Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS VEGETASI MANGROVE PANTAI BINUANGEUN, LEBAK,

BANTEN

ANALYSIS MANGROVE VEGETATION OF BINUANGEUN BEACH, LEBAK, BANTEN

Dina Wulandari1*, Alma Luthfiani1, Apriani Mutmainah1, Salfi Anjani Prasadnya1,


Reynaldi Zulfikar Fauzi1, Rizky Reza Vahlevi1,2, Gusniar Auvina Berty1,2, Kirana
Sukma Padmadya1,2, Mardiansyah1,3, Khoirul Hidayah1,3
1
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Asisten Laboratorium Mata Kuliah Praktikum Ekologi Perairan
3
Dosen Mata Kuliah Praktikum Ekologi Perairan
*Corresponding author: dinawulandari11@gmail.com

Abstrak
Perairan Binuangeun merupakan kawasan yang terdapat banyak mangrove. Mangrove
merupakan komunitas tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh di daerah
perairan asin atau zona terluar. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui parameter kimia-
fisik ekosistem mangrove dan fungsi ekologisnya, serta mengidentifikasi jenis-jenis
tumbuhan mangrove yang ada pada Pantai Sawah Kabayan Binuangeun Indah, Lebak,
Banten. Metode yang digunakan yaitu dengan analisis vegetasi menggunakan plot 10x10 m.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan vegetasi mangrove yang ditemukan di Pantai Sawah
Kabayan Binuangeun Indah adalah Sonneratia alba, Aegiceras corniculatum dan Avicennia
officianalis. Nilai H’ keanekaragaman vegetasi mangrove pada tingkat semai, pancang dan
tiang tergolong rendah, yaitu secara berturut-turut nilainya 0,79; 0,69; dan 0,60. Sedangkan
keanekaragaman vegetasi mangrove pada tingkat pohon tergolong sedang yaitu bernilai
1,0728. Nilai indeks kemerataan (E) yang didapat dari semua tingkat pertumbuhan secara
berturut-turut yaitu 0,719; 1; 0,546; dan 0,976 menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan
mangrove tergolong merata. Nilai indeks dominansi (D) yang di dapat dari semua tingkat
pertumbuhan secara berturut-turut yaitu 0,280; 1,66; dan 0,932 menunjukkan bahwa
keseluruhan mangrove memiliki dominansi yang merata. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi
pada tingkat semai yaitu jenis Avicennia officianalis sebesar 94,23%, tingkat pancang yaitu
jenis Sonneratia alba sebesar 164,11%, tingkat tiang yaitu jenis Aegiceras corniculatum
sebesar 168,43%, serta tingkat pohon yaitu jenis Sonneratia alba sebesar 122,64%.
Kata kunci: Analisis vegetasi; Binuangeun, INP, Mangrove

Abstract
Binuangeun Waters is an area with many mangroves. Mangroves are plant communities that have the
ability to grow in salty waters or outermost zones. The purpose of this study is to know the chemical-
physical parameters of mangrove ecosystems and their ecological functions, and identify the types of
mangrove plants that exist on Sawah Kabayan Binuangeun Beach, Lebak, Banten. The method used is
by vegetation analysis using a 10x10 m plot. Based on the results of the study, it was found that
mangrove vegetation found on the coast of Sawah Kabayan Binuangeun beach was Sonneratia alba,
Aegiceras corniculatum and Avicennia officianalis. The H 'value of the diversity of mangrove
vegetation at the seedling, sapling and pole level is classified as low, which is 0.79; 0.69; and 0.60.
While the diversity of mangrove vegetation at the tree level is classified as moderate, which is worth
1.0728. Evenness index value (E) obtained from all growth rates respectively is 0.719; 1; 0.546; and
0.976 shows that the level of mangrove growth is classified as even. The dominance index value (D)
obtained from all growth rates is 0.280; 1.66; and 0,932 shows that all mangroves have evenly
dominated dominance. The highest Important Value Index (INP) at seedling level is Avicennia
officianalis of 94.23%, sapling level of Sonneratia alba is 164.11%, pole level is Aegiceras
corniculatum of 168.43%, and tree level of Sonneratia alba of 122.64%.
Keywords: Binuangeun; INP; Mangrove; Vegetation analysis

1|Analisis Vegetasi Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak Banten


PENDAHULUAN dari segi kuantitas area maupun jumlah
Perairan Binuangeun terletak di spesies (FAO, 2007).
selatan Pulau Jawa bagian barat yang Sonneratia alba adalah salah satu
secara administratif merupakan bagian dari tanaman mangrove dalam famili
wilayah Kabupaten Lebak, Propinsi Lythraceae, dikenal luas di pesisir pantai
Banten. Daerah penelitian secara geografi Indonesia dengan nama Pidara Putih dan
terletak pada koordinat 6º 55’ 25” - 6º 45' terdistribusikan secara luas di daerah
50” LS dan 105º 45' 35” - 106º 4' 17” BT pesisir Asia Tenggara dan Samudera
(Gambar 1). Hindia (Azuma et al., 2002). Tanaman ini
telah digunakan secara tradisional di
masyarakat pesisir Indonesia untuk
pengobatan luka, diare, dan demam (Noor
et al., 2006). Santoso dkk., (2005)
menyatakan bahwa S. alba salah satu jenis
mangrove tidak beracun, tidak
memerlukan penanganan khusus dan
langsung dapat dimakan. Buah muda
berasa asam dapat dimakan langsung dan
dapat dibuat sirup.
Avicenna sering berkelompok atau
dalam tegakan terhadap kondisi
hipersalinitas. Avicenna memiliki tingkat
toleransi yang sangat tinggi terhadap
Gambar 1. Lokasi daerah penelitian bermacam macam kondisi ekologi dari
Indonesia memiliki wilayah perairan salinitas, suhu, posisi intertidal dan
yang sangat luas dan beriklim tropis substrat (tempat yang berbatu serta
merupakan tempat yang ideal bagi berlumpur) (Chua, 1998:93-94). Avicenna
pertumbuhan tanaman bakau. Menurut tampaknya memiliki persyaratan suhu
Noor dkk., (2006), hutan mangrove adalah minimun yang sangat tinggi untuk
tumbuhan yang hidup di sepanjang areal pertumbuhan tunas, Avicenna toleran
pantai yang dipengaruhi oleh pasang terhadap salinitas yang sangat tinggi,
tertinggi sampai daerah mendekati tumbuh pada daerah kering, paparan
ketinggian ratarata air laut yang tumbuh di lumpur (Kitamura dkk, 2003).
daerah tropis dan sub-tropis. Hutan Aegiceras corniculatum merupakan
mangrove merupakan komunitas semak atau pohon kecil yang selalu hijau
tumbuhan yang tumbuh di daerah tropis dan tumbuh lurus dengan ketinggian
dan didominasi oleh tumbuhan yang pohon mencapai 6 m dan akar menjalar di
mempunyai akar napas (Pneumatofora) permukaan tanah. Kulit kayu bagian luar
dan mempunyai kemampuan untuk abu-abu hingga coklat kemerahan,
tumbuh di daerah perairan asin atau zona bercelah, serta memiliki sejumlah lentisel.
terluar (Indriyanto, 2006). Secara umum Pada daun tumbuhan mangrove Aegiceras
mangrove yang hidup di daerah terluar corniculatum berkulit terang, berwarna
didominasi oleh S. alba, A. alba dan A. hijau mengkilat pada bagian atas dan hijau
marina yang menjadi bagian dari pucat di bagian bawah, seringkali
komunitas hutan mangrove (Halidah dan bercampur warna agak kemerahan
Harwiyaddin, 2013). Sekitar 202 jenis (Supriharyono, 2000)
spesies bakau di Indonesia telah Menurut Pramudji (2001), Hal yang
teridentifikasi dan tumbuh dengan subur paling mendasar dan penting untuk
(Noor et al., 2006). Mangrove di Indonesia dipahami adalah bahwa jenis tumbuhan
merupakan yang terbanyak di dunia baik mangrove mampu tumbuh dan

2|Analisis Vegetasi Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak Banten


berkembang pada lingkungan pesisir yang pada Pantai Sawah Kabayan Binuangeun
berkadar garam sangat ekstrim, jenuh air, Indah, Lebak, Banten.
kondisi tanah yang kurang stabil dan Alat dan Bahan
anaerob. Dengan kondisi lingkungan Alat dan bahan yang digunakan
tersebut, beberapa jenis tumbuhan dalam praktikum antara lain transek 10 m
mangrove mampu mengembangkan x 10 m, DO meter, turbidimeter, pH
mekanisme yang memungkinkan secara meter, termometer, alat pengukur
aktif untuk mengeluarkan garam dari kecepatan arus, tali rapia, botol UC 1000,
jaringan. Sementara itu, organ yang rollmeter, stopwatch, sabak, pensil, kamera
lainnya memiliki daya adaptasi dengan dan mangrove.
cara mengembangkan sistem akar napas Cara Kerja
untuk memperoleh oksigen dari sistem 1. Pengambilan dan Pengukuran
perakaran yang hidup pada substrat yang Parameter Kimia-Fisik Air
anaerobik. Disamping itu, beberapa jenis Lokasi pengambilan sampel terdiri atas 6
tumbuhan mangrove seperti Rhizophora stasiun, dengan jarak interval/stasiun 5
sp., Bruguiera sp. dan Ceriops sp. mampu meter. Pengambilan sampel air dilakukan
berkembang dengan menggunakan buah untuk analisis parameter kimia-fisik
(propagul) yang sudah berkecambah perairan. Kecepatan arus sungai diukur
sewaktu masih menempel pada pohon dalam satu menit. Sampel air diambil dan
induknya atau disebut sebagai vivipar. dimasukkan ke dalam botol UC 1000,
Namun sebagaimana halnya dengan jenis kemudian diukur kadar oksigen terlarut,
tumbuhan lainnya, tumbuhan mangrove ini pH, suhu air, serta kekeruhan air.
tetap membutuhkan air tawar secara 2. Teknik Pengambilan Analisis
normal, unsur hara dan oksigen. Selain itu, Vegetasi Mangrove
keberadaan hutan mangrove di kawasan Transek 10 m x 10 m dibentangkan
pesisir tersebut biasanya tumbuh dan membentuk persegi untuk mempermudah
berkembang berkaitan erat dengan dalam mengidentifikasi jenis-jenis vegetasi
ekosistem lainnya, seperti padang lamun, mangrove yang ada pada Pantai Sawah
makroalga dan terumbu karang. Kabayan Binuangeun Indah, Lebak
Pengamatan ini bertujuan untuk Banten. Mangrove yang ada di dalam
mengetahui parameter kimia-fisik transek dicatat jumlah, jenis, tinggi
ekosistem mangrove, mengetahui fungsi tegakan dan diameter batang pohon yang
ekologi dari ekosistem mangrove dan ada di dalam plot.
untuk mengidentifikasi jenis-jenis 3. Analisis Vegetasi Mangrove
tumbuhan mangrove yang ada pada Pantai Analisis data untuk vegetasi mangrove
Sawah Kabayan Binuangeun Indah, Lebak, dilakukan dengan menggunakan rumus :
Banten. Kerapatan Jenis (Ki)
𝑛𝑖
𝐾𝑖 = 𝐴
MATERIAL DAN METODE
Keterangan:
Waktu dan Tempat
Ki = Kerapatan jenis
Praktikum Analisis Vegetasi
ni = Jumlah tegakan jenis
Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak,
A = Satuan unit area yang diukur
Banten dilakukan pada hari Sabtu, 20
Kerapatan Relatif Jenis i (Kri)
Oktober 2018 pukul 12.00 WIB di Pantai 𝑘𝑖
Sawah Kabayan Binuangeun Indah, Lebak, 𝐾𝑅𝑖 = ∑ 𝑛 𝑥 100
Banten untuk pengukuran parameter Keterangan:
kimia-fisik ekosistem mangrove, KRi = Kerapatan relatif jenis i
mengetahui fungsi ekologi dari ekosistem ki = Perbandingan antara jumlah tegakan
mangrove dan untuk mengidentifikasi jenis i
jenis-jenis tumbuhan mangrove yang ada ∑n = Jumlah total tegakan seluruh jenis

3|Analisis Vegetasi Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak Banten


Frekuensi Jenis (Fi) Keanekaragaman (H’)
𝑝𝑖
𝐹𝑖 = ∑ 𝑝 𝐻 ′ = − ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖
Keterangan :
Keterangan : H’= Indeks Keanekaragaman
Fi = Frekuensi jenis pi = Kelimpahan suatu jenis yang
pi = Jumlah plot yang ditemukan suati diperoleh
jenis ni = Jumlah individu dalam jenis i
∑p = Semua plot yang diamati N = Jumlah seluruh Individu
Frekuensi Relatif Jenis (FRi) Indeks Keanekaragaman Jenis
𝐹𝑖
𝐹𝑅𝑖 = ∑ 𝐹 𝑥 100 menggambarkan tingkat kestabilan suatu
Keterangan : komunitas tegakan. Semakin tinggi nilai
FRi = Frekuensi relatif jenis H’, maka komunitas vegetasi tersebut
Fi = Perbandingan antara frekuensi jenis i semakin tinggi tingkat kestabilannya.
∑F = Jumlah frekuensi untuk seluruh jenis Suatu komunitas yang memiliki nilai H’ <
Dominansi Jenis (Di) 1 dikatakan komunitas kurang stabil
𝐿𝑖 (keanekaragaman jenis rendah), jika nilai
𝐷𝑖 = 𝐴
H’ antara 1-2 dikatakan komunitas stabil
Keterangan : (keanekaragaman jenis sedang), dan jika
Di = Dominansi jenis nilai H’ > 2 dikatakan komunitas sangat
Li = Luas bidang dasar jenis i stabil (keanekaragaman jenis tinggi) (Kent
A = Satuan unit area yang diukur & Paddy, 1992). Menurut Odum (1993)
Dominansi Relatif Jenis (DRi) keanekaragaman jenis dalam suatu
𝐷𝑖
𝐷𝑅𝑖 = ∑ 𝐷 𝑥 100 kawasan dipengaruhi 2 faktor yaitu jumlah
Keterangan : jenis dan banyaknya individu untuk semua
DRi = Dominansi relatif jenis jenis.
Di = Perbandingan antara frekuensi jenis i Keseragaman (E)
𝐻′
∑D = Jumlah dominansi untuk seluruh 𝐸 = ln(𝑆)
jenis Keterangan :
Indeks Nilai Penting (INP) E = Indeks keseragaman
Untuk tingkat pohon: H’ = Indeks keanekaragaman
𝐼𝑁𝑃 = 𝐾𝑅𝑖 + 𝐹𝑅𝑖 + 𝐷𝑅𝑖 S = Jumlah spesies
Keterangan : Indeks kemerataan (E)
INP = Indeks nilai penting menunjukkan pola sebaran populasi suatu
KRi = Kerapatan relatif jenis jenis di dalam suatu komunitas, yaitu
FRi = Frekuensi relatif jenis merata atau tidak. Jika nilai E semakin
DRi = Dominansi relatif jenis tinggi menunjukkan jenis-jenis dalam
Untuk tingkat semai, pancang dan komunitas tersebut semakin menyebar. E <
tumbuhan bawah: 0,3 menunjukkan kemerataan jenis
𝐼𝑁𝑃 = 𝐾𝑅𝑖 + 𝐹𝑅𝑖 tergolong rendah E = 0,3 – 0,6
Keterangan : menunjukkan kemerataan jenis tergolong
INP = Indeks nilai penting sedang E > 0,6 maka kemerataan jenis
KRi = Kerapatan relatif jenis tergolong tinggi. Indeks kemerataan
FRi = Frekuensi relatif jenis digunakan untuk mengetahui kemerataan
4. Analisis Data pembagian individu di anatara jenis-jenis
Indeks Shannon-Wiener (H’) digunakan yang ada dalam suatu habitat. Indeks ini
untuk menghitung Indeks keaneragaman menunjukkan pola sebaran populasi suatu
(diversity index), Indeks Keseragaman (E), jenis di dalam suatu komunitas, yaitu
Indeks Dominansi (D) dan Indeks Morisita merata atau tidak. Jika nilai kemerataan
dihitung menurut Odum (1998) dengan relatif tinggi, maka keberadaan setiap jenis
rumus sebagai berikut :

4|Analisis Vegetasi Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak Banten


individu pada suatu komunitas dalam nilai indeks dominansi akan rendah (Misra,
kondisi merata (Isabella et al., 2017). 1973).
Indeks Dominansi (D)
𝐷 = ∑ 𝑝𝑖2 HASIL
Keterangan: Kondisi Fisik Kimia Ekosistem
pi = ni/N Mangrove
D = Indeks dominansi Pengukuran parameter fisik dan
ni = Nilai kepentingan untuk tiap spesies kimia perairan ekosistem mangrove
N = Total nilai kepentingan dilakukan di setiap stasiun. Parameter yang
Indeks Dominansi digunakan untuk diukur adalah suhu, derajat keasaman
mengetahui pemusatan dan penyebaran (pH), kadar oksigen terlarut (DO),
jenis-jenis dominan. Jika dominansi lebih turbiditas, dan arus air. Berikut hasil
terkonsentrasi pada suatu jenis, nilai pengukuran parameter fisik kimia perairan
indeks dominansi akan meningkat dan ekosistem mangrove di Pantai Sawah
sebaliknya jika beberapa jenis Kabayan Binuangeun Indah, Lebak,
mendominasi secara bersama-sama maka Banten.

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter fisik kimia perairan


Stasiun T (°C) pH DO Turbiditas Arus Air
(mg/L) (FTU) (m/s)
1 32,2 7,4 7,8 4 0,2
2 30,3 7 5,8 4,08 0,14
3 29 7,3 7,7 3,18 0,079
4 30,5 7,82 8,6 4,26 0,079
5 30,5 7,5 8,7 7,4 0,189
6 28,2 8,09 8 1.96 0.12

Berdasarkan hasil pengukuran tinggi mencapai puluhan meter, sedangkan


parameter kimia fisik perairan diketahui di pantai berpasir atau terumbu karang
bahwa suhu air berkisar antara 28,2 oC – tumbuhnya kerdil, rendah dan jarang,
32,2 oC (Tabel. 1) dengan rata-rata 30,12 dengan batang yang seringkali bengkok.
o
C. Nilai derajat keasaman (pH) berkisar Hutan mangrove hanya terdiri atas satu
antara 7 – 8,09 (Tabel. 1) dengan rata-rata lapis (stratum) dan hutan yang sudah tua
sebesar 7,52. Kandungan oksigen terlarut biasanya hanya didominasi oleh beberapa
(DO) berkisar antara 5,8 – 8,7 mg/L jenis saja (Syarifuddin, 2012). Komposisi
(Tabel. 1) dengan nilai rata – rata 7,77 jenis merupakan susunan dan jumlah jenis
mg/L. Nilai turbiditas berkisar antara 1,96 yang terdapat dalam komunitas tumbuhan
– 7,4 FTU (Tabel. 1) dengan rata-rata 4,15 (Edris dan Soeseno, 1987). Berdasarkan
FTU. Nilai arus air berkisar antara 0,079 – hasil pengamatan dan identifikasi,
0,2 m/s (Tabel. 1) dengan rata-rata 0,135 didapatkan mangrove di Pantai Sawah
m/s. Kabayan Binuangeun Indah, Kecamatan
Komposisi Jenis Vegetasi Mangrove Lebak, kabupaten Banten terdiri dari 3
Stenis dalam Syarifuddin (2012) spesies dari 3 famili berbeda, yaitu
menyatakan bahwa hutan mangrove adalah Acanthaceae (Avicennia officianalis),
suatu hutan seragam yang berkembang Myrsinaceae (Aegiceras corniculatum),
baik pada pantai berlumpur di estuaria dan Sonneratiaceae (Sonneratia alba).
dengan pohon-pohon berbatang lurus dan

5|Analisis Vegetasi Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak Banten


Tabel 2. Jumlah individu mangrove yang ditemukan di Pantai Sawah Kabayan Binuangeun
Indah
Famili Jenis Jumlah Individu
Semai Pancang Tiang Pohon
Acanthaceae Avicennia officianalis 9 0 1 9
Sonneratiaceae Sonneratia alba 1 6 1 10
Myrsinaceae Aegiceras 3 6 9 15
corniculatum
Total 13 12 11 34
Indeks Keanekaragaman (H’) 0,790268 0,693147 0,60017 1,0728
Indeks Kemerataan (E) 0,7193329 1 0,54629 0,9765
Dominansi (D) 0,2806671 0 0,4537 0,0235

Grafik 1. Indeks Keanekaragaman

Semai, 0.79, 25%


Pohon, 1.07, 34%

Pancang, 0.69, 22%


Tiang, 0.6, 19%

Semai Pancang Tiang Pohon

Grafik 2. Indeks Kemerataan

Semai, 0.72
Pohon, 0.98

Pancang, 1
Tiang, 0.55

Semai Pancang Tiang Pohon

6|Analisis Vegetasi Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak Banten


Grafik 3. Dominansi
Pohon, 0.02

Semai, 0.28

Tiang, 0.45

Pancang, 0

Semai Pancang Tiang Pohon

Kerapatan relatif merupakan cara untuk mengetahui


Kerapatan suatu jenis dalam kerapatan suatu jenis terhadap kerapatan
komunitas adalah jumlah individu atau seluruh jenis berdasarkan persentase suatu
jenis per luas contoh. Sedangkan kerapatan jenis (Syarifuddin, 2012).

Tabel 3. Kerapatan jenis (Ki) dan kerapatan relatif (KR) mangrove di Pantai Sawah Kabayan
Binuangeun Indah
Jenis Kerapatan jenis (ind/ha) Kerapatan relatif (%)
Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon
Avicennia 0,09 0 0,01 0,09 69 0 9 27
officianalis
Sonneratia 0,01 0,6 0,01 0,1 8 50 9 29
alba
Aegiceras 0,03 0,6 0,09 0,15 23 50 82 44
corniculatum
Nilai kerapatan tertinggi pada tingkat pancang adalah Aegiceras
tingkat semai adalah Avicennia officianalis corniculatum dan Sonneratia alba yaitu
sebanyak 0,09 individu/ha (Tabel. 3), pada 50% (Tabel. 3), serta pada tingkat tiang
tingkat pancang adalah Aegiceras dan pohon adalah Aegiceras corniculatum
corniculatum dan Sonneratia alba yaitu 82% dan 44% (Tabel. 3).
sebanyak 0,6 individu/ha (Tabel. 3), serta Berdasarkan data tersebut, jenis yang
pada tingkat tiang dan pohon adalah memiliki nilai kerapatan tertinggi adalah
Aegiceras corniculatum sebanyak 0,09 jenis Aegiceras corniculatum. Hal ini
individu/ha dan 0,15 individu/ha (Tabel. menandakan bahwa jenis Aegiceras
3). Secara keseluruhan kerapatan tertinggi corniculatum memiliki jumlah individu
ada pada tingkat pancang dan terendah ada yang paling banyak karena memiliki
pada tingkat semai dan tiang. Jenis yang kemampuan untuk beradaptasi dengan baik
memiliki nilai kerapatan relatif tertinggi terhadap kondisi lingkungan.
pada tingkat semai adalah jenis Avicennia
officianalis yaitu 69% (Tabel. 3), pada

7|Analisis Vegetasi Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak Banten


Frekuensi Semakin menyebar suatu jenis, maka
Soegianto (1994) menyatakan semakin tinggi nilai tingkat frekuensi
bahwa frekuensi digunakan untuk jenis. Frekuensi relatif adalah frekuensi
mengetahui proporsi antara jumlah contoh dari suatu jenis dibagi dengan jumlah
yang berisi jenis tertentu dengan jumlah frekuensi dari semua jenis dalam
total contoh atau mengetahui jumlah jenis komunitas.
yang ditentukan dalam satu petak contoh.
Tabel 4. Frekuensi jenis (Fi) dan frekuensi relatif (FR) mangrove di Pantai Sawah Kabayan
Binuangeun Indah
Jenis Frekuensi jenis Frekuensi relatif (%)
Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon
Avicennia 0,25 0 0,25 0,25 25 0 25 20
officianalis
Sonneratia 0,25 0,67 0,25 0,75 25 67 25 60
alba
Aegiceras 0,5 0,33 0,5 0,25 50 33 50 20
corniculatum

Nilai frekuensi tertinggi pada yang memiliki nilai dominansi tertinggi


tingkat semai tiang adalah Aegiceras adalah jenis Sonneratia alba.
corniculatum sebesar 0,5 (Tabel. 4), serta Dominansi
pada tingkat pancang dan pohon adalah Suatu jenis dapat dikatakan jenis
Sonneratia alba sebesar 0,67 dan 0,75 yang dominan apabila dalam suatu
(Tabel. 4). Jenis yang memiliki nilai kelompok jenis tersebut menentukan atau
frekuensi relatif tertinggi pada tingkat mengendalikan jenis lain. Dominansi jenis
semai dan tiang adalah jenis Aegiceras merupakan perbandingan antara luas
corniculatum yaitu 50% (Tabel. 4), serta bidang dasar dengan luas petak contoh.
pada tingkat pancang dan pohon adalah Sedangkan dominansi relatif merupakan
Sonneratia alba yaitu 67% dan 60% dominasi suatu jenis dari seluruh dominasi
(Tabel. 4). Berdasarkan data tersebut, jenis jenis (Syarifuddin, 2012).

Tabel 5. Dominansi jenis (Di) dan dominansi relatif (DR) mangrove di Pantai Sawah
Kabayan Binuangeun Indah
Jenis Dominansi jenis (m2/ha) Dominansi relatif (%)
Pancang Tiang Pohon Pancang Tiang Pohon
Avicennia 0 0,42 0,89 0 27 24
officianalis
Sonneratia 0,23 0,57 1,22 47 36 33
alba
Aegiceras 0,25 0,57 1,57 53 37 43
corniculatum

Jenis Aegiceras corniculatum juga dimiliki oleh jenis Aegiceras


memiliki nilai dominansi jenis tertinggi corniculatum yaitu 1,57 m2/ha (Tabel. 5).
pada tingkat pancang yaitu 0,25 m2/ha Nilai dominansi relatif tertinggi baik itu
(Tabel. 5). Pada tingkat tiang, dominansi pada tingkat pancang, tiang maupun pohon
jenis tertinggi dimiliki oleh jenis Aegiceras juga dimiliki oleh jenis Aegiceras
corniculatum dan Sonneratia alba yaitu corniculatum yaitu secara berturut-turut
0,57 m2/ha (Tabel. 5). Begitupula nilai 53%, 37% dan 43% (Tabel. 5). Hal ini
dominansi tertinggi pada tingkat pohon menunjukkan bahwa jenis Aegiceras

8|Analisis Vegetasi Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak Banten


corniculatum memiliki luasan populasi lain dalam suatu komunitas (Himmah et
yang paling tinggi pada lokasi penelitian. al., 2010). Dalam ekosistem mangrove,
Indeks Nilai Penting (INP) INP digunakan untuk memberikan
Indeks nilai penting (INP) gambaran tentang peranan suatu jenis
merupakan parameter kuantitatif yang mangrove dalam suatu ekosistem
dipakai untuk menyatakan tingkat (Romadhon, 2008).
penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis

Tabel 6. Indeks Nilai Penting (INP) mangrove di Pantai Sawah Kabayan Binuangeun Indah
Jenis Indeks nilai penting (%)
Semai Pancang Tiang Pohon
Avicennia officianalis 94,23 0 61,12 70,56
Sonneratia alba 32,69 164,11 70,45 122,64
Aegiceras corniculatum 73,08 135,89 168,43 106,80

INP tertinggi pada tingkat semai terjadi karena adanya kesetimbangan


yaitu jenis Avicennia officianalis sebesar proses pengurairan serasah mangrove yang
94,23% (Tabel. 6), tingkat pancang yaitu cenderung menghasilkan kondisi asam
jenis Sonneratia alba sebesar 164,11% dengan pengaruh kapasitas penyangga
(Tabel. 6), tingkat tiang yaitu jenis (buffer) oleh garam - garam yang terdapat
Aegiceras corniculatum sebesar 168,43% pada air laut (Ulqodry, 2010) sehingga
(Tabel. 6), serta tingkat pohon yaitu jenis kisaran pH tidak jauh berbeda.
Sonneratia alba sebesar 122,64% (Tabel. Nilai oksigen terlarut perairan yaitu
6). Sonneratia alba dianggap jenis yang berkisar antara 5,8 – 8,7 mg/L (Tabel. 1),
paling mendominasi di lokasi penelitian Sari dan Lendhyane (2014) menjelaskan
karena memiliki nilai INP tertinggi di dua bahwa konsentrasi oksigen terlarut
tingkat pertumbuhan yaitu tingkat pancang terogolong baik pada kisaran 6,2 – 7 mg/L
dan pohon. sehingga dapat disimpulkan bahwa
perairan Pantai Sawah Kabayan
PEMBAHASAN Binuangeun Indah masih tergolong baik.
Kondisi Fisik Kimia Ekosistem Nilai kekeruhan atau turbiditas perairan
Mangrove yaitu berkisar antara 1,96 – 7,4 FTU
Berdasarkan hasil pengukuran (Tabel. 1), turbiditas suatu perairan
diketahui bahwa suhu perairan berkisar dipengaruhi oleh bahan - bahan tersuspensi
antara 28,2 oC – 32,2 oC (Tabel. 1), kisaran perairan dalam hal ini terutama pasir,
suhu tersebut masih berada dalam batasan plankton dan mikroorganisme lainnya
toleransi kehidupan mangrove. Adapun (Haryadi, 1991). Kecepatan arus perairan
suhu yang baik untuk kehidupan mangrove yaitu berkisar antara 0,079 – 0,2 m/s
yaitu tidak kurang dari 20 oC (Ulqodry, (Tabel. 1), menurut Supriharyono (2002)
2010). Aksornkoae dalam Usman (2013) hal ini disebabkan karena perakaran dari
menyatakan bahwa tinggi rendahnya suhu mangrove yang kokoh dan memiliki
pada habitat mangrove disebabkan oleh kemampuan memperangkap partikel
intensitas cahaya matahari yang diterima sedimen sehingga dapat memperlambat
oleh badan air, banyak sedikitnya volume kecepatan arus.
air yang tergenang pada habitat mangrove, Fachrul (2006) mendefinisikan
dan keadaan cuaca. Nilai derajat keasaman besarnya indeks keanekaragaman jenis
(pH) perairan berkisar antara 7 - 8,09 yaitu apabila nilai Hꞌ > 3 maka
(Tabel. 1), bila dibandingkan antara ke keanekaragaman jenis adalah tinggi atau
enam stasiun maka perubahan nilai pH nya melimpah, apabila nilai Hꞌ 1 ≤ Hꞌ ≤ 3 maka
tidak terlalu jauh. Hal tersebut diduga keanekaragaman jenis adalah sedang dan

9|Analisis Vegetasi Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak Banten


apabila nilai Hꞌ < 1 maka keanekaragaman menyebabkan cahaya matahari yang
spesies adalah sedikit atau rendah. masuk tidak dapat menyinari lahan hutan
Berdasarkan pernyataan tersebut maka mangrove. Ini yang membuat semai,
dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman pancang, dan tiang pertumbuhannya
vegetasi mangrove pada tingkat semai, sedikit terhambat. Hal ini sesuai dengan
pancang dan tiang tergolong rendah (H’< pendapat Supardjo (2007) bahwa
1), yaitu secara berturut-turut nilainya rendahnya kerapatan pada semai
0,79; 0,69; dan 0,60 (Tabel. 2). Sedangkan disebabkan oleh matahari yang dibutuhkan
keanekaragaman vegetasi mangrove pada untuk berfotosintesis terhalang oleh tajuk
tingkat pohon tergolong sedang (1 ≤ H’ ≤ pohon, sehingga semai tidak bertumbuh
3) yaitu bernilai 1,0728 (Tabel. 2). Secara dengan baik.
keseluruhan, keanekaragaman vegetasi Secara keseluruhan, nilai kerapatan
mangrove di sekitar Pantai Sawah jenis dan kerapatan relatif tertinggi di
Kabayan Binuangeun Indah tergolong lokasi penelitian diperoleh pada mangrove
rendah. Hal tersebut dikarenakan jenis jenis Aegiceras corniculatum. .Aegiceras
mangrove yang ditemukan di lokasi corniculatum memiliki kerapatan
tersebut hanya sedikit (3 spesies). mangrove tertingi. Hal ini disebabkan
Indeks Kemerataan (Index of karena Aegiceras corniculatum
Evenness) berfungsi untuk mengetahui pertumbuhannya toleran terhadap kondisi
kemerataan setiap jenis dalam setiap lingkungan. Sesuai dengan pendapat
komunitas yang dijumpai. Apabila nilai E Rusila et all (1999) bahwa Aegiceras
= 0-1 berarti pada habitat tersebut tidak corniculatum memiliki toleransi yang
ada jenis yang mendominasi atau jenisnya tinggi terhadap salinitas, tanah dan cahaya
merata (Santosa, 2008). Nilai indeks yang beragam. Umumnya tumbuh di area
kemerataan (E) yang didapat dari semua yang tergenang pasang-surut normal dan
tingkat pertumbuhan secara berturut-turut tepi saluran air yang tergenang secara
yaitu 0,719; 1; 0,546; dan 0,976 (Tabel. 2). musiman. Sehingga jenis Aegiceras
Data tersebut menunjukan bahwa jenis corniculatum dapat tumbuh baik pada
mangrove yang ditemukan pada tiap kondisi kimia fisik perairan ekstrem
tingkat pertumbuhan tergolong merata. sekalipun.
Indeks Dominansi berfungsi untuk Frekuensi
mengetahui pemusatan dan penyebaran Frekuensi jenis tertinggi pada
jenis-jenis dominan. Nilai indeks tingkat pancang dan pohon adalah jenis
dominansi (D) yang di dapat dari semua Sonneratia alba karena jenis ini lebih aktif
tingkat pertumbuhan secara berturut-turut bersaing dengan jenis lain dalam
yaitu 0,280; 0,4537; dan 0,0235 (Tabel. 2), memperoleh unsur hara dan cahaya
hal ini dikategorikan bahwa keseluruhan matahari. Sesuai dengan pernyataan Sosia
mangrove memiliki dominansi yang (2014), Sonneratia alba mendominasi
merata karena terdapatnya 3 jenis hampir pada setiap tingkat pertumbuhan
mangrove pada satu area. Jika dominansi karena jenis ini lebih unggul memperoleh
lebih terkonsentrasi pada suatu jenis, nilai unsur hara, cahaya, dan ruang tempat
indeks dominansi akan meningkat dan tumbuh. Sonneratia alba tidak toleran
sebaliknya jika beberapa jenis terhadap air tawar dalam periode lama,
mendominasi secara bersama-sama maka menyukai tanah yang bercampur lumpur
nilai indeks dominansi akan rendah (Misra, dan pasir, terkadang pada batuan karang,
1973). sering juga ditemukan dilokasi pesisir
Kerapatan yang terlindung dari hempasan gelombang,
Secara visual, kerapatan tertinggi di muara dan sekitar pulau-pulau lepas
didapat pada tingkat pertumbuhan pohon. pantai (Sosia, 2014). Sedangkan frekuensi
Tingginya kerapatan pada kategori pohon jenis tertinggi pada tingkat semai dan tiang

10 | A n a l i s i s V e g e t a s i M a n g r o v e P a n t a i B i n u a n g e u n , L e b a k B a n t e n
adalah jenis Aegiceras corniculatum. jenis yang memiliki persentase INP
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tertinggi adalah jenis Sonneratia alba. Hal
jenis Aegiceras corniculatum memiliki ini mengindikasikan bahwa Sonneratia
toleransi yang luas terhadap kondisi fisik alba dapat beradaptasi terhadap kondisi
dan kimia perairan yang ditempati. lingkungannya. Hotden (2014)
Jenis Sonneratia alba dan menyatakan bahwa jenis mangrove yang
Aegiceras corniculatum paling banyak memiliki nilai INP tertinggi menandakan
ditemukan karena jenis ini lebih banyak bahwa jenis tersebut dapat beregenerasi
memperoleh unsur hara dibandingkan dan beradaptasi dengan baik terhadap
dengan jenis lainnya. Pramudji (2000) lingkungan seperti faktor salinitas, suhu
menyatakan bahwa tinggi rendahnya nilai dan substrat.
frekuensi relatif disebabkan oleh terjadinya Sonneratia alba menyukai tanah
kompetisi yang tidak seimbang antar jenis yang bercampur lumpur dan pasir,
mangrove yang menempati suatu habitat terkadang pada batuan karang dilokasi
yang sama, sehingga kurang kompetitif pesisir yang terlindung dari hempasan
dalam memperoleh unsur hara. gelombang, juga di muara dan sekitar
Dominansi pulau-pulau lepas pantai (Sosia, 2014).
Nilai dominansi pada masing- Secara visual, jenis substrat pada
masing jenis pada lokasi penelitian terlihat ekosistem mangrove di lokasi penelitian
pada tabel 5. Jenis mangrove yang merupakan substrat pasir berlumpur
memiliki nilai dominansi tertinggi adalah bercampur karang. Sehingga sesuai dengan
Aegiceras corniculatum. Nasution (2005) substrat yang dibutuhkan oleh jenis
menyatakan bahwa jenis yang memiliki Sonneratia alba.
nilai dominansi yang relatif rendah berarti SIMPULAN
mencerminkan ketidakmampuannya Berdasarkan penelitian yang telah
toleran terhadap kondisi lingkungan. Hal dilakukan, didapatkan bahwa pengujian
tersebut menunjukkan bahwa jenis faktor fisik-kimia sesuai dengan toleransi
Aegiceras corniculatum mampu toleransi untuk pertumbuhan mangrove. Vegetasi
terhadap kondisi lingkungan juga mampu mangrove yang ditemukan di Pantai
berkompetisi dengan jenis lain untuk Sawah Kabayan Binuangeun Indah adalah
menyerap unsur hara yang dibutuhkan. Sonneratia alba, Aegiceras corniculatum
Hotden (2014) juga menambahkan jenis dan Avicennia officianalis. Jenis mangrove
mangrove yang memiliki nilai dominansi yang mendominasi adalah Sonneratia alba
yang tinggi mampu berkompetisi untuk karena memiliki nilai Indeks Nilai Penting
memperoleh unsur hara yang lebih banyak (INP) tertinggi pada kategori pancang dan
daripada jenis lain sehingga volume batang pohon yaitu sebesar 164,11% dan
cukup besar dan memiliki tajuk yang luas. 122,64%.
Indeks Nilai Penting (INP)
Menurut Peters (2004) nilai REFERENSI
penting menunjukkan kepentingan suatu Azuma, H., Toyota, M. Asakawa, Y.,
jenis tumbuhan atau berpengaruh tidaknya Takaso, T., & Tobe, H. (2002).
jenis tumbuhan tersebut dalam suatu Floral scent chemistry of mangrove
komunitas dan ekosistem. Didukung oleh plants”, J. Plant Res., 115: 47-53.
pernyataan Setiadi (2004), jenis dengan Edris, I. dan Soeseno. (1987). Silvika.
nilai penting tertinggi menunjukan nilai Yogyakarta: Yayasan Pembinaan
penguasaan jenis dalam suatu komunnitas Fakultas Kehutanan Universitas
dan mampu memanfaatkan keadaan Gadjah Mada.
lingkungan sehingga dapat tumbuh lebih Fachrul, M., F. (2006). Metode Sampling
baik dari jenis lainnya. Berdasarkan Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
analisis INP (tabel 6), secara keseluruhan

11 | A n a l i s i s V e g e t a s i M a n g r o v e P a n t a i B i n u a n g e u n , L e b a k B a n t e n
FAO. (2007). A Thematic Study Prepared Nasution, S., R. (2005). Perbedaan
In The Framewort Of The Global Struktur dan Komposisi Hutan
Forest Recources Assessment. The Mangrove di Kawasan Muara
World’s Mangrove: ISBN 978-92- Sungai Mesjid Kota Administratif
5-105856-5. Dumai. Skripsi. Fakultas Perikanan
Halidah dan Harwiyaddin K. (2013). dan Ilmu Kelautan, Universitas
Penyebaran Alami Avicenia marina Riau.
(Forsk) Vierh dan Sonneratia alba Noor, Y.S., Khazali, M., & Suryadipura,
Smith Pada Substrat Pasir I.N.N. (2006). Introduction Guide
(Distribution Pattern And Density of Indonesian Mangroves. Bogor,
Avicenia marina (Forsk) Vierh Indonesia: Directorate General of
And Sonneratia alba Smith On Forest Protection, Ministry of
Sand Substrate). Jurnal Balai Forest.
Penelitian Kehutanan. Vol. 1 No. Odum, E. P. (1988). Dasar-dasar Ekologi.
1, hal: 51- 58. (Terjemahan) Edisi 3. Yogyakarta:
Haryadi, S., Suryadiputra dan Bambang Gadjah Mada University Press.
W. (1991). Limnologi: Metoda Peters, C., M. (2004). Sustainable Harvest
Analisa Kualitas Air. Bogor: Of Non-Timber Plant Resources in
Fakultas Perikanan dan Ilmu Tropical Moist Forest: An
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Ecological Primer. Section I: The
Himmah, I., et al. (2010). Struktur Dan Ecology Of Tropical Trees And
Komposisi Vegetasi Habitat Julang Forest: Washington,D.C.A Crash
Emas (Aceros undulates) Di Course. Biodiversity Support
Gunung Ungaran Jawa Tengah. Program.
Jurnal Sains Dan Matematika. Vol. Pramudji. (2000). Hutan Mangrove di
18 (1), 104-110. Indonesia: Peranan, Permasalahan,
Hotden, et al. (2014). Analisis Vegetasi dan Pengelolaannya. Oseana XXV.
Mangrove di Ekosistem Mangrove Vol. (1), 13 – 20.
Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Pramudji. (2001). Ekosistem Hutan
Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Mangrove Dan Peranannya
Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Sebagai Habitat Berbagai Fauna
JOM FMIPA. Vol. 1 (2), 1-10. Aquatik. Oseana. Vol. XXVI,
Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: Nomor 4, 2001:13 – 23.
Bumi Aksara. Romadhon, A. (2008). Kajian Nilai
Isabella, L. L., Usman, F. H., Thamrin, E. Ekologi Melalui Inventarisasi Dan
(2017). Keanekaragaman jenis Nilai Indeks Nilai Penting (INP)
Bambu (Bambusodae) dalam Mangrove Terhadap Perlindungan
Kawasan Hutan Air Terjun Riam Lingkungan Kepulauan Kangean.
Odong Dusun Engkolai Kecamatan Embryo. Vol. 5 (1), 82-97.
Jangkang Kabupaten Sanggau. Rusila, Noor, Y., M. Khazali dan I.N.N
Jurnal Hutan Lestari. Vol. 5(1): Suryadiputra. (1999). Panduan
88-94 Pengenalan Mangrove di
Kent, M. & Paddy, C. (1992). Vegetation Indonesia. Bogor: Ditjen. PHKA
Desription and Analysis A dan Wetlands International -
Practical Approach. London: Indonesia Programme.
Belhaven Press. Santosa, Y., Ramadhan E. P., Rahman D.
Misra, R. (1973). Ecology Work Book. A. (2008). Studi Keanekaragaman
New Delhi: Oxford and IBH Mamalia pada Beberapa Tipe
Publishing Co. Habitat di Stasiun Penelitian
Pondok Ambung Taman Nasional

12 | A n a l i s i s V e g e t a s i M a n g r o v e P a n t a i B i n u a n g e u n , L e b a k B a n t e n
Tanjung Puting Kalimantan Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
Tengah. Media Konservasi. Vol.13 Gramedia: Jakarta.
(3): 1-7. Supriharyono, M. S. (2000). Pelestarian
Santoso. (2005). Pemanfaatan Buah dan Pengelolaan Sumber Daya
Mangrove Sebagai Sumber Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
Makanan Alternatif di Halmahera Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Barat. Maluku Utara: Maluku Utama.
Press. Supriharyono, M., S. (2002). Pelestarian
Sari, Syarifah Hikmah Julinda dan Dan Pengelolaan Sumber Daya
Lendyane Ika Harlyan. (2014). Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
Kelayakan Kualitas Perairan Jakarta: Gramedia.
Sekitar Mangrove Center Tuban Syarifuddin, A., Zulharman. (2012).
untuk Aplikasi Alat Pengumpul Analisa Vegetasi Hutan Mangrove
Kerang Hijau. Hlm 1-9. Pelabuhan Lembar Kabupaten
Setiadi, D. (2004). Keanekaragaman Lombok Barat Nusa Tenggara
Spesies Tingkat Pohon Di Taman Barat. Jurnal Gamma. Vol. 7 (2),
Nasional Alam Ruteng, Nusa 1-13.
Tenggara Timur. Biodiversitas. Ulqodry, Tengku Z. et al. 2010.
Vol. 6, 118-122. Karakeristik Perairan Mangrove
Sosia., P. Yudasakti, dan T. Rahmadhani. Tanjung Api - api Sumatera
(2014). Mangove Siak dan Selatan Berdasarkan Sebaran
Kepulauan Meranti. Jakarta: Parameter Lingkungan Perairan
Health & Environment Department dengan Menggunakan Analisis
dan Energi Mega Persada. Komponen Utama (PCA). Maspari
Supardjo. (2007). Identifikasi Vegetasi Journal, 16-21.
Mangrove Di Segoro Anak Selatan Usman, L., et al. (2013). Analisis Vegetasi
Taman Nasional Alas Purwo Mangrove di Pulau Dudepo
Banyuwangi Jawa Timur. Kecamatan Anggrek Kabupaten
Semarang: Jurusan Perikanan dan Gorontalo Utara. Jurnal Ilmiah
Ilmu Kelautan Universitas Perikanan dan Kelautan. Vol. 1
Diponegoro. (1), 11-17.
Supriharyono , MS. (2002). Pelestarian
Dan Pengelolaan Sumber Daya

13 | A n a l i s i s V e g e t a s i M a n g r o v e P a n t a i B i n u a n g e u n , L e b a k B a n t e n

Anda mungkin juga menyukai