Anda di halaman 1dari 21

6.8. G. KARANGETANG, P.

Siau – Sulawesi Utara

Erupsi G. Karangetang 2010 (Prambada, O./PVMBG/2010)

KETERANGAN UMUM
Nama Lain : Gunungapi Siau
Nama Kawah : Kawah Utama (Kawah I), Kawah II, Kawah III, Kawah IV dan
Kawah V
Lokasi
a. Geografis Puncak : 02° 47’ LU dan 125° 24’ BT
b. Administratif : Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
Ketinggian : 1784 m dpl
Kota Terdekat : Manado
Tipe Gunungapi : Strato dengan kubah lava
Pos Pengamatan : Geografis: 02o 44’ 46,56” LU dan 125o23’ 01,26” BT
Gunungapi Administratif: Bukit Maralawa, Desa Salili, Kecamatan Siau
Barat, Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara

PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Sebelum tahun 1980 pendakian puncak dimulai dari Kampung Tarorane, Ulu
Siau, sebelah tenggara puncak. Jalur ini melewati Lembah Kali Kahetang. Tetapi sejak
lembah tersebut terisi lava dan dilanda lahar dalam tahun 1988, maka pendakian
dilakukan dari arah baratdaya, yaitu Desa Salili atau Beong mengikuti lembah barat dari
punggungan Arengkambing. Jalur pendakian inipun menjadi tertutup karena endapan
lava yang mengalir dalam tahun 1992. Dalam tahun 1998 jalur pendakian baru dimulai
dari Kampung Batubulan, arah utara puncak. Untuk mencapai Batubulan harus dengan
naik perahu motor dari Ulu Siau selama 1 jam. Sedangkan pendakiannya sendiri
diperlukan waktu selama 5 jam.

SEJARAH ERUPSI
Tercatat Gunungapi Karangetang pertama kali meletus dalam tahun 1675.
Berikut ini catatan sejarah kegiatannya.

Waktu Kegiatan

1675 Terjadi erupsi eksplosif dari Kawah Utama


1712 16 Januari, erupsi eksplosif dari Kawah Utama, letusannya terdengar di Ternate
1825 Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama
1864 16 Juni, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama
1883 25 - 26 Agustus, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama, kemungkinan pembentukan
Kawah Utara (Kawah II)
1886 Terjadi peningkatan kegiatan, kemungkinan pembentukan Kawah III (KIII).
1887 27 Mei, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama
1892 14 Juni, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama, setelah didahului oleh gempa bumi
tanggal 12 Juni.
1899 Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama
1900 Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama
1905 21, 22 Mei, menyemburkan abu yang jatuh di bagian barat Gunungapi Karangetang.
1921 Maret, Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama. Kawah IV merupakan danau kawah
dengan suhu air 80°C dan berbau belerang. Kawah V aktif mengeluarkan lava pijar.
1922 9 atau 10 Mei, peningkatan kegiatan, nampak sinar api di atas kawah. Periode letusan
Mei-Juni. Tanggal 14 Agustus, erupsi dari Kawah IV yang mengeluarkan abu dan bom-
bom vulkanik, yang jatuh di sekeliling kawah.
1924 Mei, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama
1926 Oktober, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama
1930 4, 6 Februari, erupsi dari Kawah Selatan (Kawah IV)
Terjadi gempabumi terasa.
1935 31 Agustus, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama
1940 1, 2, dan 9 Maret, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama, korban 1 orang meninggal,
2 orang luka-luka dan ratusan pohon kelapa musnah.
20 Juni, 22 Juli, 23 Agustus, peningkatan kegiatan
29 atau 30 Oktober, terjadi gempa terasa pada pukul 00.35, kemudian diikuti dengan
1941 erupsi yang berlangsung hingga pukul 10.00. Abu campur lapili jatuh di Ondong, Lehi,
Hiung, Kiawang, Batubulan dan Nameng, mengakibatkan seorang luka-luka.
1947 9 Februari, 1 - 15 Desember, 21 Desember, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama
1949 14 September, terjadi gempa terasa pada pukul 05.00, kemudian diikuti erupsi abu pada
pukul 17.00
1950 Juli, erupsi abu setinggi 300 m.
18 Desember, erupsi abu setinggi 250 m
1952 Terjadi erupsi di Kawah Utama dan Kawah Utara (Kawah II) dan Kawah III.
1961 Terjadi beberapa kali erupsi besar dan kecil yang dimulai sejak 17 Februari. Tinggi
kolom asap mencapai 2000 m, lemparan bom berjarak 500 m dari kawah. Material
berukuran lapili dilontarkan sejauh antara 1 - 2 km. Erupsi besar yang terjadi sering
didahului oleh gempa terasa.
1962 29 Januari, erupsi abu setinggi 2000 m.
2 Februari, erupsi besar, mengeluarkan material vulkanik pijar dan kilat api, serta asap
hitam tebal.
29 Mei, erupsi besar dengan kolom asap setinggi 2000 m.
14 September, leleran lava pijar disertai suara ledakan. Tinggi asap mencapai 3000 m.
Tiga jam sebelumnya terjadi gempa terasa.
13 Desember, terjadi lahar dingin akibat hujan lebat di puncak, mengakibatkan jalan
rusak, 5 rumah hancur dan 5 lainnya rusak di Ulu dan Tarorane.
1963 Januari, erupsi dengan asap setinggi 300 - 400 m. Selama periode letusan, sempat
mengeluarkan lava pijar dam material vulkanik.
1965 April - Mei, terjadi semburan lava pijar di sekitar kawah dan erupsi abu.
Agustus, terjadi beberapa kali erupsi, tinggi asap maksimum 900 m.
27 dan 30 Oktober, terjadi erupsi dengan semburan material pijar dan asap tebal
setinggi 1000 m, mengakibatkan 2 orang luka-luka.
1966 Januari, erupsi asap setinggi 2000 m
April, erupsi asap dan leleran lava di sekitar kawah
1967 7 Januari, letusan dengan asap setinggi 100-200 m.
13 Januari terjadi gempabumi terasa menyebabkan kerusakan rumah penduduk di
Ondong, Kanawong, dan Ulu Siau.
16 Januari, semburan material pijar dan lava di sekitar kawah
Juni, semburan material pijar di sekitar kawah
29 November, erupsi besar mengeluarkan material pijar dan diikuti dengan awan panas
guguran
1970 - 1971 Peningkatan kegiatan dimulai akhir Desember 1970. Suara gemuruh terus menerus
terdengar, disertai asap putih tebal dan sinar api setinggi 200 m di atas puncak.
Pebruari, diketahui adanya lava baru yang memenuhi lubang kawah. Bom dan lapili
berserakan di sekitar kawah.
1974 11 - 23 Februari, dimalam tampak sinar api dan semburan lava pijar. Terjadi leleran lava
ke arah selatan dan baratdaya sejauh 1 km. Kubah lava di Kawah Utama di perkirakan
mencapai 12 juta m3. Hingga bulan April hampir setiap hari terjadi gempa tektonik
(terasa), yang menyebabkan kerusakan bangunan dan tanah longsor, 3 orang
meninggal dunia
1975 15, 17 dan 21 Januari, terjadi erupsi besar yang menyemburkan abu mencapai tinggi
600 m, kemudian diikuti dengan semburan lava pijar (erupsi tipe strombolian).
26 Oktober, erupsi abu, dengan kolom asap setinggi 700 m.
20 November, erupsi abu dengan asap mencapai tinggi 1100 m.
Desember, erupsi masih terjadi, bahkan lebih besar dari November, dengan lemparan
lava pijar se tinggi 300 m.
1976 15 dan 17 September terjadi erupsi samping membentuk 2 (dua) titik di Bukit Areng
Kambing, lereng selatan puncak. Titik erupsi yang terjadi pada 15 September mengambil
tempat di ketinggian 1000 m, sedangkan yang terjadi pada 17 September di ketinggian
850 m.
Erupsi samping dengan leleran lava tersebut diawali gempa tektonik terasa semenjak
Agustus. Gempa terasa ini terus meningkat, bahkan mencapai 120 kejadian per-hari.dan
berlangsung hingga pertengahan September
15 September, pukul 07.00 terjadi erupsi, kepulan asap mencapai tinggi 500, kemudian
sore harinya terjadi leleran lava.
17 September, terjadi erupsi kecil, 300 m bagian selatan lubang erupsi 15 September,
yang diikuti dengan leleran lava dan alirannya bersatu dengan aliran lava sebelumnya.
Leleran lava tersebut berhenti pada 23 Oktober, mencapai panjang 7 km dari pusat
erupsi. Peristiwa tersebut mengakibatkan korban satu orang meninggal dan 1 orang
luka-luka akibat tersembur awan panas longsoran lava pijar pada waktu menonton lava
yang sedang mengalir pada malam hari.
1978 Muncul kawah baru diatas Kampung Batu Bulan, dikenal dengan Kawah Maralebuhe.
1983 Terjadi peningkatan kegiatan
1984 Aliran lava dari Kawah Utama, mengalir ke Kali Beha (Barat), Kali Keting (Timur), Kali
Batuawang (Selatan). 5 September awan panas guguran ke Kali Keting, Batuawang dan
Kali Beha. 20, 21 Oktober semburan lava pijar terus menerus disertai suara gemuruh. 7
November, peningkatan kegiatan yang berpusat pada Kawah Pusat dan Kawah III. 27
Nopember, erupsi eksplosif besar.
1985 Leleran lava terus keluar dari pusat kegiatan baru Arengkambing, Kawah Utama dan
Kawah III ke Kali Beha, Kali Keting dan Kali Batuawang. Tanggal 31 Desember terjadi
awan panas guguran ke Kali Keting.
1986 Alirang lava ke Kali Keting berlanjut terus, dan 19 Januari terjadi penyimpangan leleran
lava pada daerah ketinggian 1.000 m dpl.
1987 Suara gemuruh bagaikan pesawat jet dan erupsi asap terjadi sepanjang tahun. Tanggal
6 Februari terjadi semburan material pijar disertai awan panas sejauh lebih kurang 1.500
m.
1988 Januari - Februari terjadi semburan lava pijar.
18 - 20 Agustus terjadi erupsi disertai suara gemuruh kuat
25 Oktober erupsi kuat diikuti muntahan lava pijar dan menabrak tumpukan lava yang
nampak selama ini, sehingga terjadi awan panas guguran.
1989 10 - 12 Januari, Februari terjadi leleran lava sejauh 750 m
Maret terjadi semburan/luncuran lava pijar
9 dan 22 Mei terjadi leleran lava menuju ke Kali Beha
8 Agustus sebagian lidah lava gugur dan terjadi awan panas guguran
1990 2, 6, 8, 11, dan 19 September terjadi semburan dan luncuran material pijar ke Kali
Keting dan Kali Beha
6 dan 13 Oktober terjadi erupsi agak kuat dengan asap setinggi lebih kurang 1.500 m.
Bulan November terjadi leleran lava yang teramati sejauh lebih kurang 250m.
1991 Februari, terjadi erupsi asap yang kemudian disusul leleran lava sejauh 750 m kearah
Kali Hiung.
Juni, terjadi erupsi yang disertai lontaran material pijar yang berlangsung hingga
Agustus.
1992 Februari, erupsi abu
Mei, terjadi leleran lava ke Kali Beha Timur yang disertai awan panas guguran, yang
mengakibatkan 6 (enam) orang meninggal dunia dan 1 (satu) orang lukan bakar
1993 Juni, terjadi lahar di Kali Kahetang melanda sekitar Ibukota Kecamatan Siau Timur, Ulu
Siau menyebabkan beberapa sekolah, kantor pemerintah, sarana ibadah, gedung
pertemuan, asrama polisi, jalan dan jembatan hancur
1996 Januari, terjadi erupsi abu
13 Februari, terjadi leleran lava pijar dari Kawah Utama ke Keting dan ke Kali
Batuawang, Kali Beha dan Kali Batang berlangsung hingga Maret.
Juni, terjadi erupsi abu mencapai ketinggian 1.500 m.
Juli, terjadi erupsi abu setinggi 2.000 m.
Agustus, terjadi erupsi abu yang kemudian diikuti leleran lava
1997 Maret, erupsi abu terjadi hampir setiap hari.
17 April, terjadi erupsi abu yang disertai strombolian dan leleran lava ke arah Kali
Bahembang berlangsung hingga akhir Juni, panjang leleran lava mencapai 3.400 m.
Peristiwa tersebut mengakibatkan 3 orang penduduk desa Dame meninggal diterjang
awan panas guguran
1998 Pada 5 Maret mulai terdengar suara gemuruh dari arah puncak, semakin hari bertambah
kuat, sinarapi di Kawah Pusat mulai membesar. Tanggal 13 Maret leleran lava terlihat
mengalir ke arah Kali Keting. Tanggal 19 Maret lava membesar serta melebar ke arah
Kali Kahetang. Keesokan harinya terjadi awanpanas guguran sejauh 1000 m di Lembah
Kali Keting.
Tidak ada korban jiwa.
15 Juli, pukul 12.17 terjadi erupsi eksplosif dari Kawah Pusat. Hujan abu mengguyur
Desa Kinali, Hiung, dan Kiawang. Tebal abu tidak diketahui karena hujan air menyusul
kemudian
2000 Diawali dengan membesarnya sinarapi di Kawah Utama pada 26 Mei. Tanggal 27 Mei,
pukul 18.15 mulai terlihat leleran lava ke Kali Bahembang, satu jalur dengan Lava 1997.
Tanggal 30 Mei terjadi erupsi strombolian disertai suara gemuruh kuat.
27 Oktober terjadi erupsi eksplosif. Asap erupsi mencapai tinggi 1000 m. Material erupsi
jatuh di bagian timur, selatan dan barat dan menyebabkan kebakaran hutan di
sekitarnya.
2 November terjadi erupsi abu disusul kemudian dengan erupsi strombolian. Material
pijar dilontarkan setinggi 1750 m.
6 November mulai terlihat lava di puncak, seolah-olah membentuk kubah.
2001 Sepanjang tahun kenaikan kegiatan.
Januari mulai terjadi leleran lava kelanjutan dari kegiatan November 2000. Lava
mengalir dari Kawah Utama dan Kawah Selatan ke arah baratdaya, timur dan selatan-
tengara ke Kali Beha Timur, Kali Kahetang, Kali Batuawang.
25 Juni terjadi erupsi kuat disertai awanpanas dari Kawah Selatan dan menghancurkan
dinding/bibir selatan dari Kawah Selatan, 1 (satu) orang luka terkena udara panas
(surge). Tanggal 29 Juni kubah baru mulai muncul kembali mengisi bekas erupsi 25 Juni
dan dikenal dengan Kubah 2001. Hingga akhir tahun kubah baru tersebut belum
berhenti tumbuh meskipun sangat lambat.
Dalam September terjadi lahar di dalam Kali Kahetang dan melanda sebagian rumah
penduduk di Kampung Tarorane dan Terminal Ulu Siau. Tidak korban jiwa.
2004 Terjadi erupsi eksplosif dan pertumbuhan kubah lava
2006 Terjadi erupsi eksplosif, aliran lava, awan panas, dan petumbuhan kubah lava.
Penduduk di sekitar gunungapi dievakuasi
2008 Erupsi eksplosif yang masih berlangsung hingga bulan Juli 2009
2009 6, 7 Januari, erupsi abu.
1-4 Juni, erupsi dengan asap setinggi 700 m, disertai guguran material vulkanik.
7 November, erupsi disertai guguran ke Kali Keting, Kali Kahetang dan Batuawang.
2010 22 Maret, Erupsi freatik kuat disertai hujan abu, dan mengakibatkan lahar dingin di Kali
Batuawang dan Hulu Odong.Jalan Hulu Odong terputus dan terendam material setinggi
10-75 cm, sepanjang 40m.
1 April, terdengan suara letusan disertai guguran ke arah barat (kali batang).
16 Agustus, teramati kubah lava baru di Puncak Kawah Utama.
18-21 terjadi beberapa kali erupsi sedang.
27 September, terdengar suara erupsi sedang disertai guguran lava pijar. Teramati awan
panas ke arah Kali Batuawang.
31 Oktober, erupsi dengan asap kelabu kehitaman.

Karakter Erupsi
Sebagai gunungapi yang sangat aktif, masa istirahat Gunungapi Karangetang
sangat singkat, berlangsung beberapa bulan kemudian meningkat kembali. Pada
umumnya kegiatan dimulai dengan erupsi asap/abu dan biasanya berlangsung 2 atau 3
bulan. Kegiatan berlanjut berupa erupsi magmatik (eksplosif) diikuti dengan leleran lava
(efusif). Dalam beberapa kasus, efusif biasa juga terjadi tanpa didahului oleh eksplosif.
Erupsi abu pada tanggal 5 Juni 2007, pukul 15.11 WITA, dilihat dari Pos PGA

Erupsi eksplosif terkadang diikuti oleh awanpanas, tetapi yang sering terjadi
setiap leleran lava selalu menimbulkan awanpanas guguran. Awanpanas tersebut
terjadi akibat menumpuknya lava di suatu titik atau di ujung aliran dan rubuh (collapse)
karena faktor gravitasi. Berbeda dengan kejadian awanpanas guguran di Gunungapi
Merapi yang terjadi dari kubah yang runtuh. Lava di Gunungapi Karangetang hampir
selalu mengalir meskipun suatu ketika sebagian membangun kubah.
Salah satu ciri khas Gunungapi Karangetang yang patut dicatat, adalah peran
gempa tektonik (lokal) sangat besar dalam memotori terjadinya suatu erupsi.

GEOLOGI
Dalam Peta Geologi Gunungapi Karangetang (2000), batuan disusun
berdasarkan hasil kegiatan gunungapi tersebut, yaitu hasil primer dan sekunder.
Penamaan batuan primer diurut dengan nomor, misalnya dimulai dengan Kl. 1 (Aliran
Lava 1 Karangetang ) hingga KL. 17, kecuali Lava Arengkambing yang jelas
kejadiannya dalam tahun 1976.

Struktur Kawah
Secara garis besar, kawah Gunungapi Karangetang menempati puncak dan
lereng bagian utara dan selatan yang membentuk satu garis lurus. Berdasarkan Peta
Topografi Puncak yang dibuat oleh S. Harto (1962), terdapat 5 (lima) kawah. Tiga
kawah mengambil tempat di bagian utara, yaitu Kawah II (KII), Kawah III (KIII), dan
Kawah V (KV), serta dua lainnya di bagian selatan, yaitu Kawah Utama (KI) dan Kawah
IV (KIV) yang berada di dalam komplek Kawah Utama.
Pada Tahun 1979 terbentuk kawah baru di lereng utara dekat Desa Batubulan.
Semula lokasi tersebut hanya berupa lubang solfatara, kemudian terjadi longsoran
akibat gempabumi tektonik. Lubang tersebut melebar dan bertambah dalam serta
berasap putih tebal sehingga menyerupai kawah dan kemudian dikenal dengan Kawah
Batubulan. Namun demikian, sampai sekarang belum pernah menjadi titik erupsi.

Peta Topografi Puncak Gunungapi Karangetang tahun 1962

Beberapa kawah tersebut di atas hanya menjadi pusat erupsi dalam satu tau
beberapa kali periode kemudian tidak aktif lagi atau tertutup oleh lava. Peta topografi
puncak dan lereng selatan Gunungapi Karangetang yang dibuat dalam tahun 1979
memperlihatkan hanya 2 (dua) kawah, yaitu Kawah Utama (KI) di sisi selatan dan
Kawah II (KII) di sisi utara.
Pada tahun 1993 terbentuk kubah lava di dalam Kawah II tetapi tidak menutupi
secara keseluruhan permukaan kawah, sehingga keberadaannya sebagai kawah tetap
terlihat dan pada kenyataannya masih aktif.
Pada Juli 2001, pasca erupsi 25 Juni 2001 juga terbentuk kubah lava di dinding
selatan Kawah Utama atau menutupi Kawah IV yang berada pada sudut selatan dalam
komplek Kawah Utama. Agar mudah diingat, maka kedua kawah yang tersisa dan
masih aktif tersebut dinamai Kawah Selatan (Kawah Utama, KI) dan Kawah Utara (KII)
sesuai posisinya di puncak.
Keterangan:
a. Kondisi puncak sebelum thn. 1992, puncak tertinggi +1784 m dml.
b. Kondisi puncak dalam thn. 1993. Erupsi 1992 berakhir dengan terbentuknya Kubah 1992. KII
masih tersisa pada pangkal kubah. Puncak kubah melampaui puncak tertinggi Karangetang,
diduga mencapai tinggi +1820 m dan menjadi puncak tertinggi G. Karangetang saat ini.
c. Kondisi puncak dalam Juni 2001. Dinding utara KIV runtuh (collapse) pada erupsi 25 Juni 2001.
d. Kondisi puncak dalam Juli 2001. Muncul kubah baru pada bekas runtuhan 25 Juni dan disebut
Kubah 2001.

Stratigrafi
G. Karangetang sangat kaya dengan lava. Hampir setiap peningkatan kegiatan
selalu disertai oleh leleran lava.
Berikut ini keterangan singkat dari stratigrafi batuan G. Karangetang dari yang
tua hingga yang paling muda.
 Aliran Lava 1 Karangetang (Kl.1). Lava andesit, dijumpai di kaki selatan dan barat
dari pantai hingga ketinggian 300 m.
 Aliran Lava 2 Karangetang. (Kl.2). Lava andesit basaltis, tersingkap di baratlaut
puncak.
 Aliran Lava 3 Karangetang (Kl.3). Lava andesit basaltis ini tersingkap di Nameng,
Batubulan (utara).
 Aliran Lava 4 Karangetang (Kl.4). Satuan lava andesit, dijumpai di tenggara dan
sepanjang sisi timur di Kali Beha dan Kali Lanage.
 Aliran Lava 5 Karangetang (Kl.5). Satuan ini tersingkap di lereng selatan dan
umumnya ditutupi oleh lapukan setebal 0,5 m dan berasosiasi dengan endapan
guguran lava, berkomposisi andesit.
 Aliran Lava 7 Karangetang (Kl.7). Lava andesit basaltis, dijumpai di Kali Kanawong
dan Batuawang, baratdaya puncak selatan Karangetang.
 Aliran Lava 8 Karangetang (Kl.8). Lava yang menjadi fondasi jalan antara
Batuawang dan Beong yang berasosiasi dengan material guguran lava,
berkomposisi andesit.
 Aliran Lava 9 Karangetang (Kl.9). Satuan ini membentuk morfologi Bukit
Arengkambing (1400 m) adalah andesit.
 Aliran Lava 10 Karangetang (Kl.10). Lava andesit abu-abu.
 Aliran Lava 11 Karangetang (Kl.11). Dari jenis andesit basaltis yang di jumpai di
Kali Beha Barat, lereng barat puncak.
 Aliran Lava 12 Karangetang (Kl.12). Satuan ini berkomposisi andesit basaltis dan
dijumpai di bagian timur pada ketinggian 1600 m.
 Aliran Lava 13 Karangetang (Kl.13). Tersingkap di Kiawang berkomposisi andesit
berwarna abu-abu.
 Aliran Lava 14 Karangetang (Kl.14). Lava ini tersebut di bagian utara di Desa
Batubulan berkomposisi andesit basaltis.
 Aliran Lava 16 Karangetang (Kl.16). Lava ini tersingkap di bagian utara puncak
adalah lava andesit basaltis.
 Aliran Lava Arengkambing (Akl). Leleran lava ini terjadi dalam tahun 1976 dan
merupakan erupsi samping G. Karangetang. Titik erupsinya di lereng
Arengkambing, pada ketinggian 900 m. Lava mengalir hingga mendekati pantai
tenggara Pulau Siau.
 Kubah Lava 1 Karangetang (Kk.1). Dierupsikan dari Kawah Utara berkomposisi
andesit basaltis dan membentuk kubah di puncak.
 Kubah Lava 2 Karangetang (Kk.2). Terbentuk di Kawah Selatan berkomposisi
andesit basaltis berwarna hitam.
 Aliran Lava 17 Karangetang (Kl. 17). Lava ini mengalir ke barat dan selatan hingga
ketinggian 500 - 600 m, berkomposisi andesit basaltis. Batuan sekunder terdiri dari
endapan lahar dan alluvial

Peta sebaran lava piroklastik dan lahar G. Karangetang

GEOFISIKA
Kegempaan
Penelitian kegempaan pertama kali dilakukan oleh S. Siswowijoyo pada tahun
1974. Ketika itu masih menggunakan seismograf mekanik jenis Spindler and Hoyer.
Sejak dioperasikannya Pos PGA dalam tahun 1978, seismograf adalah salah
satu peralatan standar, dengan demikian pengamatan kegempaan mulai kontinyu
dilakukan. Masa awal pengoperasiannya dipergunakan seismograf Hosaka dengan
sistem telematri kabel (mekanik). Tahun 1993 sistem tersebut dirubah menjadi sistem
telemetri radio (RTS). Seismometer ditempatkan di lereng selatan, 2 km dari puncak.
Berdasarkan hasil analisis perhitungan sumber gempa (hiposenter) Vulkanik
pada Juni 2007, umumnya tersebar di bagian selatan – barat dari pusat kegiatan
dengan dengan kedalamannya berkisar antara 0,892 – 5,884 km dpl.
Km o
125 28,8'E
6
5 N
4
3
2
1 Kw. Batukole

Kw. Utara
o
0 2 44,77'S
W Kw. Selatan
E
-1
-2 LHI
ARK
-3
-4 POS

-5
-6
-7
-8
-9
S
-10
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Km

Penampang Vertikal B-T


Kw. Batukole
-5 -5
-4 -4
-3 Kw. Selatan
-3
-2 ARK
Kw. Utara
-2
-1 LHI
POS Kw. Batukole -1
Kedalaman (Km)

0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 W o
125 28.8'E E 9
10 10 Km
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-4 Penampang Vertikal S-U -4


-3 Kw. Selatan
-3
Kw. Utara
-2 -2
ARK Kw. Batukole
-1 POS -1
0 0
Kedalaman (Km)

LHI
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 S o
2 44.77'S N 9
10 10 Km
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sebaran hiposenter gempa Vulkanik G. Karangetang Juni 2007

Gaya Berat
Penelitian gaya berat dilakukan pada Mei 1996. Zona lemah di G. Karangetang
bentuknya konsentris terhadap puncak dan mengecil ke arah puncak. Hal tersebut
diinterpretasikan adanya sistem saluran magma (diatrema) yang terbuka. Semakin ke
arah selatan strukturnya lebih kompak dan homogen karena sistem vulkanisnya berada
di bagian utara Pulau Siau.

Geomagnet
Pengukuran dilakukan pada bulan Februari 2007, pada bagian barat dan selatan
Gunungapi Karangetang.
Berdasarkan data dari International Geomagnetik Reference Field (IGRF),
dengan menggunakan software geomag60, diketahui bahwasanya harga medan
magnetik regional (T IGRF) di G. Karangetang berada pada harga 39915.6 nT. Harga
magnetik residual kemudian diplot dengan menggunakan software Surfer dan
menghasilkan Peta Anomali Medan Magnetik Residual

Titik
Pengamata

Titik-Titik Pengamatan Geomagnetik di G. Karangetang (Suparman, Y., 2007).

: Kontur Ketinggian : Sesar (di Peta Geologi)


: Kontur Magnetik : Kelurusan Titik Erupsi
: Pos Gunungapi Karangetang : Titik Ukur Geomagnetik

Peta Anomali Magnetik Total di overlay denga Peta Topografi G. Karangetang (Suparman, Y., 2007)

Berdasarkan Peta Geologi Gunungapi Karangetang (Budianto, A., 2000)


terdapat dua struktur utama, yaitu: Sesar Akesimbeka dan Sesar Arengkambing. Sesar
Normal Akesimbeka terletak di sebelah selatan puncak G. Karangetang, memanjang
dari barat ke timur. Sesar Arengkambing terletak di sebelah tenggara puncak G.
Karangetang, mempunyai arah relatif struktur 150-200 yang ditafsirkan sebagai sesar
normal dimana blok bagian timurnya relatif bergerak turun terhadap blok bagian barat.
Blok-blok sesar yang naik berada pada kelurusan nilai anomali magnetik yang
lebih tinggi dibandingkan dengan blok-blok sesar yang turun yang berada pada
kelurusan nilai anomali magnetik yang lebih rendah. Berdasarkan asumsi tersebut
maka kelurusan-kelurusan dari struktur geologi pada Peta Anomali Magnetik Residual,
yang kemudian diinterpretasikan sebagai kelurusan dari struktur sesar, didasarkan
kepada adanya kelurusan kontras yang cukup besar pada harga anomali magnetik
residual.

Peta Kontur Anomali Magnetik Residual di overlay dengan Visualisasi 3-D Kontur Anomali Magnetik
Residual (rotation 300) dan Sesar pada Peta Geologi G. Karangetang, (Suparman, Y., 2007).

GEOKIMIA
Petrologi
Lava Karangetang pada umumnya adalah andesit - andesit basaltis berforitik dan
sebagian kecil pilataksitik dengan fenokris plagioklas dan hornbelende dalam masa
dasar mikrolit plagioklas, gelas, mineral opak dan mikrogranular piroksen.
Mineral plagioklas dijumpai dengan jumlah 40 - 50 % berbentuk subhedral -
euhedral. Sedangkan mineral opak tampil sebagai masa dasar berbentuk anhedral.
Piroksen ditemui sebagai masa dasar sebanyak 5 - 15 % berbentuk prismatik berupa
kristal subhedral - euhedral. Terkadang dijumpai berasosiasi dengan gelas, opak dan
mikrolit plagioklas. Hornblende hanya 5 % dengan ring structur.

Kimia batuan
Kandungan silika yang terdapat pada batuan Karangetang berkisar 52 - 54 %,
tetapi sample terakhir (Lava 2001) prosentase tersebut meningkat menjadi 57 %.
Perpaduan antara unsur alkali dari Na2O + K2O terhadap MgO + FeO menunjukan,
bahwa lava di Karangetang berada dalam kelompok calk alkali. Berikut ini hasil analisis
kimia batuan G. Karangetang.

Hasil analisis kimia batuan/lava G. Karangetang, tahun 1976, 1985, 1996, 2001
Unsur Lava 1976 Lava 1985 Lava 1996 Lava 2001
SiO2 53,59 52,53 53,14 57,09
Al2O3 18,36 18,12 17,59 17,62
Fe2O3 5,59 10,10 9,86 8,17
CaO 8,05 9,34 9,41 8,50
MgO 4,79 4,28 4,51 3,71
Na2O 2,80 3,18 3,10 2,28
K2O 0,86 1,16 1,14 1,12
MnO 0,29 0,20 0,21 0,20
TiO2 0,73 0,86 0,85 0,63
P2O5 0,08 0,23 0,20 0,26
H2O 0,30 0,10
HD 0,45 0,01

Kimia Air
Di sekitar tubuh G. Karangetang, ditemukan 4 mata air panas, yaitu masing-
masing di desa Lehi, Mini, Timbako dan Batulosoh (muara K. Nanitu).
Lokasi pengambilan conto air panas, Juni 2007
Nama Stasiun Koordinat Elevasi
Bujur Timur Lintang Utara (m dpl)
Mini 125o 22,189’ 02o 46,206’ 0
Lehi 125o 22,169’ 02o 45,940’ 0
Batulosoh (Nanitu) 125o 22,281’ 02o 46,363’ 0
Timbako 125o 22,288’ 02o 46.073’ 0

Perbandingan perubahan temperatur dan pH air panas pada pengukuran Mei 2006 dan Juni 2007
Nama Stasiun Mei 2006 Juni 2007
Suhu air ( oC) pH Suhu air ( oC) pH
Mini 49 6,34 43,3 5,94
Lehi 46 6,31 47,5 5,80
Batulosoh (Nanitu) 74 6,17 66 5,86
Timbako 66 6,32 69,3 5,87

Perbandingan konsentrasi (ppm) kimia air panas G. Karangetang hasil analisis Mei 2006 dan Juni 2007
Unsur Mei 2006 Juni 2007
Mini Nanitu Lehi Timbako Mini Nanitu Lehi Timbako
Na+ 497,15 220,95 368,26 432,70 260,60 161,42 103,97 154,13
K+ 58,00 23,00 53,00 40,00 40,16 42,61 21,06 41,14
Ca2+ 303,36 131,22 253,98 143,92 233,32 265,14 118,70 265,14
+
Mg 95,67 46,56 76,19 77,04 83,25 145,83 35,79 145,83
Fe3+ 3,57 0,41 0,31 0,31 0,30 0,26 0,43 0,35
As3+ 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,01 0,02 0,01
NH4+ 1,55 0,20 1,36 0,29 0,04 0,01 0,03 0,00
B- 1,2 0,2 1,1 0,65 0,35 0,52 0,17 0,35
F- 0,66 0,24 0,68 0,23 0,73 1,27 0,18 0,91
Cl- 819,72 261,65 634,09 605,21 1162,96 811,10 240,43 782,14
HCO3- 204,32 201,48 212,83 178,78 217,77 232,29 261,32 225,03
SO42- 558,97 396,55 552,76 487,59 173,82 383,16 212,28 383,16
SiO2 89,20 78,40 105,00 79,80 82,27 68,48 76,36 72,88
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Sistem Pemantauan
Pemantauan G. Karangetang dialkukan secara menerus baik secara visual
maupun instrumental (seismograf). Pemantauan berkala dilakukan dengan metoda
deformasi (GPS dan EDM)
Pos Pengamatan G. Karangetang secara administratif terletak di Desa Salili,
Kecamatan Siau Barat, Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara dengan letak
geografis 02o 44’ 46,56” LU dan 125o23’ 01,26” BT pada ketinggian 331 m. Secara
visual dalam keadaan tidak berkabut puncak Gunungapi Karangetang dapat terlihat
jelas dari pos, sehingga fenomena kepulan asap kawah serta fenomena lain dapat
teramati dengan jelas
Kegempaan G. Karangetang dipantau dengan sebuah sistem pemantauan yang
terdiri dari seismometer L4C satu komponen (vertikal) yang ditempatkan di tubuh
Gunungapi Karangetang dengan posisi geografis 02° 45’ 40,04” LU dan 125° 23’ 41,10”
BT. Data kegempaan yang terekam dikirimkan ke Pos PGA melalui sistem RTS. Data
tersebut direkam menggunakan rekorder PS-2. Hasil pemantauan setiap hari dicatat,
dianalisa dan dilaporkan ke pusat (Bandung) guna menentukan satus kegiatan
gunungapi tersebut.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI


Pendahuluan
Dalam rangka memitigasi ancaman bahaya primer dan bahaya sekunder
terhadap penduduk yang bermukim di sekitar gunungapi, telah dibuat Peta Peta
tersebut dibuat berdasarkan bentuk bentang alam, karakteristik dan potensi bahaya
yang ada. Kawasan rawan bencana dibagi atas 3 bagian berdasarkan ancaman bahaya
yang mungkin melanda, yaitu Kawasan Rawan Bencana III (KRB III), Kawasan Rawan
Bencana II (KRB II), dan Kawasan Rawan Bencana I (KRB I).

Kawasan Rawan Bencana III


Kawasan ini sering terlanda awanpanas, lontaran dan guguran material (pijar)
dan aliran lava. Kawasan ini berdiameter 2 km meliputi daerah puncak dan beberapa
aliran sungai yang berhulu di puncak hingga 3 km ke hilir. Misalnya Kali Kahetang dan
Kali Keting di sebelah selatan, Kali Maralebuhe dan Kali Batuawang di sebelah utara.
Secara umum kawasan ini mencapai luas 18 km2 dan di dalam peta berwarna
merahjambu (pink) tua.
Kawasan Rawan Bencana II
Berpotensi terlanda aliran lava dan lahar serta kemungkinan perluasan
awanpanas yang mencakup lereng dan aliran sungai di sebelah barat, utara, timurlaut,
dan tenggara puncak seluas 28 km2. Di dalam peta berwarna merahjambu (pink) muda.
Kawasan Rawan Bencana I
Sangat mungkin terlanda hujan abu yang meliputi radius 6 km dengan pusat di
puncak. Dalam peta kawasan ini bergaris kuning dengan batas lingkaran berwarna
kuning.
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Karangetang

DAFTAR PUSTAKA
Budianto A., M.N. Kartadinata, Kusdaryanto. 2000. Peta Geologi Gunungapi
Karangetang, Sulawesi Utara. Direktorat Vulkanologi.
Bronto S., Djuhara A., 1996, Peta Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Provinsi
Sulawesi Utara, 1996
Harto S., 1962. Peta Topografi Puncak G. Karangetang.
Kusumadinata K., 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi.
Solihin A., dkk. 2007. Laporan Pengamatan Terpadu Gunungapi Karangetang,
Sulawesi Utara. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Suparman Y., 2007. Laporan Penyelidikan Geofisika (dengan Menggunakan Metoda
Geomagnetik) Gunungapi Karangetang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi.

Anda mungkin juga menyukai