tentang cost effective dan cost effisien.
- Menelaah aspek pembiayaan secara keseluruhan : apa saja sumber biaya program kesehatan tertentu
(pemerintah, swasta, out of pocket payment,dll), berapa besarnya, bagaimana trend-nya, bagaimana
sistem mobilisasinya (asuransi, grant, anggaran pemerintah, dll)
- Menelaah aspek aspek alokasi sumber daya tersebut : vertikal, antar program, antar mata anggaran
program,dll.
c. Aspek konsumsi :
- Menelaah pola pengunaan pelayanan kesehatan dan diferensiasinya menurut fasilitas, strata
pendapatan, strata pendidikan, kota-desa, kelompok umur, pekerjaan, dll.
- Menelaah bagaimana pengaruh faktor-faktor tertentu terhadap pola konsumsi pelayanan kesehatan ;
tarif, subsidi, asuaransi kesehatan, pendapat, opportunity cost, dll.

2. Makro
a. Menelaah sektor kesehatan secara menyeluruh serta hubungannya secara timbal balik dengan sektor-
sektor sosial ekonomi lainnya.
b. Bertujuan : mengkuantifikasi kontribusi sektor kesehatan bagi pembangunan ekonomi.
c. Dihitung ‘benefit’ sektor kesehatan dalam ukuran moneter
d. Juga melihat apa pengaruh kebijakan dan pembangunan sektor lain terhadap derajat kesehatan.
Aplikasi dan Isyu Pokok Ekonomi Kesehatan
1. Mobilisasi sumber daya
Sumber daya dalam sumber daya ini, yaitu pembiayaan dan tenaga.Misalnya, dalah hal besarnya anggaran
pemerintah yang seharusnya dialokasikan untuk sektor kesehatan, tentang volume pinjaman luar negeri dan
pengaturan tarif, penggerakan tenaga masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
a. Anggaran pemerintah
APBN = 2-3%  6 %  9,9 %
b. Asuransi kesehatan, Dana Sehat
Yang masih dipertanyakan adalah:
- Asuransi compulsary atau voluntary
- Bagaimana dengan manfaatnya
- Dampaknya terhadap pelayanan kesehatan pedesaan
Dana sehat, iurannya rendah  tetapi beban subsidi pemerintah tinggi
- Demand masyarakat terhadap asuransi
- Sejauh mana resiko biaya karena sakit disadari dan dirasakan masyarakat
c. Penyesuaian Tarif
Kebijaksanaan RS untuk lebih mandiri dalam pembiayaan berdampak pada penyesuaian tarif oleh RS
Alasan :
- Isyu pemerataan (equity)
- Terbatasnya anggaran kesehatan.
- Biaya operasional dan investasi RS swasta terus bertambah mahal.
- RS dituntut menyediakan fasilitas dan keahlian sesuai pola penyakit yang makin ‘canggih’
- Segmen masyarakat ; demand lebih tinggi terhadap pelayanan kualitas tinggi  penyesuaian tariff
- Isyu efisiensi social
Pelayanan kesehatan yang memberikan manfaat bukan saja individu tetapi juga kepada masyarakat 
efek eksternalitas
2. Alokasi sumber daya
Ekonomi kesehatan dapat pula untuk menentukan untuk apa dan kemana sebaiknya berbagai sumber daya
tersebut dimanfaatkan. Pengalihan alokasi ke pembiayaan PHC (Public Health Care)
3. Efisiensi dan efektivitas
CEA (Cost Effective Analysis) merupakan instrumen potensial untuk menentukan intervensi yang tepat
untuk mengatasi masalah kesehatan guna menghemat pemanfaatan sumber daya.Misal, untuk membantu
pengambilan keputusan:
- Apakah CT scan diperlukan, melihat proyeksi utilisasi alat tersebut di masa yang akan datang.
- Apakah tenaga dokter diperlukan untuk setiap Pusksmas ?
4. Mekanisme Pasar dan Peran Swasta Sebagai Provider
Asumsi : efisiensi dan kualitas meningkat karena adanya persaingan antar provider sehingga menghasilkan
harga tertentu (dimana penyediaan pelayanan seimbang dengan permintaan)
Argumentasi :
Asumsi 1 :konsumen mempunyai informasi yang jelas tentang variasi kualitas komoditi pelayanan
kesehatan, khususnya RS.

Kenyataan :“ consumer ignorance “


Asumsi 2:suplier mudah memasuki pasar dan dengan mudah sewaktu-waktu keluar

Kenyataan :RS akan terus beroperasi


- Interaksi supply dan demand tidak sempurna, dimana perilaku suplier tidak ditentukan oleh pasar, tetapi
dominan menentukan harga.
- Perlunya evaluasi, bahwa mekanisme pasar menjamin terwujudnya efisiensi dan equity, sehingga
diberikan alternatif lain: ‘asuransi’, yang sudah diperhitungkan:
a. Nilai Moneternya
b. Standar Pelayanan
c. Tujuan : Pemerataan Efisiensi dan Kualitas

ASPEK POLITIK DALAM PERENCANAAN KESEHATAN

Aspek Politik

Politik adalah organisasi masyarakat dan pembuatan kepotusan kolektif tentang sumber daya (Bambra, Smith,
& Kennedy). Beberapa pakar mendefinisikan politik dalam perspektif yang lebih luas berdasarkan ideologi
politik (Bambra et al.,; Heywood; Marsh & Stoker), yaitu:

a. Politik sebagai pemerintah (politics as government). Politik adalah berhubungan dengan seni pemerintahan
dan aktivitas sebuah negara.
b. Politik sebagai kehidupan politik (politics as public life). Politik adalah hubungan dengan masalah
kehidupan masyarakat.
c. Politik sebagai resolusi konflik (politics as conflict resolution). Politik adalah berhubungan dengan
ungkapan dan resolusi konflik melalui kompromi, konsilasi, negosiasi dan strategi lainnya.
d. Politik sebagai kekuasaan (politics as power). Politik adalah proses melalui outcome yang ingin dihasilkan,
dicapai dalam produksi, distribusi dan penggunaan sumber daya yang terbatas dalam sebuah area eksistensi
sosial.

Kesehatan termasuk aspek kehidupan menusia lainnya merupakan sebuahsebuah isu politik dalam banyak hal
(Bambra et al,)

a. Kesehatan adalah politik kerena kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kebutuhan kesehatan melalui
upaya masyarakat yang terorganisir (organization)
b. Kesehatan adalah politik karena hal terhadap standar kehidupan yang layak untuk kesehatan dan
kesejahteraan harus menjadi aspek kewarganegaraan dan hak asasi manusia
c. Kesehatan adalah politik karena kekuasaan dilaksanakan sepanjang itu sebagai bagian dari sistem ekonomi,
sosial dan politik yang lebih luas. Perubahan sistem ini membutuhkan kesadaran dan perjuangan politik.
Mengapa kesehatan berdimensi politik karena dalam bidang kesehatan terdapat disparitas derajat kesehatan
masyarakat antar suku dan ras, antar kelompok, anatar wilayah dan bahkan antar negara dimana sebagian
kelompok tersebut memiliki akses dan status kesehatan yang lebih baik sementara lainnya tidak. Untuk
mencapai itu perlu diperjuangkan dan memengaruhi para pengambil kebijakan dalam upaya memenuhi
keadilan terhadap berbagai masalah dibidang kesehatan.

Makna Politik dan Kesehatan

Beberapa pakar mendefinisikan politik dalam perspektif berbeda berdasarkan ideologi politik (Heywood, 2000;
Marsh & Stoker, 2002), yaitu:

a. Politik sebagai pemerintahan. Politik adalah berhubungan dengan seni pemerintahan dan aktivitas sebuah
negara. Ini berhubungan dengan Behavioralists dan Institutionalist ilmu politik.
b. Politik sebagai kehidupan publik. Politik adalah berhubungan dengan masalah urusan masyarakat. Cara
pandang politikini berhubungan dengan teori pilihan rasional (Rational Choice Theory).
c. Politik sebagai resolusi konflik. Politik adalah berhubungan dengan ungkapan dan resolusi konflik melalui
kompromi, konsiliasi, negosiasi, dan strategi lainnya. Ini berhubungan dengan para ahli hubungan
internasional (International Relations Theorists).
d. Politik sebagai kekuasaan. Politik adalah proses melalui outcome yang ingin dihasilkan, dicapai dalam
produksi, distribusi dan penggunaan sumber daya yang terbatas dalam semua area eksistensi sosial. Cara
pandang ini berhubungan dengan ilmu politik Feminist dan Marxist (Feminist and Marxist political science).

Kesehatan seringkali diartikan dan dinterpretasikan sebagai pelayanan kesehatan (health care). Di United
Kingdom bahkan diartikan sebagai pelayanan kesehatan nasional (The National Health Services).
Konsekuensinya, politik kesehatan secara signifikan sering kali dikonstruksikan menjadi politik pelayanan
kesehatan (Freeman, 2000). Kondisi ini dapat terjadi karena kesehatan dapat ditelusuri dari dua issue ideologi
yaitu defenisi kesehatan pada satu sisi dan politik pada sisi yang lain (telah dijelaskan sebelumnya). Kesehatan
yang telah secara konvensional telah dioperasionalkan di bawah kapitalsime Barat mempunyai dua aspek yang
saling berhubungan yaitu kesehatan dianggap sebagai ketiadaan penyakit (definsi biomedis) dan sebagai
komoditi (definisi ekonomi) (Bambra, Fox, & Scott-Samuel, 2005). Kedua ideologi ini memfokuskan pada
individu yang berlawanan dengan masyarakat sebagai dasar dari kesehatan. Cara pandang kesehatan dalam
konteks masyarakat (kesehatan masyarakat) dipandang sebagai produk dari faktor-faktor individu misalnya
faktor turunan/genetik, dan pilihan gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakses ke pasar atau sistem
kesehatan (Scott-Samuel, 1979).

Dalam rangka menyelesaikan ketidaksetaraan ini, perhatian politik diarahkan terhadap variabel sistem
kesehatan.

Sifat Politik Kesehatan


Kesehatan termasuk aspek kehidupan manusia lainnya merupakan sebuah isu politik dalam banyak hal
(Bambra, et al., 2005):

a. Kesehatan adalah politik karena, sama seperti sumber daya yang lain atau komoditas di bawah sistem
ekonomi neoliberalisme, beberapa kelompok sosial mempunyai lebih dari yang lainnya.
b. Kesehatan adalah politik karena determinan sosialnya (social determinants) adalah mudah diterima dalam
intervensi politik dan oleh karena bergantung pada tindakan politik (biasanya).
c. Kesehatan adalah politik karena hak terhadap standar kehidupan yang layak untuk kesehatan dan
kesejahteraan harus menjadi aspek kewarganegaraan dan hak asasi manusia.

Kesehatan adalah politik karena kekuasaan dilaksanakan sepanjang itu sebagai bagian dari sistem ekonomi,
sosial dan politik yang lebih luas. Perubahan sistem ini membutuhkan kesadaran dan perjuangan politik.

Ketidaksetaraan Kesehatan

Banyak bukti menunjukkan bahwa determinan kesehatan paling kuat dalam kehidupan modern kependudukan
ini adalah faktor sosial, budaya dan ekonomi (Acheson, 1998; Doyal & Pennell, 1979). Faktor-faktor ini datang
dari berbagai sumber dan diakui oleh pemerintah dan badan-badan internasional (Acheson, 1998). Akan tetapi
ketidaksetaraan kesehatan ini terus berlanjut dalam sebuah negara misalnya perbedaan kelas sosial ekonomi,
gender dan kelompok etnik diantara mereka. Masih terjadi ketimpangan masalah kemakmuran, kesejahteraan
dan sumber daya (Donkn, Goldblatt, & Lynch, 2002). Bagaimana ketidakseimbangan kesehatan ini sungguh
merupakan isu politik. Apakah ketidaksetaraan kesehatan diterima sebagai sesuatu yang alam ”natural” dan
hasilperbedaan individu yang sulit terhindarkan tentang penghormatan terhadap genetik dan tangan-tangan
tersembunyi (silent hand) pasar ekonomi ataukah masalah ekonomi dan sosial yang harus diselesaikan oleh
masyarakat dan negara modern (Adams, Amos, & Munro, 2002). Perbedaan pandangan ini tidak hanya pada
apakah secara scientifik dan ekonomi memungkinkan ketidaksetaraan kesehatan ini dapat terjadi tetapi juga
perbedaan pandangan ideologi dan politik dapat menjadi penyebab terhadap masalah tersebut.

Citizenship

Terdapat tiga hak warga negara yaitu hak sipil, politik dan sosial (Bambra, et al., 2005). Tuntutan terhadap hak-
hak sipil misalnya hak dalam beragama, mengeluarkan pendapat dan melakukan kontrak atau perjanjian muncul
sekitar abad 18. Hak politik termasuk hak untuk dipilih atau menjadi wakil (representative) terhadap lembaga
pemerintah dan lembaga perwakilan misalnya anggota dewan muncul sekitar abad 19 sementara isue kesehatan
dan pendidikan gratis juga termasuk hak-hak ekonomi mulai banyak diperdebatkan pada abad 20. Kesehatan
atau hak terhadap standar hidup yang layak termasuk hak kewarganegaraan sosial yang sangat penting
(International Forum for the Defence of the Health of People, 2002). Hak-hak kewarganegaraan ini diperoleh
sebagai hasil dari perjuangan sosial dan politik selama industrialisasi barat dan pengembangan kapitalisme.
Karena itu isu kesehatan gratis termasuk isu yang berkaitan dengaan JaminanKesehatan Nasional (JKN)
sebetulnya telah menjadi perdebatan puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang lalu. Sejarah perkembangan
kewarganegaraan yang dimodifikasi dari Marshall (1963) dalam Bamra, et al. (2005).
Kesehatan dalam Isu Politik

Kelihatannya politik kesehatan agak terbelakang dan termarginalkan (underdeveloped and marginalised).
Politik kesehatan belum banyak diperdebatkan atau didiskusikan secara luas sebagai entitas politik dalam
debat-debat akademik (seminar, workshop, penelitian, pelatihan, seminar dan konferens) atau kelompok
masyarakat yang lebih luas, termasuk dalam ilmu politik (McGinnis, Williams-Russo, & Knickman, 2002;
Navarro & Shi, 2001). Tidak ada penjelasan secara sederhana dalam kealpaan ini. Perlakuan kesehatan sebagai
politik hampir merupakan hasil interaksi dari sebuah isu yang demikian kompleks.

Politik dan Outcome Kesehatan

Terdapat hubungan antara politik, pasar tenaga kerja, disparitas sosial dan outcome kesehatan (lihat Gambar 2).
Politik yang dimaksudkan misalnya dukungan elektoral yang diukur dengan partisipasi pemilih dan
keberpihakan pemilih, dan sumber daya kekuasaan yang mendukung setiap tradisi politik. Kondisi politik ini
berpengaruh terhadap pasar tenaga kerja (labour market) dan negara kesejahteraan (welfare state).

Pasartenaga kerja mencakup populasi yang aktif, partisipasi perempuan terhadap angkatan kerja, angka
pengangguran terhadap perempuan dan laki-laki sementara negara kesejahteraan diukur dari pengeluaran
kesehatan masyarakat (public health expenditure) dan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat (public health
care coverage). Baik pasar tenaga kerja maupun negara kesejahteraan berpengaruh terhadap disparitas sosial
yang dikur dari disparitas pendapatan. Tentu saja disparitas sosial memberi dampak terhadap kesehatan baik
terhadap angka kematian bayi maupun usia harapan hidup.

Keterampilan Politik dalam Bidang Kesehatan

Meskipun politik kadang berkonotasi negative tetapiternyata keterampilan politik menjadi sangat penting bagi
karir manager seseorang termasuk didalam mengelola program kesehatan. Keterampilan politik dimaknai
sebagai gaya interpersonal yang merupakan penggabungan antara kepeduian sisoal dengan kemampuan
berkomunikasi. Orang-orang yang sering berlatih dan mempraktekkan keterampilan ini secara baik, menawan
dan menarik dapat menginspirasi percaya diri, kepercayaan, dan ketulusan. Penggunaan keterampilan politik
tidak dibatasi oleh interaksi tatap muka (face to face interaction), tetapi justru keterampilan politik ini
memberikan ruang kepada model komunikasi yang lain misalnya melalui email dan sarana komunikasi lainnya.
Keterampilan politik sebagai salah satu dimensi dari keterampilan sosial merupakan bagian dari salah satu
kompetensi pemimpin kesehatan masyarakat, dibutuhkan hampir di semua level organisasi baik organisasi
pemerintah, swasta, partai politik, organisasi profesi, dan organisasi atau lembaga kemasyarakatan (Non
Government Organisation). Keterampilan seperti ini pun menjadi sangat penting dalam bidang kesehatan
karena:

a. Masalah kesehatan cukup kompleks baik dari sisi dampak maupun dari sisi determinan. Dari sisi dampak
masalah kesehatan berkaitan dengan angka kematian dan angka kesakitan. Sementara dari sisi determinan
dapat berupa lingkungan, kebijakan, anggaran, sumber daya, perilaku, pelayanan kesehatan, pembiayaan
kesehatan atau pun dari aspek kependudukan. Dalam konteks politik semua aspek ini harus dikomunikasikan
kepada orang lain, kepada pemerintah dan pengambil kebijakan, dikomunikasikan kepada kelompok atau
pun masyarakat secara umum.
b. Terjadi perebutan kepentingan antar atau dalam bidang kesehatan sehingga perlu ada kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain atau departemen lain. Secara internal orang-orang yang bergerak dibidang
kesehatan mempunyai kepentingan yang berbeda antara mereka yang bergerak dibidang lingkungan, gizi dan
promosi kesehatan. Demikian pula antara satu departemen dengan departemen lainnya. Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan dan Pertamanan masing-masing mempunyai
bisnis berbeda yang kesemuanya mencoba untuk mempengaruhi pejabat tingkat di atasnya untuk
diakomodasi sebagai sektor prioritas.
c. Karena determinan kesehatan sangat kompleks, maka perlu ada kemampuan koordinasi dan bekerjasama
dengan orang lain untuk menyelesaikan berbagai persoalan kesehatan yang ada. Koordinasi dan kerjasama
menjadi sangat penting karena banyak fakor kesehatan yang berada di luar dari sektor kesehatan (beyond
health).Angka kesakitan dan kematian yang tinggi bukan karena terlambat mendapatkan pelayanan
kesehatan di rumah sakit atau puskesmas tetapi karena kurang gizi, angka kecelakaan, jalanan berlubang atau
banjir. Masalahnya tidak berada pada ranah sektor kesehatan tetapi dampaknya ada pada sektor kesehatan.
d. Peningkatan kapasitas baik tenaga kesehatan maupun masyarakat secara keseluruhan dan
berkesinambungan. Oleh karena itu kemampuan melatih atau transfer pengetahuan dari seseorang kepada
orang lain menjadi sangat penting untuk menjaga keberlanjutan tersebut dan demi efektifitas program.

Keterampilan politik yang harus dimiliki oleh mereka yang bergerak dibidang kesehatan adalah keterampilan
komunikasi, memfasilitasi, melatih, mempengaruhi, mengkoordinasi dan kerjasama dengan orang lain.
Meskipun demikian, kemampuan komunikasi tentang bagaimana menyampaikan pesan secara efektif,
bagaimana mempengaruhi orang lain dan kerjasama dengan orang lain menjadi hal yang krusial dan tidak
mudah untuk dilakukan. Nampaknya mudah untuk diungkapkan tetapi relatif sulit untuk
diimplementasikan.Orang yang memiliki kemampuan politik yang tinggi mampu mengekspresikan diri secara
alamiah dan dapat memanfaatkan berbagai sarana komunikasi. Mereka yang memiliki kemampuan dan skill
politik yang tinggi memberi kesempatan kepada orang lain untuk menciptakan sinergitas diantara berbagai
praktek perilaku untuk menetapkan sebuah dinamika interpersonal. Oleh karenanya, skill politik bukan
merupakan sifat atau skill tunggal tetapi merupakan gabungan dari berbagai skill lainnya.

Komunikasi Politik Kesehatan

Dalam konteks komunikasi politik dalam bidang kesehatan tidak lain adalah proses pertukaran informasi dari
seorang komunikator kesehatan melalui media informasi baik verbal maupun non verbal kepada penerima
pesan yang pembicaraannya dapat berupa kekuasaan, pengaruh, otoritas dan kewenangan dan bahkan konflik.
Komunikator politik kesehatan bisa seorang politikus, birokrat, perguruan tinggi, pihak swasta, lembaga donor,
kelompok kepentingan, kelompok profesi, kelompok pemaksa yang ujung-ujungnya dapat memberi dampak
kesehatan secara langsung atau tidak langsung.Komunikator dan penerima pesan politik kesehatan ini dapat
dilakukan oleh dan untuk individu, kelompok, dan institusi.

Komunikator Politik

Nimmo (1989) membagi komunikator politik ke dalam tiga kategori yaitu politisi/politikus, profesional dan
aktivis.Politisi adalah orang yang memegang jabatan dalam lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.Di
Amerika Serikat menurut Dan Nimmo yang termasuk politisi adalah para pejabat eksekutif seperti presiden,
anggota kabinet, kepala penasehat dan staf gedung putih; legislator dan pejabat yudikatif.Sedangkan yang
termasuk kalangan profesional sebagai komunikator politik adalah jurnalis (reporter, koordinator berita TV,
penerbit) dan promotor yaitu orang yang dibayar untuk mengajukan/mempromosikan kepentingan langganan
seperti manajer kampanye, personil periklanan perusahaan.Selanjutnya yang termasuk ke dalam kelompok
aktivis menurut Nimmo adalah jurubicara dan pemuka pendapat (opinion leader). Komunikator politik juga bisa
seperti partai politik, media massa dan birokrasi dan aparat pemerintah.

Tentu saja karena komunikasi politik ini berkaitan dengan bidang kesehatan maka komunikator politik
yang dimaksudkan adalah komunikator yang dapat membawa pesan-pesan, pengaruh, kekuasaan dan
kewenangan yang berkaitan dengan kesehatan. Komunikator kesehatan tidak mesti berasal dari tenaga
kesehatan seperti yang disebutkan dalam PP No. 32 tahun 1996 tetapi dapat dilakukan oleh tenaga di luar sektor
kesehatan. Komunikator kesehatan bisa berasal dari seorang pejabat, bupati/walikota, gubernur, anggota dewan,
partai politik, aktivis LSM dan sebagainya yang peduli, mau dan mampu untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.Banyak masalah kesehatan ditentukan di luar dari sektor kesehatan (S Palutturi, 2013; S Palutturi et
al., 2013). Karena itu peranan kementerian dan dinas, badan-badan pemerintah, sektor swasta dan perguruan
tinggi non kesehatan untuk menjadi komunikator politik bidang kesehatan adalah sangat esensial. Organisasi
publik adalah para aktor non-partai misalnya para pengusaha (trade unions), kelompok pengguna (consumer
groups) dan organisasi para profesional (professional organizations). Jika dilihat dari perkembangannya,
kelompok pengusaha (mereka yang mempunyai dana yang cukup) dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah,
pemerintah dapat berubah jalan pikirannya jika ada investor/lembaga pemberi dana yang mau menanamkan
modalnya dalam suatu wilayah demikian halnya dengan kelompok-kelompok organisasi profesi misalnya IDI,
PDGI, IAKMI, PERSAKMI dan sebagainya.

Penerapan Politik Kesehatan

Contoh lain dari politik kesehatan ini yaitu pembuatan Undang-undang Tembakau, meningkatkan cukai rokok
agar dapat menekan jumlah konsumsi rokok di Indonesia. Penanganan rokok ini harus signifikan mengingat
mengurangi jumlah perokok jika hanya dengan pembuatan Undang-undang maka dirasa kurang sekali, perlu
adanya Perda Kawasan Tanpa Rokok untuk melimitasi perokok aktif dan menekan jumlah perokok pasif dan
dampak yang ditimbulkan.Hubungan antara politik dan kesehatan yaitu politik kesehatan merupakan kebijakan
negara di bidang kesehatan, yang mana merupakan kebijakan publik yang didasari oleh hak yang paling
fundamental, yaitu sehat merupakan hak warga negara, sehingga dalam pengambilan keputusan politik
khususnya kesehatan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat sebaliknya politik juga dipengaruhi oleh
kesehatan dimana jika derajat kesehatan masyarakat meningkat maka akan berpengaruh pada kesehatan
masyarakat.Politik kesehatan sangat erat hubungannya dengan analisis kebijakan kesehatan karena penentuan
kebijakan di bidang kesehatan memang merupakan sebuah sistem yang tidak lepas dari keadaan dan peta
politik. Peta politik ini penting untuk menentukan kebijakan yang dihasilkan merupakan produk dari
serangkaian interaksi elit kunci dalam setiap proses pembuatan kebijakan termasuk tarik menarik kepentingan
antara aktor, interaksi kekuasaan, alokasi sumber daya dan bargaining position diantara elit yang terlibat.Untuk
menciptakan kesehatan yang prima maka dibutuhkan berbagai peraturan yang menjadi pedoman bagi petugas
kesehatan dan masyarakat yang luas.Tujuan dari kebijakan kesehatan ini agar pelayanan kesehatan tidak hanya
dinikmati oleh golongan tertentu, namun juga bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. 17 Mei 2019. https://www.kompasiana.com/asri56251/5bee0060677ffb4ebe44e0b4/pengaruh-


politik-terhadap-kesehatan

Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. PT. Grafiti Medika Pers: Jakarta

Changara, H. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Rajawali Pers: Jakarta
Murti, Bhisma. Ekonomi Kesehatan. https://fk.uns.ac.id/static/materi/Ekonomi_Kesehatan_-
_Prof_Bhisma_Murti.pdf (diakses tanggal 16 Mei 2019)

Palutturi, Sukri. 2013. Pentingnya Politik Bidang Kesehatan. Jurnal AKK, Vol 2 No 3. 17 Mei 2019.
https://media.neliti.com/media/publications/8228-ID-pentingnya-politik-bidang-kesehatan.pdf

Rimawati, Eti. 2004. Modul Ekonomi Kesehatan.


http://eprints.dinus.ac.id/6213/1/I_EKONOMI_KESEHATAN.pdf (diakses tanggal 16 Mei 2019)

Riswandi. 2009. Komunikasi Politik. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai