Halaman judul................................................................................................................. i
Daftar isi.......................................................................................................................... ii
BAB I DEFINISI ........................................................................................................... 1
1.1 Makanan Biasa.............................................................................................. 1
1.2 Makanan Lunak ............................................................................................ 1
1.3 Makanan Saring ........................................................................................................ 1
1.4 Makanan Cair................................................................................................ 1
1.5 Enteral ...........................................................................................................2
1.6 Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein................................................................. 2
1.7 Diet Energi Rendah....................................................................................... 2
1.8 Diet Rendah Garam....................................................................................... 2
1.9 Diet Lambung ...............................................................................................3
1.10 Diet Rendah Sisa......................................................................................... 3
1.11 Diet Tinggi Serat......................................................................................... 3
1.12 Diet Hepatitis ..............................................................................................4
1.13 Diet Jantung ................................................................................................ 4
1.14 Diet Rendah Lemak ....................................................................................5
1.15 Diet Rendah Purin.......................................................................................5
1.16 Diet Diabetes Melitus .................................................................................6
1.17 Diet Pra Bedah ............................................................................................6
1.18 Diet Pasca Bedah ........................................................................................7
1.19 Diet Hiperemesis Gravidarum (HEG) ........................................................7
1.20 Diet Vegetarian ...........................................................................................7
1.21 Diet pada Anak Gizi Kurang.......................................................................7
1.22 Diet pada Anak Gizi Buruk.........................................................................8
BAB II RuangLingkup .................................................................................................9
BAB III Kebijakan……………………………………………………………………10
BAB IV Tata Laksana ..................................................................................................12
4.1 Makanan Umum............................................................................................12
4.2 MAKANAN KHUSUS.................................................................................12
4.2.1 DIET UMUM..............................................................................12
4.2.2 DIET PENYAKIT DALAM.......................................................13
4.2.2.1 Diet RendahGaram..........................................................13
4.2.2.2 Diet PenyakitSaluranCerna.............................................13
4.2.2.3 Diet PenyakitHati............................................................13
4.2.2.4 Diet PenyakitJantungdanPembuluhDarah ......................13
4.2.2.5 Diet Penyakit Gout..........................................................13
4.2.2.6 Diet Penyakit Diabetes Melitus ......................................14
4.2.3 DIET SEBELUM DAN SESUDAH OPERASI.........................14
4.2.4 DIET PADA KOMPLIKASI KEHAMILAN.............................14
4.2.4.1 Diet HiperemesisGravidarum (HEG) .............................14
4.2.5 VEGETARIAN...........................................................................14
4.2.6 DIET ANAK...............................................................................14
4.2.6.1 Diet AnakGiziKurang .....................................................14
4.2.6.2 Diet AnakGiziBuruk .......................................................15
4.3 PEMBAGIAN PORSI .................................................................................16
BAB IV Dokumentasi…………………………………………………………………17
Lampiran S KDirekturRumahSakit mulyasariJakarta
Nomor:055/DIR/SK/A/PAP/1/2018
BAB I
DEFINISI
Makanan Biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi
dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu pada Pola Menu
Seimbang dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat.
Makanan Biasa diberikan kepada pasien yang berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan
makanan khusus (diet). Walau tidak ada pantangan secara khusus, makanan sebaiknya
diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak merangsang pada saluran cerna.
Makanan Lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah,
ditelan, dan dicerna dibandingkan Makanan Biasa. Makanan ini mengandung cukup zat-zat
gizi, asalkan pasien mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah cukup. Menurut keadaan
penyakit, Makanan Lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau sebagai perpindahan
dari Makanan Saring ke Makanan Biasa.
Makanan Saring adalah makanan semipadat yang mempunyai tekstur lebih halus
daripada Makanan Lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Menurut keadaan
penyakit, Makanan Saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau merupakan
perpindahan dari Makanan Cair Kental ke Makanan Lunak.
Makanan Cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental.
Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mengunyah, menelan, dan
mencernakan makanan yang disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual,
munth, pasca perdarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah. Makanan dapat diberikan
secara oral atau parenteral.
Lampiran S KDirekturRumahSakit mulyasariJakarta
Nomor:055/DIR/SK/A/PAP/1/2018
1.5 Enteral
Nutrisi enteral merupakan terapi pemberian nutrien lewat saluran cerna dengan
menggunakan slang/kateter khusus (feeding tube). Cara pemberiannya bisa melalui jalur
hidung-lambung (nasogastric route) atau hidung-usus (nasoduodenal atau nasojejunal route).
Pemberian nutrien juga bisa dilakukan dengan cara bolus atau cara infus lewat pompa infus
enteral.
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein adalah diet yang mengandung energi dan protein di
atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk Makanan Biasa ditambah bahan
makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging, atau dalam bentuk minuman
Enteral Tinggi Kalori Tinggi Protein. Diet ini diberikan bila pasien telah mempunyai cukup
nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap.
Diet Energi Rendah adalah diet yang kandungan energinya di bawah kebutuhan
normal, cukup vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat yang bermanfaat dalam
proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi makanan padat energi, seperti kue-kue
yang banyak mengandung karbohidrat sederhana dan lemak, serta goreng-gorengan.
Garam dalam diet rendah garam adalah garam natrium seperti yang terdapat didalam
garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium benzoat, dan vetsin
(monosodium glutamat). Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang
mempunyai fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa rubuh, serta berperan dalam
transmisi saraf dan kontraksi otot. Asupan makanan sehari-hari umumnya mengandung lebih
Lampiran S KDirekturRumahSakit mulyasariJakarta
Nomor:055/DIR/SK/A/PAP/1/2018
banyak natrium daripada yang dibutuhkan tubuh. Dalam keadaan normal, jumlah natrium
yang dikeluarkan tubuh melalui urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga terdapat
keseimbangan.
Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau
asites dan/atau hipertensi. Penyakit-penyakit tertentu seperti sirosis hati, penyakit ginjal
tertentu, dekompensasio kordis, toksemia pada kehamilan dan hipertensi esensial dapat
menyebabkan gejala edema atau asites dan/atau hipertensi. Dalam keadan demikian asupan
garam natrium perlu dibatasi.
Penyakit lambung yang sering ditemukan adalah gastritis akut dan menahun. Prinsip
diet pada penyakit lambung bersifat ad libitum, yang artinya bahwa diet lambung dilakukan
berdasarkan kehendak pasien. Umumnya diet lambung bersifat menghindari makanan yang
merangsang dan menimbulkan gas, makanan yang sulit dicerna dan makanan yang terlalu
panas atau dingin.
Diet Rendah Sisa adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat dan
hanya sedikit meninggalkan sisa. Sisa yang dimaksud adalah bagian-bagian makanan yang
tidak diserap seperti yang terdapat di dalam susu dan produk susu serta serat daging yang
berserat kasar (liat). Makanan yang merangsang saluran cerna juga harus dibatasi.
sayuran, dan buah-buahan. Serat golongan ini dapat melancarkan defekasi sehingga
mencegah obstipasi, hemoroid, dan divertikulosis. Serat larut air yaitu pektin, gum, dan
mukilase yang banyak terdapat dalam havermout, kacang-kacangan, sayur, dan buah-buahan.
Serat golongan ini dapat mengikat asam empedu sehingga dapat menurunkan absorbsi lemak
dan kolesterol darah, sehingga menurunkan risiko, mencegah, atau meringankan penyakit
jantung koroner dan dislipidemia. Serat dapat mencegah kanker kolon dengan mengikat dan
mengeluarkan bahan-bahan karsinogen dalam usus.
Pada umumnya, makanan serat tinggi mengandung energi rendah, dengan demikian
dapat membantu menurunkan berat badan. Diet tinggi serat menimbulkan rasa kenyang
sehingga menunda rasa lapar. WHO menganjurkan asupan serat 25-30 g/hari.
Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Sebagian besar hasil pencernaan setelah diabsorbsi, langsung
dibawa ke hati untuk disimpan atau diubah menjadi bentuk lain dan diangkut ke bagian tubuh
yang membutuhkan. Hati merupakan tempat penyimpanan mineral berupa zat besi dan
tembaga yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta vitamin-vitamin larut
lemak A, D, E, dan K. Hati mengatur volume dan sirkulasi darah serta berperan dalam
detoksifikasi obat-obatan dan racun-racun. Dengan demikian, kelainan atau kerusakan pada
hati berpengaruh terhadap fungsi saluran cerna dan penggunaan makanan dalam tubuh
sehingga sering menyebabkan gangguan gizi.
Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan adalah hepatitis dan sirosis hati.
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh keracunan toksin tertentu atau karena
infeksi virus. Penyakit ini disertai anoreksia, demam, rasa mual dan muntah, serta jaundice
(kuning). Hepatitis dapat bersifat akut atau kronis.
Sirosis hati adalah kerusakan hati yang menetap, disebabkan oleh hepatitis kronis,
alkohol, penyumbatan saluran empedu, dan berbagai kelainan metabolisme. Jaringan hati
secara merata rusak akibat pengerutan dan pengerasan sehingga fungsinya terganggu.
Gejalanya yaitu kelelahan, kehilangan berat badan, penurunan daya tahan tubuh, gangguan
pencernaan, dan jaundice. Dalam keadaan berat disertai asites, hipertensi portal, dan
hematemesis-melena yang dapat berakhir dengan koma hepatik.
Lampiran S KDirekturRumahSakit mulyasariJakarta
Nomor:055/DIR/SK/A/PAP/1/2018
Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan dimana jantung secara berangsur
kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi secara normal. Pada awal penyakit,
jantung mampu mengkompensasi ketidakefisiensian fungsinya dan mempertahankan sirkulasi
darah normal melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi.
Dalam keadaan tidak terkompensasi, sirkulasi darah yang tidak nomal menyebabkan
sesak napas, rasa lelah, dan rasa sakit di daerah jantung. Berkurangnya aliran darah dapat
menyebabkan kelainan pada fungsi ginjal, hati, otak, serta tekanan darah, yang berakibat
terjadinya resorbsi natrium. Hal ini akhirnya menimbulkan edema. Penyakit jantung menjadi
akut bila disertai infeksi, gagal jantung, setelah myocard infarct, dan setelah operasi jantung.
Penyakit gout merupakan sindrom klinis dengan gambaran khas peradangan sendi
yang akut. Peradangan ini disebabkan oleh reaksi jaringan sendi terhadap pembentukan
kristal urat yang bentuknya menyerupai jarum. Penyakit gout berhubungan dengan gangguan
metabolisme purin yang menimbulkan hiperurisemia jika kadar asam urat dalam darah
melebihi 7,5 mg/dl. Namun hiperurisemia atau keadaan meningginya urat dalam darah
sendiri tidak selalu disertai penyakit gout. Pada penyakit gout atau hiperurisemia kadang-
kadang dapat terjadi pembentukan kristal urat dalam ginjal. Kristal ini akan larut dalam urin
yang bersifat alkalis.Keadaan hiperurisemia dapat terjadi karena
Lampiran S KDirekturRumahSakit mulyasariJakarta
Nomor:055/DIR/SK/A/PAP/1/2018
1. Pemecahan jaringan tubuh yang berlebihan sehingga banyak purin yang dibebaskan
untuk kemudian dimetabolisir dengan zat sisa berupa asam urat
2. Ekskresi asam urat yang menurun karena air seni yang asam (misalnya akibat konsumsi
lemak atau alkohol yang tinggi) atau karena penurunan fungsi ginjal
3. Konsumsi makanan yang kaya purin secara berlebihan (Jeroan, sardencis, burung, kaldu,
kacang, emping, tape)
Diabetes Melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara
absolut atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan
perubahan perilaku tentang makanan.
Diet pra bedah adalah pengaturan makan yang diberikan kepada pasien yang akan
menjalani pembedahan.
1. Keadaan umum pasien, apakah normal atau tidak dalam hal status gizi, gula darah,
tekanan darah, ritme jantung, danyut nadi, fungsi ginjal, dan suhu tubuh.
2. Macam pembedahan :
a. Bedah minor atau bedah kecil, seperti tindakan insisi, ekstirpasi, dan sirkumsisi atau
khitan
b. Bedah mayor atau bedah besar, yang dibedakan dalam bedah pada saluran cerna
(lambung, usus halus, dan usus besar) dan bedah diluar saluran cerna (jantung,
ginjal, paru, saluran kemih, tulang, dan sebagainya).
3. Sifat operasi :
a. Segera dalam keadaan darurat atau cito, sehingga pasien tidak sempat diberi Diet
Pra-Bedah
b. Berencana atau elektif. Pasien disiapkan dengan pemberian Diet Pra-Bedah sesuai
status gizi dan macam pembedahan
4. Macam penyakit :
Lampiran S KDirekturRumahSakit mulyasariJakarta
Nomor:055/DIR/SK/A/PAP/1/2018
Diet pasca bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai trimester II) yang
ditandai dengan rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Keadaan ini
bila tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan. Ciri khas diet
hiperemesis adalah pada penekanan pemberian makanan sumber karbohidrat kompleks,
terutama pada pagi hari serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan
untuk menekan rasa mual dan muntah. Pemberian makan dan minum sebaiknya berjarak.
Pola diet vegetarian adalah pola diet yang membatasi konsumsi makanan hewani
dalam menu makanan sehari-hari. Terdapat 4 jenis/tingkatan :
4 Semi vegetarian adalah diet vegetarian yang masih mengkonsumsi produk hewani namun
dibatasi, masih dominan mengkonsumsi produk nabati. Tipe ini adalah tipe yang cukup
populer di masyarakat.
5 Tipe lakto vegan adalah tipe vegetarian yang hanya mengkonsumsi susu dan hasil
olahannya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan proteinnya, tetapi menghindari
konsumsi telur, ikan, unggas, daging, dan sebagainya
6 Tipe lakto ovo vegan mirip dengan lakto vegan, tetapi masih mengkonsumsi telur untuk
kebutuhan proteinnya
7 Tipe vegan adalah tipe murni vegetarian yang meninggalkan seluruh produk hewani dan
hasil olahannya
Lampiran S KDirekturRumahSakit mulyasariJakarta
Nomor:055/DIR/SK/A/PAP/1/2018
Tujuan pemberian diet adalah untuk memberikan makanan tinggi energi tinggi protein secara
bertahap sesuai keadaan pasien untuk mencapai keadaan gizi optimal. Formula untuk pasien
gizi kurang adalah modisco (modified dried skim milk and coconut il) yaitu formula tinggi
kalori (80-140 kkal/100 cc) yang mengandung susu, gula, dan minyak kelapa atau margarin.
Modisco diberikan kepada :
Tujuan pemberian diet adalah untuk memberikan makanan secara bertahap sesuai dengan
fase tatalaksana gizi buruk. Formula untuk pasien gizi buruk adalah formula WHO yaitu
formula dengan kalori (75-135 kkal/100 cc) yang mengandung susu, gula, minyak sayur,
larutan elektrolit.
Lampiran S KDirekturRumahSakit mulyasariJakarta
Nomor:055/DIR/SK/A/PAP/1/2018
BAB II
RUANG LINGKUP
Pelayanangizi merupakan salah satu pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien rumah
sakit, oleh karena itu Instalasi Gizi memberikan pelayanan gizi untuk pasien rawat inap dan
rawat jalan yang bersifat kuratif, rehabilitatif, preventif, dan promotif.
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus
diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan
fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi
organ selama proses penyembuhan.
Lampiran S KDirekturRumahSakit mulyasariJakarta
Nomor:055/DIR/SK/A/PAP/1/2018
BAB III
KEBIJAKAN
KebijakanUmum
1. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan klinis, biokimia,
antropometri, dan pola diet selama proses penyembuhan.
2. Pelayanan di unit selaluberorientasikapadamutudankeselamatanpasien.
3. Semuapetugas unit wajibmemilikiizinsesuaidenganketentuan yang berlaku.
4. Dalammelaksanakantugasnyasetiappetugaswajibmematuhiketentuandalam K3
(KesehatandanKeselamatanKerja)
5. SetiapPetugasharusbekerjasesuaistandarpropesi, standarproseduroperasional yang
berlaku, etikaprofesi, etiket, danmenghormatihakpasien.
6. Proses asuhan gizi terstandar dan terintegrasi dengan profesi kesehatan lain
7. Pelayanan unit dilaksanakandalam 24 jam
8. Penyediaantenagaharusmengacukepadapolaketenagaan.
9. Untukmelaksanakankoordinasidanevaluasiwajibdilaksanakanrapatrutin, minimal 1
bulansekali.
10. Setiapbulanwajibmembuatlaporan.
KebijakanKhusus
1. Terapi giziharusdilakukansecara individual untukmemenuhikebutuhanpasien
2. Jenis diet disesuaikan dengan indikasi penyakit dan diagnosa gizi
3. Tujuan pemberian diet rumah sakit adalah untuk meningkatkan atau
mempertahankan daya tahan tubuh dalam menghadapi penyakit/cedera, khususnya
infeksi dan membantu kesembuhan pasien dari penyakit/cederanya dengan
memperbaiki jaringan yang aus atau rusak serta memulihkan keseimbangan dalam
tubuh (homeostasis)
4. Pemberian diet memperhatikan :
a. Makanan dengan kandungan nutrien yang baik dan seimbang menurut keadaan
penyakit dan status gizi masing-masing pasien
b. Makanan dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi
Lampiran S KDirekturRumahSakit mulyasariJakarta
Nomor:055/DIR/SK/A/PAP/1/2018
BAB IV
TATA LAKSANA
- Tinggiserat 25-30
gr/hari
4.2.2 DIET PENYAKIT DALAM
4.2.5 VEGETARIAN
Jenis Diet IndikasiPemberian Terapi Kalori
Vegan Pasien yang - Semi vegan : 2100
membatasikonsumsi masihkonsumsihewaninamundibatasi,
makananhewani dominannabati
- Lakto vegan : hanyakonsumsisusu
- Laktoovo vegan :
masihkonsumsisusudantelur
- Vegan : murni vegan
BAB V
DOKUMENTASI
Ditetapkandi : Jakarta
PadaTanggal :16 Nov 2018
DirekturRumahSakitYadika
Dr.SteffanusSumarsono