Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertian Pedosfer
Pedosfer merupaakn suatu lapisan tanah yang menutupi permukaan bumi. Ilmu yang
mempelajari proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor pembentuknya,
klasifikasi tanah, survei tanah, dan cara-cara pengamatan tanah di lapangan disebut dengan
pedologi (Sarwono Hardjowigeno).
Istilah tanah sudah banyak didefinisikan orang. Misalnya, ahli pertanian mendefinisikan
tanah sebagai media pertumbuhan tanaman. Adapun ahli geografi mendefinisikan tanah
sebagai hasil pelapukan batuan beku, batuan metamorf, dan proses sedimentasi.
Glinka (1927) mengemukakan bahwa tanah ialah tubuh alam yang bebas dan mempunyai ciri-
ciri morfologi tertentu sebagai hasil interaksi antara iklim, organisme, bahan induk, relief, dan
waktu.
Ciri-Ciri Pedosfer
Seperti dikemukakan oleh Glinka bahwa tanah mempunyai ciri-ciri morfologi tertentu. Ciri
atau sifat morfologi tersebut bisa diamati dan dipelajari di lapangan. Sifat morfologi tanah
merupakan sifat-sifat fisik tanah.
Adapun ciri-ciri morfologi tanah, yaitu sebagai berikut.
1. Warna tanah
Perbedaan warna tanah disebabkan adanya kandungan bahan organis, kandungan air,
umur/tingkat perkembangan tanah, kandungan bahan tertentu. Warna tanah yang gelap
menunjukkan tanah tersebut banyak mengandung sebuah bahan organis.
Lapisan tanah atas, umumnya banyak mengandung bahan organis, sedangkan pada lapisan
tanah bawah umumnya bahan organisnya rendah, dan warna tanah banyak ditentukan unsur
Fe. Tanah merah di Indonesia mempunyai kandungan bahan organis lebih dari 1%, sama
dengan kandungan bahan organis tanah di daerah yang beriklim sedang.
2. Tekstur tanah
Tekstur tanah bervariasi dari kasar sampai halus. Ukuran tekstur tanah yang berukuran 2 mm
=< 0.002 mm bisa dianggap sebagai tekstur kasar, contohnya yaitu kerikil sampai batu.
Tekstur tanah yang lebih halus terdiri atas pasir 2 mm 50 ,u,, debu 50 p, 2 ,u,, dan liat < 2 ,u,.
Tekstur tanah bisa diketahui dengan memijit tanah basah melalui jari-jari tangan. Contoh:
Pasir: terasa di tangan kasar, sedikit melekat, dan tidak dapat digulung dan juga Lempung:
terasa di tangan tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat digulung atau dibentuk bola.
• Debu: terasa di tangan licin selcali, agak melekat, dan dapat digulung atau dibentuk bola.
3. Struktur tanah
Struktur tanah adalah gumpalan kecil dari butir-butir tanah yang terjadi karena adanya
bahan-bahan organis, oksida-oksida besi, dan sebagainya yang mengikat butir-butir pasir,
debu, dan tanah liat. Gumpalan-gumpalan kecil memiliki bentuk, ukuran, dan ketahanan
yang berbeda-beda.
Ukuran struktur tanah Ukuran stuktur tanah berbeda-beda. Bentuk struktur lempeng
memiliki ketebalan kurang dari 1 mm – 10 mm, struktur prisma dan tiang kurang dari 10 mm
– lebih dari 100 mm, granuler kurang dari 1 mm – lebih dari 10 mm, remah kurang dari 1 mm
lebih dari 5 mm dan gumpal kurang dari 5 mm – lebih dari 50 mm. Ketahanan (kemantapan)
Ketahanan struktur tanah dibedakan sebagai berikut.
4. Temperatur tanah
Temperatur tanah sangat tergantung pada input panas, panas spesifik tanah, dan output
panas. Input panas berasal dari sinar matahari dan panas bumi. Temperatur tanah sangat
memengaruhi aktivitas mikroba tanah. Aktivitas biota tanah sangat baik pada temperatur
antara 18 30°C.
Berat jenis tanah adalah kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua
batasan, yaitu sebagai berikut: Kerapatan partikel (bobot partikel) adalah bobot massa
partikel padat per satuan volume tanah. Biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6
gram/cm3, yang artinya setiap 1 cm3 volume tanah memiliki kerapatan partikel 2,6 gram.
Sedangkan Kerapatan massa (bobot isi) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang
dikering-ovenkan per satuan volume.
6. Porositas tanah
Porositas yaitu sebuah perbandingan antara pori-pori udara dalam tanah dengan volume
tanah secara keseluruhan. Tanah yang poreus mempunyai ruang pori yang cukup untuk
pergerakan air dan udara, sebaliknya tanah yang tidak poreus sulit dilewati air dan udara.
7. Aerasi tanah
Aerasi tanahialah suatu kondisi keluar masuknya udara dalam tanah. Aerasi baik jika keluar
masuknya udara dalam tanah tidak mengalami hambatan.
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yakni suhu dan
curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Bila suhu
tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat
pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,
sedangkan penyucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah
menjadi rendah).
Membantu dalam proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
Pelapukan organik ialah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan
tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi yaitu terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur
yang larut oleh air.
Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim
sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan bisa membentuk tanah hutan dengan
warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak
kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat
tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K
yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih
tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan
batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan
mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi suatu pembentukan tanah, antara lain
sebagai berikut.
Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan topografi miring dan berbukit lapisan
tanahnya menjadi lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya
tebal karena terjadi proses sedimentasi.
Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang drainasenya jelek sering tergenang air.
Keadaan ini akan mengakibatkan tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah adalah benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian
yang terus-menerus. Oleh sebab itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak
mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang
sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka
induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
1. Litosol
Tanah litosol adalah jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal.
Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara
sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh
Indonesia.
2. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk
aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan
basah lekat, pH bermacammacam, dan kesuburannya berkisar antara sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai, dan daerah cekungan
(depresi).
3. Regosol
Jenis Tanah ini ialah sebuah endapan abu vulkanik baru yang mempunyai butir kasar.
Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah
Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
4. Andosol/Tanah Gambut
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik, seperti dari hutan rawa atau rumput rawa.
Ciri dan sifat: tidak terjadi diferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter,
warna cokelat sampai kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak
lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih
dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), dan kandungan
unsur hara rendah.
5. Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan
ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api
kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
6. Grumosol
Tanah ini merupakan tanah mineral yang memiliki perkembangan profil, agak tebal, tekstur
lempung berat, struktur granular di lapisan atas dan gumpal sampai pejal di lapisan bawah,
konsistensi jika basah sangat lekat dan plastis. Namun, jika kering sangat keras dan tanah
retak-retak, kejenuhan basa, permeabilitas lambat, dan peka erosi. Penyebarannya di daerah
iklim subhumid, dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
7. Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah,
topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua
Barat. Kesuburan tanah rendah.
8. Andosol
Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan kandungan mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak cokelat kekelabuan sampai hitam,
kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan
bersifat licin berminyak agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
kelembapan tinggi, permeabilitas sedang, serta peka terhadap erosi.
Pedosfer adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan
sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Nah pada
kesempatan kali ini Zona Siswa akan mencoba menghadirkan sebuah pembahasan
geografi tentang Pedosfer (lapisan tanah) yang mencakup pengertian pedosfer,
faktor terbentunknya tanah, warna tanaha, dan jenis-jenis tanah di Indonesia.
A. Pengertian Pedosfer
Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan,
bahan anorganik, bahan organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer.
Sedangkan menurut Sitanala Arsyad (1989), tanah adalah suatu benda alami heterogen yang
terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas yang mempunyai sifat serta perilaku yang
dinamis. Ilmu yang mempelajari tanah disebut Pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus
mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut Pedogenesa.
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu dan curah
hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Jika suhu tinggi, proses
pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan
akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan penyucian tanah yang
cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan
metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami
pelapukan dan menjadi tanah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi pembentukan tanah, antara lain sebagai berikut.
Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan topografi miring dan berbukit lapisan
tanahnya menjadi lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan
tanahnya tebal karena terjadi proses sedimentasi.
Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang drainasenya jelek sering tergenang air.
Keadaan ini akan menyebabkan tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian
yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak
mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar
lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
1. Atmosfer
2. Hidrosfer
3. Litosfer
C. Warna Tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Faktor penyebab adanya perbedaan
warna permukaan tanah pada umumnya terjadi karena perbedaan kandungan bahan organik.
Semakin tinggi kandungan bahan organik, berarti semakin gelap warna tanah.
Warna tanah disusun oleh tiga jenis variabel, yaitu sebagai berikut.
Hue, menunjukkan warna spektrum yang paling dominan sesuai dengan panjang
gelombangnya.
Value, menunjukkan gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang
dipantulkan.
Chroma, menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum.
Warna tanah dapat ditentukan dengan membandingkan warna baku pada buku Munsell Soil
Colour Chart dengan warna tanah. Warna tanah akan berbeda apabila tanah dalam keadaan
basah, lembap, atau kering. Di dalam penentuan warna tanah perlu dicatat bagaimana kondisi
tanah tersebut apakah dalam keadaan basah, lembap, atau kering.
1. Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal.
Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara
sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh
Indonesia.
2. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium,
tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
bermacammacam, dan kesuburannya berkisar antara sedang hingga tinggi. Penyebarannya di
daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai, dan daerah cekungan (depresi).
3. Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran
terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian
timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
4. Andosol/Tanah Gambut
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik, seperti dari hutan rawa atau rumput rawa. Ciri
dan sifat: tidak terjadi diferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna
cokelat sampai kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak
lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk
tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), dan kandungan unsur hara rendah.
5. Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian
tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian
mengalami proses pelapukan lanjut.
6. Grumosol
Tanah ini merupakan tanah mineral yang memiliki perkembangan profil, agak tebal, tekstur
lempung berat, struktur granular di lapisan atas dan gumpal sampai pejal di lapisan bawah,
konsistensi jika basah sangat lekat dan plastis. Namun, jika kering sangat keras dan tanah retak-
retak, kejenuhan basa, permeabilitas lambat, dan peka erosi. Penyebarannya di daerah iklim
subhumid, dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
7.Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi
pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat.
Kesuburan tanah rendah.
8.Andosol
Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan kandungan mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak cokelat kekelabuan sampaihitam, kandungan
organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin
berminyak agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembapan tinggi,
permeabilitas sedang,serta peka terhada perosi.