Anda di halaman 1dari 7

PERBANDINGAN METODE KRIGING DAN NATURAL

NEIGHBOR UNTUK ZONASI DAERAH BAHAYA


KEGEMPAAN DENGAN PENDEKATAN PEAK GROUND
ACCELERATION (PGA)
Raihan Fachri N.
Departemen Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Jl.Raya ITS, Sukolilo, Surabaya
raihanfachrin@gmail.com

Abstrak
Bahaya kegempaan sangat berpotensi pada daerah sekitar Sesar Lembang, Bandung, Jawa Barat.
Pada penelitian ini akan dibahas cara mengestimasi bahaya kegempaan dengan parameter PGA.
Diharapkan estimasi PGA dapat digunakan untuk membantu memberi gambaran daerah rawan
gempa di Bandung, Jawa Barat. Nilai PGA yang didapatkan pada titik-titik yang tersebar disekitar
sesar dapat dilakukan pendekatan geostatistika. Metode yang digunakan adalah metode Kriging
dan Naturan Neighbor. Metode penelitian terdiri dari enam tahapan yaitu pembuatan grid,
perhitungan jarak dari sumber gempa ke centroid grid, perhitungan nilai PGA, dan penyusunan
zona bahaya kegempaan dengan metode geostatistika kriging dan natural neighbor yang kemudian
dilakukan perbandingan dari kedua metode geostatistika tersebut. Metode kriging terbukti
merupakan metode geostatistika yang lebih akurat dibandingkan metode natura neighbor, dilihat
dari nilai RMSE yang lebih kecil oleh kriging yaitu sebesar 0.105 dan 0.137 oleh natural neighbor.

1. PENDAHULUAN
Intensitas kegempaan yang di daerah Bandung dan sekitarnya
tinggi menjadi karakter utama terdapat sesar yang bernama Sesar
tektonik kepulauan Indonesia yang Lembang. Parameter-parameter yang
terletak diantara tiga lempeng utama dimiliki Sesar Lembang sendiri sudah
yaitu lempeng Eurasia di utara, terdaftar pada PUSGEN (Pusat
lempeng Indo-Australia di selatan dan Gempa Nasional) berupa panjang,
lempeng Pasifik di timur laut. Gempa slip-rate (Meilano), dan
dengan intensitas dan magnitude menghasilkan Magnitudo Maximum
tertentu sebagai respon atas beserta Time Maximumnya.
pergerakan lempeng dapat Selanjutnya dilakukan perhitungan
mengakibatkan kerusakan parameter PGA (Peak Ground
infrastruktur dan korban jiwa. Acceleration) yang didapatkan
Kerusakan infrastruktur fisik yang sebagai penunjuk tingkat bahaya pada
paling dominan akibat gempa adalah setiap titik di sekitar sesar yang
kerusakan pada unit bangunan baik notabene menjadi episentrum gempa.
yang diakibatkan oleh buruknya Sebenarnya PGA sendiri merupakan
kualitas konstruksi (internal) maupun percepatan batuan dasar yang timbul
sebagai akibat kondisi lingkungan karena gempa.
(eksternal) dimana bangunan tersebut Data PGA tersebut sulit
berdiri. dimanfaatkan secara langsung
Daerah Bandung dipilih dikarenakan data memiliki rentang
menjadi target penelitian ini, karena interval yang terlalu jauh. Sedangkan,
geostatistika sendiri adalah (d) ledakan konvensional dan nuklir
metodologi yang cocok digunakan serta (e) dampak tumbukan meteorit
untuk menganalisis data yang
berkorelasi secara spasial. Estimasi 2.2 PGA (Peak Ground Acceleration)
PGA pada tiap titik sebagai parameter Percepatan batuan dasar
tingkat bahaya di Bandung dapat akibat gempa ditentukan oleh PGA.
diperoleh dengan menggunakan Sedangkan, informasi mengenai
metode Kriging dan metode Natural karakteristik PGA akibat gempa,
Neighbor yang biasa digunakan untuk dapat diperoleh melalui rekaman
estimasi dalam ilmu Geostatistika. kejadian gempa pada masa yang lalu.
Dengan membandingkan hasil Perekaman ground acceleration
estimasi dari masing-masing metode dimungkinkan untuk mengekstraksi
dipilih hasil estimasi yang memiliki karakterisrik utama dari rekaman
root mean square error (RMSE) ground motion seperti peak ground
terkecil agar hasil estimasi yang velocity, peak ground displacement,
didapat lebih baik. ground motion duration dan PGA
(Villavarde, 2009). Percepatan gempa
(ground velocity) dapat dihitung
2. TINJAUAN PUSTAKA sebagai percepatan di batuan dasar
2.1 Gempa (ground acceleration) maupun
Gempa adalah peristiwa percepatan gempa dipermukaan
bergetarnya bumi akibat pelepasan tanah. Nilai PGA dapat dihitung
energi bumi secara tiba-tiba yang dengan mempergunakan fungsi
ditandai dengan patahnya lapisan antenuasi. Fungsi atenuasi adalah
batuan pada kerak bumi. Akumulasi suatu fungsi yang menggambarkan
energi penyebab terjadinya korelasi antara intensitas gerakan
gempabumi dihasilkan dari tanah setempat (a), Magnitude Gempa
pergerakan lempeng-lempeng (M), serta jarak dari suatu titik dalam
tektonik (BMKG, 2010). Gempa daerah sumber gempa (r). Para ahli
bumi dengan magnitude cukup besar telah banyak merumuskan fungsi
(> 5,9 Mw) mampu merusakkan atenuasi dimana fungsi atenuasi yang
bangunan melalui dua cara, yaitu berlaku di suatu tempat belum tentu
dengan cara langsung dari getaran berlaku di tempat yang lain, karena
yang memberikan efek gaya fungsi atenuasi sangat tergantung
horisontal, dan secara tidak langsung pada kondisi alam di suatu tempat.
melalui liquefaction (Kramer, 1996). Pemilihan fungsi atenuasi didasarkan
Menurut Villavarde, 2009, penyebab pada kesamaan kondisi geologi dan
terjadinya gempa bumi dapat tektonik dari wilayah dimana fungsi
disebabkan oleh (a) tectonic force atenuasi tersebut dikembangkan
yang berkaitan erat dengan (Irsyam et al, 2010).
pembentukan patahan (fault),
interaksi antar lempeng pembentuk 2.3 Metode Ordinary Kriging
kulit bumi, (b) gempa vulkanik yang Pada ordinary kriging,
berkaitan dengan aktivitas gunung api diasumsikan trend dari komponen
(c) Jatuhan atau runtuhan massa bernilai konstan dan dengan nilai rata-
batuan/tanah yang berukuran besar rata yang telah diketahui pada
ordinary kriging rata-rata nilai pada terbaik untuk Kriging dilakukan
domain sama dan tidak diketahui, analisis sisaan antara data
serta nilai estimasi neighborhood juga pengamatan dan data dugaan
konstan. Cara mengestimasi nilai menggunakan kriteria RMSE (Root
pada titik 𝑆0 adalah menggunakan Mean Square Error). RMSE
nilai dari sejumlah n data sampel 𝑆𝑖 merupakan akar dari MSE (Mean
dengan digabungkannya secara linear Square Error). Nilai root mean square
dengan bobot 𝜆𝑖 [5]. error (RMSE) yang dihasilkan dengan
nilai minimum menggunakan
𝑍̂(𝑆0 ) = ∑ 𝜆𝑖𝑍(𝑆𝑖) persamaan:

dimana:
𝑍̂(𝑆0 ) = nilai estimasi di titik 𝑆0
𝜆𝑖 = nilai bobot data (dari sistem dimana:
ordinary kriging) 𝑍 ∗(𝑥𝑖 ) = nilai estimasi Z
𝑍(𝑆𝑖) = nilai kadar polutan di titik 𝑍̂(𝑥𝑖) = nilai lapangan Z
sampel 𝑍 ∗(𝑥𝑖 )- 𝑍̂(𝑥𝑖) =nilai residual Z
n = jumlah sampel yang terlibat n = jumlah sampel
dalam proses estimasi Semakin kecil nilai RMSE,
maka semakin baik. Oleh sebab itu
2.4 Semivariogram Eksperimental model dipilih yang menghasilkan
Semivariogram eksperimental RMSE terkecil karena semakin kecil
merupakan penaksir bagi nilai RMSE menunjukan seberapa
semivariogram yang diperoleh dari dekat data sampel dengan nilai
data yang diketahui prediksi.

2.6 Metode Natural Neighbor


dimana : Natural nieghbour setiap titik
𝑠𝑖 : lokasi (koordinat) sampel adalah mereka yang berhubungan
γ̂(ℎ) : nilai semivariogram untuk dengan poligon neighboring Voronoi
setiap jarak h (Thiessen). Awalnya, diagram Voronoi
𝑍(𝑠𝑖) : nilai pengamatan di titik 𝑠𝑖 dibangun dari semua poin yang
𝑍(𝑠𝑖 + ℎ) : nilai pengamatan dititik 𝑠𝑖 diberikan, diwakili oleh poligon hijau.
+ℎ Sebuah poligon Voronoi baru, warna
|𝑁(ℎ)| : nilai mutlak banyaknya beige, dibuat disekitar titik interpolasi
pasangan titik yang mempunyai jarak (bintang merah). Proporsi ini tumpang
h tindih antara poligon baru dan poligon
awal ini kemudian digunakan sebagai
2.5 Valitiditas bobot.
Setelah ditemukan model
yang sesuai, maka diperlukan
validitas untuk dapat mengetahui
model yang dipilih sudah benar atau
belum. MSE adalah metode untuk
mendeteksi error antara data prediksi
dengan data actual. Dalam pemilihan
pembobot optimum pada variogram
Gambar 1 Lingkungan titik interpolasi natural
neighbor

Rumus dasar interpolasi Natural


Neighbour adalah

parameter-parameter dari metode


kriging.
Gambar 3.1 Grid data dan cross validate
metode kriging
Dimana:
G (x,y)=hasil interpolasi pada titik
(x,y)
Wi=bobot
F(xi,yi)=data yang diketahui
Wi dihitung berdasarkan bobot
besaran area yang diambil sebagai
perhitungan interpolasi pada titik
(x,y)

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Kriging
Lakukan grid data
menggunakan software Surfer 15.
Buka data excel pada pilihan grid data
yang berisi koordinat perhitungan X, Table 3.1
Y dengan nilai PGA nya, dapat dilihat Variasi cross validation
pada gambar 3.1. Kemudian lakukan metode kriging
cross validate pada tampilan grid
data. Muncul tampilan cross Setelah dilakukan cross validation,
validation report yang berisi didapatkan nilai estimasi Z dan residual
Z. Estimasi Z merupakan perkiraan nilai
Z dan residual Z merupakan selisih
antara nilai perkiraan dengan nilai
lapangan. Rata-rata atau mean dari
metode kriging ini sebesar 327.39 untuk
estimasi Znya dan residual Z sebesar
0.378, median sebesar 308.69 untuk
estimasi Z dan 0.167 untuk residual Z.
Lalu, nilai minimum residual sebesar -
15.69 yang dimasukkan kedalam
persamaan RMSE guna menentukan Variasi cross validasi metode
nilai errornya. Natural Neighbor

3.2 Metode Natural Neighbor Setelah dilakukan cross


Lakukan grid data validation, didapatkan nilai estimasi Z
menggunakan software Surfer 15. Buka dan residual Z. Estimasi Z merupakan
data excel pada pilihan grid data yang perkiraan nilai Z dan residual Z
berisi koordinat perhitungan X, Y merupakan selisih antara nilai perkiraan
dengan nilai PGA nya, dapat dilihat pada dengan nilai lapangan. Rata-rata atau
gambar 3.1. Kemudian lakukan cross mean dari metode Natural Neighbor ini
validate pada tampilan grid data. Muncul sebesar 328.46 untuk estimasi Z nya dan
tampilan cross validation report yang residual Z sebesar -0.71, median sebesar
berisi parameter-parameter dari metode 308.0 untuk estimasi Z dan -0.04 untuk
Natural Neighbor. residual Z. Lalu, nilai minimum residual
sebesar -20.48 yang dimasukkan
kedalam persamaan RMSE guna
menentukan nilai errornya.

3.3 Perhitungan RMSE


Perhitungan ini dilakukan untuk
menentukan metode mana yang lebih
baik. Sama halnya seperti melihat nilai
error, bisa dilihat dari kepanjangannya
yaitu Root Mean Square Error. Nilai
RMSE yang lebih kecil berarti memiliki
tingkat keakuratan lebih tinggi dan bisa
Gambar 3.2 lebih dipercaya. Parameter yang
Grid data dan cross validate digunakan dalam persamaan RMSE
metode Natural Neighbor yaitu nilai minimum residual
(sebenarnya terdapat pengurangan antara
nilai estimasi dengan nilai lapangan).
Sedangkan jumlah sampel memiliki nilai
yang sama yaitu 149
Perbandingan nilai RMSE pada
kedua metode, kriging dan natural
neighbor terdapat pada table 3.3
Metode Minimum RMSE
Residual
Kriging -15.69 0.105
Natural -20.486 0.137
Neighbor
Table 3.3
Perbandingan RMSE kedua metode

Tabel 3.2 3.4 Pembuatan Peta Kontur


Pada tahap ini lah perbedaan tiap metode, dapat dibandingkan mana
kedua metode interpolasi yaitu metode metode interpolasi yang lebih akurat.
kriging dan natural neighbor terlihat Kriging memiliki nilai RMSE sebesar
jelas. Grid data telah dilakukan pada 0.105 dan natural neighbor sebesar
kedua metode dan menghasilkan file 0.137. perbedaan nilai tsb dapat
berformat .grd. Penampilan peta kontur disimpulkan bahwa metode kriging
merupakan metode yang lebih akurat
dibandingkan natural neighbor.
Semakin kecil RMSE sama halnya
seperti semakin kecil error.

4.2 Peta Kontur


Didapatkan peta kontur
seperti gambar dibawah setelah
melakukan tahapan-tahapan yang telah
dijelaskan pada no 3.4.
dilakukan dengan memilih file yang
memiliki format .grd dari kedua Gambar 4.1
metode yaitu kriging dan natural Peta kontur oleh metode Kriging
neighbor. Lalu muncul peta kontur dari
data interpolasi workspace.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN


4.1 Penetuan Metode yang Lebih Baik
Dasaran yang digunakan
untuk menentukan metode mana yang
lebih baik, salah satunya yaitu dengan
cara melakukan perhitungan RMSE
untuk setiap metode interpolasi.
Metode kriging dan natural neighbor Gambar 4.2
merupakan metode yang digunakan Peta Kontur oleh metode natural
dalam penelitian ini, maka didapatkan neighbor
kedua nilai RMSE yang kemudian
dibandingkan metode mana yang Kedua metode telah
memiliki nilai RMSE lebih kecil berarti terpampang peta konturnya masing-
merupakan metode yang bisa dibilang masing. Dapat dilihat perbedaan kedua
lebih akurat. metode interpolasi. Metode krigging
Perhitungan RMSE dilakukan memiliki peta kontur yang penuh
menggunakan persamaan terhadap frame peta, sedangkan natural
neighbor memiliki sisi yang kosong
yaitu bagian atas kanan dan kirinya.
Visualisasi diatas dapat diambil
Pada kedua metode. kesimpulan bahwa metode kriging
Parameter yang dimiliki sebuah metode merupakan metode yang lebih akurat
interpolasi untuk menghitung nilai jika dibandingkan dengan metode
RMSE yaitu nilai minimum residual. natural neighbor. Hal ini dapat
Setelah didapatkan nilai RMSE untuk dikorelasikan dengan hasil perhitungan
RMSE, dimana metode kriging Local Thin Plate Splines”. Comp. &
memiliki nilai RMSE yang lebih kecil Maths. with Appls. Vol. 8. No. 4. pp.
dan menandakan bahwa kriging 237–281. Great Britain.
merupakan metode yang lebih akurat [3]. Jasmina R and Amelia D, 2001,
dibandingkan metode natural “Defining Of The Intensity Of Solar
neighbor. Radiation On Horizontal And
Oblique Surfaces On Earth”, Facta
Universitati, Working and Living
Environmental Protection Vol. 2,
5. KESIMPULAN No.1, 2001, pp. 77 - 86
Berdasarkan hasil yang telah [4]. Halit Apaydin, F. Kemal Sonmez,
diperoleh, kesimpulan yang dapat Y. Ersoy Yildirim, 2004, “Spatial
diambil setelah memperlajari dan interpolation techniques for climate
mengimplementasikan metode data in the GAP region in Turkey”,
Kriging dan natural neighbor dalam Climate Research, Inter-Research,
mengestimasi penyebaran PGA pada Vol. 28: 31–40, 2004
Sesar Lembang adalah: [5]. Raharjo, I dan Fitriana ,2005,
1. Dengan metode Kriging dan metode “Analisis Potensi Pembangkit Listrik
natural neighbor dapat diberikan Tenaga Surya Di Indonesia”,
informasi tentang persebaran tingkat Publikasi Ilmiah, BPPT, Jakarta,
kebahayaan atau efek dari pergeseran ISBN 979-95999-5-4
Sesar Lembang di titik-titik yang [6]. Sibson, R. ,1981, "A brief
belum diketahui nilainya. description of natural neighbor
2. Dari hasil estimasi persebaran tingkat interpolation (Chapter 2)". In V.
kebahayaan atau efek dari pergeseran Barnett. Interpreting Multivariate
Sesar Lembang, dapat disimpulkan Data. Chichester: John Wiley. pp. 21–
bahwa metode Kriging menghasilkan 36.
estimasi lebih baik pada studi kasus [7]. Shepard, Donald ,1968, "A
ini dibandingkan metode natural twodimensional interpolation
neighbor. function for irregularly-spaced data".
Proceedings of the 1968 ACM
National Conference. pp. 517–524.
doi:10.1145/800186.810616.
[8]. Stigler, S. M. ,1989. "Francis
Daftar Pustaka Galton's Account of the Invention of
[1] Fisher, Ronald (1925). “Statistical Correlation". Statistical Science 4 (2):
Methods for Research Workers. 73–79. doi: 10.1214/ss/ 1177012580.
Edinburgh”: Oliver & Boyd. ISBN 0- [9]. Vetri, N, Marlina dan Bono,
05- 002170-2 2012, “Pembuatan Peta Potensi
[2]. Franke, R. 1982. “Smooth Energy Surya”, Mineral & Energi,
Interpolation of Scattered Data by Vol.10/No.4, Jakarta,

Anda mungkin juga menyukai