G Karangetang
G Karangetang
KETERANGAN UMUM
Nama Lain : Gunungapi Siau
Nama Kawah : Kawah Utama (Kawah I), Kawah II, Kawah III, Kawah IV dan
Kawah V
Lokasi
a. Geografis Puncak : 02° 47’ LU dan 125° 24’ BT
b. Administratif : Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
Ketinggian : 1784 m dpl
Kota Terdekat : Manado
Tipe Gunungapi : Strato dengan kubah lava
Pos Pengamatan : Geografis: 02o 44’ 46,56” LU dan 125o23’ 01,26” BT
Gunungapi Administratif: Bukit Maralawa, Desa Salili, Kecamatan Siau
Barat, Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Sebelum tahun 1980 pendakian puncak dimulai dari Kampung Tarorane, Ulu
Siau, sebelah tenggara puncak. Jalur ini melewati Lembah Kali Kahetang. Tetapi sejak
lembah tersebut terisi lava dan dilanda lahar dalam tahun 1988, maka pendakian
dilakukan dari arah baratdaya, yaitu Desa Salili atau Beong mengikuti lembah barat dari
punggungan Arengkambing. Jalur pendakian inipun menjadi tertutup karena endapan
lava yang mengalir dalam tahun 1992. Dalam tahun 1998 jalur pendakian baru dimulai
dari Kampung Batubulan, arah utara puncak. Untuk mencapai Batubulan harus dengan
naik perahu motor dari Ulu Siau selama 1 jam. Sedangkan pendakiannya sendiri
diperlukan waktu selama 5 jam.
SEJARAH ERUPSI
Tercatat Gunungapi Karangetang pertama kali meletus dalam tahun 1675.
Berikut ini catatan sejarah kegiatannya.
Waktu Kegiatan
Karakter Erupsi
Sebagai gunungapi yang sangat aktif, masa istirahat Gunungapi Karangetang
sangat singkat, berlangsung beberapa bulan kemudian meningkat kembali. Pada
umumnya kegiatan dimulai dengan erupsi asap/abu dan biasanya berlangsung 2 atau 3
bulan. Kegiatan berlanjut berupa erupsi magmatik (eksplosif) diikuti dengan leleran lava
(efusif). Dalam beberapa kasus, efusif biasa juga terjadi tanpa didahului oleh eksplosif.
Erupsi abu pada tanggal 5 Juni 2007, pukul 15.11 WITA, dilihat dari Pos PGA
Erupsi eksplosif terkadang diikuti oleh awanpanas, tetapi yang sering terjadi
setiap leleran lava selalu menimbulkan awanpanas guguran. Awanpanas tersebut
terjadi akibat menumpuknya lava di suatu titik atau di ujung aliran dan rubuh (collapse)
karena faktor gravitasi. Berbeda dengan kejadian awanpanas guguran di Gunungapi
Merapi yang terjadi dari kubah yang runtuh. Lava di Gunungapi Karangetang hampir
selalu mengalir meskipun suatu ketika sebagian membangun kubah.
Salah satu ciri khas Gunungapi Karangetang yang patut dicatat, adalah peran
gempa tektonik (lokal) sangat besar dalam memotori terjadinya suatu erupsi.
GEOLOGI
Dalam Peta Geologi Gunungapi Karangetang (2000), batuan disusun
berdasarkan hasil kegiatan gunungapi tersebut, yaitu hasil primer dan sekunder.
Penamaan batuan primer diurut dengan nomor, misalnya dimulai dengan Kl. 1 (Aliran
Lava 1 Karangetang ) hingga KL. 17, kecuali Lava Arengkambing yang jelas
kejadiannya dalam tahun 1976.
Struktur Kawah
Secara garis besar, kawah Gunungapi Karangetang menempati puncak dan
lereng bagian utara dan selatan yang membentuk satu garis lurus. Berdasarkan Peta
Topografi Puncak yang dibuat oleh S. Harto (1962), terdapat 5 (lima) kawah. Tiga
kawah mengambil tempat di bagian utara, yaitu Kawah II (KII), Kawah III (KIII), dan
Kawah V (KV), serta dua lainnya di bagian selatan, yaitu Kawah Utama (KI) dan Kawah
IV (KIV) yang berada di dalam komplek Kawah Utama.
Pada Tahun 1979 terbentuk kawah baru di lereng utara dekat Desa Batubulan.
Semula lokasi tersebut hanya berupa lubang solfatara, kemudian terjadi longsoran
akibat gempabumi tektonik. Lubang tersebut melebar dan bertambah dalam serta
berasap putih tebal sehingga menyerupai kawah dan kemudian dikenal dengan Kawah
Batubulan. Namun demikian, sampai sekarang belum pernah menjadi titik erupsi.
Beberapa kawah tersebut di atas hanya menjadi pusat erupsi dalam satu tau
beberapa kali periode kemudian tidak aktif lagi atau tertutup oleh lava. Peta topografi
puncak dan lereng selatan Gunungapi Karangetang yang dibuat dalam tahun 1979
memperlihatkan hanya 2 (dua) kawah, yaitu Kawah Utama (KI) di sisi selatan dan
Kawah II (KII) di sisi utara.
Pada tahun 1993 terbentuk kubah lava di dalam Kawah II tetapi tidak menutupi
secara keseluruhan permukaan kawah, sehingga keberadaannya sebagai kawah tetap
terlihat dan pada kenyataannya masih aktif.
Pada Juli 2001, pasca erupsi 25 Juni 2001 juga terbentuk kubah lava di dinding
selatan Kawah Utama atau menutupi Kawah IV yang berada pada sudut selatan dalam
komplek Kawah Utama. Agar mudah diingat, maka kedua kawah yang tersisa dan
masih aktif tersebut dinamai Kawah Selatan (Kawah Utama, KI) dan Kawah Utara (KII)
sesuai posisinya di puncak.
Keterangan:
a. Kondisi puncak sebelum thn. 1992, puncak tertinggi +1784 m dml.
b. Kondisi puncak dalam thn. 1993. Erupsi 1992 berakhir dengan terbentuknya Kubah 1992. KII
masih tersisa pada pangkal kubah. Puncak kubah melampaui puncak tertinggi Karangetang,
diduga mencapai tinggi +1820 m dan menjadi puncak tertinggi G. Karangetang saat ini.
c. Kondisi puncak dalam Juni 2001. Dinding utara KIV runtuh (collapse) pada erupsi 25 Juni 2001.
d. Kondisi puncak dalam Juli 2001. Muncul kubah baru pada bekas runtuhan 25 Juni dan disebut
Kubah 2001.
Stratigrafi
G. Karangetang sangat kaya dengan lava. Hampir setiap peningkatan kegiatan
selalu disertai oleh leleran lava.
Berikut ini keterangan singkat dari stratigrafi batuan G. Karangetang dari yang
tua hingga yang paling muda.
Aliran Lava 1 Karangetang (Kl.1). Lava andesit, dijumpai di kaki selatan dan barat
dari pantai hingga ketinggian 300 m.
Aliran Lava 2 Karangetang. (Kl.2). Lava andesit basaltis, tersingkap di baratlaut
puncak.
Aliran Lava 3 Karangetang (Kl.3). Lava andesit basaltis ini tersingkap di Nameng,
Batubulan (utara).
Aliran Lava 4 Karangetang (Kl.4). Satuan lava andesit, dijumpai di tenggara dan
sepanjang sisi timur di Kali Beha dan Kali Lanage.
Aliran Lava 5 Karangetang (Kl.5). Satuan ini tersingkap di lereng selatan dan
umumnya ditutupi oleh lapukan setebal 0,5 m dan berasosiasi dengan endapan
guguran lava, berkomposisi andesit.
Aliran Lava 7 Karangetang (Kl.7). Lava andesit basaltis, dijumpai di Kali Kanawong
dan Batuawang, baratdaya puncak selatan Karangetang.
Aliran Lava 8 Karangetang (Kl.8). Lava yang menjadi fondasi jalan antara
Batuawang dan Beong yang berasosiasi dengan material guguran lava,
berkomposisi andesit.
Aliran Lava 9 Karangetang (Kl.9). Satuan ini membentuk morfologi Bukit
Arengkambing (1400 m) adalah andesit.
Aliran Lava 10 Karangetang (Kl.10). Lava andesit abu-abu.
Aliran Lava 11 Karangetang (Kl.11). Dari jenis andesit basaltis yang di jumpai di
Kali Beha Barat, lereng barat puncak.
Aliran Lava 12 Karangetang (Kl.12). Satuan ini berkomposisi andesit basaltis dan
dijumpai di bagian timur pada ketinggian 1600 m.
Aliran Lava 13 Karangetang (Kl.13). Tersingkap di Kiawang berkomposisi andesit
berwarna abu-abu.
Aliran Lava 14 Karangetang (Kl.14). Lava ini tersebut di bagian utara di Desa
Batubulan berkomposisi andesit basaltis.
Aliran Lava 16 Karangetang (Kl.16). Lava ini tersingkap di bagian utara puncak
adalah lava andesit basaltis.
Aliran Lava Arengkambing (Akl). Leleran lava ini terjadi dalam tahun 1976 dan
merupakan erupsi samping G. Karangetang. Titik erupsinya di lereng
Arengkambing, pada ketinggian 900 m. Lava mengalir hingga mendekati pantai
tenggara Pulau Siau.
Kubah Lava 1 Karangetang (Kk.1). Dierupsikan dari Kawah Utara berkomposisi
andesit basaltis dan membentuk kubah di puncak.
Kubah Lava 2 Karangetang (Kk.2). Terbentuk di Kawah Selatan berkomposisi
andesit basaltis berwarna hitam.
Aliran Lava 17 Karangetang (Kl. 17). Lava ini mengalir ke barat dan selatan hingga
ketinggian 500 - 600 m, berkomposisi andesit basaltis. Batuan sekunder terdiri dari
endapan lahar dan alluvial
GEOFISIKA
Kegempaan
Penelitian kegempaan pertama kali dilakukan oleh S. Siswowijoyo pada tahun
1974. Ketika itu masih menggunakan seismograf mekanik jenis Spindler and Hoyer.
Sejak dioperasikannya Pos PGA dalam tahun 1978, seismograf adalah salah
satu peralatan standar, dengan demikian pengamatan kegempaan mulai kontinyu
dilakukan. Masa awal pengoperasiannya dipergunakan seismograf Hosaka dengan
sistem telematri kabel (mekanik). Tahun 1993 sistem tersebut dirubah menjadi sistem
telemetri radio (RTS). Seismometer ditempatkan di lereng selatan, 2 km dari puncak.
Berdasarkan hasil analisis perhitungan sumber gempa (hiposenter) Vulkanik
pada Juni 2007, umumnya tersebar di bagian selatan – barat dari pusat kegiatan
dengan dengan kedalamannya berkisar antara 0,892 – 5,884 km dpl.
Km o
125 28,8'E
6
5 N
4
3
2
1 Kw. Batukole
Kw. Utara
o
0 2 44,77'S
W Kw. Selatan
E
-1
-2 LHI
ARK
-3
-4 POS
-5
-6
-7
-8
-9
S
-10
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Km
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 W o
125 28.8'E E 9
10 10 Km
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
LHI
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 S o
2 44.77'S N 9
10 10 Km
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gaya Berat
Penelitian gaya berat dilakukan pada Mei 1996. Zona lemah di G. Karangetang
bentuknya konsentris terhadap puncak dan mengecil ke arah puncak. Hal tersebut
diinterpretasikan adanya sistem saluran magma (diatrema) yang terbuka. Semakin ke
arah selatan strukturnya lebih kompak dan homogen karena sistem vulkanisnya berada
di bagian utara Pulau Siau.
Geomagnet
Pengukuran dilakukan pada bulan Februari 2007, pada bagian barat dan selatan
Gunungapi Karangetang.
Berdasarkan data dari International Geomagnetik Reference Field (IGRF),
dengan menggunakan software geomag60, diketahui bahwasanya harga medan
magnetik regional (T IGRF) di G. Karangetang berada pada harga 39915.6 nT. Harga
magnetik residual kemudian diplot dengan menggunakan software Surfer dan
menghasilkan Peta Anomali Medan Magnetik Residual
Titik
Pengamata
Peta Anomali Magnetik Total di overlay denga Peta Topografi G. Karangetang (Suparman, Y., 2007)
Peta Kontur Anomali Magnetik Residual di overlay dengan Visualisasi 3-D Kontur Anomali Magnetik
Residual (rotation 300) dan Sesar pada Peta Geologi G. Karangetang, (Suparman, Y., 2007).
GEOKIMIA
Petrologi
Lava Karangetang pada umumnya adalah andesit - andesit basaltis berforitik dan
sebagian kecil pilataksitik dengan fenokris plagioklas dan hornbelende dalam masa
dasar mikrolit plagioklas, gelas, mineral opak dan mikrogranular piroksen.
Mineral plagioklas dijumpai dengan jumlah 40 - 50 % berbentuk subhedral -
euhedral. Sedangkan mineral opak tampil sebagai masa dasar berbentuk anhedral.
Piroksen ditemui sebagai masa dasar sebanyak 5 - 15 % berbentuk prismatik berupa
kristal subhedral - euhedral. Terkadang dijumpai berasosiasi dengan gelas, opak dan
mikrolit plagioklas. Hornblende hanya 5 % dengan ring structur.
Kimia batuan
Kandungan silika yang terdapat pada batuan Karangetang berkisar 52 - 54 %,
tetapi sample terakhir (Lava 2001) prosentase tersebut meningkat menjadi 57 %.
Perpaduan antara unsur alkali dari Na2O + K2O terhadap MgO + FeO menunjukan,
bahwa lava di Karangetang berada dalam kelompok calk alkali. Berikut ini hasil analisis
kimia batuan G. Karangetang.
Hasil analisis kimia batuan/lava G. Karangetang, tahun 1976, 1985, 1996, 2001
Unsur Lava 1976 Lava 1985 Lava 1996 Lava 2001
SiO2 53,59 52,53 53,14 57,09
Al2O3 18,36 18,12 17,59 17,62
Fe2O3 5,59 10,10 9,86 8,17
CaO 8,05 9,34 9,41 8,50
MgO 4,79 4,28 4,51 3,71
Na2O 2,80 3,18 3,10 2,28
K2O 0,86 1,16 1,14 1,12
MnO 0,29 0,20 0,21 0,20
TiO2 0,73 0,86 0,85 0,63
P2O5 0,08 0,23 0,20 0,26
H2O 0,30 0,10
HD 0,45 0,01
Kimia Air
Di sekitar tubuh G. Karangetang, ditemukan 4 mata air panas, yaitu masing-
masing di desa Lehi, Mini, Timbako dan Batulosoh (muara K. Nanitu).
Lokasi pengambilan conto air panas, Juni 2007
Nama Stasiun Koordinat Elevasi
Bujur Timur Lintang Utara (m dpl)
Mini 125o 22,189’ 02o 46,206’ 0
Lehi 125o 22,169’ 02o 45,940’ 0
Batulosoh (Nanitu) 125o 22,281’ 02o 46,363’ 0
Timbako 125o 22,288’ 02o 46.073’ 0
Perbandingan perubahan temperatur dan pH air panas pada pengukuran Mei 2006 dan Juni 2007
Nama Stasiun Mei 2006 Juni 2007
Suhu air ( oC) pH Suhu air ( oC) pH
Mini 49 6,34 43,3 5,94
Lehi 46 6,31 47,5 5,80
Batulosoh (Nanitu) 74 6,17 66 5,86
Timbako 66 6,32 69,3 5,87
Perbandingan konsentrasi (ppm) kimia air panas G. Karangetang hasil analisis Mei 2006 dan Juni 2007
Unsur Mei 2006 Juni 2007
Mini Nanitu Lehi Timbako Mini Nanitu Lehi Timbako
Na+ 497,15 220,95 368,26 432,70 260,60 161,42 103,97 154,13
K+ 58,00 23,00 53,00 40,00 40,16 42,61 21,06 41,14
Ca2+ 303,36 131,22 253,98 143,92 233,32 265,14 118,70 265,14
+
Mg 95,67 46,56 76,19 77,04 83,25 145,83 35,79 145,83
Fe3+ 3,57 0,41 0,31 0,31 0,30 0,26 0,43 0,35
As3+ 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,01 0,02 0,01
NH4+ 1,55 0,20 1,36 0,29 0,04 0,01 0,03 0,00
B- 1,2 0,2 1,1 0,65 0,35 0,52 0,17 0,35
F- 0,66 0,24 0,68 0,23 0,73 1,27 0,18 0,91
Cl- 819,72 261,65 634,09 605,21 1162,96 811,10 240,43 782,14
HCO3- 204,32 201,48 212,83 178,78 217,77 232,29 261,32 225,03
SO42- 558,97 396,55 552,76 487,59 173,82 383,16 212,28 383,16
SiO2 89,20 78,40 105,00 79,80 82,27 68,48 76,36 72,88
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Sistem Pemantauan
Pemantauan G. Karangetang dialkukan secara menerus baik secara visual
maupun instrumental (seismograf). Pemantauan berkala dilakukan dengan metoda
deformasi (GPS dan EDM)
Pos Pengamatan G. Karangetang secara administratif terletak di Desa Salili,
Kecamatan Siau Barat, Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara dengan letak
geografis 02o 44’ 46,56” LU dan 125o23’ 01,26” BT pada ketinggian 331 m. Secara
visual dalam keadaan tidak berkabut puncak Gunungapi Karangetang dapat terlihat
jelas dari pos, sehingga fenomena kepulan asap kawah serta fenomena lain dapat
teramati dengan jelas
Kegempaan G. Karangetang dipantau dengan sebuah sistem pemantauan yang
terdiri dari seismometer L4C satu komponen (vertikal) yang ditempatkan di tubuh
Gunungapi Karangetang dengan posisi geografis 02° 45’ 40,04” LU dan 125° 23’ 41,10”
BT. Data kegempaan yang terekam dikirimkan ke Pos PGA melalui sistem RTS. Data
tersebut direkam menggunakan rekorder PS-2. Hasil pemantauan setiap hari dicatat,
dianalisa dan dilaporkan ke pusat (Bandung) guna menentukan satus kegiatan
gunungapi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Budianto A., M.N. Kartadinata, Kusdaryanto. 2000. Peta Geologi Gunungapi
Karangetang, Sulawesi Utara. Direktorat Vulkanologi.
Bronto S., Djuhara A., 1996, Peta Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Provinsi
Sulawesi Utara, 1996
Harto S., 1962. Peta Topografi Puncak G. Karangetang.
Kusumadinata K., 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi.
Solihin A., dkk. 2007. Laporan Pengamatan Terpadu Gunungapi Karangetang,
Sulawesi Utara. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Suparman Y., 2007. Laporan Penyelidikan Geofisika (dengan Menggunakan Metoda
Geomagnetik) Gunungapi Karangetang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi.