BANTEN
Abstrak
Perairan Binuangeun merupakan kawasan yang terdapat banyak mangrove. Mangrove
merupakan komunitas tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh di daerah
perairan asin atau zona terluar. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui parameter kimia-
fisik ekosistem mangrove dan fungsi ekologisnya, serta mengidentifikasi jenis-jenis
tumbuhan mangrove yang ada pada Pantai Sawah Kabayan Binuangeun Indah, Lebak,
Banten. Metode yang digunakan yaitu dengan analisis vegetasi menggunakan plot 10x10 m.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan vegetasi mangrove yang ditemukan di Pantai Sawah
Kabayan Binuangeun Indah adalah Sonneratia alba, Aegiceras corniculatum dan Avicennia
officianalis. Nilai H’ keanekaragaman vegetasi mangrove pada tingkat semai, pancang dan
tiang tergolong rendah, yaitu secara berturut-turut nilainya 0,79; 0,69; dan 0,60. Sedangkan
keanekaragaman vegetasi mangrove pada tingkat pohon tergolong sedang yaitu bernilai
1,0728. Nilai indeks kemerataan (E) yang didapat dari semua tingkat pertumbuhan secara
berturut-turut yaitu 0,719; 1; 0,546; dan 0,976 menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan
mangrove tergolong merata. Nilai indeks dominansi (D) yang di dapat dari semua tingkat
pertumbuhan secara berturut-turut yaitu 0,280; 1,66; dan 0,932 menunjukkan bahwa
keseluruhan mangrove memiliki dominansi yang merata. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi
pada tingkat semai yaitu jenis Avicennia officianalis sebesar 94,23%, tingkat pancang yaitu
jenis Sonneratia alba sebesar 164,11%, tingkat tiang yaitu jenis Aegiceras corniculatum
sebesar 168,43%, serta tingkat pohon yaitu jenis Sonneratia alba sebesar 122,64%.
Kata kunci: Analisis vegetasi; Binuangeun, INP, Mangrove
Abstract
Binuangeun Waters is an area with many mangroves. Mangroves are plant communities that have the
ability to grow in salty waters or outermost zones. The purpose of this study is to know the chemical-
physical parameters of mangrove ecosystems and their ecological functions, and identify the types of
mangrove plants that exist on Sawah Kabayan Binuangeun Beach, Lebak, Banten. The method used is
by vegetation analysis using a 10x10 m plot. Based on the results of the study, it was found that
mangrove vegetation found on the coast of Sawah Kabayan Binuangeun beach was Sonneratia alba,
Aegiceras corniculatum and Avicennia officianalis. The H 'value of the diversity of mangrove
vegetation at the seedling, sapling and pole level is classified as low, which is 0.79; 0.69; and 0.60.
While the diversity of mangrove vegetation at the tree level is classified as moderate, which is worth
1.0728. Evenness index value (E) obtained from all growth rates respectively is 0.719; 1; 0.546; and
0.976 shows that the level of mangrove growth is classified as even. The dominance index value (D)
obtained from all growth rates is 0.280; 1.66; and 0,932 shows that all mangroves have evenly
dominated dominance. The highest Important Value Index (INP) at seedling level is Avicennia
officianalis of 94.23%, sapling level of Sonneratia alba is 164.11%, pole level is Aegiceras
corniculatum of 168.43%, and tree level of Sonneratia alba of 122.64%.
Keywords: Binuangeun; INP; Mangrove; Vegetation analysis
Semai, 0.72
Pohon, 0.98
Pancang, 1
Tiang, 0.55
Semai, 0.28
Tiang, 0.45
Pancang, 0
Tabel 3. Kerapatan jenis (Ki) dan kerapatan relatif (KR) mangrove di Pantai Sawah Kabayan
Binuangeun Indah
Jenis Kerapatan jenis (ind/ha) Kerapatan relatif (%)
Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon
Avicennia 0,09 0 0,01 0,09 69 0 9 27
officianalis
Sonneratia 0,01 0,6 0,01 0,1 8 50 9 29
alba
Aegiceras 0,03 0,6 0,09 0,15 23 50 82 44
corniculatum
Nilai kerapatan tertinggi pada tingkat pancang adalah Aegiceras
tingkat semai adalah Avicennia officianalis corniculatum dan Sonneratia alba yaitu
sebanyak 0,09 individu/ha (Tabel. 3), pada 50% (Tabel. 3), serta pada tingkat tiang
tingkat pancang adalah Aegiceras dan pohon adalah Aegiceras corniculatum
corniculatum dan Sonneratia alba yaitu 82% dan 44% (Tabel. 3).
sebanyak 0,6 individu/ha (Tabel. 3), serta Berdasarkan data tersebut, jenis yang
pada tingkat tiang dan pohon adalah memiliki nilai kerapatan tertinggi adalah
Aegiceras corniculatum sebanyak 0,09 jenis Aegiceras corniculatum. Hal ini
individu/ha dan 0,15 individu/ha (Tabel. menandakan bahwa jenis Aegiceras
3). Secara keseluruhan kerapatan tertinggi corniculatum memiliki jumlah individu
ada pada tingkat pancang dan terendah ada yang paling banyak karena memiliki
pada tingkat semai dan tiang. Jenis yang kemampuan untuk beradaptasi dengan baik
memiliki nilai kerapatan relatif tertinggi terhadap kondisi lingkungan.
pada tingkat semai adalah jenis Avicennia
officianalis yaitu 69% (Tabel. 3), pada
Tabel 5. Dominansi jenis (Di) dan dominansi relatif (DR) mangrove di Pantai Sawah
Kabayan Binuangeun Indah
Jenis Dominansi jenis (m2/ha) Dominansi relatif (%)
Pancang Tiang Pohon Pancang Tiang Pohon
Avicennia 0 0,42 0,89 0 27 24
officianalis
Sonneratia 0,23 0,57 1,22 47 36 33
alba
Aegiceras 0,25 0,57 1,57 53 37 43
corniculatum
Tabel 6. Indeks Nilai Penting (INP) mangrove di Pantai Sawah Kabayan Binuangeun Indah
Jenis Indeks nilai penting (%)
Semai Pancang Tiang Pohon
Avicennia officianalis 94,23 0 61,12 70,56
Sonneratia alba 32,69 164,11 70,45 122,64
Aegiceras corniculatum 73,08 135,89 168,43 106,80
10 | A n a l i s i s V e g e t a s i M a n g r o v e P a n t a i B i n u a n g e u n , L e b a k B a n t e n
adalah jenis Aegiceras corniculatum. jenis yang memiliki persentase INP
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tertinggi adalah jenis Sonneratia alba. Hal
jenis Aegiceras corniculatum memiliki ini mengindikasikan bahwa Sonneratia
toleransi yang luas terhadap kondisi fisik alba dapat beradaptasi terhadap kondisi
dan kimia perairan yang ditempati. lingkungannya. Hotden (2014)
Jenis Sonneratia alba dan menyatakan bahwa jenis mangrove yang
Aegiceras corniculatum paling banyak memiliki nilai INP tertinggi menandakan
ditemukan karena jenis ini lebih banyak bahwa jenis tersebut dapat beregenerasi
memperoleh unsur hara dibandingkan dan beradaptasi dengan baik terhadap
dengan jenis lainnya. Pramudji (2000) lingkungan seperti faktor salinitas, suhu
menyatakan bahwa tinggi rendahnya nilai dan substrat.
frekuensi relatif disebabkan oleh terjadinya Sonneratia alba menyukai tanah
kompetisi yang tidak seimbang antar jenis yang bercampur lumpur dan pasir,
mangrove yang menempati suatu habitat terkadang pada batuan karang dilokasi
yang sama, sehingga kurang kompetitif pesisir yang terlindung dari hempasan
dalam memperoleh unsur hara. gelombang, juga di muara dan sekitar
Dominansi pulau-pulau lepas pantai (Sosia, 2014).
Nilai dominansi pada masing- Secara visual, jenis substrat pada
masing jenis pada lokasi penelitian terlihat ekosistem mangrove di lokasi penelitian
pada tabel 5. Jenis mangrove yang merupakan substrat pasir berlumpur
memiliki nilai dominansi tertinggi adalah bercampur karang. Sehingga sesuai dengan
Aegiceras corniculatum. Nasution (2005) substrat yang dibutuhkan oleh jenis
menyatakan bahwa jenis yang memiliki Sonneratia alba.
nilai dominansi yang relatif rendah berarti SIMPULAN
mencerminkan ketidakmampuannya Berdasarkan penelitian yang telah
toleran terhadap kondisi lingkungan. Hal dilakukan, didapatkan bahwa pengujian
tersebut menunjukkan bahwa jenis faktor fisik-kimia sesuai dengan toleransi
Aegiceras corniculatum mampu toleransi untuk pertumbuhan mangrove. Vegetasi
terhadap kondisi lingkungan juga mampu mangrove yang ditemukan di Pantai
berkompetisi dengan jenis lain untuk Sawah Kabayan Binuangeun Indah adalah
menyerap unsur hara yang dibutuhkan. Sonneratia alba, Aegiceras corniculatum
Hotden (2014) juga menambahkan jenis dan Avicennia officianalis. Jenis mangrove
mangrove yang memiliki nilai dominansi yang mendominasi adalah Sonneratia alba
yang tinggi mampu berkompetisi untuk karena memiliki nilai Indeks Nilai Penting
memperoleh unsur hara yang lebih banyak (INP) tertinggi pada kategori pancang dan
daripada jenis lain sehingga volume batang pohon yaitu sebesar 164,11% dan
cukup besar dan memiliki tajuk yang luas. 122,64%.
Indeks Nilai Penting (INP)
Menurut Peters (2004) nilai REFERENSI
penting menunjukkan kepentingan suatu Azuma, H., Toyota, M. Asakawa, Y.,
jenis tumbuhan atau berpengaruh tidaknya Takaso, T., & Tobe, H. (2002).
jenis tumbuhan tersebut dalam suatu Floral scent chemistry of mangrove
komunitas dan ekosistem. Didukung oleh plants”, J. Plant Res., 115: 47-53.
pernyataan Setiadi (2004), jenis dengan Edris, I. dan Soeseno. (1987). Silvika.
nilai penting tertinggi menunjukan nilai Yogyakarta: Yayasan Pembinaan
penguasaan jenis dalam suatu komunnitas Fakultas Kehutanan Universitas
dan mampu memanfaatkan keadaan Gadjah Mada.
lingkungan sehingga dapat tumbuh lebih Fachrul, M., F. (2006). Metode Sampling
baik dari jenis lainnya. Berdasarkan Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
analisis INP (tabel 6), secara keseluruhan
11 | A n a l i s i s V e g e t a s i M a n g r o v e P a n t a i B i n u a n g e u n , L e b a k B a n t e n
FAO. (2007). A Thematic Study Prepared Nasution, S., R. (2005). Perbedaan
In The Framewort Of The Global Struktur dan Komposisi Hutan
Forest Recources Assessment. The Mangrove di Kawasan Muara
World’s Mangrove: ISBN 978-92- Sungai Mesjid Kota Administratif
5-105856-5. Dumai. Skripsi. Fakultas Perikanan
Halidah dan Harwiyaddin K. (2013). dan Ilmu Kelautan, Universitas
Penyebaran Alami Avicenia marina Riau.
(Forsk) Vierh dan Sonneratia alba Noor, Y.S., Khazali, M., & Suryadipura,
Smith Pada Substrat Pasir I.N.N. (2006). Introduction Guide
(Distribution Pattern And Density of Indonesian Mangroves. Bogor,
Avicenia marina (Forsk) Vierh Indonesia: Directorate General of
And Sonneratia alba Smith On Forest Protection, Ministry of
Sand Substrate). Jurnal Balai Forest.
Penelitian Kehutanan. Vol. 1 No. Odum, E. P. (1988). Dasar-dasar Ekologi.
1, hal: 51- 58. (Terjemahan) Edisi 3. Yogyakarta:
Haryadi, S., Suryadiputra dan Bambang Gadjah Mada University Press.
W. (1991). Limnologi: Metoda Peters, C., M. (2004). Sustainable Harvest
Analisa Kualitas Air. Bogor: Of Non-Timber Plant Resources in
Fakultas Perikanan dan Ilmu Tropical Moist Forest: An
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Ecological Primer. Section I: The
Himmah, I., et al. (2010). Struktur Dan Ecology Of Tropical Trees And
Komposisi Vegetasi Habitat Julang Forest: Washington,D.C.A Crash
Emas (Aceros undulates) Di Course. Biodiversity Support
Gunung Ungaran Jawa Tengah. Program.
Jurnal Sains Dan Matematika. Vol. Pramudji. (2000). Hutan Mangrove di
18 (1), 104-110. Indonesia: Peranan, Permasalahan,
Hotden, et al. (2014). Analisis Vegetasi dan Pengelolaannya. Oseana XXV.
Mangrove di Ekosistem Mangrove Vol. (1), 13 – 20.
Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Pramudji. (2001). Ekosistem Hutan
Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Mangrove Dan Peranannya
Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Sebagai Habitat Berbagai Fauna
JOM FMIPA. Vol. 1 (2), 1-10. Aquatik. Oseana. Vol. XXVI,
Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: Nomor 4, 2001:13 – 23.
Bumi Aksara. Romadhon, A. (2008). Kajian Nilai
Isabella, L. L., Usman, F. H., Thamrin, E. Ekologi Melalui Inventarisasi Dan
(2017). Keanekaragaman jenis Nilai Indeks Nilai Penting (INP)
Bambu (Bambusodae) dalam Mangrove Terhadap Perlindungan
Kawasan Hutan Air Terjun Riam Lingkungan Kepulauan Kangean.
Odong Dusun Engkolai Kecamatan Embryo. Vol. 5 (1), 82-97.
Jangkang Kabupaten Sanggau. Rusila, Noor, Y., M. Khazali dan I.N.N
Jurnal Hutan Lestari. Vol. 5(1): Suryadiputra. (1999). Panduan
88-94 Pengenalan Mangrove di
Kent, M. & Paddy, C. (1992). Vegetation Indonesia. Bogor: Ditjen. PHKA
Desription and Analysis A dan Wetlands International -
Practical Approach. London: Indonesia Programme.
Belhaven Press. Santosa, Y., Ramadhan E. P., Rahman D.
Misra, R. (1973). Ecology Work Book. A. (2008). Studi Keanekaragaman
New Delhi: Oxford and IBH Mamalia pada Beberapa Tipe
Publishing Co. Habitat di Stasiun Penelitian
Pondok Ambung Taman Nasional
12 | A n a l i s i s V e g e t a s i M a n g r o v e P a n t a i B i n u a n g e u n , L e b a k B a n t e n
Tanjung Puting Kalimantan Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
Tengah. Media Konservasi. Vol.13 Gramedia: Jakarta.
(3): 1-7. Supriharyono, M. S. (2000). Pelestarian
Santoso. (2005). Pemanfaatan Buah dan Pengelolaan Sumber Daya
Mangrove Sebagai Sumber Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
Makanan Alternatif di Halmahera Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Barat. Maluku Utara: Maluku Utama.
Press. Supriharyono, M., S. (2002). Pelestarian
Sari, Syarifah Hikmah Julinda dan Dan Pengelolaan Sumber Daya
Lendyane Ika Harlyan. (2014). Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
Kelayakan Kualitas Perairan Jakarta: Gramedia.
Sekitar Mangrove Center Tuban Syarifuddin, A., Zulharman. (2012).
untuk Aplikasi Alat Pengumpul Analisa Vegetasi Hutan Mangrove
Kerang Hijau. Hlm 1-9. Pelabuhan Lembar Kabupaten
Setiadi, D. (2004). Keanekaragaman Lombok Barat Nusa Tenggara
Spesies Tingkat Pohon Di Taman Barat. Jurnal Gamma. Vol. 7 (2),
Nasional Alam Ruteng, Nusa 1-13.
Tenggara Timur. Biodiversitas. Ulqodry, Tengku Z. et al. 2010.
Vol. 6, 118-122. Karakeristik Perairan Mangrove
Sosia., P. Yudasakti, dan T. Rahmadhani. Tanjung Api - api Sumatera
(2014). Mangove Siak dan Selatan Berdasarkan Sebaran
Kepulauan Meranti. Jakarta: Parameter Lingkungan Perairan
Health & Environment Department dengan Menggunakan Analisis
dan Energi Mega Persada. Komponen Utama (PCA). Maspari
Supardjo. (2007). Identifikasi Vegetasi Journal, 16-21.
Mangrove Di Segoro Anak Selatan Usman, L., et al. (2013). Analisis Vegetasi
Taman Nasional Alas Purwo Mangrove di Pulau Dudepo
Banyuwangi Jawa Timur. Kecamatan Anggrek Kabupaten
Semarang: Jurusan Perikanan dan Gorontalo Utara. Jurnal Ilmiah
Ilmu Kelautan Universitas Perikanan dan Kelautan. Vol. 1
Diponegoro. (1), 11-17.
Supriharyono , MS. (2002). Pelestarian
Dan Pengelolaan Sumber Daya
13 | A n a l i s i s V e g e t a s i M a n g r o v e P a n t a i B i n u a n g e u n , L e b a k B a n t e n