Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing:
dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), Sp.OG (K)
Disusun Oleh:
Rizki Munawir Siregar 140100008
Ikke A.A.S Sinaga 140100039
Heppy Yosephyn Manurung 140100048
Mega N. Dian Sianturi 140100082
Habibatul Isma Awalia 140100143
Monica T. Hanna Gultom 140100178
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Perdarahan Uterus Abnormal” Penulisan laporan
kasus ini adalah salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan Klinik Senior
Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sarah
Dina, M.Ked(OG), Sp.OG (K), selaku supervisor pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberikan masukan dalam penyusunan laporan kasus
ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
1
1.3 MANFAAT
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dipertahankan oleh mekanisme umpan balik yang bekerja antara ovarium,
hipotalamus, dan hipofisis.
4
Sel-sel lutein korpus luteum menghasilkan progesterone dan estrogen. Sekresi
progesterone mencapai puncak datar (plateau) sekitar empat hari setelah ovulasi,
kemudian meningkat secara progresif apabila ovum yang dibuahi mengadakan
implantasi ke dalam endometrium. Sel-sel trofoblastik embrio yang telah tertanam
segera menghasilkan human chorionic gonadotropin (HCG) yang memelihara
korpus luteum sehingga sekresi estradiol dan progesterone terus berlanjut.
Sebaliknya, jika tidak terjadi kehamilan, sel lutein teka berdegenerasi sehingga
menghasilkan estradiol dan progesteron yang lebih sedikit, sehingga mengurangi
umpan balik negatif pada gonadotrof yang disertai dengan meningkatnya sekresi
FSH. Penurunan kadar estradiol dan progesteron dalam sirkulasi darah
menyebabkan perubahan di dalam endometrium yang menyebabkan terjadinya
menstruasi.
5
Beberapa di antaranya telah mengeluarkan mukus ke dalam rongga kelenjar.
Arteri spiral bertambah panjang dengan meluruskan gulungan. Apabila tidak ada
kehamilan, sekresi estrogen dan progesteron menurun karena korpus luteum
menjadi tua. Penuaan ini menyebabkan peningkatan asam arakidonat dan
endoperoksidase bebas di dalam endometrium. Enzim-enzim ini menginduksi
lisosom sel stroma untuk mensintesis dan mensekresi prostaglandin (PGF2α dan
PGE2) dan prostasiklin. PGF2α merupakan suatu vasokonstriktor yang kuat dan
menyebabkan kontraksi uterus, PGE2 menyebabkan kontraksi uterus dan
vasodilatasi, sedangkan prostasiklin adalah suatu vasodilator, yang menyebabkan
relaksasi otot dan menghambat agregasi trombosit.
Perbandingan PGF2α dengan kedua prostaglandin meningkat selama
menstruasi. Perubahan ini mengurangi aliran darah melalui kapiler endometrium
dan menyebabkan pergeseran cairan dari jaringan endometrium ke kapiler,
sehingga mengurangi ketebalan endometrium. Hal ini tersebut menyebabkan
bertambahnya kelokan arteri spiral bersamaan dengan terus berkurangnya aliran
darah. Daerah endometrium yang disuplai oleh arteri spiral menjadi hipoksik,
sehingga terjadi nekrosis iskemik. Daerah nikrotik dari endometrium mengelupas
ke dalam rongga uterus disertai dengan darah dan cairan jaringan, sehingga
menstruasi terjadi.
6
2.2 PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
2.2.1 Definisi
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan semua kelainan haid dalam hal jumlah maupun lamanya.
Manifestasi klinisnya dapat berupa perdarahan dalam jumlah yang banyak atau
sedikit, dan haid yang memanjang atau tidak beraturan.4
2.2.2 Epidemiologi
Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus abnormal
merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan datang berobat
ke dokter atau tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan haid bervariasi
dari ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustrasi baik bagi
penderita maupun dokter yang merawatnya. Data di beberapa negara industry
menyebutkan bahwa seperempat penduduk perempuan dilaporkan pernah
mengalami menoragia, 21% mengeluh siklus haid memendek, 17% mengalami
perdarahan antar haid dan 6% mengeluh perdarahan pascasenggama. Selain
menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan haid ternyata berpengaruh pada
aktivitas sehari-hari yaitu 28% dilaporkan merasa terganggu saat bekerja sehingga
berdampak pada ekonomi. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2007 dan
2008 didapatkan angka kejadian perdarahan uterus abnormal sebanyak 12,48%
dan 8,8% dari seluruh kunjungan poli kandungan5.
7
b. Fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab
organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional
dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi ,
kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir
fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah
sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3%
dibawah 20 tahun.
Perdarahan uterus abnormal disebabkan oleh terganggunya kontrol
lokal hemostasis, proses angiogenesis dimana pembuluh darah yang
terbentuk lebih rapuh sehingga mudah berdarah ataupun
ketidakseimbangan hormon. Pada mioma dan leiomyoma terjadi perluasan
permukaan endometrium dan massa yang ada mengganggu kontraksi
miometrium untuk menjepit pembuluh darah.2 Estrogen berlebihan tanpa
progesteron menyebabkan proliferasi berlebih dari endometrium tanpa
pembentukan jaringan penunjang stroma serta pembentukan pembuluh
darah yang tidak normal dan rapuh sehingga mudah menyebabkan
terjadinya perdarahan.
8
2.2.4 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko perdarahan uterus abnormal antara lain6:
1. Usia >35 tahun
2. Obesitas
3. Nulipara
4. Siklus anovulasi
5. Faktor genetik
6. Obat-obatan hormonal
7. Pola hidup tidak sehat
2.2.5 Klasifikasi
a. Klasifikasi PUA berdasarkan jenis pendarahan6
− Pendarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai pendarahan haid
yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan segera untuk mencegah
kehilangan darah. Pendarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada
kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.
− Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk
pendarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi
ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang segera seperti PUA akut.
− Pendarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan pendarahan haid
yang terjadi diantara 2 siklus haid yang teratur. Pendarahan dapat terjadi
kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah
ini ditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia.
9
pendarahannya dapat berupa pendarahan ringan, jarang dan kadang pendarahan
lama. Berdasarkan pola pendarahan yang ditemukan seringkali kelainan tersebut
tidak akan menyebabkan anemia defisiensi besi.
Gambar 2.2. Pola pendarahan yang penting secara klinik pada perempuan usia 15 - 44
10
Kelompok “PALM” adalah merupakan kelompok kelainan struktur
penyebab PUA yang dapat dinilai dengan berbagai teknik pencitraan dan atau
pemeriksaan histopatologi.
Kelompok “COEIN” adalah merupakan kelompok kelainan non struktur
penyebab PUA yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau
histopatologi. PUA terkait dengan penggunaan hormon steroid seks eksogen,
AKDR, atau agen sistemik atau lokal lainnya diklasifikasikan sebagai
“iatrogenik”
- Polip (PUA-P)
Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat
lokal mungkin tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa
milimeter sampai sentimeter. Polip endometrium terdiri dari kelenjar,
stroma, dan pembuluh darah endometrium.
11
- Adenomiosis (PUA-A)
Merupakan invasi endometrium ke dalam lapisan miometrium,
menyebabkan uterus membesar, difus, dan secara mikroskopik tampak
sebagai endometrium ektopik, non neoplastik, kelenjar endometrium, dan
stroma yang dikelilingi oleh jaringan miometrium yang mengalami
hipertrofi dan hiperplasia.
12
Gambar 2.8a Mioma subserosa
13
simpleks non atipik dan atipik, dan hiperplasia endometrium kompleks
non atipik dan atipik.
- Coagulopathy (PUA-C)
Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan
hemostasis sistemik yang mengakibatkan PUA.
- Ovulatory dysfunction (PUA-O)
Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan
ketidakseimbangan hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya
pendarahan uterus abnormal.
- Endometrial (PUA-E)
Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus
haid teratur akibat gangguan hemostasis lokal endometrium.
- Iatrogenik (PUA-I)
Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan
obat-obatan hormonal (estrogen, progestin) ataupun non hormonal (obat-
obat antikoagulan) atau AKDR.
- Not yet classified (PUA-N)
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit
dimasukkan dalam klasifikasi (misalnya adalah endometritis kronik atau
malformasi arteri-vena).
14
- Gejala nyeri tersebut di atas dapat disertai dengan perdarahan uterus
abnormal berupa perdarahan banyak yang terjadi dalam siklus.9,10
3. Leiomioma (PUA-L)
- Perdarahan uterus abnormal berupa pemanjangan periode, ditandai oleh
perdarahan menstruasi yang banyak dan/atau menggumpal, dalam dan di
luar siklus.8,9,10
- Pembesaran rahim (bisa simetris ataupun berbenjol-benjol).8
- Seringkali membesar saat kehamilan.3
- Penekanan terhadap organ sekitar uterus, atau benjolan pada dinding
abdomen.8,9
- Nyeri dan/atau tekanan di dalam atau sekitar daerah panggul.11
- Peningkatan frekuensi berkemih atau inkontinensia. 11
4. Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
- Meskipun jarang ditemukan, namun hyperplasia atipik dan keganasan
merupakan penyebab penting PUA.8
- Klasifikasi keganasan dari hiperplasia menggunakan system klasifikasi
FIGO dan WHO.8
- Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi.8
5. Coagulopathy (PUA-C)
- Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan hemostatik sistemik
yang terkait dengan PUA.8
- 13% perempuan dengan perdarahan haid banyak memiliki kelainan
hemostatis sistemik, dan yang paling sering ditemukan adalah penyakit
von Willebrand.8
6. Ovulatory Disfunction (PUA-O)
- Gangguan ovulasi merupakan salah satu penyebab PUA dengan
manifestasi perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah darah yang
bervariasi.9
- Dahulu termasuk dalam kriteria perdarahan uterus disfungsional (PUD).
- Gejala bervariasi mulai dari amenorea, perdarahan ringan dan jarang,
hingga perdarahan haid banyak.9
15
- Gangguan ovulasi dapat disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik
(SOPK), hiperprolaktinemia, hipotiroid, obesitas, penurunan berat badan,
anoreksia, atau olahraga berat yang berlebihan.9
7. Endometrial (PUA-E)
- Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus
haid teratur.8,9
- Penyebab perdarahan pada kelompok ini adalah gangguan hemostatis local
endometrium.8,9
- Adanya penurunan produksi faktor yang terkait vasokonstriksi seperti
endothelin-1 dan prostaglandin F2α serta peningkatan aktivitas
fibrinolisis.8,9
- Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengaha atau perdarahan yang
berlanjut akibat gangguan hemostatis local endometrium.8,9
- Diagnosis PUA-E ditegakkan setelah menyingkirkan gangguan lain pada
siklus haid yang berovulasi.8
8. Iatrogenik (PUA-I)
- Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis
seperti penggunaan estrogen, progesterin, atau AKDR.9
- Perdarahan haid di luar jadwal yang terjadi akibat penggunaan estrogen
atau progestin dimasukkan dalam istilah perdarahan sela atau breakthrough
bleeding (BTB).9
- Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam
sirkulasi yang dapat disebabkan oleh sebagai berikut:9
o Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi
o Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin
o Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna anti
koagulan (warfarin, heparin, dan low molecular weight heparin)
dimasukkan ke dalam klasifikasi PUA-C.
9. Not yet classified (PUA-N)
- Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit
dimasukkan dalam klasifikasi.9
16
- Kelainan yang termasuk dalam kelompok ini adalah endometritis
kronik atau malformasi arteri-vena.9
- Kelainan tersebut masih belum jelas kaitannya dengan PUA.9
Tabel 2.1 Penapisan klinis pasien dengan perdarahan haid banyak karena kelainan hemostatis
17
Tabel 2.2 Diagnosis banding PUA
b. Pemeriksaan Umum
- Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas
keadaan hemodinamik.
- Pastikan bahwa perdarahan berasal dari kanalis servikalis dan tidak
berhubungan dengan kehamilan.
- Pemeriksaan indeks massa tubuh, tanda tanda hiperandrogen,
pembesaran kelenjar tiroid atau manifestasi hipotiroid/hipertiroid,
galaktorea (hiperprolaktinemia), gangguan lapang pandang
(adenoma hipofisis), purpura dan ekimosis wajib diperiksa.9
c. Pemeriksaan Ginekologi
- Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk
pemeriksaan pap smear.
- Harus disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri, polip,
hiperplasia endometrium atau keganasan. 9
- Penilaian ovulasi
Siklus haid yang berovulasi berkisar 22-35 hari.
Jenis perdarahan PUA-O bersifat ireguler dan sering
diselingi amenorea.
18
Konfirmasi ovulasi dapat dilakukan dengan
pemeriksaan progesteron serum fase luteal atau
USG transvaginal bila diperlukan. 1
- Penilaian Endometrium
Pengambilan sampel endometrium tidak harus
dilakukan pada semua pasien PUA. Pengambilan
sampel endometrium hanya dilakukan pada:
- Perempuan umur > 45 tahun
- Terdapat faktor risiko genetik
USG transvaginal menggambarkan penebalan
endometrium kompleks yang merupakan faktor
risiko hiperplasia atipik atau kanker endometrium
Terdapat faktor risiko diabetes mellitus, hipertensi,
obesitas, nulipara
Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis
colorectal cancer memiliki risiko kanker
endometrium sebesar 60% dengan rerata umur saat
diagnosis antara 48-50 tahun
Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan
pada perdarahan uterus abnormal yang menetap
(tidak respons terhadap pengobatan). 9
19
histeroskopi. Keuntungan dalam penggunaan
histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat
dilakukan bersamaan. 9
- Penilaian Miometrium
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya
mioma uteri atau adenomiosis.
Miometrium dinilai menggunakan USG
(transvaginal, transrektal dan abdominal), SIS,
histeroskopi atau MRI.
Pemeriksaan adenomiosis menggunakan MRI lebih
unggul dibandingkan USG transvaginal. 9
d. Pemeriksaan Laboratorium
- Tes β-Human Chorionic Gonadotropin dan Hematologik
Keguguran, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa dapat
menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa. Komplikasi
dari kehamilan dapat secara cepat dieksklusi dengan penentuan
kadar subunit beta human chorionic gonadotropin (β-hCG) dari
urin atau serum.12
Sebagai tambahan, pada wanita dengan perdarahan uterus
abnormal, complete blood count dapat mengidentifikasi anemia
dan derajat kehilangan darah. Diperlukan juga skrining untuk
gangguan koagulasi jika sebab yang jelas tidak dapat ditemukan.
Yang termasuk adalah complete blood count dengan platelet count,
partial thromboplastin time, dan prothrombin time dan mungkin
juga memeriksa tes spesial untuk penyakit von Willebrand.12
- Pemeriksaan “Wet Prep” dan Kultur Serviks
Pemeriksaan mikroskopik dari sekresi serviks diperlukan
jika perdarahan dicurigai karena servisitis yang akan
memperlihatkan gambaran sel darah merah dan neutrofil. Servisitis
sekunder karena herpes simplex virus (HSV) juga dapat
20
menyebabkan perdarahan dan diindikasikan untuk melakukan
kultur secara langsung. Trikomoniasis juga dapat menyebabkan
servisitis dan ektoserviks yang rapuh.12
- Pemeriksaan Sitologi
Kanker serviks dan kanker endometrium dapat
menyebabkan perdarahan yang abnormal dan dapat sering
ditemukan dengan skrining Pap smear.12
- Biopsi Endometrium
Pada wanita dengan perdarahan abnormal, evaluasi
histologi endometrium mungkin mengidentifikasikan lesi infeksi
atau neoplastik seperti hiperplasia endometrium atau kanker.
Terdapat perdarahan abnormal pada 80 sampai 90 persen wanita
dengan kanker endometrium.12
- Histeroskopi
Prosedur ini menggunakan endoskop optik dengan diameter
3 sampai 5 mm ke dalam kavitas endometrium. Kemudian kavitas
uterus diregangkan dengan menggunakan larutan salin.
Keuntungan utama menggunakan histeroskopi adalah untuk
mendeteksi lesi intrakavitas seperti leiomioma dan polip yang
mungkin terlewati jika menggunakan sonografi atau endometrial
sampling. Walaupun akurat untuk mendeteksi kanker
endometrium, namun histeroskopi kurang akurat untuk mendeteksi
hiperplasia endometrium.12
e. Pemeriksaan Radiologi
- Ultrasound
Transvaginal sonografi memungkinkan evaluasi dari kelainan
anatomi uterus dan endometrium.Selain itu, patologi dari miometrium,
serviks, tuba, dan ovarium juga dapat dievaluasi. Modalitas investigasi
ini dapat membantu dalam diagnosis polip endometrium, adenomiosis,
leiomioma, anomali uterus, dan penebalan endometrium yang
berhubungan dengan hiperplasia dan keganasan.13
21
- Saline Infusion Sonohysterography
Saline infusion sonohysterography menggunakan 5 sampai 15 mL
larutan saline yang dimasukkan ke dalam rongga rahim selama
sonografi transvaginal dan mengimprovisasi diagnosis patologi
intrauterin. Terutama dalam kasus polip dan fibroid uterus, SIS
memungkinkan pemeriksa untukmembedakan lokasi dan hubungannya
dengan kavitas uterus.SIS juga dapat menurunkan kebutuhanMRI
dalam diagnosis dan manajemen dari anomali uterus 13
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI jarang digunakan untuk menilai endometrium pada pasien
yang memiliki perdarahan uterus abnormal. MRI mungkin membantu
untuk memetakan lokasi yang tepat dari fibroid dalam perencanaan
operasi dan sebelum terapi embolisasi untuk fibroid. Hal ini juga
mungkin berguna dalam menilai endometrium ketika USG
transvaginal atautidak dapat dilakukan.13
- Histeroskopi
Evaluasi histeroskopi untuk perdarahan uterus abnormal adalah
pilihan yang menyediakan visualisasi langsung dari patologi kavitas
dan memfasilitasi biopsi langsung. Histeroskopi dapat dilakukan dalam
suasana praktek swasta dengan atau tanpa anestesi ringan atau di ruang
operasi dengan anestesi regional atau umum. Risiko dari histeroskopi
termasuk perforasi rahim, infeksi, luka serviks, dan kelebihan cairan.13
f. Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium biasanya dapat dilakukan dengan mudah pada
wanita premenopause dengan persalinan pervaginam sebelumnya. Biopsi
lebih sulit dilakukan pada wanita dengan riwayat persalinan sesar
sebelumnya, wanita yang nulipara, atau yang telah memiliki operasi
serviks sebelumnya. Biopsi endometrium dapat mendeteksi lebih dari 90%
dari kanker. Patologi dari endometrium dapat mendiagnosa kanker
endometrium atau menentukan kemungkinan kanker.13
22
2.2.8. Diagnosa Banding5
Tabel 2.3 Diagnosa banding perdarahan uterus abnormal
Diagnosa Definisi Etiologi Manifestasi
Banding klinis
PUA Istilah yang Kelainan struktur Terutama
digunakan untuk (PALM) dan pendarahan
menggambarkan kelainan non- dalam jumlah
semua kelainan struktur(COEIN) yang banyak atau
haid baik dalam hal sedikit dan yang
jumlah maupun memanjang atau
lamanya tidak beraturan
Polip Tumor jinak yang Belum diketahui, Pendarahan
Endoserviks tumbuh menonjol namun diduga abnormal vagina
dan bertangkai dari akibat infeksi yang yang terjadi
selaput lender di tidak ditangani antara periode
permukaan mukosa dengan baik, atau menstruasi,
serviks atau pada memang jaringan setelah
saluran endoserviks tersebut menopause dan
dan menonjol pada mempunyai sifat setelah hubungan
mulut serviks tumbuh yang seksual,
berlebihan keputihan
Kehamilan Kehamilan dimana Belum diketahui Nyeri abdomen
Ektopik sel telur yang bawah atau
dibuahi pelvic, disertai
berimplantasi dan amenorrhea atau
tumbuh di luar spotting atau
endometrium perdarahan
kavum uteri vaginal,
menstrasi
abnormal, kolaps
23
dan kelelahan,
pucat
Abortus Suatu proses Kelainan ovum Terutama
berakhirnya suatu Kelainan sirkulasi perdarahan, rasa
kehamilan, dimana plasenta mulas dan nyeri
janin belum Inkompetensi
mampu hidup di lar serviks
rahim dengan Penyakit ibu
kriteria usia Antagonis rhesus
kehamilan kurang
20 minggu atau
berat janin kurang
dari 500 gram
2.2.9. Penatalaksanaan
PENATALAKSANAAN PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
Pengangan PUA merupakan hal yang cukup menantang mengingat jenis
dan penyebab PUA yang sangat beragam. Pilihan terapi untuk penanganan PUA
juga sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya stabilitas kondisi pasien,
dugaan penyebab perdarahan, keinginan untuk mempertahankan fertilitas, dan
kondisi medis yang menyertai.12 Stabilitas pasien merupakan hal pertama kali
yang harus dipastikan dalam penanganan PUA. Kondisi hemodinamik yang stabil
penting untuk mempermudah mencari penyebab dan menangani perdarahan.13
24
1. Terapi Medikamentosa
a. Terapi hormonal
Esterogen
25
hari, dilanjutkan dengan 2 x 1 tablet selama 2 hari, dan selanjutnya 1 x 1 tablet
selama 3 minggu. Selanjutnya bebas pil selama 7 hari, kemudian dilanjutkan
dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi paling tidak selama 3 bulan.
Apabila pengobatannya ditujukan untuk menghentikan haid, maka obat
tersebut dapat diberikan secara kontinyu, namun dianjurkan setiap 3-4 bulan
dapat dibuat perdarahan lucut. Efek samping dapat berupa perubahan mood,
sakit kepala, mual, retensi cairan, payudara tegang, deep vein thrombosis,
stroke dan serangan jantung.14
Progestin
26
Apabila pasien mengalami perdarahan pada saat kunjungan, dosis
progestin dapat dinaikkan setiap 2 hari hingga perdarahan berhenti. Pemberian
dilanjutkan untuk 14 hari dan kemudian berhenti selama 14 hari, demikian
selanjutnya berganti-ganti. Pemberian progestin secara kontinyu dapat
dilakukan apabila tujuannya untuk membuat amenorea. Terdapat beberapa
pilihan, yaitu : pemberian progestin oral : MPA 10-20 mg per hari, Pemberian
DMPA setiap 12 minggu, atau Penggunaan LNG IUS. Efek samping yang
timbul dapat berupa peningkatan berat badan, perdarahan bercak, rasa begah,
payudara tegang, sakit kepala, jerawat dan timbul perasaan depresi.14
Androgen
Danazol adalah suatu sintetik isoxazol yang berasal dari turunan 17a-
etinil testosteron. Obat tersebut memiliki efek androgenik yang berfungsi
untuk menekan produksi estradiol dari ovarium, serta memiliki efek langsung
terhadap reseptor estrogen di endometrium dan di luar endometrium.
Pemberian dosis tinggi 200 mg atau lebih per hari dapat dipergunakan untuk
mengobati perdarahan menstrual hebat. Danazol dapat menurunkan hilangnya
darah menstruasi kurang lebih 50% bergantung dari dosisnya dan hasilnya
terbukti lebih efektif dibanding dengan AINS atau progestogen oral. Dengan
dosis lebih dari 400mg per hari dapat menyebabkan amenorea. Efek
sampingnya dialami oleh 75% pasien yakni: peningkatan berat badan, kulit
berminyak, jerawat, perubahan suara.14
27
terjadi percepatan demineralisasi tulang. Apabila pemberiannya melebihi 6
bulan, maka dapat diberikan tambahan terapi estrogen dan progestin dosis
rendah (add back therapy). Efek samping biasanya muncul pada penggunaan
jangka panjang, yakni: keluhan-keluhan mirip wanita menopause (misalkan
hot flushes, keringat yang bertambah, kekeringan vagina), osteoporosis
(terutama tulang-tulang trabekular apabila penggunaan GnRH agonist lebih
dari 6 bulan).14
GnRH
a
Danazoal
28
b. Terapi non-hormonal
Asam traneksamat
2. Terapi Pembedahan
29
arteri uterine, dan histerektomi. Penanganan spesifik seperti histeroskopi dengan
kuretase, polipektomi, atau miomektomi hanya dilakukan bila ditemukan ada
kelaianan struktural sebagai penyebab PUA.12,13
30
Tabel 2. Penanganan PUA menurut Strata Pelayanan Kesehatan14
1 2 3
Stabilisasi hemodinamik + + +
Stop perdarahan + + +
Medikamentosa:
31
BAB III
LAPORAN KASUS
32
RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 12 tahun
Lama : 4-6 hari
Siklus : 28 hari
Volume : ± 2-3 doek/hari
Nyeri : ada
Menopause :-
HPHT : 2 April 2019
RIWAYAT KEHAMILAN
1. Perempuan, 27 tahun, psp, bidan
2. Laki-laki, 19 tahun, psp, dokter spesialis kandungan
RIWAYAT OPERASI
-
RIWAYAT KB
KB suntik 19 tahun yang lalu, selama 2 tahun
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN
Status Presens:
Sensorium : Compos mentis Anemis : +/+
Tekanan darah : 120/70 mmHg Ikterik : -/-
Nadi : 80 x/menit Sianosis: -
Pernapasan : 18 x/menit Dyspnoe : -
Temperatur : 36,8oC Oedema: -
VAS :-
BB : 70kg
TB : 160 cm
IMT : 27,34 kg/m2
33
Status Lokalisata :
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
isokor, kanan = kiri
Leher : Pembesaran KGB tidak dijumpai
Thorax : Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Jantung: S1(N) S2(N) S3(-) S4(-) reguler, murmur (-)
Paru : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-)
Mammae : simetris, puting susu menonjol
Ekstremitas : Akral hangat, CRT< 2 detik, clubbing finger (-), edem pretibial(-/-)
Abdomen : soepel, peristaktik (+) N, nyeri tekan (-)
Perdarahan pervaginam : (+)
Lochia : (-)
Perineum : utuh
Jahitan : (-)
Status Ginekologi:
Inspekulo : portio licin, F/A (-), darah (+) dibersihkan kesan tidak
mengalir.
VT : UT AF BB, tidak teraba massa, adneksa kanan/kiri dalam
batas normal, parametrium kanan/kiri lemas, cavum douglas
tidak menonjol..
34
PEMERIKSAAN USG ( tanggal 25 / 04 / 2019 )
35
Uterus : 68,9 x 38,7 x 41,9 mm
Ovarium Kanan : 10,8 x 13,6 mm
Ovarium Kiri : 15,1 x 9,8
Kesan : dalam batas normal
36
DIAGNOSA KERJA
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)
RENCANA TATALAKSANA
TERAPI MEDIKAMENTOSA
- Asam Traneksamat 3x1
- Asam mefenamat 3x500mg
- Omeprazol 2x1
RENCANA TINDAKAN
- Kontrol ulang poli 7 hari lagi (2 Mei 2019)
37
BAB 4
FOLLOW-UP PASIEN
Tanggal Follow-up
25 April 2019 S : Perdarahan pervaginam memanjang dan banyak
11.14 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,8oC
A : PUA
P : - Asam Traneksamat 3x1
- Asam mefenamat 3x500mg
- Omeprazol 2x1
R/ Kontrol ulang poli 7 hari lagi (2 Mei 2019)
2 Mei 2019 S : Perdarahan pervaginam berkurang
10.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
A : PUA - O
P : - Premolut N 5mg 2x1 (selama 10 hari)
- Asam Mefenamat 500mg 3x1
- Vitamin B Comp 2x1
R/ - kontrol ulang 1 bulan lagi
38
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
FAKTOR RISIKO - Usia pasien 47 tahun
1. Usia >35 tahun - IMT pasien = 27,34 kg/m2
2. Obesitas
3. Nulipara
4. Siklus anovulasi
5. Faktor genetik
6. Obat-obatan hormonal
7. Pola hidup tidak sehat
39
- PEMERIKSAAN GINEKOLOGI Inspekulo :
Portio licin, F/A (-), darah (+)
Teraba massa yang keluar dari OUE (kanalis
dibersihkan kesan tidak mengalir.
servikalis), lunak, mudah digerakkan,
bertangkai serta mudah berdarah. Pada VT :
inspekulo terlihat massa keluar OUE (kanalis UT AF BB, tidak teraba massa,
servikalis) berwarna pucat. adneksa kanan/kiri dalam batas
normal, parametrium kanan/kiri
lemas, cavum douglas tidak menonjol
PEMERIKSAAN PENUNJANG - Pemeriksaan USG :
Uterus : 68,9 x 38,7 x 41,9 mm
- Laboratorium
Darah lengkap, urine lengkap, tes Ovarium Kanan : 10,8 x 13,6 mm
kehamilan.
Ovarium Kiri : 15,1 x 9,8
Kesan : dalam batas normal
- Radiologi
Memungkinkan evaluasi dari kelainan anatomi
uterus dan endometrium.Selain itu, patologi dari
miometrium, serviks, tuba, dan ovarium juga
dapat dievaluasi. Modalitas investigasi ini dapat
membantu dalam diagnosis polip endometrium,
adenomiosis, leiomioma, anomali uterus,
danpenebalan endometrium yang berhubungan
dengan hiperplasia dan keganasan.
- Biopsi Endometrium
BAB 6
40
KESIMPULAN
Ny. H, 47 tahun, P2A0, Melayu, Islam, SMA, Ibu Rumah Tangga istri dari
Tn. M, 45 tahun, Batak, Islam, SMA, Wiraswasta, datang dengan keluhan perdarahan
memanjang dan banyak, dialami sejak 1 bulan ini. Darah yang keluar berupa bercak
menggumpal berwarna merah hingga kecoklatan dengan frekuensi ganti doek 5-6
kali/hari.
Pada pemeriksaan ginekologi pada Inspekulo: portio licin, F/A (-), darah (+)
dibersihkan kesan tidak mengalir., VT : UT AF BB, tidak teraba massa, adneksa
kanan/kiri dalam batas normal, parametrium kanan/kiri lemas, cavum douglas tidak
menonjol. Pada USG kesan dalam batas normal.
BAB 7
41
DAFTAR PUSTAKA
42
10. Achadiat, CM. Prosedur Tepat Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. 2003.
11. Anonim. Committee Opinion: Management of Acute Abnormal Uterine
Bleeding in Nonpregnat Reproductive-Aged Women. The American College of
Obstetricians and Gynecologists. 2013; 557:1-6
12. American College of Obstetricians and Gynecologists. Management of Acute
Abnormsl Uterine Bleeding in Nonpregnant Reproductive-aged Women.
Committee Opinion. 2013(577)
13. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan Ed ke3. Anwar M, Baziad A, editors. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2011.
14. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia. Panduan
Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal. Jakarta: POGI;2011.
43