Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN MATERI KULIAH

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM (EMA 203 CP)

SAP 2

Sejarah Pertumbuhan, Perkembangan, dan Perjuangan Sejak Zaman Penjajahan


sampai Sekarang

Dosen Pengajar :

I Made Surya Negara Sudirman,SE.,Ak.,MM.

Oleh:

KELOMPOK 2

MANDUR BOZNAI MORIN (1306305089)

GEDE YUNA WINAYA (1607531100)

NI LUH PUTU IKA SATIA DEVI (1607531103)

KOMANG AYU ANGGARITA FAJAR UTAMI (1607531117)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
I. PENYEBARAN ORGANISASI KOPERASI MODERN (Abad ke 18)
Koperasi modern di dirikan pada akhir abad ke-18 terutama sebagai jawaban atas
masalah-masalah sosial yang timbul selama tahap awal Revolusi Industri. Perubahan-
perubahan yang berlangsung saat itu disebabkan oleh perkembangan ekonomi pasar dan
penciptaan berbagai persyaratan pokok dalam ruang lingkup dimana berlangsung proses
industrialisasi serta modernisasi perdagangan dan pertanian yang cepat. Industri yang mula-
mula bercorak padat karya berubah menjadi padat modal dan produksi yang mula-mula
dilaksanakan berdasarkan pesanan berubah menjadi produksi untuk kebutuhan pasar (produksi
Massa), bukan hanya pasar dalam negeri dan pasar di negara-negara Eropa tetapi juga pasar di
daerah jajahan. Perubahan ini membawa dampak terhadap berbagai kalangan masyarakat, ada
yang di untungkan tetapi ada juga yang di rugikan.
Pelopor-pelopor organisasi koperasi dari Rochdale misalnya, telah memberikan andil
yang cukup besar dalam perkembangan koperasi. Aturan-aturan yang mulanya disusun hanya
sekedar petunjuk tentang bagaimana seharusnya pokok koperasi konsumen yang baik di
organisasi dan dijalankan oleh para anggotanya sendiri kemudian menjadi prinsip –prinsip
koperasi Rochdale yang dijadikan dasar kegiatan oleh berbagai koperasi dunia .Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
1. Keanggotaan yang bersifat terbuka (Open membershipsand voluntary)
2. Pengawasan secara demokratis (Democratic control)
3. Bunga yang terbatas atas modal (Limited interest of capital)
4. Pembagian SHU yang sesuai dengan jasa anggota (Proportional distribution of surplus)
5. Penjualan dilakukan sesuai dengan harga pasar yang berlaku secara tunai (Trading in
cash)
6. Tidak ada diskriminasi berdasarkan ras,suku,agama dan politik (Poilitical , racial ,
religius netrality)
7. Barang-barang yang dijual harus merupakan barang-barang yang asli tidak rusak atau
palsu (Adulted goods forbiden to sell )
8. Pendidikan terhadap anggota secar berkesinambungan (Promotion of education)
Prinsip-prinsip tersebut menjadi petunjuk yang berguna bagi pembentukan koperasi
konsumen yang hidup dalam keadaan serupa. Namun dalam perkembangan berikutnya prinsip-
prinsip koperasi yang dipelopori oleh Rochdale berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi
dimana koperasi tersebut berkembang. Dewasa ini bahkan banyak Norma atau nilai-nilai suatu
bangsa dijadikan salah satu prinsip koperasi yang harus dilaksanakan.
Di negara-negara jajahan penyebaran organisasi modern telah dilakukan terutama karena
nilai-nilai koperasi sesuai dengan kebutuhan saat itu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
atau untuk di jadikan alat penguasa kolonial dalam mengumpulkan hasil kekayaan pribumi.
Berbagai prakarsa untuk mengembangkan organisasi koperasi khususnya koperasi pertanian
telah dilakukan beberapa negara jajahan di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Selama periode
1950-1970, penyebaran dan pertambahan jumlah koperasi modern terjadi dibanyak negara
berkembang.
Sejumlah kesimpulan dan rekomendasi telah dikeluarkan oleh organisasi-organisasi
Internasional mengenai peranan penting yang dapat dimainkan oleh organisasi koperasi dalam
pembangunan sosial ekonomi dan mengusulkan pemerintah-pemerintah untuk mendorong
perintisan dan pengembangan organisasi-organisasi swadaya.

II. SEJARAH AWAL KOPERASI DI INDONESIA


Sistem ekonomi liberal mulai dilaksanakan di Hindia Belanda (Nama Indonesia ketika
masih dijajah Belanda) setelah pemerintah kolonial Belanda menghentikan
pelaksanaan”Cultuur Stelseel” (sistem tanam paksa). Sejak saat ini para penanam
modal/usahawan Belanda berlomba menginvestasikan dananya ke Hindia Belanda. Bidang-
bidang yang menarik bagi mereka untuk dikembangkan seperti perkebunan, perdagangan dan
transportasi dan lain-lain. Dari sinilah praktik penindasan, pemerasan dan pemerkosaan hak
tanpa prikemanusiaan makin berlangsung ganas, sehingga kemudian kehidupan sebagian besar
rakyat di bawah batas kelayakan.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan
bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan
Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe
Cooperatieve. Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk
memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi. Kemudian pada tahun
1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat
koperasi. Namun, pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan
usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia.
Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun
fungsinya berubah drastis dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan
menyengsarakan rakyat Indonesia.
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya
merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang
sangat kaya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan
ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin memuncak. Beberapa
orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh
penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara spontan mempersatukan diri untuk
menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya. Di Indonesia, ide-ide perkoperasian
diperkenalkan pertama kali oleh Patih di Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja yang
pada tahun 1896 mendirikan sebuah Bank untuk Pegawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut
selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode.
E. Sieburgh (pejabat tertinggi/kepala daerah di Purwokerto) dan De Wolf van
Westerrede (pengganti Sieburgh) merupakan orang Belanda yang banyak kaitannya dengan
perintisan koperasi. Dengan mendapat bantuan moril atau dorongan-dorongan dari E. Sieburgh
pada tahun 1891 didirikan Bank penolong dan Penyimpanan di Purwokerto, yang maksud
utamanya membebaskan para pegawai dari segala tekanan utang. Pada tahun 1898 E. Sieburgh
digantikan oleh De Wolf van Westerrede yang mengharapkan terbentuknya koperasi simpan
pinjam. Langkah pertama yang dilakukan yaitu memperluas bidang kerja Bank Penolong dan
penyimpanan sehingga meliputi pula pertolongan bagi para petani di daerahnya. Untuk
menyerasikan nama dan tugasnya, bank tersebut mendapatkan perubahan nama menjadi
Purwokerto Hulp Spaar En Landbouwcrediet atau bank penolong, penyimpanan dan kredit
pertanian, yang dapat dikatakan sebagai pelopor berdirinya bank rakyat di kemudian hari.

Perjuangan Pembentukan Koperasi Sebelum Kemerdekaan


Pada zaman penjajahan banyak rakyat Indonesia yang hidup menderita, tertindas, dan
terlilit hutang dengan para rentenir. Karena hal tersebut pada tahun 1896, patih purwokerto
yang bernama R. Aria Wiriaatmadja mendirikan koperasi kredit untuk membantu para rakyat
yang terlilit hutang. Lalu pada tahun 1908, perkumpulan Budi Utomo memperbaiki
kesejahteraan rakyat melalui koperasi dan pendidikan dengan mendirikan koperasi rumah
tangga, yang dipelopori oleh Dr.Sutomo dan Gunawan Mangunkusumo.
Upaya pemerintah kolonial belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat
Indonesia ternyata tidak sebatas pada bidang politik saja, tapi ke semua bidang termasuk
perkoperasian. Hal ini terbukti dengan adanya undang-undang koperasi pada tahun 1915, yang
disebut “Verordening op de Cooperative Vereenigingen” yakni undang-undang tentang
perkumpulan koperasi yang berlaku untuk segala bangsa, jadi bukan khusus untuk Indonesia
saja. Undang-undang koperasi tersebut sama dengan undang-undang koperasi di Nederland
pada tahun 1876 (kemudian diubah pada tahun 1925), dengan perubahan ini maka peraturan
koperasi di indonesia juga diubah menjadi peraturan koperasi tahun 1933 LN nomor 108. Di
samping itu pada tahun 1927 di Indonesia juga mengeluarkan undang-undang nomor 23
tentang peraturan-peraturan koperasi, namun pemerintah Belanda tidak mencabut undang-
undang tersebut, sehingga terjadi dualisme dalam bidang pembinaan perkoperasian di
Indonesia.

Kronologis lembaga yang menangani pembinaan koperasi pada saat itu adalah sebagai berikut:
a. Tahun 1930 : Pemerintah Hindia Belanda membentuk Jawatan Koperasi yang
keberadaannya dibawah Departemen Dalam Negeri dan diberi tugas untuk melakukan
pendaftaran dan pengesahan koperasi, tugas ini sebelumnya dilakukan oleh Notaris.
b. Tahun 1935: Jawatan Koperasi dipindahkan ke Departemen Economische Zaken,
dimasukkan dalam usaha hukum (Bafdeeling Algemeene Economische
Aanglegenheden). Pimpinan Jawatan Koperasi diangkat menjadi Penasehat.
c. Tahun 1939: Jawatan Koperasi dipisahkan dari Afdeeling Algemeene Aanglegenheden
ke Departemen Perdagangan Dalam Negeri menjadi Afdeeling Coperatie en
Binnenlandsche Handel. Tugasnya tidak hanya memberi bimbingan dan penerangan
tentang koperasi tetapi meliputi perdagangan untuk Bumi Putra.
d. Tahun 1942: Pendudukan Jepang berpengaruh pula terhadap keberadaan jawatan
koperasi. Saat ini jawatan koperasi dirubah menjadi Syomin Kumiai Tyuo Djimusyo

(shomin kumiai chūō jimusho (庶民組合中央事務所?)) dan Kantor di daerah diberi

nama Syomin Kumiai Djimusyo (shomin kumiai jimusho (庶民組合中央事務所?)).

e. Tahun 1944: Didirikan Kantor Perekonomian Rakyat (住民経済庁jumin keizaikyo?)

Urusan Koperasi menjadi bagiannya dengan nama KUMAIKA (kumiaika (組合課?)),

tugasnya adalah mengurus segala aspek yang bersangkutan dengan Koperasi

III. SEJARAH KOPERASI SETELAH INDONESIA MERDEKA

Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 membawa pengaruh


positif dalam segala bidang kehidupan bangsa Indonesia, termasuk pada perkoperasian.
Bahkan sejak diberlakukannya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Neggara, peranan perkoperasian di Indonesia lebih diutamakan. Peran koperasi
di tuangkan pada pasal 33 UUD 1945 yang pada dasarnya, menetapkan koperasi sebagai soko
guru Republik Indonesia.
Kabinet Mohammad Natsir menjelaskan di muka Dewan Perwakilan Rakyat yang
berkaitan dengan program perekonomian antara lain “Menggiatkan pembangunan organisasi-
organisasi rakyat , istimewa koperasi dengan cara pendidikan, penerangan, pemberian kredit
yang lebih banyak dan lebih mudah, satu dan lain seimbang dengan kemampuan keuangan
Negara”. Untuk memperbaiki perekonomian-perekonomian rakyat, Kabinet Wilopo
mengajukan suatu “program koperasi” yang terdiri dari tiga bagian:
1. Usaha untuk menciptakan suasana dan keadaan sebaik-baiknya bagi perkembangan
gerakan koperasi;
2. Usaha lanjutan dari perkembangan gerakan koperasi;
3. Usaha yang mengurus perusahaan rakyat yang dapat diselenggarakan atas dasar
koperasi.
Kongres Koperasi pertama, terlaksana pada tanggal 11-14 Juli 1947 di tasikmalaya,
Jawa Barat. Dan menghasilkan keputusan antara lain :
1. Terwujudnya kesepakatan untuk mendirikan SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi
Rakyat Indonesia)
2. Ditetapkannya asas koperasi yaitu : Berdasarkan atas kekeluargaan dan gotong royong
3. Ditetapkannya tanggal 12 Juli sebagai "Hari Koperasi Indonesia"
4. Diperluasnya pengertian dan pendidikan dan tentang perkoperasian
Setelah Kongres Koperasi I dilaksanakan, terjadi agresi militer oleh Belanda yang membuat
keputusan Kongres Koperasi I belum dapat terlaksana. Untuk itu kembali dilaksanakan
Kongres Koperasi II pada tanggal 12 Juli 1953, yang menghasilkan keputusan yaitu:
1. Membentuk Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) sebagai pengganti SOKRI
2. Menetapkan pendidikan koperasi sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah
3. Mengangkat Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia
4. Akan segera dibuat Undang-undang Koperasi yang baru

IV. SEJARAH PERKEMBANGAN KOPERASI SYARIAH DI INDONESIA


Di Indonesia, koperasi berbasis syariah atau nilai Islam hadir pertama kali dalam bentuk
paguyuban usaha bernama Syarikat Dagang Islam (SDI). SDI sendiri didirikan oleh H.
Samanhudi di Solo, Jawa Tengah. Adapun anggotanya berasal para pedangang muslim, dengan
mayoritas pedagang batik. Koperasi syariah mulai berkembang ketika banyak orang menyikapi
maraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil (BMT)di Indonesia. BMT yang di kenal
pertama kali di indonesia adalah BMT Bina Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta. Dan ternyata
BMT ini mampu memberi warna bagi perekonomian masyarakat. Walau demikian,
keberlangsungan BMT bukan tanpa kendala, berdasarkan Undang-undang Nomor 7 tahun
1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwa segala kegiatan dalam bentuk penghimpunan
dana masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkan dalam bentuk kredit harus
berbentuk Bank (pasal 28). Hal ini merupakan permasalahan bagi BMT pada masa itu, namun
demikian untuk mengatasi permasalahan ini maka munculah beberapa Lembaga
Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) yang memanyungi Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM). LPM tersebut antara lain : Pusat Pengkajian dan Pengembangan Usaha
Kecil (P3UK)sebagai penggagas awal, Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK) dan FES
Dompet Dhuafa Republika.
Basis kegiatan ekonomi kerakyatan merupakan falsafah dari BMT yakni dari anggota
oleh anggota untuk anggota maka berdasarkan undang-undang RI Nomor 25 tahun 1992
tersebut berhak menggunakan badan hukum koperasi, dimana letak perbedaanya dengan
koperasi konvensional (non-syariah) hanya terletak pada teknis operasionalnya saja. Sehingga
pada tahun 1994 berdiri sebuah Forum Komunikasi (FORKOM) BMT di jakarta, bogor,
tanggerang dan bekasi (Jabodetabek). Forum komunikasi BMT Sejabodetabek tersebut sejak
tahun 1995 dalam setiap pertemuan bulanya, berupaya menggagas sebuah payung hukum bagi
anggotanya, maka tercetuslah ide pendirian BMT dengan badan hukum koperasi, kendati badan
hukum koperasi untuk dikenakan masih sebatas menggunakan jenis Badan hukum koperasi
karyawan yayasan. Pada tahun 1998 dari hasil beberapa pertemuan forkum BMT yang
anggotanya sudah berbadan hukum koperasinya sekunder yakni Koperasi Syariah di Indonesia
(KOSINDO) pada tahun 1998, sebuah koperasi skunder dengan keputusan mentri koperasi,
pengusaha kecil dan menengah Repubik Indonesia Nomor. 028/BH/M.I/XI/1998, yang
diketuai DR, H. Ahmat Hatta, MA. Selain KOSINDO berdiri pula koperasi sekunder lainya
seperti Induk Koperasi Syariah (INKOPSYAH) yang diprakasasi oleh Pusat Inkubasi Bisnis
Usaha Kecil (PINBUK), dan Koperasi Forum Ekonomi Syariah Mitra Dompet Dhuafa
(KOFESMID)yang didirkan oleh dompet dhuafa.
V. Sejarah Departemen Koperasi dan UMKM Indonesia
Kronologis lembaga yang menangani pembinaan koperasi setelah kemerdekaan adalah
sebagai berikut:
a. Tahun 1945: Koperasi masuk dalam tugas Jawatan Koperasi serta Perdagangan
Dalam Negeri dibawah Kementerian Kemakmuran.
b. Tahun 1946: Urusan Perdagangan Dalam Negeri dimasukkan pada Jawatan
Perdagangan, sedangkan Jawatan Koperasi berdiri sendiri mengurus soal
koperasi
c. Tahun 1947 - 1948: Jawatan Koperasi dibawah pimpinan R. Suria Atmadja,
pada masa ini ada suatu peristiwa yang cukup penting yaitu tanggal 12 Juli
1947, Gerakan Koperasi mengadakan Kongres di Tasikmalaya dan hasil
Kongres menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dinyatakan sebagai Hari Koperasi.
d. Tahun 1949: Pusat Jawatan Koperasi RIS berada di Yogyakarta, tugasnya
adalah mengadakan kontak dengan jawatan koperasi di beberapa daerah
lainnya. Tugas pokok yang dihasilkan telah melebur Bank dan Lumbung Desa
dialihkan kepada Koperasi. Pada tahun yang sama yang diundangkan dengan
Regeling Cooperatieve 1949 Ordinasi 7 Juli 1949 (SBT. No. 179).
e. Tahun 1950: Jawatan Koperasi RI yang berkedudukan di Yogyakarta
digabungkan dengan Jawatan Koperasi RIS, bekedudukan di Jakarta.
f. Tahun 1954: Pembina Koperasi masih tetap diperlukan oleh Jawatan Koperasi
dibawah pimpinan oleh Rusli Rahim.
g. Tahun 1958: Jawatan Koperasi menjadi bagian dari Kementerian Kemakmuran.
h. Tahun 1960: Perkoperasian dikelola oleh Menteri Transmigrasi Koperasi dan
Pembangunan Masyarakat Desa (TRANSKOPEMADA), dibawah pimpinan
seorang Menteri yang dijabat oleh Achmadi.
i. Tahun 1963: Transkopemada diubah menjadi Departemen Koperasi dan tetap
dibawah pimpinan Menteri Achmadi.
j. Tahun 1964: Departemen Koperasi diubah menjadi Departemen Transmigrasi
dan Koperasi dibawah pimpinan Menteri ACHMADI kemudian diganti oleh
Drs. Achadi, dan Direktur Koperasi dibawah pimpinan seorang Direktur
Jenderal yang bernama Chodewi Amin.
k. Tahun 1966: Dalam tahun 1966 Departemen Koperasi kembali berdiri sendiri,
dan dipimpin oleh Pang Suparto. Pada tahun yang sama, Departemen Koperasi
dirubah menjadi Kementerian Perdagangan dan Koperasi dibawah pimpinan
Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, sedangkan Direktur Jenderal Koperasi
dijabat oleh Ir. Ibnoe Soedjono (dari tahun 1960 s/d 1966).
l. Tahun 1967: Pada tahun 1967 diberlakukan Undang-undang Nomor 12 Tahun
1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian tanggal 18 Desember 1967. Koperasi
masuk dalam jajaran Departemen Dalam Negeri dengan status Direktorat
Jenderal. Mendagri dijabat oleh Basuki Rachmad, dan menjabat sebagai Dirjen
Koperasi adalah Ir. Ibnoe Soedjono.
m. Tahun 1968: Kedudukan Direktorat Jenderal Koperasi dilepas dari Departemen
Dalam Negeri, digabungkan kedalam jajaran Departemen Transmigrasi dan
Koperasi, ditetapkan berdasarkan :
o Keputusan Presiden Nomor 183 Tahun 1968 tentang Susunan Organisasi
Departemen.
o Keputusan Menteri Transmigrasi dan Koperasi Nomor 120/KTS/
Mentranskop/1969 tentang Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi Susunan
Organisasi berserta Tata Kerja Direktorat Jenderal Koperasi.
n. Tahun 1974: Direktorat Jenderal Koperasi kembali mengalami perubahan yaitu
digabung kedalam jajaran Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi, yang ditetapkan berdasarkan :
o Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1974 tentang Susunan Organisasi
Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi.
o Instruksi Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor : INS-
19/MEN/1974, tentang Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Koperasi tidak
ada perubahan (tetap memberlakukan Keputusan Menteri Transmigrasi Nomor
: 120/KPTS/Mentranskop/1969) yang berisi penetapan tentang Susunan
Organisasi Direktorat Jenderal Koperasi.
o. Tahun 1978: Direktorat Jenderal Koperasi masuk dalam Departemen
Perdagangan dan Koperasi, dengan Drs. Radius Prawiro sebagai Menterinya.
Untuk memperkuat kedudukan koperasi dibentuk puia Menteri Muda Urusan
Koperasi, yang dipimpin oleh Bustanil Arifin, SH. Sedangkan Dirjen Koperasi
dijabat oleh Prof. DR. Ir. Soedjanadi Ronodiwiryo.
p. Tahun 1983: Dengan berkembangnya usaha koperasi dan kompleksnya
masalah yang dihadapi dan ditanggulangi, koperasi melangkah maju di
berbagai bidang dengan memperkuat kedudukan dalam pembangunan, maka
pada Kabinet Pembangunan IV Direktorat Jenderal Koperasi ditetapkan
menjadi Departemen Koperasi, melalui Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun
1983, tanggal 23 April 1983.
q. Tahun 1991: Melalui Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 1991, tanggal 10
September 1991 terjadi perubahan susunan organisasi Departemen Koperasi
yang disesuaikan keadaan dan kebutuhan.
r. Tahun 1992: Diberlakukan Undang-undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, selanjutnya mancabut dan tidak berlakunya lagi Undang-undang
Nomor: 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian.
s. Tahun 1993: Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor : 96 Tahun 1993, tentang
Kabinet Pembangunan VI dan Keppres Nomor 58 Tahun 1993, telah terjadi
perubahan nama Departemen Koperasi menjadi Departemen Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil. Tugas Departemen Koperasi menjadi bertambah
dengan membina Pengusaha Kecil. Hal ini merupakan perubahan yang strategis
dan mendasar, karena secara fundamental golongan ekonomi kecil sebagai
suatu kesatuan dan keseluruhan dan harus ditangani secara mendasar mengingat
yang perekonomian tidak terbatas hanya pada pembinaan perkoperasian saja.
t. Tahun 1996: Dengan adanya perkembangan dan tuntutan di lapangan, maka
diadakan peninjauan kembali susunan organisasi Departemen Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil, khususnya pada unit operasional, yaitu Ditjen
Pembinaan Koperasi Perkotaan, Ditjen Pembinaan Koperasi Pedesaan, Ditjen
Pembinaan Pengusaha Kecil. Untuk mengantisipasi hal tersebut telah diadakan
perubahan dan penyempurnaan susunan organisasi serta
menomenklaturkannya, agar secara optimal dapat menampung seluruh kegiatan
dan tugas yang belum tertampung.
u. Tahun 1998: Dengan terbentuknya Kabinet Pembangunan VII berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 62 Tahun 1998, tanggal 14
Maret 1998, dan Keppres Nomor 102 Thun 1998 telah terjadi penyempurnaan
nama Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil menjadi
Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil, hal ini merupakan penyempurnaan
yang kritis dan strategis karena kesiapan untuk melaksanakan reformasi
ekonomi dan keuangan dalam mengatasi masa krisis saat itu serta menyiapkan
landasan yang kokoh, kuat bagi Koperasi dan Pengusaha Kecil dalam
memasuki persaingan bebas/era globalisasi yang penuh tantangan.
v. Tahun 1999: Melalui Keppres Nomor 134 Tahun 1999 tanggal 10 November
1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Menteri Negara, maka Departemen Koperasi dan PK diubah menjadi Menteri
Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah.
w. Tahun 2000: Berdasarkan Keppres Nomor 51 Tahun 2000 tanggal 7 April 2000,
maka ditetapkan Badan Pengembangan Sumber Daya Koperasi dan Pengusaha
Kecil Menengah.
o Melalui Keppres Nomor 166 Tahun 2000 tanggal 23 November 2000 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen. maka dibentuk Badan Pengembangan
Sumber Daya Koperasi dan Pegusaha Kecil dan Menengah (BPS-KPKM).
o Berdasarkan Keppres Nomor 163 Tahun 2000 tanggal 23 November 2000
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Menteri Negara, maka Menteri Negara Koperasi dan PKM diubah
menjadi Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
o Melalui Keppres Nomor 175 Tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang
Susunan Organisasi dan Tugas Menteri Negara, maka Menteri Negara Urusan
Koperasi dan UKM diubah menjadi Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah.
x. Tahun 2001: Melalui Keppres Nomor 101 Tahun 2001 tanggal 13 September
2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Menteri Negara, maka dikukuhkan kembali Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
o Berdasarkan Keppres Nomor 103 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Non Pemerintah, maka Badan Pengembangan Sumber Daya
Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah dibubarkan.
o Melalui Keppres Nomor 108 Tahun 2001 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Menteri Negara, maka Menteri Negara Koperasi
dan UKM ditetapkan membawahi Setmeneg, Tujuh Deputi, dan Lima Staf Ahli.
Susunan ini berlaku hingga tahun 2004 sekarang ini.

Tugas dan fungsi


Tugas dan fungsi Kementerian Koperasi dan UKM telah ditetapkan dalam Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan Kementerian Negara Serta Susunan
Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara pasal 552, 553 dan 554, yaitu:
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah dalam pemerintahan untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam menjalankan tugas,
Kementrian Koperasi dan UKM menyelenggarakan fungsi:

 Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan
menengah;
 Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang koperasi dan usaha
mikro, kecil dan menengah;
 Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
 Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah; dan
 Penyelenggaraan fungsi teknis pelaksanaan pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil
dan menengah sesuai dengan undang-undang di bidang koperasi, usaha mikro, kecil
dan menengah
DAFTAR PUSTAKA

Hendar dan Kusnadi, 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta: FE-UI

Hanel, Afred, 1988, Organisasi Koperasi, Bandung: Universitas Padjadjaran.

Hendar,2010. Manajemen Koperasi. Jakarta : Erlangga

Sumantri, Agus dan Permana, Putera. 2017, Manajemen Koperasi dan UMKM, Kediri. FE
Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Subandi, 2009, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), Bandung, Penerbit Alfabeta.

Tanjung, Azrul. 2017, Koperasi dan UMKM, Jakarta, Erlangga

Anda mungkin juga menyukai